Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BAHASA INDONESIA

DIKSI DAN PILIHAN KATA

DISUSUN OLEH :
BILLY IDAN SETIADI (1506962)
FITRA AYU BUSTOMI (1601634)
IRADHATI SALSABILA (1606858)
MUHAMMAD NIAZ (1604922)

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2016

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.

Sekarang ini, ketika menggunakan Bahasa Indonesia seringkali terdapat banyak


kesalahan dalam ucapan, tulisan maupun dalam struktur ejaan. Hal ini disebabkan karena
pemahaman seseorang terhadap Bahasa Indonesia berbeda-beda. Sehingga kita pun kadang
tidak mengetahui mana yang sebenarnya benar. Terutama dalam pemilihan kata, biasanya kita
sulit membedakan mana kata yang baku dan kata yang tidak baku.

Oleh karena itu, dalam makalah ini, kami akan membahas dan mejelaskan tentang diksi
dan pilihan kata. Bahasa Indinesia sering kali mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan
adanya perubahan jaman. Bahkan banyak orang yang mulai merasa malu untuk menggunakan
Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Diharapkan dengan adanya makalah ini, bisa menambah wawasan para pembaca dan
membuat pembaca menjadi seseorang yang peduli dengan penggunaan Bahasa Indonesia yang
baik dan benar. Kami sadar bahwa makalah ini jauh dari tahap sempurna, oleh karena itu. Kami
mengharapkan saran dan kritik agar kami dapat menjadi lebih baik lagi.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 25 September 2016

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB 1 PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 1
1. Diksi............................................................................................................................................ 1
a. Pengertian Diksi .................................................................................................................... 1
b. Syarat-Syarat Diksi ............................................................................................................... 1
2. Makna Kata ............................................................................................................................... 1
a. Kata Konotatif ....................................................................................................................... 2
b. Kata Denotatif ....................................................................................................................... 2
3. Kata Umum dan Kata Khusus ................................................................................................. 2
a. Kata Umum ........................................................................................................................... 2
b. Kata Khusus .......................................................................................................................... 2
4. Kata Abstrak dan Kata Konkret ............................................................................................. 3
a. Kata Abstrak ......................................................................................................................... 3
b. Kata Konkret ......................................................................................................................... 3
5. Pembentukan kata .................................................................................................................... 4
a. Proses Morfologi ................................................................................................................... 4
b. Luar Morfologis .................................................................................................................... 5
6. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata ....................................................................... 6
a. Awalan Me-............................................................................................................................ 7
b. Awalan Ber- ........................................................................................................................... 7
c. Peluluhan Bunyi /c/ ............................................................................................................... 7
d. Kata Dasar ............................................................................................................................. 8
e. Bunyi /s/, /k/, p/, dan /t/ yang tidak Luluh .......................................................................... 8
f. Awalan Ke- yang Kelirugunaan .......................................................................................... 8
g. Pemakaian Akhiran –ir ........................................................................................................ 8
h. Padanan yang Tidak Serasi .................................................................................................. 8
i. Pemakaia Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap ......................... 9
j. Pemakaian Akronim (singkatan) ......................................................................................... 9
k. Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemungkinan............................. 9
l. Penggunaan Kata yang Hemat .......................................................................................... 10
7. Ungkapan/Idiomatik ............................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 12

ii
BAB 1
PEMBAHASAN
1. Diksi

a. Pengertian Diksi
Diksi dalam arti aslinya merujuk ke arah pemilihan kata dan gaya
ekspresi dari penulis dan pembaca. Sedangkan diksi menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia memiliki arti “ Pilihan kata yang tepat dan selaras (dalam
penggunaannya) untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek
tertentu (seperti yang diharapkan)”. Dari definisi tersebut ditegaskan bahwa
penguasaan kata dari seseorang akn mempengaruhi kegiatannya dalam
berbahasa. Setiap kata memiliki makna tersendiri bagi seseorang dan
berpengaruh dalam pembuatan sebuah gagasaan. Bahkan seringkali sebuah
makna akan “berubah” jika dalam kalimat yang berbeda. Dan hal ini dapat
menimbulkan reaksi atau dampak yang berbeda.

b. Syarat-Syarat Diksi
a. Membedakan makna konotasi dan makna denotasi secara tepat
b. Membedakan secara tepat makna yang bersinonim
c. Membedakan kata yang mirip ejaannya secara tepat
d. Tidak menafsirkan kata menurut pendapat sendiri
e. Penggunaan imbuhan asing yang tepat
f. Menggunakan kata idiomatik menurut susunan yang tepat
g. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara tepat
h. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat
i. Menggunakan kata bersinonim, berhomofon, dan berhomografi
j. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara tepat

2. Makna Kata

1
2

a. Kata Konotatif
Makna Konotatif adalah Kata yang memiliki makna eksplisit atau
makna yang bukan sebenarnya. Umumnya kata denotatif bersifat sindiran
sindiran dan merupakan makna yang mengalami penambahan.
Contoh :
a. Tidak ada yang tahu bahwa dia adalah serigala berbulu domba
b. Aku tidak percaya pada kabar angin yang terdengar sekarang

b. Kata Denotatif
Makna Denotatif adalah kalimat yang merujuk kepada makna yang
sebenarnya. Kata denotatif ini digunakan untuk menyampaikan sesuatu yang
bersifat akurat. Makna kalimat denotatif tidak mengalami perubahan makna.
Contoh :
a. Ketua kelas meletakkan buku tersebut diatas meja hijau tersebut
b. Pak RT membeli kambing hitam itu untuk disumbangkan

3. Kata Umum dan Kata Khusus

a. Kata Umum
Kata Umum memiliki definisi kata-kata yang memiliki cakupan
pemakaian lebih luas atau biasa disebut dengan Hipernim. Kata umum juga
bisa didefinisikan kata-kata yang mewakili banyak kata lain. Karena kata
umum memliki cakupan pemakaian yang luas, kata umum tidak tergantung
pada konteks kalimat.
Contoh :
a. Ia melihat pertunjukan tersebut dengan antusias.
b. Saya menetap di Bandung sejak 5 tahun yang lalu.

b. Kata Khusus
Kata khusus memiliki definisi kata-kata yang ruang lingkup dan
cakupan maknanya lebih sempit atau biasa disebut Hiponim. Kata khusus
juga dapat diartikan sebagai kata-kata yang terwakili maknanya oleh kata
3

umum. Berbeda dengan kata umum, kata khusus tidak bisa digunakan pada
sembarang kalimat. Penggunaan kata khusus tergantung kondisi dan makna
dari kalimat tersebut.
Contoh :
a. Ia menyaksikan pertunjukan tersebut dengan antusias.
b. Saya tinggal di Bandung sejak 5 tahun yang lalu.

4. Kata Abstrak dan Kata Konkret

a. Kata Abstrak
Kata Abstrak memiliki definisi Sebuah kata yang memiliki rujukan
sebuah konsep atau pengertian. Kata Abstrak memiliki sifat tidak nyata atau
tidak dapat dirasakan oleh panca indra sehingga memerlukan pendalaman
saat memahami maknanya.
Contoh :
a. Kaya
b. Miskin
c. Kesenian
d. Kemakmuran
e. Demokrasi

b. Kata Konkret
Kata Konkret memiliki definisi sebuah kata yang mempunyai
rujukan berupa objek yang dapat diserap oleh panca indra. Maksud diserap
oleh panca indra adalah kata yang objeknya dapat dirasakan oleh panca
indra, seperti disentuh, dilihat, didengar, dll.
Contoh :
a. Sandang
b. Pangan
c. Uang
d. Rumah
e. Kendaraan
4

5. Pembentukan kata

a. Proses Morfologi
Cara pembentukan kata-kata engan menghubungkan morfem yang
satu dengan morfem yang lain.
Macam-macam Proses Morfologi :
1.1.1. Afiksasi
Yaitu penambahan morfem afiks pada bentuk dasar. Jenis-jenis
afiks:

1.1.2. Reduplikasi
Yaitu proses pembentukan kata dengan mengulang satuan
bahasa baik secara keseluruhan maupun sebagian.
a. Kata Ulang Utuh
5

Contoh : Tamu-tamu, Teman-teman


b. Kata Ulang sebagian
Contoh : Tulis-menulis, Membuka-buka
c. Kata ulang berimbuhan
Contoh : Buah-buahan, rumah-rumahan
d. Kata ulang berubah bunyi
Contoh : Bolak-balik, sayur mayur

1.1.3. Komposisi
Yaitu penggabungan dua kata atau lebih dalam membentuk
kata. Penggabungan dua morfem bebas atau lebih membentuk kata
kompleks (kata majemuk).
Komposisi memiliki ciri-ciri:
a. Memiliki makna dan fungsi baru yang tidak persis sama dengan fungsi
masing-masing unsur
b. Unsur-unsurnya tidak dapat dipisahkan baik secara morfologis
maupun sintaktis

Contoh :

a. Rumah + sakit → Rumah sakit


b. Orang + Tua → Orang tua

b. Luar Morfologis
1.1.4. Abreviasi
Proses penanggalan satu atau beberapa bagian kata atau
kombinasi kata sehingga jadilah bentuk baru. Kata lain abreviasi ialah
pemendekan.
a. Singkatan
Yaitu salah satu hasil proses pemendekan yang berupa huruf
atau gabungan huruf, baik yang dieja huruf demi huruf
Contoh :
a. FPEB : Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
b. UI : Universitas Indonesia
6

c. TNI : Tentara Negara Indonesia


b. Penggalan
Yaitu proses pemendekan yang menghilangkan salah satu
bagian dari kata.
Contoh :
1. Prof : professor
2. Pak : bapak
c. Akronim
Yaitu proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau
suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah
kata yang memenuhi kaidah fonotaktik Indonesia
Contoh :
1. UPI : Universitas Pendidikan Indonesia
2. UNPAD : Universitas Padjajaran
d. Kontraksi
Yaitu proses pemendekan yang meringkaskan kata dasar atau
gabungan kata
Contoh :
1. Berdikari : berdiri diatas kaki sendiri
2. Rudal : peluru kendali
e. Lambang huruf
Yaitu proses pemendekan yang menghasilkan satu huruf atau
lebih yang menggambarkan konsep dasar kuantitas, satuan atau unsur
Contoh :
1. Cm : centimeter
2. Kg : kilogram
3. Gr : gram

6. Kesalahan Pembentukan dan Pemilihan Kata


Kesalahan berbahasa adalah pemakaian bentuk-bentuk tuturan berbagai unit
kebahasaan yang meliputi kata, kalimat, paragraf, yang menyimpang dari sistem kaidah
bahasa Indonesia baku, serta pemakaian ejaan dan tanda baca yang menyimpang dari
sistem ejaan dan tanda baca yang telah ditetapkan sebagaimana dinyatakan dalam buku
7

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. S. Piet Corder dalam bukunya Introducing
Applied Linguistik menjelaskan bahwa kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap
kode bahasa. Pelanggaran ini disebabkan kurang sempurnanya penguasaan dan
pengetahuan terhadap kode.
Kesalahan berbahasa terjadi secara sistematis kerena belum dikuasainya sistem
kaidah bahasa yang bersangkutan. Kekeliruan berbahasa tidak terjadi secara sistematis,
bukan terjadi karena belum dikuasainya sistem kaidah bahasa yang bersangkutan,
melainkan karena kegagalan merealisasikan sistem kaidah bahasa yang sebenarnya sudah
dikuasai.. Keterbatasan dalam mengingat sesuatu atau kelupaan menyebabkan kekeliruan
dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata, atau kalimat, dsb.

a. Awalan Me-
Penggalan pada judul cerita dalam surat kabar
diperbolehkan. Namun, dalam teks beritanya awalan me- harus eksplisit.
Dibawah ini diperhatikan bentuk yang salah dan bentuk yang benar.
Contoh :
Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Colombia (salah).
Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Colombia (benar).

b. Awalan Ber-
Kata-kata yang berawalan Ber- sering menanggalkan awalan
Ber. Padahal awalan Ber harus dieksplisitkan secara jelas. Berikut ini
contoh salah dan benar dalam pemakaian.
Contoh:

Sampai jumpa lagi (salah)

Sampai berjumpa lagi (benar)

c. Peluluhan Bunyi /c/


Kata dasar yang diawali bunyi c sering menjadi luluh apabila
mendapat awalan me-. Padahal tidak seperti itu.
Contoh:
Ali sedang menyuci mobil (salah)
Ali sedang mencuci mobil (benar)
8

d. Kata Dasar
Ada gejala bunyi awal kata dasar, penggunaan kata dasar ini
sebenarnya adalah ragam lisan yang dipakai dalam ragam tulis. Akhirnya
pencampuran antara ragam lisan dan ragam tulis menimbulkan suatu bentuk
kata yang salah dalam pemakaian.
Contoh:
Nyopet, mandang, nulis, dan nambrak. Dalam bahasa Indonesia kita harus
menggunakan kata-kata mencopet,memandang, menulis, dan menembrak.
e. Bunyi /s/, /k/, p/, dan /t/ yang tidak Luluh
Kata dasar yang bunyi awalnya s, k, p, atau t sering tidak luluh
jika mendapat awalan me- atau pe-. Padahal menurut kaidah buku bunyi-
bunyi itu harus lebur menjadi bunyi sengau.
Contoh:
Semua warga neraga harus mentaati peraturan yang berlaku (salah)
Semua warga neraga harus menaati peraturan yang berlaku (benar)
f. Awalan Ke- yang Kelirugunaan
Pada kenyataan sehari-hari, kata-kata yang seharusnya
berawalan ter sering diberi awalan ke. Hal itu disebabkan oleh kekurang
cermatan dalam memilih awalan yang tepat.
Contoh:
Pengendara mator itu meninggal karena ketambrak oleh kereta api (salah)
Pengendara motor itu meninggal karena tertambrak oleh kereta api (benar)
Perlu tiketahui bahwa awalan ke hanya dapat menempel pada
kata bilangan. Selain di depan kata bilangan, awalan ke tidak dapat dipakai
kecuali pada kata kekasih, kehendak, dan ketua.
g. Pemakaian Akhiran –ir
Pemakaian kata akhiran –ir sangat produktif dalam penggunaan bahasa
Indonesia sehari-hari. Padahal, dalam bahasa Indonesia baku untuk akhiran
–ir adalah asi atau isasi.
Contoh:
Saya sanggup mengkoordinir kegiatan itu (salah)
Saya sanggup mengkoordinasi kegiatan itu (benar)
h. Padanan yang Tidak Serasi
Terjadi ketika pemakaian bahasa yang kurang cermat memilih
padanan yang serasi, yang muncul dalam kehitupan sehari-hari adalah
9

padanan yang tidak sepadan atau yang tidak serasi. Hal itu, terjadi karena
dua kaidah yang berselang, atau yang bergabung dalam sebuah kalimat.
Contoh:
karena modal dibank dibank terbatas sehingga tidak semua pengusaha
lemah memperoleh kredit. (salah)
karena modal dibank terbatas, tidak semua pengusah lemah memperoleh
kredit (benar)
modal dibank terbatas sehingga, tidak semua pengusah lemah memperoleh
kredit (benar)
Bentuk-bentuk diatas adalah bentuk yang menggabungkan
kata karena dan sehingga, kata apabila dan maka, dan kata walaupun dan
tetapi.
i. Pemakaia Kata Depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
Dalam pemakaian sehari-hari, pemakaian kata di, ke, dari,
bagi, dan daripada sering dipertukarkan.
Contoh:
putusan dari pada pemerintah itu melegakan hati rakyat. (salah)
putusan pemerintah itu melegakan hati rakyat. (benar)
j. Pemakaian Akronim (singkatan)
Yang dimaksud kata singkatan adalah PLO, UI, dan lain-lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan bentuk singkat ialah lab
(laboratorium), memo (memeorandum) dan lain-lain. Pemakaian akronim
dan singkatan dalam bahasa Indonesia kadang-kadang tidak teratur.
k. Penggunaan Kesimpulan, Keputusan, Penalaran, dan Pemungkinan
Kata-kata kesimpulan bersaing pemakaiannya dengan kata
simpulan; kata keputusan bersaing pemakaiannya dengan kata putusan;
kata pemukiman bersaing dengan kata permukiman; kata penalaran
bersaing dengan kata pernalaran.
Pembentukan kata dalam bahasa Indonesia sebenarnya mengikuti pola
yang rapi dan konsisten. Kalau kita perhatikan dengan saksama, bentukan
kata itu memiliki hubungan antara yang satu dengan yang lain.
Contoh:
Tulis, menulis, penulis, penulisan, tulisan.
Pilih, memilih, pemilih, pemilihan, pilihan
10

Ada lagi pembentukan kata yang mengikuti pola berikut


Contoh:
Tani, bertani, petani, pertanian
Mukim, bermukim, pemukim, permukiman
l. Penggunaan Kata yang Hemat
Salah satu ciri pemakaian bahasa yang efektif adalah
kepemakaian bahasa yang hemat kata, tetapi padat isi. Namun dalam
komunikasi sehari-hari sering kita jumpai pemakaian kata yang tidak
hemat (boros).
Contoh:
Boros hemat
Sejak sejak (atau dari)
Agar supaya (agar atau supaya)
Mempunyai pendirian (berpendirian)
Perbandingan kata yang hemat dan kata boros
Apabila suatu reservoir masih mempunyai cadangan minyak, maka
diperlakukan tenaga dorongan buatan untuk memproduksi minyak lebih
besar (boros, salah)
Apabila suatu reservoir masihmempunyai cadangan minyak, diperlukan
tenaga dorong buatan untuk memproduksi minyak lebih besar. (salah)
Untuk mengksplorasi dan mengeksploitas minyak dan gas bumi di mana
sebagai sumber devisa negara diperlukan tenaga ahli yang terampil di
bidang geologi dan perminyakan. (benar)

7. Ungkapan/Idiomatik
Di bawah tingkatan idiom ada pasangan kata yang selalu muncul bersama
sebagai frasa. Misalnya Kelompok kata bertemudengan dan dibacakan oleh, kelompok
kata ini bukan lah idiom tetapi berprilaku idiom. Pasangan kelompok kata seperti ini
disebut ungkapan idiomatik
Kedua contoh kata dibawah ini belum braroma idiomatis karen tidak berisi
ungklapan idiomatik.
a. Polisi bertemu maling.
b. Berita selengkapnya dibacakan sazli rais.
Dengan alasan ekonomi bahasapun contoh ( 1 ) dan ( 2 ) tetap salah karena
terasa timpang. Pembetulannya tidak lain adalah dengan cara menempatkan pasangan
serasi bagi kata bertemu,yaitu dengan ; dan pasangan serasi bagi
kata dibacakan, yaitu oleh.
a. Polisi bertemu dengan maling
11

b. Berita selengkapnya dibacakan oleh sazli rais


Jadi, dalam pemakaian bahasa adakalanya kita perlu memperhatikan frasa
tertentu, dalam hal ini kata yang berpasangan tetap karena kedua kata itu secara bersama
dalam menciptakan ungkapan idiomatik. Amatilah beberapa contoh ungkapan idiomatik
berikut ini.
Berasal / berawal dari disebabkan oleh
Berdasar pada sampai ke
Bergantung pada sehubungan dengan
Bertemu / berjumpa dengan seirama / sejalan dengan
Berkenan dengan sesuai dengan
DAFTAR PUSTAKA

https://sites.google.com/site/tatabahasaindonesia/morfologi-dan-nonmorfologi
https://anasunni.wordpress.com/2013/01/10/makalah-bahasa-indonesia-pembentukan-kata/
http://fith-fitri.blogspot.co.id/2013/04/pembentukan-kata.html
http://www.organisasi.org/1970/01/makna-kata-polisemi-hipernimi-hipernim-dan-hiponimi-
hiponim-ilmu-bahasa-indonesia.html
http://manhiahassan.blogspot.co.id/2014/09/kata-umum-dan-kata-khusus.html

12

Anda mungkin juga menyukai