Kep 2 PDF
Kep 2 PDF
Elya Sugianti
ABSTRAK
Program PMT-P adalah salah satu program yang dilaksanakan pemerintah dalam penanganan masalah gizi
pada balita kurang gizi khususnya pada keluarga miskin. Namuan, selama ini masih banyak kendala dalam
pelaksanaannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pelaksanaan program PMT-P
berdasarkan segi input, proses dan output di Kabupaten Tuban. Informan dalam penelitian ini adalah kasie gizi
dinas kesehatan, kepala puskesmas, tenaga pelaksana gizi, bidan desa, dan kader. Analisis data dilakukan secara
deskriftif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dai segi input, SDM dan bahan PMT-P sudah memadai, namun
petunjuk pelaksanaan, sarana prasarana, dan pendanaan masih kurang, dari segi proses, penyimpanan,
pengangkutan dan pemantauan masih kurang, dari segi output, ketepatan umur sudah sesuai dan ada
keefektifan program dalam kenaikan berat badan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah program PMT-P
sudah efektif dalam meningkatkan berat badan balita sasaran walaupun masih terdapat kendala dalam
pelaksanaan program.
ABSTRACT
Feeding's programme is one of the government's programs in handling nutritional problems for under-five
children especially in poor families. However, there are many obstacles in the implementation. The purpose of
this research is to evaluate of feeding's programme based on input, process and output in Tuban district. The
informant of this research are head section of health departement, head of public health center, nutritionist,
midwives, and cadres. Data analysis were used descriptive analysis. The results showed that based on input,
human resources and materials feeding's programme is adequate, but the guidance of implementation,
infrastructure, and funding is still lacking, based on process, storage, transportation and monitoring is still
lacking, based on output, accuracy of age is appropriate and feeding's programme effective to weight gain
malnutrition under five children. The conclusion of this research is feeding's programme has been effective in
increasing weight of target under five malnutrition children although there are still obstacles in program
implementation.
METODE
gudang penyimpanan dan kendaraan sasaran diprioritaskan kepada balita gizi buruk
pengangkut bahan PMT-P. Fasilitas gudang dan gizi kurang dari keluarga miskin. Prioritas
penyimpanan yang khusus untuk program PMT- alokasi balita sasaran khusus untuk keluarga
P di dinas kesehatan belum ada. Bahan PMT-P miskin dianggap penting karena mengingat
ketika sudah ada di dinas kesehatan langsung bahwa masalah gizi di Kabupaten Tuban tidak
dibagikan ke puskesmas masing-masing sejumlah semata-mata karena faktor kemiskinan, banyak
alokasi balita sasaran yang telah ditentukan. keluarga mampu yang memiliki anak kurang
Jikapun ada penyimpanan di dinas kesehatan, gizi.
biasanya digabungkan dengan gudang arsip.
Demikian halnya untuk penyimpanan di Aspek Proses
puskesmas, gudang penyimpanan bahan PMT-P
digabungkan dengan gudang arsip. Persiapan
Sementara alat transportasi untuk Persiapan merupakan langkah yang
mengangkut bahan PMT-P dari dinas kesehatan juga penting dilakukan sebelum program PMT-P
ke puskesmas atau dari puskesmas ke ibu balita dilaksanakan. Persiapan yang perlu dilakukan
sasaran juga tidak tersedia secara khusus. dalam program PMT-P diantaranya adalah
Berdasarkan informasi yang sudah dihimpun, pendataan balita sasaran, sosialisasi dan rapat
bahan PMT-P dari dinas ke puskesmas diangkut koordinasi antara para pelaksana program PMT-
menggunakan mobil puskesmas keliling, atau P. Proses pendataan balita sasaran sudah sesuai
mobil sewa bak terbuka, bahkan ada juga dengan prosedur yang telah ditetapkan. Terbatasnya
puskesmas yang menggunakan ambulan untuk dana dari dinas kesehatan mengakibatkan tidak
mengangkut bahan PMT-P. Sedangkan semua balita gizi kurang masuk dalam kriteria
pengangkutan bahan PMT-P dari puskesmas ke balita sasaran. Hanya balita yang memiliki status
ibu balita sasaran, dilakukan oleh bidan desa gizi sangat kurang dan kurus serta berasal dari
dengan menggunakan motor, untuk kemudian keluarga miskin yang menjadi prioritas balita
disimpan terlebih dahulu di polindes sebelum sasaran.
dibagikan ke ibu balita sasaran. Sementara itu, selain pendataan balita
sasaran, sosialisasi dan rapat koordinasi
Bahan PMT-P program PMT-P merupakan aspek persiapan
Bahan paket program PMT-P baik di yang juga penting untuk dilakukan agar
Kabupaten Tuban berupa makanan kemasan. pelaksanaan program PMT-P tidak tumpang
Makanan kemasan PMT-P di Kabupaten Tuban tindih dengan program lainnya dan untuk
berupa susu Pan Enteral 90 sachet per anak yang menyamakan persepsi dalam pelaksanaan
dikonsumsi selama 90 hari. Paket program PMT-P program PMT-P baik di tingkat dinas kesehatan
sudah sesuai dengan pengadaan yang dilakukan maupun puskesmas. Sosialisasi program dan
oleh dinas kesehatan. Paket PMT-P tidak ada yang rapat koordinasi program PMT-P di Kabupaten
mengalami kerusakan, tercecer ataupun tersisa, Tuban dilakukan di awal tahun berjalan kepada
baik di dinas kesehatan, puskesmas ataupun di seluruh kepala puskesmas dan petugas gizi.
polindes/rumah bidan desa. Hal ini dapat Sosialisasi dan rapat koordinasi program PMT-P
dijustifikasi bahwa bahan paket PMT-P sudah sudah berjalan dengan baik di Kabupaten Tuban.
sesuai dengan peruntukannya untuk tambahan Sosialisasi dan koordinasi yang baik dalam
makanan balita baik dilihat dari segi jenis, program PMT-P akan dapat meningkatkan
jumlah dan mutunya. kelancaran pelaksanaan program PMT-P.
Pendanaan Pelaksanaan
Pendanaan sangat penting kaitannya Pelaksanaan program PMT-P merupakan
dengan pelaksanaan program PMT-P. Namun, aspek paling penting dalam tahapan-tahapan
seringkali dana yang tersedia untuk program program PMT-P. Pelakasanaan program PMT-P
PMT-P tidak bisa mengkover semua balita gizi yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi
buruk dan gizi kurang yang ada. Demikian penyimpanan bahan PMT-P, pengangkutan
halnya, pendanaan untuk program PMT-P di bahan PMT-P, dan pendistribusian bahan PMT-
Kabupaten Tuban. Untuk itu, alokasi balita P ke balita sasaran. Penyimpanan bahan PMT-P
merupakan bagian dari pelaksanaan program Jikapun ada penyimpanan hanya sebagian kecil
PMT-P yang perlu diperhatikan. Dalam menjaga saja puskesmas yang mengadakan hal tersebut.
kualitas bahan PMT-P, tempat atau gudang Pendistribusian bahan PMT-P kepada
penyimpanan harus dihindarkan dari adanya ibu balita sasaran dilakukan secara bertahap.
binatang pengganggu seperti tikus, kecoa, dan Jadwal pendistribusian bahan PMT-P
binatang lainnya. Namun, penyimpanan bahan menggunakan hari lain diluar jadwal posyandu.
PMT-P tidak lagi dilakukan oeleh Dinas Jadwal pendistribusian harus sudah
Kesehatan Kabupaten Tuban. Setelah bahan diberitahukan terlebih dahulu kepada ibu balita
PMT-P tiba di dinas kesehatan dari rekanan, sasaran. Hal ini untuk menghindari
pihak puskesmas langsung mengambil bahan kecemburuan sosial karena tidak semua balita
PMT-P tersebut. Demikian halnya dengan yang datang ke posyandu mendapatkan PMT-P.
puskesmas, begitu bahan PMT-P tiba di Pendistribusian bahan PMT-P sudah berjalan
puskesmas, bidan desa langsung mengambil dengan baik. Namun, kendala terjadi apabila
bahan PMT-P untuk selanjutnya disimpan di ibu-ibu balita sasaran tidak datang ke polindes
rumah bidan desa atau di polindes sebelum atau bidan desa untuk mengambil bahan PMT-P
dibagikan ke ibu balita sasaran dan atau menimbang balita mereka. Alasan
Sementara untuk pengangkutan bahan mereka tidak datang adalah karena bahan PMT-
PMT-P, standar keamanan kurang diperhatikan. P masih ada atau balita sudah bosan memakan
Padahal standar keamanan ini akan mempengaruhi paket PMT-P. Dalam kondisi ini, peran kader
kualitas bahan PMT-P. Proses pengangkutan sangat penting untuk mengantarkan bahan
bahan PMT-P harus terhindar dari bahan-bahan PMT-P ke rumah ibu balita sasaran.
yang dapat merusak kualitas bahan PMT-P
seperti cairan, tumpukan benda berat atau benda Pemantauan
tajam. Dalam pengangkutan bahan PMT-P yang Pemantauan pelaksanaan program
perlu diperhatikan adalah pemilihan jenis PMT-P dapat dilakukan dengan mengevaluasi
kendaraan untuk mengangkut. Minimnya tentang bagaimana pelaksanaannya, apakah
fasilitas pengangkutan seperti kendaraan sudah terdistribusi ataukah belum dan
khusus untuk mengangkut PMT-P sebenarnya bagaimana perkembangan pertumbuhan balita
dapat menghambat pelaksanaan program PMT- serta bagaimana daya terima balita sasaran
P. Pengangkutan bahan PMT-P di Kabupaten terhadap bahan PMT-P. Pemantauan terhadap
Tuban tidak menggunakan kendaraan khusus. pelaksanaan program PMT-P seharusnya
Kendaraan yang digunakan adalah mobil dilakukan oleh pihak dinas kesehatan. Namun,
puskesmas keliling atau mobil sewa bak terbuka. dinas kesehatan justru menyerahkan pelaksanaan
Namun, keterbatasan ini tidak lantas dijadikan sepenuhnya kepada pihak puskesmas. Dinas
hambatan yang berarti di dinas kesehatan Kesehatan mengevaluasi pelaksanaan program
Kabupaten Tuban. Hal yang terpenting adalah PMT-P berdasarkan laporan dari puskesmas
bahan PMT-P dapat diangkut hingga sampai setelah program PMT-P berakhir. Pemantauan
kepada ibu balita sasaran. program PMT-P yang dimaksud dalam
Selanjutnya untuk pendistribusian penelitian ini meliputi penimbangan berat badan
bahan PMT ke sasaran, Dinas Kesehatan balita sasaran, dan pencatatan dan pelaporan
Kabupaten Tuban tidak mengantarkan bahan hasil penimbangan ke dinas kesehatan.
PMT-P ke puskesmas. Sebaliknya, pihak Penimbangan berat badan balita
puskesmas yang mengambil bahan PMT-P ke sasaran program PMT-P dilakukan setiap
dinas kesehatan. Serah terima bahan PMT-P minggu sekali pada waktu pengambilan bahan
dilakukan oleh pihak dinas kesehatan dengan PMT-P ke polindes, namun ada juga puskesmas
tenaga pelaksana gizi puskesmas berdasar yang melakukan penimbangan setiap dua
jadwal yang telah diberitahukan terlebih dahulu minggu sekali pada waktu pengambilan bahan
oleh pihak dinas kesehatan. Sementara ketika PMT-P ke polindes. Apabila ibu balita sasaran
bahan PMT-P sudah diterima di puskesmas, dan balitanya tidak datang pada waktu
bahan PMT-P langsung diambil oleh bidan desa pengambilan bahan PMT-P, penimbangan
masing-masing tanpa mengalami proses dilakukan satu bulan sekali, pada waktu jadwal
penyimpanan terlebih dahulu di puskesmas. posyandu
Sementara itu, selain penimbangan balita kriteria sebagai sasaran program PMT-P.
sasaran, pencatatan dan pelaporan juga merupakan Penolakan balita terhadap PMT-P dan
kegiatan penting yang harus dilaksanakan oleh penggantian balita sasaran dengan balita lain
pelaksana program terutama petugas pelaksana merupakan beberapa kendala yang terjadi
gizi puskesmas. Hal ini untuk mengetahui dan dilapangan. Hal ini mengakibatkan ketidaktepatannya
melaporkan bagaimana perkembangan atau sasaran program PMT-P, balita yang seharusnya
perubahan berat badan balita sebelum dan dapat PMT-P menjadi tidak dapat, sebaliknya
sesudah program PMT-P. Pencatatan berat balita yang seharusnya tidak dapat PMT-P jadi
badan balita sasaran dilakukan pada waktu mendapatkan PMT-P karena harus menggantikan
pendistribusian PMT-P ke sasaran, yaitu pada posisi menjadi balita sasaran. Terbatasnya
waktu ibu dan balita datang bersama balita untuk anggaran menyebabkan balita yang menolak
mengambil bahan PMT-P dan menimbangkan PMT-P tidak mendapatkan PMT-P pengganti.
balitanya. Sementara pelaporan dilakukan Hal ini apabila dibiarkan akan menyebabkan
setelah program PMT-P berakhir dan tidak ada balita tersebut akan bertambah buruk status
pemantauan selama program berlangsung. gizinya, apalagi ketika ibu balita kurang
Seharusnya pelaporan dilakukan setiap satu bulan perhatian terhadap kondisi gizi anaknya. Dalam
sekali, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan mengatasi masalah ini seharusnya pada tahap
evaluasi dari pelaksanaan program PMT-P yang perencanaan, menu PMT-P yang diberikan
dilaksanakan mulai bulan pertama, bulan kedua, disesuaikan dengan preferensi balita, dan lebih
dan bulan ketiga. Minimnya pemantauan selama memvariasikan makanan PMT-P untuk
program berlangsung dapat menyebabkan menghindari kebosanan balita terhadap bahan
lemahnya kontrol dalam pelaksanaan program PMT-P.
PMT-P. Hal ini dapat menjadi penghambat
sehingga pelaksanaan program PMT-P tidak Kenaikan berat badan balita sasaran.
berjalan secara maksimal sesuai dengan tujuan Kenaikan berat badan balita merupakan
yang diharapkan. salah satu indikator output untuk melihat
keberhasilan pelaksanaan program PMT-P. Dari
Aspek Output Tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian PMT-P
selama 90 hari pada balita dapat meningkatkan
Ketepatan sasaran. berat badan balita rata-rata sebesar 1 kg dari 8.3
Ketepatan sasaran dalam penelitian ini kg menjadi 9.3 kg. Terdapatnya peningkatan
adalah ketepatan umur sasaran dan ketepatan berat badan balita sasaran program PMT-P
penerima PMT-P. Berdasarkan sebaran umur, menunjukkan bahwa program PMT-P pada
semua sasaran program PMT-P berada dalam rentang balita di Kabupaten Tuban memberikan dampak
umur 6-59 bulan. Hal ini mengindikasikan positif untuk kenaikan berat badan balita
bahwa pemberian PMT-P sudah sesuai dengan sasaran. Hasil penelitian ini sejalan dengan
umur sasaran dalam aturan yang ditetapkan penelitian yang dilakukan oleh Supadmi dkk
dalam pedoman atau juknis dinas kesehatan. (2008) tentang pengaruh PMT-P pada balita
Sementara untuk ketepatan penerima Kurang Energi Protein (KEP) di Magelang yang
PMT-P sering tidak sesuai dengan sasaran menemukan bahwa terjadi peningkatan berat
program yang telah ditetapkan. Hal ini karena badan rata-rata sebesar 700 gram dari 8.5 kg
balita sasaran program PMT-P terkadang menjadi 9.2 kg setelah program PMT-P.
menolak PMT-P yang diberikan, bahkan ibu
balita terkadang memberikan kepada tetangga Tabel 2. Berat Badan Balita Sebelum dan
mereka atau balita lain yang tidak termasuk Sesudah Program PMT-P
kriteria program. Dalam mensiasati masalah ini
dan supaya bahan PMT-P yang diberikan tidak
mubazir atau terbuang, petugas pelaksana gizi
puskesmas atas persetujuan dinas kesehatan
mengambil langkah dengan cara mengganti
balita sasaran program PMT-P dengan balita lain
yang tidak tercover program, namun memiliki Sumber : Data Primer, diolah
Rochyani dkk. 2007. Pengaruh Pemberian MP- Supadmi dkk. 2008. Pengaruh Pemberian
ASI Program dan MP-ASI Komersial Makanan Tambahan pada Balita
terhadap Pertumbuhan Bayi Usia 6-11 Kurang Energi Protein (KEP)
Bulan di Kabupaten Kampar. Jurnal Gizi Pengunjung Balai Penelitian dan
Klinik Indonesia Vol.3,No.3, Maret :106- Pengembangan Gangguan Akibat
114 Kekurangan Yodium (BPP GAKY)
Magelang. PGM 31(2): 59-66
Sulistyaningsih R. 2012. Evaluasi Program
Pemberian Makanan Pendamping Air
Susu Ibu (MP-ASI) Lokal Terhadap
Perbaikan Status Gizi Balita di Kelurahan
Saigon dan Parit Mayor Kecamatan
P o n t i a n a k T i m u r .
http://download.portalgaruda.org/arti
cle.php?article=111576&val=5161,
diakses tanggal 6 Oktober 2014