Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

LINTASAN ELEKTRON DALAM MEDAN MAGNET


(EFBT)

NAMA : ILHAM ZANNUARY


NPM : 140310080016
PARTNER :
NPM :
HARI / TANGGAL : SELASA, 28 SEPTEMBER 2010
WAKTU : 12.30 – 15.00 WIB
ASISTEN :

LABORATORIUM FISIKA LANJUTAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2010
LEMBAR PENGESAHAN

LINTASAN ELEKTRON DALAM MEDAN MAGNET


(EFBT)

NAMA : ILHAM ZANNUARY


NPM : 140310080016
HARI / TANGGAL : SELASA, 28 SEPTEMBER 2010
WAKTU : 12.30 – 15.00 WIB
ASISTEN :

Jatinangor, 28 September 2010


Nilai
ASISTEN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Menghitung muatan spesifik e/m melalui defleksi sinar elektron oleh
medan magnetik homogen.

II. INTISARI PERCOBAAN


Elektron memiliki muatan spesifik yang merupakan perbandingan antara
muatan yang dimiliki electron dengan massanya ( e/m ). Muatan spesifik ini dapat
dicari dengan bantuan percobaan, yaitu dengan menggunakan bantuan medan
magnetic homogen yang dapat mendefleksikan sinar electron. Dari pancaran sinar
defleksi pada suatu tabung hampa udara ini ( yang berbentuk suatu lintasan yang
melingkar ) kita dapat mengubah-ubah nilai tegangan maupun arus atau bahkan
jari-jari lintasan elektron. Electron yang massanya m dan muatannya e bergerak
dengan kecepatan konstan v melewati medan magnet homogen dengan rapat fluks
magnetic yang arahnya tegak lurus terhadap arah gerakan electron. Gerakan
electron akan terpengaruh medan magnet tersebut sehingga menghasilkan gaya
lorentz yang mengubah gerakan electron menjadi gerak siklotron. Electron yang
diganggu oleh medan magnet akan mengalami pembelokan berkas, terutama
lintasannya ketika dia bergerak. Sehingga nilai muatan spesifiknya dapat dihitung
dengan persamaan :
e 2U
= 2 A2
m B r

III. TEORI DASAR

Elektron adalah partikel subatomik yang bermuatan negatif dan umumnya


ditulis sebaga e-. Elektron tidak memiliki komponen dasar ataupun substruktur
apapun yang diketahui, sehingga ia dipercayai sebagai partikel elementer. Partikel
elementer atau disebut juga sebagai pertikel dasar, partikel dasar adalah pertikel
yang lebih besar terbentuknya, contohnya adalah atom. Atom adalah suatu satuan
dasar materi, yang terdiri atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif
yang mengelilinginya. Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif,
dan neutron yang bermuatan netral . yang mana proton dan netron terbentuk dari
partikel yang lebih dasar dikenal sebagai quark. Sedangkan awan electron
bermuatan negative. Maka dari itu, atom terbentuk dari partikel yang lebih kecil
dikenal sebagai elektron, proton, dan netron.
Dalam banyak fenomena fisika, seperti listrik, magnetisme dan
konduktivitas termal, electron memainkan peran yang sangat penting. Contohnya
saja, seperti praktikum eksperimen pada pembahasan ini.
Berawal dari percobaan yang dilakukan oleh Sir Joseph John Thomson
atau lebih dikenal sebagai J.J Thomson (1856-1940) seorang Fisikawan Inggris
yang telah berhasil memperoleh hadiah Nobel Fisika pada tahun 1906 atas
penemuan elektron. Dalam penelitiannya dia mempelajari bahwa tabung katoda
pada kondisi vakum parsial (hampir vakum) yang diberi tegangan tinggi akan
mengeluarkan “berkas sinar” dimana Thomson menyebut sinar ini sebagai
“berkas sinar katoda” disebabkan berkas sinar ini berasal dari katoda (elektroda
negative).
Berkas sinar katoda ini apabila didekatkan dengan medan listrik negative
maka akan dibelokan (berkas sinar katoda ini tertolak oleh medan negative),
berdasarkan hal ini maka Thomson menyatakan bahwa berkas sinar katoda itu
adalah partikel-partikel yang bermuatan negative yang ia sebut sebagai
“corpuscle”.
Dia juga meyakini bahwa corpuscle itu berasal dari atom-atom logam yang
dipakai sebagai elektroda pada tabung katoda. Dengan menggunakan jenis logam
yang berbeda-beda sebagai elektroda yang dia gunakan pada tabung katoda maka
percobaan Thomson tetap menghasilkan berkas sinar katoda yang sama.
Akhirnya Thomson menyimpulkan bahwa setiap atom pasti tersusun atas
corpuscle. Corpuscle yang ditemukan oleh Thomson ini kemudian disebut sebagai
“electron” oleh G. Johnstone Stoney. Dari asumsi tersebut dia akhirnya meyakini
bahwa atom sebenarnya tidak berbentuk masiv (berbentuk bulatan yang pejal)
akan tetapi tersusun atas komponen-komponen penyususun atom.
Di alam atom berada dalam keadaan yang stabil dan memiliki muatan
yang netral, dengan demikian Thomson lebih lanjut mengasumsikan bahwa
didalam atom itu sendiri pasti terdapat bagian yang bermuatan positif. Dari asumsi
tersebut maka Thomson mengajukan struktur atom sebagai bulatan awan
bermuatan posistif dengan elektron yang terdistribusi random di dalamnya. Jadi
inti dari teori J.J Thomson adalah Atom mempunyai muatan positif yang terbagi
merata ke seluruh isi atom, dan dinetralkan oleh elektron yang tersebar di antara
muatan listrik positif , atau teori ini disebut seperti roti kismis.
Karena elektron merupakan suatu partikel yang memiliki suatu massa m
(yang disebut sebagai proton dan netron) dan memiliki muatan e (yang disebut
sebagai electron) maka akan menimbulkan suatu muatan spesifik. Muatan spesifik
dihitung secara matematis oleh Thomson setelah melakukan eksperimennya.
Yang mana secara matematis ia dapat mengitung muatan spesifik sinar katoda
(electron) dari berbagai bahan katoda, ternyata semua hasilnya sama. Selanjutnya,
ia berkesimpulan bahwa semua zat mengandung electron. Sehingga memunculkan
nilai e/m muatan spesifik (C/kg). Jadi secara fisis muatan spesifik dapat dicari
dengan bantuan dari medan magnetik homogen yang dapat mendefleksikan sinar
elektron. Sehingga dapat dipancarkan suatu sinar defleksi pada suatu tabung
hampa udara/vakum yang berbentuk suatu lintasan yang melingkar dengan suatu
jari-jari tertentu. Akibat dari besar kecilnya tegangan dan arus yang diberikan
maka akan terjadi pengaruh pada pemancar elektronnya, termasuk besar tegangan
dan arus yang dialirkan pada kumparan atau jari-jari yang dimaksudkan, hal ini
dilakukan untuk menciptakan medan magnet yang diinginkan sehingga besar
medan magnet tersebut dapat mempengaruhi pergerakan elektron.
Ketika elektron lepas dari kulitnya karena dipancarkan oleh pemancar
elektron maka elektron tersebut menerima energi. maka ia akan langsung
terpengaruhi oleh suatu medan yang sengaja dibuat yaitu medan magnet
homogen, sehingga dari sini akan timbul suatu gaya yang biasa disebut gaya
lorentz yang disebabkan oleh interaksi dari muatan yang dimiliki oleh elektron
yang bergerak dan besar kuat medan magnetik homogen disertai dengan
kecepatan gerak dari elektron tersebut. Dan ketika elektron tersebut kembali pada
kulitnya, elektron tersebut akan memancarkan energi dengan disertai sinar yang
merupakan defleksinya yang biasa disebut sinar foton.
Pada saat elektron keluar dari pemancar elektron Hal ini dapat dijelaskan
bahwa :
1. Muatan (q) yang bergerak akan menimbulkan arus listrik dan pada saat
bersamaan disekitar arus akan timbul medan magnet
2. Medan magnetic akibat arus itulah yang berinteraksi dengan medan magnetic
yang ada.
Arus yang mengalir pada sebuah penghantar mengalami suatu gaya ketika
diletakkan dalam suatu medan magnetik. Gaya tersebut diakibatkan oleh medan
elektromagnetik terhadap partikel-partikel yang bermuatan listrik. Gaya
elektromagnetik yang menjaga elektron-elektron dan proton-proton tetap bersama
dalam suatu atom. Pada akhirnya, gaya ini pun menjaga atom-atom tetap bersama
dalam suatu molekul. Karena arus listrik dapat dipandang sebagai muatan yang
sedang bergerak, sehingga kita berpikir medan magnetik yang bekerja pada
partikel-partikel yang bermuatan adalah penyebab timbulnya gaya pada partikel-
partikel tersebut. Gaya yang dikerjakan pada penghantar tidak lain adalah resultan
gaya-gaya yang bekerja pada elektron-elektron yang bergerak dalam penghantar.
Jadi, dapat disimpulkan sebagai gaya Lorentz yang berasumsi bahwa
“Partikel bermuatan yang bergerak di dalam suatu daerah medan magnetik akan
mengalami gaya lorentz”.
Jika muatan listrik adalah e dan bergerak dengan kecepatan v maka kuat
arus adalah sebagai berikut :
dq q
i= =
dt t
Dengan demikian diperoleh :
q l
il = l =q
t t
lintasan yang ditempuh oleh suatu muatan dalam suatu selang waktu sama dengan
besar kecepatan ( v = l / t ), sehingga :
l
il = q
t
il = qv

selanjutnya kita masukan hubungan ini ke rumus gaya Lorentz sehingga kita
dapatkan rumusan sebagai berikut :
F = ilB sin θ
F = qvB sin θ

karena lintasan gerak elektron berupa lingkaran dan tegak lurus dengan arah
medan magnetik yang diciptakan oleh kumparan maka antara medan magnetik
dengan arah kecepatan elektron bergerak memiliki sudut 900, dengan demikian
diperoleh rumus sebagai berikut :
F = qvB

Selanjutnya pada lintasan elektron yang berbentuk lingkaran maka akan


timbul gaya yang menuju pusat yang disebut gaya sentripetal dengan perumusan :
v2
F =m
R
Suatu elektron yang bergerak dalam suatu medan elektrostatik yang
homogen mengalami suatu gaya konstan pada penyusunan potensialnya. Apabila
suatu tegangan potensial diberikan kepada katoda, maka elektron akan teremisi
dari katoda dan bergerak dengan kecepatan tertentu melewati suatu lubang kecil
pada pemicu elektrodanya. Penambahan jumlah tegangan potensial
mempengaruhi gerak elektron, sehingga :
E K elektron = E p Listrik
1 2
mv = V .q
2
2V .q
v2 =
m
2V .q
v=
m
e
v= 2 UA
m
Karena arah gaya lorentz dan gaya sentripetal menuju ke pusat lintasan
elektron yang berbentuk lingkaran, maka dengan menggunakan hukum II Newton:
∑F = 0
FSentripeta l − FLorentz = 0
FSentripeta l = FLorentz
2
mv
= qBv
r
qBr
v=
m
1
 e  2 qBr
2 U A  =
 m  m
2 2 2
q B r e
2
=2 UA
m m
e 2U
= 2 A2
m B r
IV. HIPOTESIS
Eksperimen-eksperimen yang berkaitan dengan gerak electron di dalam
suatu medan magnet sehingga dapat memberikan beberapa hipotesis antara lain
adalah :
1. Gaya magnetic yang bekerja pada partikel bermuatan yang bergerak
dalam suatu medan magnetic selalu tegak lurus dengan kecepatan dari
partikel. Hipotesis ini didukung dengan;
a. Gaya magnetik sebanding dengan muatan q dan kecepatan v
yang diberikan terhadap electron.
b. Besar dan arah gaya magnetic bergantung kepada kecepatan
partikel dan medan magnetik.
c. Bilamana arah gerak partikel (dalam hal ini elektron) sejajar
dengan arah medan magnet, maka gaya magnetic yang
dihasilkan sama dengan nol.
2. Percobaan yang teliti menghasilkan nilai e/m sebesar 1,76 x 1011 C/kg

V. KERANGKA PEMIKIRAN
Pada praktikum kali ini kita akan membahas mengenai lintasan electron
dalam medan magnet, yang mana pembahasan ini sesuai dengan teori J.J
Thomson dan Gaya Lorentz. Sehingga dalam prakteknya kita akan melakukan
perhitungan pada muatan spesifik e/m melalui pembelokan berkas electron medan
magnetic homogen dengan sebelumnya melakukan
1. Mengkalibrasikan arus terhadap medan magnet (B= f (I))
2. mengamati jari-jari lintasan elektron sebagai fungsi dari tegangan r =
f(Ua) pada arus konstan. Kemudian memvariasikan tegangan anoda pada
arus koil konstan, dengan mengatur e dan f, mengukur jarak e dan f
sebagai diameter lintasan electron untuk setiap variasi tegangan anoda.
3. mengamati jari-jari lintasan elektron sebagai fungsi dari medan magnet r =
f(B) pada tegangan konstan.kemudian memvariasikan arus koil pada
tegangan anoda konstan, mengamati dan mencatat perubahan diameter
lintasan untuk setiap varisi arus koil dengan mengatur e dan f .
4. Mencatat arus sebagai fungsi dari tegangan anoda (I = f (Ua)) pada jari-jari
konstan. Kemudian memvariasikan tegangan anoda (300 V – 100 V), atur
kembali arus setiap variasi tegangan sehingga diameter lintasan elektron
sama dengan diamter pada keadaan awal.

VI. METODE EKSPERIMEN


Metode eksperimen yang akan dilakukan pada percobaan kali ini yaitu
untuk menghitung nilai e/m praktikan akan melakukan arus, tegangan dan
diameter yang tetap (konstan). Kemudian data ini disubstitusikan kedalam rumus;
e 2U A
=
m B2r 2
Medan magnet B dapat diperoleh dari data kalibrasi yaitu dengan menempatkan
Tangential B-Probe yang sudah dihubungkan dengan tesla meter ditengah-tengah
antara kedua kumparan Helmholtz, selanjutnya menghubungkan input kumparan
Helmholtz (tesla meter) dengan sumber arus PLN 220V, kemudian nyalakan tesla
meter dan sumber arus tersebut.Catat angka pada tesla meter untuk setiap variasi
arus.

VII. OBJEK PENELITIAN


VII.1 ALAT-ALAT PENELITIAN
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini diantaranya :
1. Fine Beam tube (FBT)
Digunakan sebagai tabung hampa udara untuk menempatkan electron
sehingga bebas bergerak .
2. Helmholtz Coil With Holder (HC)
Digunakan untuk menempatkan FBT dan kumparan sehingga keduanya
saling berhubungan.
3. Tesla meter
Digunakan untuk mengukur besar medan magnetic.
4. Tangansial B – Probe
5. Stabilis power supply
Digunakan untuk memberikan tegangan masukan pada rangkaian sehingga
rangkaian percobaan dapat berjalan dengan baik.
6. Volt meter
Digunakan untuk mengukur tegangan yang mempengaruhi rangkaian
EFBT.
7. Controllable Current Source
Digunakan untuk mengontrol besarnya aliran arus yang dimasukan
kedalam rakaian sehingga pemancaran elektron lebih terencana.
8. AV meter
Digunakan untuk mengukur arus dan tegangan.
9. Jangka sorong
Digunakan untuk mengukur diameter lingkaran dari lintasan elektron yang
berupa defleksi sinar elektron.
10. Kabel-kabel penghubung
Digunakan untuk menyambungkan rangkaian yang satu ke rangkaian yang
lainnya.

3.2 PROSEDUR PENELITIAN


A. Kalibrasi Arus terhadap Medan Magnet (B= f (I))
1. Mengangkat Fine Beam Tube dengan hati-hati, simpan di tempat yang
aman
2. Menempatkan Tangential B-Probe yang sudah dihubungkan dengan
tesla meter ditengah-tengah antara kedua kumparan Helmholtz !
3. Menghubungkan input kumparan Helmholtz dengan Controllable
Curent source!(Lihat gambar)
4. Menghubungkan tesla meter dan controllable curent source dengan
jaringan PLN 220 V!
5. Menyalakan tesla meter dan controllable curent source, catat angka
yang ditunjukkan tesla meter untuk setiap variasi yang diberikan (0 –
2 A) !
B. Pengamatan Jari-jari Lintasan Elektron sebagai fungsi dari
Tegangan r = f(Ua), Pada Arus Konstan.
1. Memastikan sumber arus dan sumber tegangan dalam keadaan mati.
2. Membuat Rangkaian seperti pada gambar.
3. Mengangkat tangential B-Probe, tempatkan dengan hati-hati Fine
Beam Tube pada tempat semula.
4. Menyalakan Stabillis Power Supply dan Contollable Curent source.
5. Dengan memvariasikan tegangan anoda pada arus koil konstan,
dengan mengatur e dan f, mengukur jarak e dan f sebagai diameter
lintasan electron untuk setiap variasi tegangan anoda.
6. Melakukan percobaan 5 minimal 10 variasi tegangan (100 V – 300 V)
7. Melakukan prosedur 5 dan 6 untuk arus konstan yang berbeda.

C. Pengamatan Jari-jari Lintasan Elektron sebagai fungsi dari Medan


Magnet r = f(B) Pada Tegangan konstan.
1. Memastikan Sumber arus den sumber tegangan dalam keadaan mati.
2. Membuat rangkaian seperti pada gambar.
3. Menyalakan Stabilis Power Supply dan Controllable Curent Source.
4. Dengan memvariasikan arus koil pada tegangan anoda konstan,
mengamati dan mencatat perubahan diameter lintasan untuk setiap
varisi arus koil dengan mengatur e dan f .
5. Melakukan percobaan 4 minimal 10 variasi tegangan (1 A – 2 A).
6. Melakukan prosedur 4 dan 5 untuk tegangan anoda konstan yang
berbeda.

D. Mencatat Arus Sebagai fungsi dari Tegangan Anoda (I = f (Ua))


Pada Jari-jari konstan.
1. Memastikan sumber arus dan sumber tegangan dalam keadaan mati.
2. Membuatlah rangkaian seperti gambar.
3. Menyalakan Stabillis Power Supply dan controllable current source,
masukkan tegangan anoda maksimum (300 V), atur arus sehingga
lintasan electron mempunyai diameter tertentu.
4. Memvariasikan tegangan anoda (300 V – 100 V), atur kembali arus
setiap variasi tegangan sehingga diameter lintasan elektron sama
dengan diamter pada keadaan awal. (minimal 10 variasi).
5. Mengulangi langkah 3-4, untuk diameter lintasan elektron tertentu
lainnya.
VIII. DATA PERCOBAAN
4.1 Data Hasil Pengamatan
A. Data Kalibrasi Arus terhadap Medan Magnet (B = f(I)).
Arus (A) (Mrat ± ∆ Mrat) Mt

B. Pengamatan Jari-jari lintasan elektron sebagai fungsi dari tegangan r =


f(UA) pada arus konstan
A ru s 0 .5 A A rus 1 A A rus 1 .5 A A ru s 2 A
V (V olt) D (c m ) V (V o lt ) D (c m ) V (V o lt ) D (c m ) V (V o lt) D (c m )

C. Pengamatan jari-jari linasan elektron sebagai fungsi dari medan magnet


r = f(B) pada tegangan konstan.
V = 140 v V = 160 v V = 180 v V = 200 v V = 220v V = 240v
I D I D I D I D I D I D
(A) (cm) (A) (cm) (A) (cm) (A) (cm) (A) (cm) (A) (cm)

D. Mencatat arus sebagai fungsi dari tegangan anoda I = f(U A) pada jari-jari
konstan
D= 8 cm D= 9 cm D=10 cm D= 11 cm D= 12 cm
I I I I V I V
(A) V (volt) (A) V (volt) (A) V (volt) (A) (volt) (A) (volt)

2. Perhitungan Nilai e/m


2.1. Jari-jari lintasan elektron sebagai fungsi dari tegangan r = f(UA) pada
arus konstan:
Arus 1 A Arus 1.2 A Arus 1.4 A
V
V V
r (m) e/m r (m) e/m (volt r (m) e/m
(volt) (volt)
)
e/m rata-rata
KSR
DAFTAR PUSTAKA

1. John R Reitz, Frederick J Milford. Dasar Teori Listrik Magnet. Bandung :


Penerbit ITB. 1993.

2. Halliday & Resnick. Fisika jilid 2 edisi ketiga. Jakarta: Erlangga. 1994.

3. Sears & Zemansky. Fisika Untuk Universitas Listrik-Magnet. Bandung :


Binacipta. 1994.

4. http://nurita.students-blog.undip.ac.id/2010/05/05/akuisisi-dan-pengolahan-
data/

5. http://books.google.co.id/books?id=-
ub2Ss0jukcC&pg=PT233&lpg=PT233&dq=muatan+spesifik+adalah&source
=bl&ots=oPn77J8Duh&sig=-E7HgPJEQ4QPbeC7-3-
OHHRAiS4&hl=id&ei=ubmgTKmDCoa0cJ-
PiOgJ&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=9&ved=0CC0Q6AEwCA#
v=onepage&q=muatan%20spesifik%20adalah&f=false
6. http://belajarkimia.com/penemuan-elektron-dan-model-atom-jj-thomson/

Anda mungkin juga menyukai