Disusun Oleh :
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Segala puji serta syukur hanya bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi
Maha Penyayang. Berkat limpahan karunia nikmatNya kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Tekanan Udara” dengan lancar. Penyusunan makalah ini
dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Higiene Industri.
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan
dari berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala
partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini. Meski demikian, kami
menyadari masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan didalam penulisan
makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Sehingga kami
secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari pembaca.
Demikian apa yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya, dan untuk kami sendiri khususnya.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.3 Tujuan dan Manfaat...................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
2.1 Pengertian Tekanan udara..........................................................................4
2.2 Udara.........................................................................................................4
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Tekanan Udara.............................................5
2.4 Variasi Tekanan Udara..............................................................................6
2.5 Dampak tekanan udara yang tidak normal................................................6
BAB III..................................................................................................................10
3.1 Pengertian Tekanan Udara.......................................................................10
3.2 Kasus Kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja tekanan panas..........13
3.3 Dampak dan mekanisme terjadinya tekanan udara................................14
3.4 Alat Ukur dan prinsip kerjanya...............................................................16
BAB IV..................................................................................................................21
4.1 Kesimpulan..............................................................................................21
4.2 Saran........................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................24
LAMPIRAN...........................................................................................................26
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Perbedaan tekanan udara menimbulkan aliran udara. Udara yang
mengalir disebut angin. Udara mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke
daerah yang bertekanan rendah. Untuk menyatakan arah angin ditentukan
dengan derajat = 0 0 atau 360 0 berarti arah utara, 90 0 arah timur, 180 0 arah
selatan, dan 270 0 arah barat (Wahyuningsih, 2004).
Angin adalah udara yang bergerak dari satu tempat ketempat lainnya.
Angin berhembus dikarenakan beberapa bagian bumi mendapat lebih banyak
panas matahari dibandingkan tempat lain. Permukaan tanah yang panas
membuat suhu udara di atasnya naik. Akibatnya udara yang naik mengembang
dan menjadi lebih ringan. Karena lebih ringan dibandingkan udara sekitarnya,
udara akan naik. Begitu udara panas tadi naik, tempatnya akan segera
digantikan oleh udara sekitar terutama udara dari atas yang lebih dingin dan
berat. Proses ini terjadi terus-menerus, akibatnya kita bisa merasakan adanya
pergerakan udara atau yang disebut angin (Nasir, 1990).
Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan oleh udara karena beratnya
kepada setiap bidang seluas 1 cm2 yang mendatar dari permukaan bumi. Hal
ini dapat dipahami bahwa setiap lapisan udara yang dibawah mendapat
tekanan udara dari yang diatasnya. Oleh karena itu lapisan yang dibawah
keadaan tegang. Ketegangan itu sangat besar sehingga berat udara yang
diatasnya bertahan dalam keadaan seimbang. Tinggi barometer ialah panjang
kolom air raksa yang seimbang dengan tekanan udara pada waktu itu (Takade,
2005).
Hubungan antara tekanan udara dan ketinggian tempat ini dimanfaatkan
dalam merancang alat pengukuran ketinggian tempat yang disebut Altimeter.
Tekanan udara umumnya menurun sebesar 11 mb untuk setiap bertambahnya
ketinggian tempat sebesar 100 meter. Tekanan udara dipengaruhi oleh suhu,
suhu udara di daerah tropis menunjukkan fluktasi musiman yang sangat kecil.
Oleh sebab itu dapat dipahami jika tekanan udara dikawasan tropis relatif
konstan (Takeda, 2005).
2
b. Bagaimanakah contoh kasus kecelakaan kerja akibat tekanan udara?
c. Bagaimana dampak tekanan udara terhadap kesehatan pekerja?
d. Bagaimana cara pengukuran tekanan udara?
b. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui pengertian Tekanan Udara
2) Untuk mengetahui contoh kasus kecelakaan kerja akibat tekanan udara
3) Untuk mengetahui dampak tekanan udara terhadap kesehatan pekerja
4) Untuk mengetahui cara pengukuran tekanan udara
c. Manfaat Penulisan
1) Untuk menambah pemahaman pembaca terkait materi Tekanan Udara
2) Untuk memperluas pengetahuan dan cakrawala pembaca terkait materi
Tekanan Udara
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Udara
Udara merupakan suatu zat berwujud gas dan mempunyai massa serta
volume. Selain itu udara merupakan campuran berbagai gas yang mempunyai
sifat meluas dan juga dapat ditekan. Karena memiliki massa dan terpengaruh
gravitasi bumi, maka udara memiliki tekanan yang disebut tekanan udara
(Hana, 2011).
Udara terbentuk dari campuran gas yang diperlukan oleh semua tanaman
dan hewan untuk hidup. Ketika bergerak, udara menekan segala sesuatu yang
dilaluinya, misalnya daun berdesir dan layangan terangkat tinggi. Gerakan
udara yang disebabkan oleh tekanan disebut angin. Udara yang tak bergerak
juga menekan. Bumi dikelilingi oleh lapisan udara setebal 640 km (Hana,
2011).
4
Meskipun ringan, lapisan udara ini begitu tebal sehingga menekan semua
benda kepermukaan tanah dengan kekuatan yang sama dengan tekanan
setebal 10,4 m. Kita tidak merasakan tekanan udara ketubuh kita karena
tekanannya sama besar pada seluruh tubuh, dan cairan dalam tubuh juga
menekan keluar. Tekanan atmosfer lebih rendah di tempat tinggi. Tekanan
udara pada kapal terbang di ketinggian sekitar 16.000 m di atas permukaan
tanah hanya tekanan di permukaan tanah (Hana, 2011).
5
2.4 Variasi Tekanan Udara
Tekanan udara dibatasi oleh ruang dan waktu. Artinya pada tempat dan
waktu yang berbeda, besarnya juga berbeda. Tekanan udara secara vertical
yaitu makin keatas semakin menurun. Adanya variasi suhu secara vertikal di
atas troposfer (>32 km) sehingga makin tinggi tempat suhu makin naik.
Udara di dekat permukaan bumi terdiri dari beranekaragam molekul gas,
uap air maupun partikulat lainnya. Masing-masing molekul mempunyai massa
dan gaya gravitasi yang berbeda-beda. Molekul-molekul yg lebih berat
cenderung akan menempati posisi lebih bawah, sedangkan molekul yang
lebih ringan menempati posisi yang lebih atas. Akibatnya pada posisi yang
lebih dekat dengan permukaan bumi udaranya lebih rapat & lebih berat
dibanding udara pada lapisan di atasnya.
6
atau berada pada tulang sendi dan di bawah otot, menyebabkan kramp
yang sangat hebat (sangat nyeri). Rasa sakit ini dikenal dengan nama
“penyakit bends” atau “penyakit caisson” atau disebut juga “penyakit
dekompressi.” Sedang gelembung Nitrogen dalam darah (emboli) juga
dapat menyumbat pembuluh darah, yang dapat mengakibatkan
kelumpuhan (Soeripto, 2008).
b. Tekanan Langsung
Kerusakan jaringan tubuh sebagai akibat langsung dari tekanan
yang dikenal dengan nama “BAROTRAUMA.” Tekanan hidrostatik
akan bertambah sesuai dengan kedalamannya. Hal ini dapat terjadi pada
saat menyelam (descent) atau saat naik ke permukaan (ascent). Badan
manusia yang sehat akan dapat mengadaptasi perubahan tekanan ini
sehingga tidak menimbulkan suatu akibat. Apabila karena suatu sebab
adaptasi ini tidak dapat mengadaptasi tekanan yang ada, maka akan
timbul kerusakan jaringan, seperti robeknya membran timpani
(barotrauma telinga), robeknya jaringan paru (barotrauma paru), atau
bisa terjadi “blowing up” atau “emergency swimming ascent (ESA)”
bila naik ke permukaan secara cepat atau tiba-tiba (Soeripto, 2008).
Naiknya tekanan udara akan menyebabkan volume rongga gas di
dalam tubuh bertambah kecil dan akan mengakibatkan terjadinya
“squeeze”, dimana bila terjadi oedema atau pendarahan misalnya pada
sinus, paru-paru atau conjungtiva. Pemajanan kerja yang terjadi di alam
“caisson work” ataupun pekerja-pekerja tambang yang dalam atau
pekerja-pekerja yang melaksanakan pekerjaan pembuatan terowongan,
dimana gas bertekanan tinggi digunakan untuk mengeluarkan air atau
lumpur dan juga untuk memberi topangan (menyangga) pada suatu
bangunan (Soeripto, 2008).
Manusia dapat menahan tekanan udara yang besar, jika udara
dapat bebas masuk ke dalam paru-paru, sinus, dan telinga bagian
tengah. Yang dijumpai pada pekerja yang bekerja di bawah udara
bertekanan tinggi adalah sakit yang sangat nyeri dan kebuntuan
(kemacetan) di dalam telinga yang disebabkan oleh ketidakmampuan
mengalirkan udara ke telinga bagian tengah secara layak selama terjadi
7
kompresi dan dekompresi. Akibatnya banyak tenaga kerja yang bekerja
pada lingkungan udara bertekanan tinggi menderita kehilangan daya
dengar yang bersifat sementara maupun bersifat sementara (Soeripto,
2008).
Selain hal-hal tersebut di atas, maka terdapat juga berbagai resiko
bahaya dalam pekerjaan penyelaman/lingkungan udara bertekanan
tinggi seperti High Pressure Neurogical Syndrome (HPNS atau
sindroma neurologis akibat tekanan tinggi) Di lingkungan hiperbarik
(tekanan udara lebih besar dari tekanan udara normal) maupun para
penyelam dilaut yang dalam mereka juga menghadapi pengaruh dari
tekanan udara yang lebih besar dan tekanan udara normal. Meskipun
pada saat menyelam mereka telah menyandang ala-alat pernafasan
(SCUBA) untuk bernafas, atau mereka bernafas dari campuran gas
helium dan oksigen yang disalurkan melalui tekanan dari permukaan air
(Soeripto, 2008).
Gas helium merupakan gas “inert diluents” dan kurang dapat larut
didalam darah dan jaringan disbanding nitrogen dan keberadaan gas
helium tidak banyak menimbulkan masalah dekompresi. Namun HPNS
dapat terjadi yang diakibatkan oleh keracunan helium pada kedalaman
yang dalam (130 meter atau lebih) yang berasal dari gas campuran yang
digunakan penyelam. Timbul gejala-gejala neurologis seperti tremor,
disorientasi, pingsan dan lain sebagainya (Soeripto, 2008).
8
Udara normal mengandung kira-kira 20% oksigen. Tanda-tanda
fisiologis yang pertama oleh karena kekurangan oksigen (anoxia) adalah
meningkatnya kecepatan bernafas dalam menghirup udara dalam-dalam.
Kadar oksigen kurang dari 16% mengakibatkan kepusingan, detak
jantung menjadi cepat dan sakit kepala (Soeripto, 2008).
Dalam hal masuk ke tempat yang kandungan oksigenya sedikit
atau sama sekali tidak mengandung oksigen, seseorang umumnya tidak
mengalami gejala-gejala peringatan, namun segera kehilangan
kesadaranya dan tidak mengingat peristiwanya, jika ia tertolong dan sadar
kembali (Soeripto, 2008).
9
BAB III
PEMBAHASAN
Tekanan yang diberikan oleh udara pada setiap satuan luas bidang
datar dari permukaan bumi sampai batas atmosfer di sebut tekanan udara.
Makin tinggi suatu tempat makin rendah kerapatan udaranya, sehingga
tekanan udara semakin ke atas semakin rendah. Sebaran tekanan udara di
suatu daerah dapat digambarkan dalam peta yang ditunjukkan oleh garis
isobar. Isobar merupakan garis yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai tekanan udara sama.
Tekanan udara antara tempat yang satu dengan tempat yang lain di
permukaan bumi berbeda-beda. Faktor utama yang mempengaruhi
perbedaan tekanan udara adalah temperatur udara. Daerah yang
mendapatkan panas secara intensif merupakan daerah yang mempunyai
10
tekanan udara minimum (-). Hal ini disebabkan oleh adanya pengembangan
udara jika kena panas. Daerah yang pemanasannya kurang merupakan
daerah yang bertekanan maksimum (+). Udara akan bergerak dari daerah
yang bertekanan maksimum ke daerah yang bertekanan minimum.
Tekanan atmosfer ditentukan oleh jumlah total udara dari tempat yang
diukur sampai pada puncak atmosfer. Jika jumlah udara dalam kolom ini
berubah menurut tempat, maka tekanan yang diukur akan berubah karena
efek gravitasi. Tekanan pada ketinggian z adalah berat seluruh udara diatas z
persatuan luas permukaan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
11
Karena udara bersifat dapat dimampatkan maka berat kolom udara atau
tekanan berkurang susuai dengan ketinggian. Lapisan atmosfer paling bawah
adalah paling padat, sampai ketinggian beberapa kaki diatas permukaan laut
maka berkurangnya tekanan adalah 1 inchi (34 mb) tiap 900 atau 1000 kaki.
Setengah dari berat atmosfer terletak di bagian bawah. Tekanan atmsofer
selalu berkurang dengan bertambahnya ketinggian. Tabel di bawah ini
menunjukkan tekanan atmosfer berkurang sesuai dengan bertambahnya
ketinggian (Herawati tuti, 2015).
12
kadang pada permukaan 700 mb dan 500 mb. Satuan dari tekanan udara
adalah Pacsal (N/m2), namun pada umumnya digunakan satuan mb (milibar)
(Herawati tuti, 2015).
3.2 Kasus Kecelakaan Kerja dan Penyakit Akibat Kerja Tekanan Udara
1. Kasus I : Penyelam BASARNAS meninggal akibat Dekompresi tekanan
udara saat melakukan evakuaisi pesawat LION AIR
Penyelam Badan SAR Nasional (BASARNAS) Syachrul
Anto meninggal dalam proses pencarian korban JT 610. Korban diduga
tewas akibat dekompresi karena naik cepat usai menyelam. Dokter ahli
bedah dr Mozart, SpB, mengatakan dekompresi terjadi akibat gas nitrogen
dalam tubuh yang tidak bisa dilepas ke lingkungan bebas. Gelembung
nitrogen menghambat pembuluh darah dan persendian, yang menyebabkan
penyelam merasa kesemutan dan pegal.
"Penyelam harus naik perlahan untuk membebaskan nitrogen dalam
tubuhnya. Nitrogen ini dilepas dalam bentuk gelembung seperti yang ada
dalam minuman bersoda," kata dr Mozart yang bertugas di RS TNI AL
Mintohardjo saat dihubungi detik Health pada Sabtu (3/11/2018).
Proses evakuasi bagi penyelam yang mengalami dekompresi adalah
kembali menyelam sesuai kedalamannya. Penyelam selanjutnya naik
perlahan untuk memastikan tidak ada sisa nitrogen dalam tubuh. Penyelam
juga bisa dimasukkan dalam chamber (bilik) untuk menuntaskan proses
adaptasi tubuh. dr Mozart menjelaskan tekanan dalam chamber akan diatur
sesuai lokasi tugas penyelam. Selanjutkan tekanan dikurangi perlahan
hingga akhirnya sesuai lingkungan sekitar.
Menurut Mozart tidak ada golden period dalam usaha evakuasi korban
dekompresi. Korban masih bisa selamat asal tidak mengalami kecelakaan
parah, misal ada organ yang pecah. Penyelam yang berpengalaman
biasanya bisa merasakan efek dekompresi. Pada sebagian kasus korban
bisa selamat meski dekompresi sudah berlangsung beberapa hari
(detikhealth.com, 2018)
13
New Delhi - Lebih dari 30 orang penumpang sebuah pesawat
komersial India mengalami pendarahan pada hidung dan telinganya setelah
pilot 'lupa' menyalakan saklar pengatur tekanan udara di dalam kabin, kata
sejumlah pejabat
Pesawat Boeing 737, yang membawa 166 penumpang, akhirnya
mendarat dengan selamat. Kementerian penerbangan mengatakan pilot
pesawat tersebut untuk sementara dibebastugaskan selama proses
investigasi. Salah-seorang penumpang, Darshak Hathi, mengunggah video
dalam akun Twitternya suasana di dalam kabin pesawat saat saat tekanan
udara mengalami penurunan dan masker oksigen diturunkan
Lalit Gupta, Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil (DGCA),
mengatakan kepada surat kabar Hindustan Times bahwa awak pesawat itu
lupa menghidupkan saklar untuk mengatur tekanan udara di dalam kabin.
Pihak Jet Airways, dalam pernyataannya pada Kamis pagi, menjelaskan
latar belakang kasus tersebut dan "meminta maaf" atas ketidaknyamanan
yang menimpa para penumpangnya.,
"Pesawat B737, dengan 166 penumpang dan lima awak telah
mendarat secara baik di Mumbai. Semua penumpang telah mendarat
dengan aman dan dibawa ke terminal kedatangan."
"Pertolongan pertama diberikan kepada sejumlah penumpang yang
mengeluh sakit telinga, hidung berdarah, dan lain-lain," demikian isi
pernyataan itu. (detiknews.com, 2018)
14
mengeluarkan darah dari telinga, hidung, dan mulut mereka. Sedangkan
sisa penumpang lainnya juga mengalami sakit kepala, sakit telinga, dan
mual. Ini memicu pertanyaan, bagaimana bisa para penumpang tersebut
mengeluarkan darah dari telinga mereka saat pendaratan darurat? Tekanan
Udara Hal ini berhubungan dengan tekanan udara kabin.
Tekanan udara kabin yang benar berada sekitar 6.000 hingga 8.000
kaki di atas permukaan laut. Padahal, ketinggian jelajah khas pesawat
terbang adalah 36.000 hingga 40.000 kaki. Artinya, ada perbedaan antara
udara di dalam kabin dan di luar pesawat. Nah, ketika terjadi kebocoran
kecil akan menyebabkan pelambatan depressurisation udara kabin.
Depressurisation sendiri adalah malfungsi sistem tekanan udara di kabin
pesawat. Jika hal ini diketahui cukup awal, pilot bisa membuat pendaratan
darurat ke ketinggian yang aman. Ini kemungkinan yang terjadi pada kasus
Ryanair di Jerman.
Meski berhasil mendarat darurat, perbedaan tekanan udara tersebut
(baik perlahan ataupun tiba-tiba) bisa menyebabkan sejumlah masalah
kesehatan. Kebocoran tekanan udara yang lambat bisa menyebabkan
beberapa gejala hipoksia seperti mual dan sakit kepala. Sedangkan untuk
darah yang keluar dari telinga, ada penjelasan yang lebih kompleks.
Seperti Chris Brennan-Jones, audiolog pediatrik, menjelaskan untuk The
Conversation, ruang telinga bagian tengah sebagian besar kedap udara dan
dilindungi oleh gendang telinga. Namun, udara bisa masuk dan keluar dari
telinga melalui saluran yang menghubungkan telinga ke bagian belakang
tenggorokan, yang disebut tabung Eustachian. "Anda memiliki sejumlah
kecil udara yang disegel di ruang telinga bagian tengah. Dan kemudian ada
sisa udara di luar, di atmosfer," kata Brennan-Jones dikutip dari Science
Alert, Senin (16/07/2018). "Biasanya tekanan udara di dalam telinga
tengah dan di atmosfer sangat mirip, atau setidaknya tidak cukup berbeda
untuk menyebabkan Anda kesulitan," imbuhnya. "Ketika Anda
meningkatkan ketinggian, tekanan udara di atmosfer menurun, membuat
udara 'lebih tipis', sementara tekanan udara di telinga tengah relatif tidak
berubah," tutur Brennan-Jones lagi. Artinya, malfungsi pada sistem
15
tekanan udara pesawat tersebut memberi tekanan pada gendang telinga. Ini
membuat orang sulit mendengar dan menyebabkan ketidaknyamanan di
telinga.
Ketika orang mengalami penurunan atau peningkatan tekanan udara
yang sangat cepat, ini juga bisa menyebabkan gendang telinga pecah.
Atau, hal tersebut menyebabkan sesuatu yang disebut telinga barotrauma.
Gejalanya adalah sakit telinga, dan keluarnya cairan dari telinga (dapat
berupa darah atau cairan bening), dan potensi mual serta vertigo.
Untungnya, gendang telinga pecah dan barotrauma bisa disembuhkan
dalam beberapa minggu sampai berbulan-bulan. Selain itu, hampir tidak
ada intervensi yang diperlukan untuk penyembuhan ini. Jadi, terlepas dari
situasi yang menakutkan ini, tidak mungkin ada orang yang terluka serius
atau permanen. "Sejalan dengan prosedur standar, awak mengerahkan
masker oksigen dan memulai penurunan yang terkontrol," kata Ryanair
dalam sebuah pernyataan. Ryanair mengatakan pesawat "mendarat normal
dan penumpang turun, di mana sejumlah kecil menerima perawatan medis
sebagai tindakan pencegahan."
Sayangnya, tidak semua orang setuju dengan Ryanair. Penumpang
Conor Brennan mengatakan kepada Irish Times bahwa "staf bandara dan
Palang Merah melakukan yang terbaik untuk menangani situasi, karena
Ryanair tidak terlihat." "Mereka benar-benar menunjukkan kurangnya
empati yang mengejutkan bagi pelanggan mereka, hampir berbatasan
dengan tidak manusiawi," sambungnya. Namun, menurut ABC, semua
orang dapat meninggalkan rumah sakit pada hari Minggu pagi.
(kompas.com, 2018)
16
tanpa pengatur tekanan udara. Contohnya pada penyelam, penyelam tahan
napas hanya mendapatkan udara ketika di permukaan sebelum turun
menyelam. Ketika menyelam paru-paru akan mengkerut sebab tekanan di
dalam laut lebih besar daripada di permukaan laut. Sebaliknya, ketika naik
ke permukaan paru-paru akan mengembang. Menyelam secara cepat turun
ke dalam dan naik ke permukaan menimbulkan masalah sebab tubuh tidak
bisa beradaptasi dengan cepat. Kondisi ini disebut Barotrauma, yang bisa
terjadi pada telinga, otak, paru dan organ lainnya.
Penyebab terjadinya barotrauma adalah penyumbatan pada tuba
eustakius yang merupakan penghubung antara telinga tengah dan hidung
bagian belakang membantu menjaga agar tekanan dikedua tempat tersebut
tetap sama dengan cara membiarkan udara dari luar masuk ke telinga
tengah atau sebaliknya. Jika tuba eustakius mengalami penyumbatan
sebagian maupun penyumbatan total akibat adanya jaringan parut, infeksi
atau alergi, maka udara tidak akan sampai ke telinga tengah dan terjadilah
perbedaan tekanan. Faktor resiko terjadinya barotrauma adalah perubahan
ketinggian, misalnya penerbangan, menyelam atau bepergian ke daerah
pegunungan, hidung tersumbat akibat alergi, pilek atau infeksi saluran
nafas atas.
Gejala yang sering timbul pada barotrauma telinga meliputi telinga
terasa penuh, sakit, berdengung, pusing, dan penurunan pendengaran.
Penderita akan merasakan nyeri pada salah satu atau kedua telinganya,
yang disertai dengan hilangnya pendengaran yang sifatnya ringan.
Penderita juga akan merasakan telinganya penuh dan pusing, jika
keadaannya berat atau berlangsung lama maka ketulian bisa bertambah
berat, penderita merasakan adanya tekanan di dalam telinganya dan
mungkin akan terjadi perdarahan hidung.
17
Pengobatan barotrauma, jika selama penerbangan perubahan tekanan
terjadi secara tiba-tiba menyebabkan rasa penuh atau nyeri di telinga,
maka untuk meyelamatkan tekanan di telinga tengah dan mengurangi rasa
nyeri bisa diatasi dengan: menguap, mengunyah permen karet, mengisap
permen dan menelan. Mengunyah atau menelan bisa membantu membuka
tuba eustakius sehingga udara bisa keluar-masuk untuk menyamakan
tekanan dengan udara luar. Penderita infeksi atau alergi hidung dan
tenggorokan bisa mengalami rasa nyeri ketika bepergian dengan pesawat
terbang atau menyelam. Untuk meringankan penyumbatan dan membantu
membuka tuba eustakius bisa diberikan dekongestan, misalnya penilefrin
dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot.
2) Decompression sickness
Penelitian yang dilakukan oleh Angkatan Laut USA antara tahun
1968 - 1981, seorang penyelam semakin dalam menyelam maka semakin
besar tekanan atmosfir yang diterima, dengan bertambahnya kedalaman
menyelam maka risiko terjadi penyakit dekompresi semakin besar dan
penyelam dengan kedalaman 30 - 61 meter risiko terjadi kecelakaan
sebesar 0,54%.8 Hukun Boyle mengatakan, makin dalam air laut makin
besar tekanan, sehingga volum udara yang dikonsumsi juga berubah yang
akhirnya dapat menimbulkan dekompresi. Setiap pertambahan 10 meter
terjadi kenaikan tekanan 1 ATA. Seorang penyelam semakin dalam
menyelam maka semakin besar tekanan atmosfir yang diterima, dengan
bertambahnya kedalaman, kemungkinan terkena penyakit dekompresi
semakin besar . (Jennifer H, 2014)
18
biasanya. Peningkatan oksigen yang dihirup akan berdampak positif bagi
metabolisme tubuh, tetapi gas nitrogen tidak digunakan oleh tubuh.
Akibatnya, gas nitrogen akan terakumulasi di dalam tubuh peselam sesuai
dengan proporsi, durasi menyelam dan kedalaman penyelaman. Nitrogen
yang sudah terakumulasi didalam tubuh akan dilepas dalam bentuk
gelembung udara. Akibat dari penurunan maupun perubahan tekanan
secara drastis karena tekanan yang tiba-tiba menurun tidak cukup untuk
mempertahankan kelarutan gas sehingga timbul gelembung. Gelembung
ini dapat menyebabkan emboli yang akan menyumbat aliran darah maupun
sistem syaraf tubuh manusia.
Dampak yang paling fatal dari penyakit DCS adalah kelumpuhan pada
peselam hingga mengakibatkan penurunan produktifitas secara massal,
morbiditas berat, cacat seumur hidup dan bahkan kematian. Data
Kesehatan Peselam Tradisional Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015,
menggambarkan bahwa terdapat 285 orang peselam yang mengalami
gangguan kesehatan diantaranya 83 orang mengalami nyeri sendi, nyeri
otot, 58 orang mengalami sakit kepala, 8 orang mengalami lumpuh, 4
orang mengalami pendarahan hidung dan terdapat 1 orang yang
meninggal.6 Nelayan di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, mengalami kasus
barotrauma (41,4%) dan penyakit dekompresi yang biasa menyerang
peselam (6,9%). Nelayan di Pulau Bungin, Nusa Tenggara Barat menderi-
ta nyeri persendian (57,5%) dan gangguan pen-
dengaran ringan sampai ketulian (11,3 %).4 Faktor risiko utama
decompression sickness adalah kedalaman menyelam, durasi, tingkat
pendakian, dan menyelam berulang. Faktor risiko lain melibatkan suhu
rendah, paparan ketinggian, paten foramen ovale, jenis kelamin
perempuan, usia tua, obesitas, konsumsi alkohol, dehidrasi, sebelumnya
menderita decompression sickness, dan olahraga berat).1 Penelitian lain
menyatakan faktor yang terkait decompression sickness peselam, antara
lain umur penyelam, kedalaman penyelaman, masa kerja peselam,
frekuensi naik turun penyelaman dan penggunaan kompresor sebagai alat
19
bantu nafas saat menyelam, pemeriksaan kesehatan peselam (Amir H,
2015).
(Sumber : www.alibaba.com)
20
berada yang dihitung berdasarkan ketinggian dimana barometer ini
ditempatkan dalam beberapa suhu rata-rata.
5. Dari hasil pembacan, harus dikoreksi terhadap kesalahan kesalahan
karena alat. Akan tetapi pada umunya barometer tersebut dianggap
cukup mengimbangi terhadap kedaan suhu serta tidak perlu koreksi
grafitasi.
2. Barometer air raksa
(Sumber : adib-hasan.com)
Barometer air raksa terdiri dari tabung gelas berisi air raksa,
bagian atasnya tertutup dan bagian bawahnya terbuka dimasukkan ke
dalam bejana air raksa (Anonymous, 2008).
Saaat ingin dioprasikan terlebih dahulu dilakukan dikalibrasi
untuk menentukan koreksi indek. Setelah dikalibrasi dan mendapatkan
koreksi indeknya, lalu dibuatkan koreksi temperatur untuk pembacaan
barometer sesuai dengan lokasi stasiunnya. Terlampir disertakan
petunjuk cara pemasangan barometer, dan dapat dilihat gambar
bagian-bagian dari barometer stasiun. (Rizadi. 2010)
Syarat penempatan
Dalam menentukan tempat serta penempatan barometer, harus
dipilih dan dilakukan dengan sangat teliti dan hati-hati. Ruangan
21
dimana barometer akan ditempatkan harus memenuhi syarat-syarat
pokok, yaitu:
a. Ditempatkan pada ruangan yang mempunyai suhu tetap
(Homogen)
b. Tidak boleh kena sinar matahari langsung
c. Tidak boleh kena angin langsung
d. Tidak boleh dekat lalu-lintas orang
e. Tidak boleh dekat meja kerja
f. Penerangan jangan terlalu besar, maximum 25 watts
(Anonymous, 2008).
Cara pemasangan
Petunjuk cara pemasangan barometer yaitu sebagai berikut :
a. Keluarkan barometer dari kotak transportnya, posisi barometer
dalam keadaan terbalik.
b. Ganti sekrup transport, dengan sekrup operasional yang tersedia.
c. Rubahlah posisi barometer yang terbalik tersebut secara perlahan-
lahan, dengan cara memegang ujung tabung barometer dan bejana
air raksanya. Selanjutnya gantungkan pada tempat gantungan yang
telah tersedia. Usahakan setelah digantung tinggi bejana air raksa
terhadap lantai kira-kira 3 feet.
d. Setelah barometer tergantung vertikal, kendurkan sekrup kecil
yang terdapat pada permukaan bejana air raksa yang merupakan
lubang ventilasi agar udara luar dapat masuk. Perhatikan sekrup
jangan sampai terlepas.
e. Tunggu beberapa saat, sampai air raksa dalam tabung barometer
turun. Apabila air raksa tidak bisa turun, maka ketuk bejana
barometer secara perlahan dengan gagang obeng, sehinggan air
raksanya menjadi turun.
f. Setelah air raksa turun, diamkan terlebih dahulu selama 24 jam,
baru barometer air raksa dapat dioperasikan. Ketika kita akan
membawa barometer air raksa ke suatu tempat, hal-hal yang harus
diperhatikan antara lain yaitu :
1) Barometer diletakkan dalam kotak alat dengan posisi terbalik, sekrup
yang terpasang pada bejana barometer adalah sekrup transport.
2) Pada saat membawa kotak alat (barometer) posisinya harus senantiasa
tegak sepanjang perjalanan, sesuai petunjuk tanda panah yang ada.
3) Kotak alat (barometer) harus senantiasa dipegang, tidak boleh
dimasukkan ke dalam bagasi.
22
4) Di dalam pesawat terbangn usahakan memilih tempat duduk ditepi
jendela, agar kotak alat dapat disandarkan.
5) Sewaktu dilakukan pemeriksaan oleh petugas di bandara, barometer
jangan direbahkan, cukup diberikan penjelasan (alat meteorologi) dan
tunjukkan surat pengantar dari BMG. Apabila diperlukan untuk dilihat,
buka kotak alat dalam posisi tegak.
Cara membaca
a. Baca suhu yang menempel pada Barometer
b. Naikkan air raksa dalam bejana, sehingga menyinggung jarum taji
c. Skala Nonius (Vernier) sehingga menyinggung permukaan air raksa
d. Baca skala Barometer dan skala Nonius
e. Gunakan koreksi yang telah disediakan (Anonymous, 2008)
Cara membawa (Transport)
a. Barometer dibalik pelan-pelan sehingga bejana berada di atas.
b. Masukkan dalam kotak transport, dengan bejana tetap diatas
c. Membawanya bejana harus tetap berada diatas (Anonymous,
2008).
23
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Tekanan udara adalah tenaga yang bekerja untuk menggerakan massa
udara setiap luasan tertentu (Tjasyono, B 2005)
2. Kasus kecelakaan dan penyait akibat kerja terkait tekanan udara
diantaranya yaitu:
a. Kasus I : Penyelam BASARNAS meninggal akibat Dekompresi
tekanan udara saat melakukan evakuaisi pesawat LION AIR
b. Kasus II : Awak Kabin lupa menghidupkan saklar pengaturan tekanan
udara di kabin pesawat
c. Kasus III : Mendarat Darurat, 33 Penumpang Ryanair Keluarkan
Darah dari Telinga
3. Dampak dan mekanisme terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja
a. Brautrauma yaitu penyakit yang diakibatkan karena menyelam secara
cepat turun ke dalam dan naik ke permukaan menimbulkan masalah
sebab tubuh tidak bisa beradaptasi dengan cepat.
b. Dekomptression yaitu penyakit ysng terjadi karena saat menyelam,
terjadi peningkatan tekanan sehingga udara yang kita hirup (oksigen
dan nitrogen) lebih banyak dari biasanya. Peningkatan oksigen yang
dihirup akan berdampak positif bagi metabolisme tubuh, tetapi gas
nitrogen tidak digunakan oleh tubuh. Akibatnya, gas nitrogen akan
terakumulasi di dalam tubuh peselam sesuai dengan proporsi, durasi
menyelam dan kedalaman penyelaman. Nitrogen yang sudah
terakumulasi didalam tubuh akan dilepas dalam bentuk gelembung
udara. Gelembung ini dapat menyebabkan emboli yang akan
menyumbat aliran darah maupun sistem syaraf tubuh manusia.
4. Alat ukur dan cara kerja alat pengukur tekanan udara antara lain yaitu:
a. Barometer aneroid
Barometer Aneroid adalah disadarkan pada kotak Vidi barometer
aneroid yaitu sebuah kotak yang terbuat dari pelat logam; kotak Vidi
akan menjadi kembung, jika tekanan udara berkurang dan akan menjadi
kempis, jika nilai tekanan udara bertambah besar. Gerakan
24
mengembung, mengempisnya kotak Vidi tersebut disalurkan pada
sebuah jarum penunjuk yang berputar-putar diatas skala tekanan udara.
4.2 Saran
Adapun saran yang kami ajukan pada laporan ini yaitu :
25
26
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Irhamdi.2016.hubungan pengunaan alat penyelam tradisional dengan
kejadian barotrauma. global health science ISSN 2503-5088 Volume 1 Issue 1.
Maluku
Duke, Halena Isrumanti, dkk. 2017. pengaruh kedalaman menyelam, lama menyelam,
anemia terhadap kejadian penyakit dekompresi pada penyelam tradisional
Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. 12(2): 2017 ISSN 1693-3443
Elifant, Muhammad. 2011. Barometer Air Raksa Tipe Kew Pattern. (Online), diakses
pada 27 April 2019.
27
Rizadi. 2010. Alat Pengukur Tekanan. (Online), diakses pada 27 April
2019.Soeharsono. 1994. Meteorologi Penerbangan. Balai Diklat Meteorologi
dan Geofisika. Jakarta.
Utama, C. 2008. Pengaruh Suhu dan Tekanan Udara Terhadap Daya Angkat Pesawat
di Bandara Hasanuddin Makassar. Skripsi Universitas Negeri Makassar.
Makassar.
Yulkifli. 2006. Desain dan pembuatan alat ukur tekanan elektronik berbasikan
mikrokontroler at89c51 menggunakan sensor induktif. Prosiding Seminar
Nasional 79 Juli 2006 Universitas Andalas. Padang.
28
LAMPIRAN
29
30