Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri yang
ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut berfungsi sebagai medium
pertumbuhan. Pada medium ini bakteri dapat tumbuh dan berkembangbiak. Bahan dasar yang
digunakan untuk medium pertumbuhan ini adalah agar-agar. Untuk hasil yang lebih baik agar
bakteri tumbuh, alat dan bahan yang digunakan disterilkan terlebih dahulu.
Isolasi Bakteri
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat
tumbuh pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair.
Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari
koloni yang lain, sehingga mempermudah proses isolasi. Cara ini dilakukan dengan membagi
3 - 4 cawan petri. Ose steril yang telah disiapkan diletakkan pada sumber isolat, kemudian
menggoreskan ose tersebut pada cawan petri berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3 -
4 kali membentuk garis horisontal disatu cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen
setelah kering ose tersebut digunakan untuk menggores goreskan sebelumnya pada sisi cawan
kedua. Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores. Metode cawan gores
yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan terisolasinya mikroorganisme
yang diinginkan.Ada beberapa cara menggores yang biasa digunakan dalam cara
penggoresan, yaitu:
Cara lain untuk memperoleh biakan koloni murni dari populasi campuran
mikroorganisme ialah dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang telah
dicairkan dan didinginkan yang kemudian di cawankan. Karena konsentrasi sel-sel mikroba
di dalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran perlu
dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu di antara cawan-cawan tersebut
mengandung koloni-koloni terpisah baik di atas permukaan maupun di dalam agar. Metode
ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak memerlukan keterampilan yang terlalu
tinggi. Proses pemisahan atau pemurniaan dari mikroorganisme lain perlu dilakukan karena
semua pekerjaan mikrobiologis, misalnya telaah dan identifikasi mikroorganisme
memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam mikroorganisme saja
Tujuan dari teknik ini adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari
substratnya kedalam air, sehingga lebih mudah penanganannya. Sampel yang telah diambil
kemudian disuspensikan dalam aquades steril. Teknik dilusi sangat penting dalam analisa
mikrobiologi. Karena hampir semua metode penelitian dari penghitungan jumlah sel mikroba
menggunakan teknik ini, seperti: TPC (Total Plate Counter)(Aini, 2010).
Teknik biakan murni untuk suatu spesies dikenal dengan beberapa cara yaitu:
1. Cara Penggoresan
2. Penuangan
3. Pengenceran
Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptik ke dalam media steril baik
pada media padat maupun media cair. Inokula adalah bahan yang mengandung mikroba baik
dalam keadaan cair maupun padat. Tujuan inokulasi adalah untuk memurnikan,
mengidentifikasi, meremajakan, dan menyimpan mikroba. Biakan murni dilakukan untuk
keperluan diagnostik, karakterisasi mikroorganisme, industri farmasi dan kegiatan lain yang
berkaitan dengan mikroorganisme. Nutrisi dan lingkungan yang menunjang pertumbuhan
mikroorganisme serta suatu teknik kerja aseptis yang dapat mencegah adanya kontaminan
dalam biakan diperlukan untuk mendapatkan kultur yang murni.
Escherichia coli atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies
utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich
ini hidup pada tinja, dan dapat menyebabkan masalah kesehatan pada manusia seperti diare,
muntaber, dan masalah pencernaan lainnya. E. coli banyak digunakan dalam teknologi
rekayasa genetika, biasa digunakan sebagai vektor untuk menyisipkan gen-gen tertentu yang
diinginkan untuk dikembangkan. E. coli dipilih karena pertumbuhannya sangat cepat dan
mudah dalam penanganannya.
B. Prosedur Kerja
Pembuatan plat agar, agar miring, agar tegak, dan media cair dalam tabung :
– Bunsen dinyalakan, nyala api diatur hingga berwarna biru. Dibiarkan menyala selama
10 menit.
– Tabung reaksi steril disiapkan dan diletakkan pada rak tabung reaksi.
– Cawan steril diletakkan diantara dua api Bunsen.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara global, sebagian besar kasus pada anak-anak disebabkan oleh rotavirus
Pada orang dewasa, norovirus dan Campylobacter menjadi penyebab yang lebih
umum. Penyebab lain yang lebih jarang ditemukan yakni bakteri lain (atau racun
bakteri) dan parasit. Penularannya bisa terjadi karena konsumsi makanan yang
dimasak secara tidak benar atau air yang terkontaminasi atau melalui persinggungan
langsung dengan orang yang terinfeksi yang paling utama dalam penanganan penyakit
ini adalah hidrasi yang cukup. Untuk kasus ringan atau sedang, ini bisa dilakukan
melalui pemberian larutan rehidrasi oral Untuk kasus yang lebih berat, pemberian
cairan melalui infus mungkin diperlukan. Gastroenteritis paling banyak terjadi pada
anak-anak dan masyarakat di negara berkembang.
Clostridium difficile toksigenik adalah penyebab utama diare yang lebih sering
terjadi pada manusia berusia lanjut. Bayi dapat menjadi pembawa bakteri ini namun
tidak berlanjut ke arah munculnya gejala. Ini adalah penyebab diare yang umum pada
mereka yang dirawat inap dan sering dikaitkan dengan penggunaan antibiotik. Diare
infeksi Staphylococcus aureus juga mungkin terjadi pada mereka yang menggunakan
antibiotik."Traveler’s diarrhea" biasanya merupakan jenis gastroenteritis bakteri. Obat
penekan asam tampaknya meningkatkan risiko infeksi secara signifikan setelah
terpajan sejumlah organisme, termasuk spesies Clostridium difficile, Salmonella, dan
Campylobacter. Risiko ini lebih tinggi bagi mereka yang menggunakan penghambat
pompa proton dibandingkan dengan mereka yang menggunakan antagonis H
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendahuluan
Mikrobiologi ialah telah mengenai organisme hidup yang berukuran
mikroskopis. Dunia mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme : bakteri,
protozoa, virus, serta algae dan cendawan mikroskopis. Dalam bidang mikrobiologi
kita mempelajari banyak segi mengenai jasad-jasad renik ini (juga dinamakan
mikrobe atau protista); dimana ciri-cirinya, kekerabatan antara sesamanya seperti juga
dengan kelompok organisme lainnya, pengendaliannya, dan peranannya dalam
kesehatan serta kesejahteraan kita.Bakteri adalah salah satu golongan organisme
prokariotik ( tidak mempunyai selubung inti ) bakteri sebagai makhlu hidup tentu
memiliki informasi genetic berupa DNA,tapi tidak terlokaloisasi dalam tempat khusus
( Nukleus ) dan tidak ada membrane inti.
Salmonella sp termasuk dalam familyEnterobacteriacea yaitu bakteri patogen
bagi manusia dan hewan. Infeksi Salmonella sp terjadi pada saluran cerna dan
terkadang menyebar lewat peredaran darah ke seluruh organ tubuh.
Infeksi Salmonella sp pada manusia bervariasi, yaitu dapat berupa infeksi yang dapat
sembuh sendiri (gastroenteritis) , tetapi dapat juga menjadi kasus yang serius apabila
terjadi penyebaran sistemik ( demam enterik ).
B. Klasifikasi Salmonella sp
Adapun Taksonomi dari bakteri Salmonella sp. yaitu
Phylum : Bacteria (Eubacteria)
Class : Prateobacteria
Ordo : Eubacteriales
Family : Enterobacteriae
Genus : Salmonella
Spesies : Salmonella sp.
C. Morfologi Salmonella sp
Salmonella sp adalah jenis Gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk
spora, motil (bergerak dengan flagel peritrik) serta mempunyai tipe metabolisme yang
bersifat fakultatif anaerob.Termasuk kelompok bakteri Enterobacteriacea. Ukurannya
2 - 4 mikrometer x 0,5 – 0,8 mikrometer. Sifat Salmonella antara lain : dapat
bergerak, tumbuh pada suasana aerob dan anerob fakultatif, memberikan hasil positif
pada reaksi fermentasi manitol dan sorbitol dan memberikan hasil negatif pada reaksi
indol, DNAse , fenilalanin deaminase, urease, voges proskauer, dan reaksi fermentasi
sukrosa dan laktosa.
Perkembangan bakteri Salmonella sp terbilang sangat cepat dan menakjubkan,
setiap selnya mampu membelah diri setiap 20 menit sekali pada suhu hangat dan pada
media tumbuh yang mengandung protein tinggi. Bisa dibayangkan, satu sel bakteri
bisa berkembang menjadi 90.000 hanya dalam waktu 6 jam.
Bakteri ini tersebar luas di dalam tubuh hewan, terutama unggas dan babi.
Lingkungan yang menjadi sumber organisme ini antara lain air, tanah, serangga,
permukaan pabrik, permukaan dapur, kotoran hewan, daging mentah, daging unggas
mentah, dan makanan laut mentah. Salmonella typhi merupakan bakteri yang
menginfeksi manusia dan menyebabkan demam typhoid dan Salmonella paratyphi
yang menyebabakan demam paratyhoid
Salmonella sp sebenarnya selalu masuk melalui mulut, biasanya dengan
makanan dan minuman yang terkontaminasi Salmonella sp. Sebagian kuman mati
oleh asam lambung tetapi yang lolos masuk ke usus halus dan berkembang biak di
illeum. Disini terjadi fagositosis oleh sel kelenjar getah bening yang kemudian
menyebar ke aliran darah, kelenjar getah bening dan ke usus.
Dosis infektif bagi manusia adalah 105-108 Salmonella sp. Diantara faktor-
faktor tuan rumah yang menyebabkan resisten terhadap infeksi Salmonella sp adalah
keasaman lambung, jasad renik flora normal usus, dan daya tahan usus setempat. Dua
tipe Salmonella sp. yaitu S. enteriditis dan S. typhimurium merupakan penyebab kira-
kira setengah dari seluruh infeksi pada manusia.
E. Penyebab
Salmonella. Terdapat 2200 jenis Salmonella, termasuk jenis yang
menyebabkan demam tifoid. Setiap jenis bisa menyebabkan gangguan pencernaan,
demam enterik dan infeksi tertentu yang terlokalisir.
Salmonella banyak ditemukan pada daging yang terinfeksi, unggas, susu
mentah, telur dan hasil olahan telur. Salmonella juga bisa ditemukan pada binatang
melata yang dipelihara, pewarna merah tua atau marijuana yang terkontaminasi.
F. Gejala
Infeksi Salmonella bisa menyebabkan gangguan saluran pencernaan atau
demam enterik; kadang-kadang infeksinya hanya mengenai suatu bagian tertentu.
Beberapa orang yang terinfeksi bisa tidak memiliki gejala, tetapi mereka berperan
sebagai karier (pembawa) dari bakteri ini.
Gangguan saluran pencernaan biasanya mulai timbul dalam waktu 12-48 jam
setelah terinfeksi bakteri Salmonella. Gejala awalnya adalah mual dan nyeri perut
kram yang segera diikuti oleh diare, demam, dan terkadang muntah. Biasanya diare
sangat encer, tetapi kadang bisa berupa tinja setengah padat. Gangguan ini biasanya
bersifat ringan dan berlangsung 1-4 hari, tetapi bisa berlangsung lebih lama lagi.
Diagnosis diperkuat dengan membiakkan bakteri pada contoh tinja atau apusan
rektum penderita.
Demam enterik terjadi jika Salmonella masuk ke dalam darah. Demam
menyebabkan kelelahan yang luar biasa. Bakteri bisa hidup dan berkembangbiak di
dalam saluran pencernaan, pembuluh darah, katup jantung, selaput otak dan sumsum
tulang belakang, paru-paru, persendian, tulang saluran kemih, otot atau organ lainnya.
Kadang-kadang bakteri menginfeksi tumor, sehingga terbentuk suatu abses yang
selanjutnya bisa menyebabkan infeksi darah.
Seorang karier (pembawa) tidak menunjukkan gejala-gejala tetapi akan terus
mengeluarkan bakteri dalam tinjanya. Kurang dari 1% penderita yang kemudian
menjadi pembawa bakteri selama setahun atau lebih.
G. Diagnosa Laboratorium
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan diperkuat dengan
ditemukannya bakteri pada biakan yang diambil dari contoh tinja atau apusan dubur
penderita.
1. Spesimen
Darah untuk biakan harus diambil berulang kali. Pada demam enteric dan septi
kimia, biakan darah sering positif dalam minggu pertama penyakit. Biakan
sumsum tulang dapat bermanfaat. Biakan urine dapat positif dalam minggu kedua.
Specimen feses juga harus diambil berulang-ulang. Pada demem enteric, feses
akan memberikan hasil positif mulai minggu kedua atau ketiga, pada entero colitis
selama minggu pertama. Biakan positif dari drainase duodenum menunjukkan
adanya salmonella di traktus billiard pada orang carrier.
3. MetodeSerologi
Teknik serologi digunakan untuk mengidentifikasi biakan yang tidak diketahui
dengan serum yang diketahui, dan dapat juga dipergunakan untuk menentukan
titer antibody pada penderita yang tidak diketahui penyakitnya, meskipun yang
belakangan ini tidak begitu bermanfaat dalam diagnosis infeksi Salmonella.
Tes aglutinasi mikroskopik cepat: dalam tes ini, serum yang diketahui
dicampur dengan biakan yang tidak diketahui pada kaca objek. Penggumpalan,
bila ini terjadi dapat dilihat dalam beberapa menit.Tes ini khususnya bermanfaat
untuk identifikasi pendahuluan biakan secara cepat.
Tes aglutinasi pengenceran tabung (teswidal): Aglutinin serum meningkat
dengan cepat selama minggu kedua dan ketiga pada infeksi Salmonella. Sekurang-
kurangnya diperlukan dua bahan serum, yang diperoleh dengan selang waktu 7-10
hari untuk membuktikan adanya kenaikan titer antibody. Serum yang tidak
dikenal diencerkan berturut-turut (dua kali lipat) lalu dites terhadap antigen
Salmonella. Hasilnya ditafsirkan sebagai berikut :
a. Titer O yang tinggi atau kenaikan titer O (≥ 1:160) menunjukkan adanya
infeksi aktif.
b. Titer H yang tinggi (≥ 1:160) menunjukkan bahwa penderita itu pernah
divaksinasi atau pernah terinfeksi.
c. Titer Vi yang tinggi terdapat pada beberapa pembawa bakteri.
H. Pengobatan
Gangguan saluran pencernaan diiobati dengan cairan dan makanan lunak.
Antibiotik akan memperpanjang pengeluaran bakteri dalam tinja sehingga tidak
dianjurkan diberikan kepada orang-orang yang memiliki keluhan saluran pencernaan.
Tetapi bayi, pegawai rumah sakit, dan penderita infeksi HIV diobati dengan antibiotik
karena mereka memiliki resiko tinggi untuk terjadinya komplikasi.
Pada pembawa bakteri yang tidak menunjukkan gejala, infeksi biasanya bisa
diatasi sendiri dan jarang diperlukan antibiotik.
Jika diperlukan antibiotik, yang efektif adalah ampisilin, amoksisilin atau
siprofloksasin. Antibiotik diberikan selama 3-5 hari, tetapi penderita nfeksi HIV
memerlukan pengobatan yang lebih lama untuk mencegah terjadinya kekambuhan.
Seseorang yang memiliki bakteri Salmonella di dalam darahnya harus
mendapatkan antibiotik selama 4-6 minggu. Abses diobati melalui pembedahan
drainase (pengeringan, pengeluaran nanah) dan pemberian antibiotik selama 4
minggu. Antibiotik jangka panjang dan pembedahan biasanya perlu diberikan kepada
penderita infeksi pembuluh darah atau katup jantung.
Untuk memperoleh hasil yang baik dalam pertumbuhan bakteri maka perlu
cara kerja yang aseptik, dan sterilisasi ose sebelum digunakan mengambil koloni
yang dicurigai sebagai penyebab infeksi.
2. Inkubasi
3. Identifikasi
a. Hari I
1. Siapkan alat dan bahan yang di gunakan
2. Setelah ose di sterilkan ambillah biakan bakteri
3. Kemudian masukkan kedalam media BHIB
4. Di lakukan pewarnaan gram
5. Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x
di atas api Bunsen.
6. Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin),
biarkan selama 2- 3 menit.
7. Cuci dengan air mengalir
8. Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan
selama kira-kira 1-2 menit.
9. Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai
warna gentian violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur
lagi).tunggu 20 – 40 detik
10. Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup
(counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
11. Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan
mikroskop
12. Kemudian masukkan ke dalam inkubator pada media BHIBdan inkubasi
selama 24 Jam dengan suhu 37 °c
b. Hari II
1. Biakan yang tumbuh pada media BHIB di waranai dengan pada
pengecetan gram.
2. Selain itu biakan juga di Tanami pada media BAP, Macconcey.
EMBA.dan endo agar.
3. Media yang telah di Tanami kemudian di inkubasi pada suhu 37°C selama
24 jam didalam incubator.
c. Hari III
Pewarnaan gram
1. Buat sediaan pada objek gelas, keringkan, kemudian rekatkan (fiksasi) 3x
di atas api Bunsen.
2. Tuangi dengan larutan karbol-gentian-violet (sesudah sediaan dingin),
biarkan selama 2- 3 menit.
3. Cucidengan air mengalir
4. Zat warna dibuang dan bubuhi dengan larutan mordant (lugol), diamkan
selama kira-kira 1-2 menit.
5. Lugol dibuang dan preparat dicelupkan ke dalam alkohol 96%, sampai
warna gentian violet lepas (sampai gentian violet tidak ada luntur
lagi).tunggu 20 – 40 detik.
6. Cuci dengan air kran sampai bersih, kemudian bubuhi dengan cat-penutup
(counter stain) larutan water-fuchsin, biarkan kira-kira 1-2 menit.
7. Cuci dengan air kran, keringkan dalam temperatur kamar, lihat dengan
mikroskop
Media TSIA
Setelah di sterilkan ambil bakteri pada media ( emba ) dan tusukkan \pada
media TSIA setelah di tusuk goreskan pada permukaan media dari bawah
keatas fiksasi pada mulut tabung dan tutup dengan kapas steril dan inkubasi
selama 24 Jam dengan suhu 37 °c
d. Hari IV
1. Dilakukan pembacaan pada media SCA, SIM, MrVP, dan gula-gula.
2. Hasil pembacaan di catat kemudian dicocokkan dengan table identifikasi
bakteri.
Hapus tenggorokan, hapus hidung atau dari tempat lain yng mencurigakan Identifikasi
berdasarkan atas :
1. Pemeriksaan mikroskopik
2. Pembiakan
3. Uji biokimia
4. Uji virulensi
5. Pemeriksaan Mikroskopis dengan pewarnaan gram dan neisser
a. Cara Neisser.
Pada pewarnaan ini diperlukan 3 macam larutan pulas yang masing-masing lazimnya disebut
: Neisser A, Neisser B dan Neisser C. Ketiga larutan pulas ini disimpan dalam botol yang
tersendiri.
Larutan Neisser A :
Susunan :
Aquadest : 95 ml.
Larutan Neisser B
Susunan :
Pemakaian :
Susunan :
Chrysoidin : 1 gram
Atau
6. Cara pewarnaan :
1. Sediaan yang direkatkan digenangi dengan larutan Neisser I selama kira-kira 20 detik.
2. Sediaan dicuci pada pancuran air kran pelan-pelan.
3. Bubuhi larutan Neisser II selama 30 detik.
4. Larutan pulas pada objek gelas dibuang saja tanpa dicuci dengan air, kemudian preparat
dikeringkan dengan kertas saring.
5. Periksa dengan mikroskop, hasil pewarnaan:
6. Badan bakteri (seperti batang) : cokelat-muda.
7. Granula pada kedua ujungnya : biru-hitam.
b. Cara Albert.
Larutan I.
Susunan :
Zat warna dilarutkan dulu dalam alkohol, kemudian tambah air dan akhirnya asam asetat
glacial. Biarkan 24 jam, saring dan baru dapat dipakai.
Larutan II.
Susunan :
Jodium : 2 gram.
(Pada modifikasi Jensen, larutan II ini diganti dengan susunan larutan sbb : Jod 1 gram + KJ
2 gram dan aquadest 100 ml). Simpan dalam botol yang sawo matang.
Cara pewarnaan :
1. Buat sediaan dan sesudah direkatkan, bubuhi dengan larutan I, biarkan kira-kira 3-5
menit.
2. Cuci dengan air kran, kemudian dibubuhi dengan larutan II, biarkan kira-kira 1 menit.
3. Larutan pulas pada objek gelas dibuang, keringkan dengan kertas saring.
4. Periksa dengan mikroskop dan hasil pewarnaan:
Bakteri (seperti batang) : hijau.
Granula atau kutubnya : hitam kebiru-biruan.
7. Pemeriksaan Biakan
Dengan menggunakan Media antara ain : Media Loeffler Agar, agar tellurite, agar
darah, gula-gula, tellurite cair, Blood Tellurite Agar.
1. Loeffler : gunanya untuk menyuburkan bakteri sehingga bila dibuat preparatakan tampak
granula yang jelas.
2. Blood Tellurite Agar : Media selektif differensial.
3. Agar tellurit : gunanya untuk isolasi koloni-koloni Corynebacterium diphtheriae yang
selanjutnya ditanam pada gula-gula untuk difteri.
4. Telurit cair : berguna sebagai media pengaya.
5. Agar darah : gunanya untuk membiak kuman-kuman lainnya seperti Streptococcus
haemolyticus dan Staphylococcus aerus
6. Gula-gula untuk difteri : glukosa serum dan sakarosa serum untuk membedakan C.
diptheri dengan kuman sejenis
1. Inokulasi
b) Inkubasi
Agar darah pada suhu 35 – 370C dalam sungkup lilin selama 24 – 48 jam.
Agar Cysttin Tellurite dan Agar Loeffler pada suhu 35 – 370C selama 24 – 48 jam
c) Amati Pertumbuhan koloni pada media isolasi : Koloni yang tumbuh dilakukan
pewarnaan Neisser, bila dijumpai adanya granula dilanjutkan dengan uji identifikasi tes
biokimia dan tes virulensi.
8. Tes biokimia
Koloni tersangka yang berwarna abu-abu hitam pada agar telurit ditanam pada glukosa
serum dan sakarosa serum (atau bisa pula ditambahkan amylum), kemudian dieram pad suhu
370C selama 1 malam. Hasil pengamatan adalah sebagai berikut :
C. diphteriae + – +/-
C. Xerosis +++
C. hofmanii –--
9. Tes virulensi
Tes ini digunakan untuk mengetahui bakteri Corynobacterium diptheriae yang diisolasi
adalah virulen arena menghasilkan eksotoksin, yang dilakukan dengan dua cara, yakni :
In vivo : Intrakutan dan tes subkutan dengan menggunakan hewan percobaan yaitu
Guinea Pig
Caranya pada medium gel yang mengandung serum, sebelum mengeras diletakan 1
strip kertas yang telah dijenuhi dengan antitoksin pada tengah-tengah medium dan ditekan
perlahan ke bawah permukaan dengan pingset steril.Kemudian medium dibiarkan
mengeras.Setelah itu biakan dari bakteri difteri yang dicurigai digoreskan menyilang dengan
tegak lurus pada strip kertas.Perlu juga digoreskan biakan bakteri sebagai control positif
maupun negative.Setelah diinkubasi pada suhu 370C seama 24 – 48 jam, dilihat ada tidaknya
garis presipitasi yang terjadi pada bakteri tes.
Gram Positif Batang, Panjang Pendek, Besar Kecil, polymorph, tidak berspora, tidak
berkapsul, ada pool korrel pada salah satu atau kedua ujungnya.
Biakan
C. Pasca analitik
Melakukan sterilisasi terhadap berbagai alat-alat yang telah digunakan agar dapat steril
dan tidak mengkontaminasi benda-benda yang lain dengan dimasukan ke dalam autoklaf
Mencuci tangan dengan sabun setelah memeriksa agar steril dari zat-zat yang infeksius
HARI 1 :
Spesimen ditanam pada Blood agar plate dan Tellurite Blood agar plate
Masuk incubator 370C selama 24 jam
HARI 2 :
HARI 3
Koloni yang tumbuh di Loeffler Serum atau Blood agar atau BHI agar, di buat smear
dicat menurut Neisser atau Albert’s stain untuk melihat ada tidaknya granula/poalkorrel.
Selain itu juga di tanam di dalam media gula-gula dan media identifikasi yang lain. Masuk
Inkubator 370C selama 24 jam.
HARI 4
Dibaca dan dicatat pertumbuhan media gula dan media identifikasi. Setelah dilakukan
tes kimia kemudian dicocokan dengan sifat-sifat Culturil dan Biochemisnya, serta
Morphologisnya untuk menentukan diagnosisnya.
PENANGANAN
1. Pencegahan
a. Isolasi Penderita
Penderita difteria harus di isolasi dan baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan sediaan
langsung menunjukkan tidak terdapat lagi Corynebacterium diphtheriae.
b. Imunisasi
Pencegahan dilakukan dengan memberikan imunisasi DPT (difteria, pertusis, dan tetanus)
pada bayi, dan vaksin DT (difteria, tetanus) pada anak-anak usia sekolah dasar.
Dilakukan dengan uji Schick, yaitu bila hasil uji negatif (mungkin penderita karier pernah
mendapat imunisasi), maka harus diiakukan hapusan tenggorok. Jika ternyata
ditemukanCorynebacterium diphtheriae, penderita harus diobati dan bila perlu dilakukan
tonsilektomi.
2. Pengobatan
Tujuan pengobatan penderita difteria adalah menginaktivasi toksin yang belum terikat
secepatnya, mencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi minimal, mengeliminasi
C. diptheriae untuk mencegah penularan serta mengobati infeksi penyerta dan penyulit
difteria.
a. Pengobatan Umum
Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan hapusan tenggorok negatif 2
kali berturut-turut. Pada umumnya pasien tetap diisolasi selama 2-3 minggu. Istirahat tirah
baring selama kurang lebih 2-3 minggu, pemberian cairan serta diet yang adekuat. Khusus
pada difteria laring dijaga agar nafas tetap bebas serta dijaga kelembaban udara dengan
menggunakan humidifier.
b. Pengobatan Khusus
Antibiotik
Antibiotik diberikan bukan sebagai pengganti antitoksin, melainkan untuk membunuh
bakteri dan menghentikan produksi toksin. Pengobatan untuk difteria digunakan
eritromisin , Penisilin, kristal aqueous pensilin G, atau Penisilin prokain.
Kortikosteroid
Dianjurkan pemberian kortikosteroid pada kasus difteria yang disertai gejala.
c. Pengobatan Penyulit
d. Pengobatan Kontak
Pada anak yang kontak dengan pasien sebaiknya diisolasi sampai tindakan berikut
terlaksana, yaitu biakan hidung dan tenggorok serta gejala klinis diikuti setiap hari sampai
masa tunas terlampaui, pemeriksaan serologi dan observasi harian. Anak yang telah
mendapat imunisasi dasar diberikan booster toksoid difteria.
e. Pengobatan Karier
Karier adalah mereka yang tidak menunjukkan keluhan, mempunyai uji Schick negatif
tetapi mengandung basil difteria dalam nasofaringnya. Pengobatan yang dapat diberikan
adalah penisilin 100 mg/kgBB/hari oral/suntikan, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari selama
satu minggu. Mungkin diperlukan tindakan tonsilektomi/adenoidektomi.