Anda di halaman 1dari 3

Pemanfaatan Pupuk Kandang sebagai Pendukung Pencapaian

Pembangunan Pertanian Berkelanjutan dan Peningkatan Pendapatan


Peternak di Jawa Barat
Abstrak RINGKASAN Tren masyarakat dunia saat ini adalah berpola makan
sehat. Pupuk anorganik dan pestisida terbukti telah mencemari
lingkungan sehingga kualitas bahan pangan menurun dan
kesehatan manusia terganggu. Penggunaan pupuk kimia yang
terus-menerus menjadi penyebab menurunnya kesuburan lahan bila
tidak diimbangi dengan penggunaan pupuk organik. Disamping
bermanfaat secara langsung terhadap pertanian, sistem pertanian
organik akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan pangan
karena ditunjang produksi pertanian yang baik dan peningkatan
pendapatan para peternak dari hasil pemanfaatan limbah kotoran
ternak (nilai tambah). Berkenaan dengan permasalahan tersebut,
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi pupuk kandang
dari semua jenis ternak (sapi potong, sapi perah, domba, dan ayam
ras), sistem pemeliharaan ternak dikaitkan dengan model
pembuatan instalasi pengolahan pupuk kandang, dan potensi bahan
baku pupuk organik lain sebagai campuran pupuk kandang (limbah
pasar, limbah rumah tangga dan lain sebagainya). Pengolahan
pupuk kandang menjadi pupuk organik juga diharapkan bisa menjadi
tambahan penghasilan bagi peternak. Sehingga perlu dirumuskan
model pengolahan yang praktis bagi peternak skala kecil. Penelitian
dilakukan di pusat produksi peternakan di Jawa Barat, kabupaten
yang dijadikan lokasi penelitian adalah Kabupaten Bandung (ternak
sapi perah), Ciamis (ternak sapi potong dan ayam ras) dan
Karawang (ternak domba). Penelitian dilaksanakan selama 6 (enam)
bulan, pada bulan Juni sampai November 2009. Data yang
dikumpulkan ada dua kategori yaitu data primer dan data sekunder.
Karakteristik responden yang diamati adalah umur, pendidikan dan
pengalaman beternak. Karakteristik tersebut dianggap sebagai
faktor yang mendukung pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk
organik. Pada umumnya peternak sudah memanfaatkan pupuk
kandang sebagai pupuk tambahan selain pupuk kimia yang
digunakan untuk memupuk tanaman musiman. Namun
penggunaannya masih secara sederhana yaitu dengan
menggunakannya langsung pada tanaman tanpa adanya
pengolahan lebih dulu. Potensi pupuk kandang dalam penelitian ini
akan dilihat dari dua aspek, yaitu kuantitas dan kualitasnya.
Kuantitas Pupuk Kandang dapat didekati dari hasil penelitian
produksi pupuk kandang per ekor dan sistem pemeliharaannya.
Produksi pupuk kandang sapi potong pada sistem kereman adalah
15 kg/ekor sapi potong/hari, sedangkan pada sistem digembalakan
adalah sekitar 5 kg/hari dengan jumlah sapi potong yang dipelihara
berkisar antara 1 sampai 11 ekor per peternak pada peternakan
rakyat dan 31 sampai 62 ekor yang dipelihara oleh peternak
kerjasama dengan pihak swasta. Jika dihitung berdasarkan populasi
ternak sapi potong di Ciamis (34.292 ekor), maka potensi produksi
pupuk kandang secara keseluruhan di Kabupaten Ciamis adalah
171,5-514,4 ton/hari. Sapi perah yang dipelihara oleh peternak di
Pangalengan seluruhnya (100%) dengan sistem dikandangkan,
kecuali untuk sapi muda. Berdasarkan jumlah kepemilikan sapi
perah dan sistem pemeliharaan yang dilakukan maka produksi
pupuk kandang dari peternakan sapi perah adalah 152
kg/peternak/hari. Jika dihitung berdasarkan populasi ternak sapi
perah di Bandung (26.957 ekor), maka potensi produksi pupuk
kandang secara keseluruhan di Kabupaten Bandung adalah 512,2
ton/hari. Jumlah domba yang dipelihara berkisar antara 2 sampai
100 ekor per peternak pada peternakan rakyat. Jika dihitung
berdasarkan populasi ternak domba di Karawang (1.189.656 ekor),
maka potensi produksi pupuk kandang secara keseluruhan di
Kabupaten karawang adalah 749,5-2248,4 ton/hari. Ayam Ras yang
dipelihara oleh peternak di Ciamis 100 % dengan sistem
dikandangkan terus menerus, sehingga seluruh kotoran ayam yang
dihasilkan bisa dipanen. Seekor ayam akan menghasilkan kotoran
sekitar 33 gram/ekor perhari. Jika dihitung berdasarkan populasi
ternak ayam petelur di Ciamis (517.444 ekor), maka potensi
produksi pupuk kandang secara keseluruhan di Kabupaten Ciamis
adalah 17,1 ton/hari dan Jika dihitung berdasarkan populasi ternak
ayam broiler di Ciamis (12.809.974 ekor), maka potensi produksi
pupuk kandang secara keseluruhan di Kabupaten Ciamis adalah
422,7 ton/hari. Potensi bahan baku campuran pupuk kandang
adalah pasar tradisional, terutama pasar sayur, namun lokasi
peternakan umumnya berada jauh dari pasar. Jarak yang relatif jauh
dan volume yang relatif sedikit, maka penggunaan limbah organik
untuk campuran pupuk kandang yang berasal dari pasar tradisionil
di daerah penelitian kurang potensial. Alternatif lain adalah
menambahkan campuran lain seperti limbah pertanian contohnya
jerami padi dan limbah kebun contohnya batang pisang yang
nantinya dijadikan sebagai campuran dalam pembuatan pupuk
kadang. Komposisi hara pada masing-masing kotoran hewan
berbeda tergantung pada jumlah dan jenis makanannya. Secara
umum, kandungan hara dalam kotoran hewan jauh lebih rendah dari
pada pupuk kimia sehingga takaran penggunaannya juga akan lebih
tinggi. Komposisi kimia pada masing-masing hewan berbeda
tergantung pada pakan yang dikonsumsinya. Sapi potong dan sapi
perah komposisi kimianya tidak terlalu berbeda, dikarenakan sistem
pencernaannya yang tidak berbeda, hanya jumlah produksi
kotorannya yang berbeda. Salah satu contoh proses pengomposan
kotoran domba dan sisa pakan disiapkan dengan perbandingan 1:4
(7 kg kotoran domba : 28 kg sisa pakan), National Research Council
(1981). Kotoran domba dan sisa pakan tersebut dicampur kemudian
ditambah dengan aktivator. Hasil komposisi kimia kompos terdiri dari
kandungan unsur hara seperti C menurun, N meningkat, Rasio C/N
menurun, P tersedia meningkat, P2O5 total meningkat, K dapat
dipertukarkan meningkat, K2O total meningkat, dan KTK (kapasitas
tukar kation) juga meningkat. Pupuk dari kotoran unggas memiliki
kandungan Nitrogen yang cukup tinggi, hal tersebut dipengaruhi
oleh jenis pakan yang dimakan oleh unggas. Sebagian besar
unggas memakan biji-bijian dan serangga yang memiliki kandungan
protein lebih tinggi daripada seratk kasar, seperti pakan yang
dimakan domba dan sapi. Jenis pupuk organik yang akan dihasilkan
dari kotoran ayam sangat tergantung dari sistem kandang yang
digunakan oleh para peternak. Pembuatan pupuk cair organik dari
kotoran ayam lebih efektif dilakukan pada kotoran ayam yang
terdapat pada kandang baterai, sedangkan untuk jenis pupuk
organik yang berupa bokashi (kompos) bisa menggunakan kedua
jenis kotoran ayam tersebut. Sistem Pemeliharaan Ternak (dikaitan
dengan model pembuatan instalasi pengolahan pupuk kandang),
untuk peternakan sapi potong, sistem pemeliharaan ternak yang
diterapkan oleh masing-masing peternak yang dijadikan responden
adalah sistem pemeliharaan intensif, dimana seluruh aktivitas sapi
berada didalam kandang. Sistem perkandang untuk masing-masing
peternak berbeda-beda, ada yang mengunakan litter serguk gergaji
ada juga yang tidak menggunakan litter sama sekali. Hal ini
dikarenakan bentuk dari kontruksi perkandangan yang dibuat,
sehingga dapat memudahkan dalam penanganannya. Penanganan
kotoran ternak dari masing-masing peternak berbeda pula, ada yang
hanya menaruh kotoran tersebut didalam kandang dan ada juga
para peternak yang memiliki tempat khusus untuk penanganan
limbahnya. Serta ada juga yang langsung membuang kotoran
tersebut ke area persawahan milik mereka sendiri. Sistem
penanganan limbah ternak yang mereka lakukan masih dalam
keadaan tanpa diolah. Pada ternak sapi perah, semua dipelihara
secara intensif di Kecamatan Pengalengan. Pemerahan dan
pembersihan kandang dilakukan pagi dan sore hari. Pengumpulan
kotoran cukup mudah karena sapi yang tidak bergerak dan
pembuatan selokan untuk menampung kotoran. Kendala yang
menghalangi peternak adalah kurangnya lahan untuk mengolah
kompos tersebut, oleh karena itu diperlukan desain pengolahan
pupuk yang tidak menghabiskan banyak tempat dan cepat,
sedangkan pada domba pemeliharaannya dibagi menjadi 3 yaitu
intensif, semi intensif dan ekstensif. Dari 35 responden yang ada di
Kabupaten Karawang Kecamatan Batu Jaya terdapat 15 peternak
yang melakukan pemeliharaan secara intensif, 13 peternak yang
melakukan pemeliharaan secara semi intensif, 7 peternak yang
melakukan pemeliharaan secara ekstensif. Maka terdapat 28
peternak yang dapat dikoleksi kotorannya untuk dapat diolah
menjadi pupuk organik. Pada peternakan ayam yang terdapat di
Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis adalah
peternakan ayam petelur, ayam pejantan, dan ayam broiler. Sistem
pemeliharaan ternak yang diterapkan oleh masing-masing peternak
yang dijadikan responden adalah sistem pemeliharaan intensif,
dimana seluruh aktivitas ayam secara penuh dikandang. Sistem
kandang untuk masing-masing tipe ayam yang dipelihara berbeda-
beda. Untuk pemeliharaan ayam tipe petelur seluruh peternak yang
menjadi responden menerapkan sistem kandang baterai dengan
sistem panggung untuk memudahkan penanganan kotoran ayam
dan ada beberapa peternak yang juga menerapkan sistem longyam.
Sedangkan sistem kandang untuk tipe ayam pedaging dan ayam
pejantan adalah sama dengan sistem postal (litter) sedangkan untuk
variasi kandang ada yang membangun kandang tidak bertingkat dan
bertingkat dua, namun secara keseluruhan sistem kandangnya
sama. Penanganan kotoran ayam petelur tipe ayam pedaging
sangat jauh berbeda karena pada sistem kandang baterai kotoran
ayam tidak bercampur dengan litter seperti halnya pada
pemeliharaan ayam pedaging yang memakai litter. Jadi dari segi
kotoran yang didapatkan dari kedua jenis pemeliharaan tersebut
membutuhkan penanganan yang berbeda pula. Sistem
pemeliharaan dari segi lokasi pemeliharaan ternak ayam, sebagian
besar peternak ayam berlokasi berdekatan satu sama lain atau
lokasinya terkelompok, dengan hanya beberapa peternak saja yang
lokasinya berjauhan.

Anda mungkin juga menyukai