Anda di halaman 1dari 4

1. William NS, Bulstrode CJK, O’Connel PR. Extremity trauma.

Bailey and love: Short


Practice Surgery 25 th ed. 2008. London: Edward Arnold.
2. Solomon L, Warwick D, Nayagam S. 2010. Apley’s System of Orthopaedics and
Fractures. 9th edition. UK: Hodder Arnold.
3. Sjmsuhidajat R, Jong WD. 2004. Sistem muskuloskeletal. Dalam: Buku ajar ilmu bedah.
Edisi II. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
4. Wibowo DS, Paryana W. 2009. Anggota gerak atas. Dalam: Anatomi Tubuh Manusia.
Bandung: Graha Ilmu Publishing.
5. Snell R. 2006. Ekstremitas superior. Dalam: Anatomi Klinik. Edisi VI. Jakarta: EGC.
6. Thomas M. S., Jason H.C. Fractures. Mescape Reference Available from
http://emedicine.medscape.com/article/1269242-overview#aw2aab6b3. Accessed June
12, 2019.
7. Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown C, et al., eds. Rockwood and Green. Fractures
in adults. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p. 2081-93.
8. Donelly TD, et al. Frcatures of the Clavicle: An Overview. The Open Orthopaedics
Journal. 2013. Suppl 3: M6. 329-333.
9. Wright M. Clavicle Fracture, URL: http://www.patient.co.uk/doctor/Fractured-
Clavicle.htm. Diakses pada: 12 Juni 2019.
10. Arief Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4, Jakarta : Media Aesculapius.
Mardiono.
11. Rasjad C. 2009. Pengantar ilmu bedah ortopedi. Edisi VI. Jakarta: Yarsif Watampone.
12. Baharudin,M. Patofisiologi Nyeri. Ejournal UMM. 2014. Volume 13 (1).
13. Massironi S, et al. Relevance of vitamin D Deficiency in Patients with Chronic
Autoimmune Atrophic Gastritis: A Prospective Study. BMC Gastroenterology. 2018.
18:172.
14. Bertram G. Katzung. 2010. Farmakologi Dasar dan klinik. 10th ed.Jakarta: EGC. Hal:
479-48.
15. Efif M Patrice. 2012. Clavicle and Scapula Fracture in Fracture Management of Primary
Care. Philadelphia. p175-182.

Pasien laki-laki usia 62 tahun dengan pekerjaan sehari-hari sebagai petani, datang dengan
keluhan nyeri disertai bengkak pada bahu kiri setelah membentur stang motor saat sedang
berkendara. Primary Survey menunjukkan bahwa Airway paten, Breathing spontan, Circulation
dalam batas normal, dan Disbility dalam batas normal. Dari anamnesis didapatkan pasien
mengeluhkan nyeri di bahu kiri yang menjalar hingga dada kiri depan dan bahu kiri belakang.
Nyeri pada pasien ini terjadi karena kerusakan jaringan dan perubahan struktur karena penekanan
sisi-sisi fraktur dan pergerakan bagian fraktur sehingga memicu mediator-mediator inflamasi
berkumpul di lokasi kerusakan. 12
Nyeri yang terjadi adalah nyeri nosiseptif. Nyeri ini ditransmisikan melalui aktivitas
listrik pada serabut saraf sensorik.12 Nyeri pada pasien berlansung terus menerus membuat
pasien sulit tidur dan memburuk terutama saat pasien batuk dan bersin, sehingga dapat dikatakan
severity nya adalah Grade III (severe).2 Pasien juga mengeluhkan adanya bengkak di bahu dan
punggung kiri atas. Bengkak yang timbul merupakan salah satu tanda dari proses inflamasi
berupa dolor, kolor, rubor, tumor, dan fungsio laesa. Bengkak (edema) terjadi karena
peningkatan permeabilitas dinding kapiler, akibatnya protein plasma keluar dari kapiler
menyebabkan tekanan osmotik koloid darah menurun dan sebaliknya tekanan osmotik cairan
intersisial bertambah hal ini menyebabkan makin banyak cairan yang meninggalkan kapiler dan
menimbulkan edema.
Dari anamnesis mekanisme kecelakaan dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami patah
tulang klavikula karena hantaman langsung ke bahu atau mengarah ke bahu akibat menghantam
benda keras. Tulang yang membentuk bahu adalah tulang selangka atau klavikula yang
menghubungkan lengan atas dan batang tubuh. Tulang klavikula pada umumnya mudah di kenali
karena posisinya yang relatif di depan, dan terletak di bawah kulit (subcutaneus). Hal ini juga
yang menyebabkan klavikula rawan patah.6
Dari riwayat peyakit dahulu, pasien sudah dikenal dengan gastritis dan dari riwayat social
dan kebiasaan, pasien adalah seorang perokok berat dan minum kopi 2-3 gelas/hari. Gastritis
kronis dan kebiasaan dari pasien dapat mengakibatkan atrofi pada mukosa lambung, sehingga
penyerapan beberapa vitamin tertentu, termasuk Vitamin D akan terganggu. Hal ini akan
menimbulkan kurangnya kepadatan tulang sehingga berisiko tinggi mengalami fraktur.13

Pada pemeriksaan fisik umum, pasien dalam kondisi sakit sedang dengan VAS 8. Hal ini
menunjukkan pasien membutuhkan analgesik untuk menghilangkan nyerinya. Status generalisata
pasien dalam batas normal. Dari status lokalis regio klavikula sinistra; tampak pemendekan
dibanding klavikula dextra dengan angulasi. Nyeri tekan ada, namun tidak ditemukan krepitasi,
dan tampak cekungan pada 1/3 mid klavikula kiri. Dapat dikatakan bahwa fraktur yang dialami
pasien berada di bagian tengah klavikula Bagian ini merupakan yang paling sering mengalami
fraktur.
Dari pemeriksaan rontgen thoraks AP didapatkan kesan bahwa pasien mengalami
diskontinuitas tulang clavicula 1/3 tengah sinistra. Fraktur pada pasien tergolong tertutup (simple
fracture) karena kulit yang masih utuh, tanpa adanya komplikasi dan tulang tidak menonjol
melalui kulit. Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun ligament-
ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula bagian tengah juga
merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian medial. Hal ini yang menjelaskan
kenapa pada daerah ini paling sering terjadi fraktur dibandingkan daerah distal ataupun
proksimal.11
Saat di IGD, pasien ditatalaksana sesuai dengan prinsip ATLS. Pasien diberikan cairan
infus intravena sebagai terapi cairan pada pasien. Selanjutnya pasien juga diberikan anti nyeri
yaitu keterolac intravena di tambah ranitidin intravena. Keterolac merupakan obat anti nyeri dari
golongan NSAID (Non Steroidal Anti-Inflammatory Drug) yang bekerja mengahambat
prostaglandin. Nyeri pada pasien ini disebabkan karena kerusakan jaringan yang mengakibatkan
sel melepaskan zat yang bernama arachidonic acid sebagai bahan penghasil prostaglandin,
sehingga pasien diberikan keterolac sebagai penghambat prostaglandin. Namun, prostaglandin
juga memiliki fungsi lain sebagai pelindung lambung dan berperan dalam respon inflamasi.
Akibatnya, pemberian keterolac ini dapat menyebabkan iritasi pada lambung, ulserasi, dan
perdarahan akibat efek samping obat. Oleh karena itu, diberikanlah ranitidin sebagai obat untuk
melindungi lambung dari efek yang akan ditimbulkan oleh keterolac.14
Pasien juga diberikan antibiotik intravena berupa ceftriaxone. Pemberian antibiotik disini
terkait dengan luka terbuka yang ada pada wajah pasien. Pemberian antibiotik pada pasien ini
sebenarnya kurang sesuai dengan guideline tata laksana antibiotik. Rekomendasi antibiotik yang
diberikan seharusnya adalah generasi pertama dari sefalosporin (sefalotin, sefazolin, sefradin,
sefalexin, atau sefadroxil) dan/atau ditambah dengan golongan aminoglikosida.14 Ceftriaxone
merupakan generasi ketiga dari antibiotik golongan sefalosporin, dan metronidazol bukanlah
termasuk golongan aminoglikosida. Hal ini kemungkinan terjadi karena kebijakan panduan
praktik klinis di RSUP Dr. M. Djamil.
Di ruang rawat, pasien dilakukan pemasangan armsling sebagai upaya imobilisasi.
Secara umum, immobilisasi dilakukan selama ±3 minggu. Selama immobilisasi, pergerakan
pergelangan tangan harus tetap dilakukan. Untuk fraktur 1/3 medial dan tengah yang sering
ditemukan, yang perlu dilakukan adalah hanya menopang lengan dalam kain gendongan hingga nyeri
mereda (biasanya 2– 3 minggu). Sesudah itu harus dilakukan latihan bahu secara aktif, ini penting
terutama pada pasien tua. Imobilisasi lainnya dapat dilakukan dengan tindakan operative yaitu
Fiksasi internal dilakukan pembedahan untuk menempatkan piringan (plate) atau shaft logam
pada pecahan-pecahan tulang atau sering disebut open reduction with internal fixation (ORIF).15
Pasien direncanakan untuk menjalani ORIF elektif. ORIF dipilih karena faktor komorbid
usia tua pada pasien, dan displaced pada fraktur > 2 cm. Keuntungan ORIF adalah
memungkinkan proses mobilisasi dini serta lebih memungkikan pasien untuk melakukan
aktivitas dengan bantuan yang minimal. Fiksasi internal yang dipilih adalah Plate and Screw
yang dapat menjembatani bagian midshaft klavikula yang terpisah. Untuk mencegah komplikasi
re-fraktur, direncanakan pelepasan plate and screw pada waktu yang tepat. Kurang lebih
dibutuhkan 1 tahun untuk melepas implant, namun 18-24 bulan lebih baik lagi. 2

Anda mungkin juga menyukai