Kristus mati. Ini adalah kata-kata penting yang menjadi pernyataan yang dahsyat di
dalam Alkitab.
Kematian berarti dosa, sebab “orang yang berbuat dosa, itu yang harus mati,” dan “upah
dosa ialah maut” (Yeh 18:20; Rm 6:23; 5:12). Kenyataan tentang kematian seluruh umat
manusia merupakan bukti besar dari kejatuhan yang mengerikan dari manusia pertama melalui
penyerahan dirinya pada pencobaan ular. Tetapi kata-kata “Kristus mati”, menyatakan kepada
kita akan kematian Dia yang tanpa dosa, sebab Kristus tidak pernah berbuat dosa dalam pikiran
atau kata-kata atau pun perbuatan.
Bahwa Dia tidak pernah berbuat salah itu benar, namun bukan itu saja, melainkan juga di
sepanjang seluruh kehidupan-Nya segala sesuatu yang diperbuatnya adalah benar dan baik serta
sempurna. Dia menjalani kehidupan yang sama sekali sempurna dan tentang hubungan-Nya
dengan Bapa, Dia dapat berkata, “Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya” (Yoh
8:29). Di akhir hidup-Nya, Dia juga mampu berkata, “Aku telah memuliakan Engkau di muka
bumi.” Dalam setiap pikiran dan ucapan dan perbuatan, Dia melakukan kehendak Allah dengan
sempurna dan selalu menyenangkan Dia, menjadi kesukaan hati-Nya. Akan tetapi Dia mati. Ia
mengalami maut bagi semua manusia (Ibr 2:9).
Dalam kematian tidak ada suatu apa pun yang benar-benar indah; kematian adalah
musuh. Itu bertentangan dengan Allah, sebab sesungguhnya Dialah kehidupan itu. Kematian
berarti pemisahan dari Allah, dan memisahkan sahabat-sahabat di dalam dunia ini. Di hari Adam
berdosa, terjadilah pemisahan dengan Allah, sebab hubungan atau persekutuannya dengan Allah
putus.
Semua dosa memisahkan pelakunya dari Allah, dan apabila dosa tidak dilenyapkan, ini
akan memisahkan dia dari hadirat Allah untuk selamanya. Tetapi di saaat Dia mencari Adam
supaya dia dapat dikembalikan pada persekutuan dan mengutus Tuhan Yesus Kristus ke dunia
supaya Dia mati bagi orang berdosa, Allah menunjukkan bahwa Dia tidak berkehendak agar
setiap orang berdosa, Allah menunjukkan bahwa Dia tidak berkehendak agar setiap orang harus
terpisah selamanya dari Dia. dengan kematian-Nya di atas kayu salib, Kristus melenyapkan dosa
dan memungkinkan semua orang, sebesar apa pun dosanya, untuk datang kepada Allah dan
diterima dalam persekutuan yang paling diberkati. Semua orang yang benar-benar datang akan
bersama-Nya untuk selamanya, berdiam dalam hadirat kudus-Nya tanpa kemungkinan sedikit
pun untuk diusir.
Adalah penting sekali bagi Kristus untuk mati. Dia datang untuk tujuan itu. Berulang kali
Dia memberitahukan kepada para murid-Nya bahwa Dia akan diserahkan ke tangan orang-orang
jahat dan dibunuh (Why 13:8). Bahkan sebelum dunia dijadikan Dia sudah dipilih Allah sejak
semula untuk menjadi Anak Domba, yang dengan darah-Nya yang mahal orang-orang percaya
ditebus. Kematian Kristus di kayu salib adalah inti dari rencana penebusan Allah yang besar dan
setiap berkat yang direncanakan Allah bergantung pada kematian Kristus itu.
Kristus tidak datang untuk menunjukkan kepada manusia baik pria dan wanita, sebuah
contoh yang indah tentang suatu kehidupan yang berisikan kasih dan kebaikan, sehingga dengan
mengikutinya mereka dapat masuk surge. Tidak juga Dia datang untuk mengajar manusia
tentang sebuah sistem etika yang sempurna untuk mereka praktikkan sehingga membuat
kehidupan mereka baik dan dapat diterima Allah. Bukan juga untuk mengadakan mujizat-mujizat
– menyembuhkan dan menolong orang yang sakit dan yang miskin dan yang mendeita, untuk
menunjukkan bahwa Dialah Allah. Tidak, Dia datang untuk mati (Mat 20:28). Memang Dia
datang untuk mendirikan sebuah kerajaan yang sangat indah di muka bumi, untuk mendatangkan
kebenaran dan damai di seluruh dunia, tetapi semua itu hanya bisa datang melalui Salib; sebab
tidak aka nada kebenaran dan damai atau berkat dengan cara apa pun, kecuali dosa itu
dilenyapkan; dan satu-satunya jawaban untuk dosa adalah kematian.
Kematian Kristus dijamin, sebab sebelum Pilatus menyerahkan tubuh itu dia memastikan
kalau Yesus telah mati. Para serdadu yang mematahkan kaki para pencuri untuk memastikan
bahwa mereka sudah mati, tidak melakukan hal itu pada Kristus, sebab Dia sudah mati. Mereka
kurang atau tidak menyadari betapa tepatnya mereka menggenapi firman Tuhan, yang telah
menubuatkan bahwa tidak satu tulang pun yang akan patah (Mzm 34:21). Kemudian Dia
dikuburkan, dan yang dikuburkan itu adalah orang yang sudah mati. Penguburannya adalah
sebuah saksi yang akan kenyataan kematian-Nya.
Di enam tempat yang berbeda dalam Perjanjian Baru, kata “menyerahkan diri-Nya”
muncul, yang lebih jauh menunjukkan kenyataan yang membahagiakan ini bahwa Dia mati
dengan rela, dan itu untuk kepentingan orang lain. Tiga ayat mengajarkan bahwa kematian-Nya
bersifat sukarela, yang dilakukan untuk orang lain, dan bahwa itu dilakukan sebagai suatu
penebusan (Gal 1:4; I Tim 2:6; Tit 2:14)
Ketiga ayat itu menunjukkan dengan jelas bahwa semua hubungan dengan Allah dan
Kristus ditentukan oleh Salib Kristus. Pelepasan dari dosa-dosa, dari semua tindakan yang tidak
patuh pada hukum, dan dari dunia sendri diperoleh dengan membayar tebusan yang diperlukan
dengan sukarela. Kata “menyerahkan” dalam ayat-ayat itu mengandung arti sebuah pemberian,
dan pemberian itu cuma-cuma.
Ketiga ayat lainnya terdapat di dalam Galatia 2:20 dan Efesus 5:2, 25. Kata
“menyerahkan dalam ayat-ayat ini berarti menyampaikan/melepaskan ke tangan orang lain. Dia
menyerahkan diri-Nya pada kematian. Penyerahan diri-Nya, dan bersifat pribadi: “untuk aku,
“untuk kita”, dan “untuk [jemaat].” Setiap ayat yang diberikan secara berurutan ini, berkaitan
dengan iman, kasih dan pengharapan. Dan seperti ketiga ayat sebelumnya, ayat-ayat ini
menekankan bahwa kematian Kristus itu secara sukarela dan dilakukan bagi orang lain.
BAB 2 Penyaliban Kristus
Tidak saja fakta (kenyataan) bahwa kematian Kristus itu merupakan hal yang sangat
penting, tetapi cara kematian itu harus diingat dalam pikiran, agar supaya bisa menghargai
nilainya yang sebenarnya.
“Kami memberitakan Kristus yang disalibkan” adalah pernyataan tegas dari Rasul Paulus
kepada jemaat Korintus, yang menjadi kebenaran yang pertama-tama ditekankannya ketika dia
datang di antara mereka dengan Injil (I Kor 1:23). Kristus yang merendahkan diri, dan
menurunkan diri-Nya dengan mengambil rupa seorang hamba, menjadi sama dengan manusia,
mencapai puncaknya dalam kematian-Nya di kayu salib (Fil 2:6-8).
Mati dengan cara disalibkan, selain kejam juga memalukan; itu adalah hukuman yang
diberikan kepada para penjahat, dan itu adalah hukuman yang paling buruk. Itu berarti
penderitaan, yang mengerikan, seringkali diperpanjang, yang berlangsung tidak hanya selama
berjam-jam melainkan kadang-kadang sampai berhari-hari. Itu bukanlah suatu bentuk hukuman
yang dilaksanakan olehh bangsa Yahudi, sebab hukum mereka tidak mengizinkan hal tersebut.
Dengan alasan itu Yesus diserahkan kepada orang Romawi, dan penyaliban-Nya oleh mereka
adalah karena tuntutan para pemimpin bangsa Yahudi (Mrk 15:28). Meskipun mereka
mencemooh Dia, tetapi kemudia yang seorang bertobat dan memohon kepada Tuhan Yesus
untuk mengingatnya dalam kerajaan-Nya. Sebagai jawaban, dia diberi jaminan oleh Kristus
bahwa di hari itu juga dia akan ada di Surga bersama-sama dengan Dia.
Salib itu, di atas mana Kristus dipaku, rupanya adalah juga salib yang telah disiapkan
untuk Barnabas, seorang perampok dan pembunuh, jadi memang benar-benar Dia menderita di
atas salib seorang pelaku kejahatan. Dan fakta inilah yang menyatakan keadaan yang sebenarnya,
dari kebenaran tentang penggantian itu, tepat di saat Dia menderita, sebab Dia, yang tanpa dosa,
dipaku di atas salib dari seorang pemberontak yang dibebaskan. Dan salib itu bukan hanya
berarti penderitaan, tetapi korbannya juga dilucuti dan dipertontonkan secara tidak hormat di
hadapan tatapan dan hinaan dari kerumunan rakyat jelata di sekeliling salib. Salib merupakan
tempat yang paling tercela dan memalukan.
Dan karenanya ini berarti sebuah kutukan, dan itu adalah kutukan dari Allah (Gal 3:13).
Jadi, Dia Sang pemilik sejati semua berkat, dan yang melalui-Nya semua berkat datang,
diletakkan di tempat kutukan; tetapi justru karena itulah berkat Allah dijami bagi siapa pun yang
percaya kepada-Nya (Gal 3:13-14).
Penderitaan Kristus
Hebatnya penderitaan yang ditanggung Kristus di kayu salib terbukti melalui teriakan
yang keluar dari mulut-Nya (Mat 27:46); dan kemudian sesaat sebelum meninggal Dia berkata,
“Aku haus.” Yang pertama menunjukkan apa salib itu bagi Dia sebagai pemikul dosa, yaitu
mendatangkan pemisahan dari Allah meskipun hanya sesaat. Sebab kayu salib Dia dianggap
berdosa, dan Allah tidak dapat melihat dosa, yang dibenci-Nya. Dan oleh karena itulah Dia tidak
mengecualikan Anak-Nya sendiri. Teriakan kehausan menandakan hebatnya penderitaan fisik
yang ditanggung-Nya, dan agak berkurang oleh anggur asam yang diberikan kepada-Nya.
Tetapi mungkin saja ada bahayanya bila memikirkan aspek/segi fisik dari penderitaan-
Nya dan tak mengindahkan apa yang mereka maksud dengan secara mental dan sebaliknya. Dia
hanya bisa gemetar sebagai reaksi mendadak atas dosa dan hukumannya, sebab Dia tidak
berdosa dan Dia mencintai kebenaran serta kekudusan.
Apa arti penderitaan, rasa malu, dan kesakitan yang mendalam di kayu salib bagi Allah
Bapa harus juga dipertimbangkan, sebab pasti ini adalah pemandangan yang mengerikan bagi-
Nya untuk melihat Anak yang yang sangat dikasihi-Nya, kekasih hati-Nya, berada di tempat
orang yang bersalah dan menjalani hukuman yang mengerikan itu. Namun kita tahu bahwa
“Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus” (II Kor 5:19). Allahlah yang
menyerahkan Dia ke atas kayu salib bagi kita. Betapa ini merupakan perwujudan kasih kepada
orang-orang berdosa! Betapa ini adalah suatu hikmat untuk memberikan tebusan bagi para
pemberontak yang bersalah! Betapa perlu suatu kekuatan untuk menyerahkan-Nya pada
kematian – terlebih lagi mati di kayu salib!
Sebuah penelitian tentang peristiwa-peristiwa di mana kata salib dan disalibkan muncul
sangatlah memperjelas. Dengan menghubungkan pernyataan-pernyataan yang berbeda dalam
Injil dan yang bersesuain dianggap sebagai satu, maka orang akan menemukan kata salib hanya
di tujuh tempat. Tiga diantaranya ada dalam Injil Sinoptis, dan empat lainnya dalam Injil
Yohanes. Dalam Surat-Surat Kiriman istilah ini dipakai sebanyak sebelas kali. Kata disalibkan
muncul jauh lebih banyak, baik dalam Injil maupun dalam Surat-Surat Kiriman. Dalam
perjalanan menuju tempat penyaliban, kayu salib itu diletakkan di atas bahu Simon untuk dia
pikul bagi Yesus. Injil Sinoptis menyatakan bahwa Simon memikul salib, tetapi Yohanes
mengatakan Yesus yang memikulnya. Teriakan dari mereka yang berdiri di sekeliling salib
ditujukan kepada-Nya supaya Dia turun dari salib, jika Dia adalah Anak Allah; dan kemudian
para imam kepala dan ahli-ahli taurat dan tua-tua melontarkan teriakan yang sama, mengejek-
Nya sebagai Raja Israel. Gelar yang dituliskan Pilatus diletakkan pada salib. Disebutkan tentang
mereka yang berdiri di dekat salib ketika Yesus berbicara kepada ibu-Nya dan Yohanes,
kemudian ada pengumuman bahwa jenazah tidak diperkenankan tetap berada di kayu salib
sepanjang malam.
Kata disalibkan muncul tiga puluh kali dalam Injil dan selalu dikaitkan dengan tindakan
Pilatus saat menyerahkan Kristus untuk dihukum mati oleh para serdadu, dan juga dikaitkan
dengan tuntutan para imam kepada dan para pemimpin supaya Dia disalibkan. Kalvari, atau
Golgota, tempat di mana Dia disalibkan, juga mendapat julukan, sebab tempat itu memiliki arti.
Dalam Perjanjian Baru Golgota diterjemahkan sebagai Gilgal, terletak di perbatasan tanah
Kanaan, di mana cela Mesir dihapuskan (Yos 5:2-9). Itulah tempat dari mana bangsa Israel maju
untuk menaklukkan tanah itu dan ke mana mereka kembali lagi berulang-ulang setelah berbagai
kemenangan. Meskipun demikian, ke Golgota, atau Kalvarilah, tempat ke mana orang percaya
harus berpaling, sebab di sanalah dia menyaksikan celaannya dihapuskan, dan dari tempat itulah
dia berulang kali maju untuk menang dan menaklukkan musuh-musuhnya. Dan kepada Saliblah
dia harus terus-menerus berpaling untuk memperbaharui kekuatan, keberanian, dan penghiburan,
di saat dia menghadapi kehidupan dengan konflik-konfliknya.
Pada hari Pentakosta, Rasul Petrus menuduh/mengecam mereka, kepada siapa dia
berbicara, yang telah menyalibkan dan membunuh Kristus oleh tangan orang-orang durhaka; dan
selanjutnya, ketika dibawa ke hadapan Mahkamah Agama, beserta para murid lainnya, dia
mengecam mereka karena telah menyalibkan Yesus ini yang dibangkitkan Allah dari antara
orang mati. Dalam surat kiriman kepada jemaat Korintus dan Galatia, kata disalibkan dijumpai
sebanyak sembilan kali, dan muncul satu kali dalam Kitab Ibrani dan satu kali dalam Kitab
Wahyu. Dalam Surat Korintus, rasul ini member kesaksian bahwa dia telah pergi ke Korintus
untuk memberitakan “Kristus yang disalibkan” dan bahwa dia telah “memutuskan untuk tidak
mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu Dia yang disalibkan” (I Kor 1:23;
2:2). Dia menegaskan bahwa apabila para pemimpin mengenal siapa sebenarnya Yesus “mereka
tidak menyalibkan Tuhan yang mulia” (I Kor 2:8). Kristus yang disalibkan telah dinyatakan
secara terbuka di hadapan jemaat Galatia, supaya mereka mengetahui kebenaran tentang Salib itu
dan artinya; oleh karena itu penyimpangan mereka dari kebenaran Injil tidak dapat diampuni.
Dalam surat kiriman kepada jemaat Galatia tiga kali kata disalibkan dihubungkan dengan
keadaan orang-orang percaya yang dikaitkan dengan Kristus dalam kematian-Nya (Gal 2:19c,
20; 5:24; 6:14).
Salib disebutkan dalam enam Surat Kiriman, dan di setiap surat itu salib tersebut
dipertentangkan dengan cara tertentu. Dalam I Korintus, salib adalah tema pemberitaan para
rasul, dan walaupun ini adalah sebuh pemberitaan keselamatan bagi orang-orang percaya dan
berarti kekuatan Allah bagi mereka, tetapi ini hanyalah kebodohan bagi mereka yang akan
binasa. Orang-orang Yahudi mencari sebuah tanda sedangkan orang-orang Yunani mencari
hikmat. Tanda melambangkan ritualisme, dan hikmat berarti rasionalisme – dua lawan besar dari
Salib di sepanjang masa.
Secara alamiah hati selalu mencari sesuatu yang tampak indah di luarnya, sesuatu yang
akan menjadi daya tarik bagi panca-indera; atau hati menuntut sesuatu penjelasan atau alasan
sebelum menerima kebenarannya dan bertindak atas dasar percaya yang sederhana. Tetapi Salib
Kristus tidak untuk menggugah perasaan hati dengan cara seperti itu, tidak juga agar arti dan
kekuatannya dipahami oleh akal saja; tetapi bila iman menangkap artinya, salib itu menjadi
hikmat dan kekuatan Allah bagi orang percaya, dan mendatangkan keselamatan dan berkat.
Dalam Kitab Galatia ada tiga referensi tentang Salib yang menyatakan kebenaran dan
kuasanya, dan pertentangan di pihak manusia berasal dari daging yang berupaya untuk
memperoleh berkat melalui berbagai pekerjaan; dengan demikian mereka menolak mengakui
pekerjaan Salib yang lengkap dan keselamatan sempurna yang disediakan. Oleh karena itu, wajar
jika salib itu menjadi batu sandungan dan pelanggaran bagi umat manusia, sebab ia merampas
dari pria dan wanita semua kemuliaan dan jaminan keselamatan, yang hanya dapat diperoleh
melalui iman saja.
Pekerjaan Kristuslah yang berlaku bagi orang-orang berdosa, selanjutnya pekerjaan Roh
yang ada di dalamnya, menyempurnakan apa yang telah dimulai dengan menerima Kristus.
Kebencian/permusuhan orang-orang Yahudi terhadap mereka yang berasal dari bangsa lain
bertentangan dengan Salib, yang menempatkan semua orang sebagai orang berdosa yang
bersalah. Saliblah yang melenyapkan perseteruan itu, sehingga semua yang percaya kepada
Kristus dipersatukan dalam Kristus; itulah kesaksian dari surat Efesus.
Surat Filipi adalah sebuah surat kiriman yang berisi pengalaman di mana pengajaran
tidak terlalu ditonjolkan. Dalam surat itu ditunjukkan bahwa rasa puas diri atau memanjakan
daging, yang menjadi bukti kebanggaan dan kesombongan diri, adalah berlawanan dengan
kehidupan yang dinyatakan berharga bagi mereka yang berusaha mengikuti Kristus; sebab Yesus
telah merendahkan diri-Nya dan tunduk/taat sampai mati di kayu salib, dan dengan sikap
merendahkan diri dan mengorbankan diri itu menunjukkan apa arti sebenarnya dari ketaatan
kepada Allah.
Surat Kolose ditulis untuk membuktikan bahwa ajaran-ajaran gnostik itu salah, yang
menganggap segala sesuatu itu jahat – gnostik juga yang mengambil dari Kristus keilahian-Nya
yang mutlak sebagai Pencipta dan sebagai Kepala dari ciptaan yang lama dan yang baru. Oleh
karena itu ungkapan “darah salib Kristus” (Kol 1:20) adalah ungkapan yang khas untuk surat itu,
karena dengan darah salib Kristus itu terciptalah kedamaian dan orang berdosa diperdamaikan
dengan Allah. Salib melenyapkan perseteruan dalam pikiran manusia, yang ditunjukkan melalui
perbuatan-perbuatan yang jahat dan membawa orang-orang percaya ke suatu keadaan yang
bersahabat dengan Allah. Selanjutnya dalam pasal dua, di mana keadaan orang percaya dalam
Kristus dinyatakan sempurna dan teguh hati, jawaban lengkap terhadap hukum diberikan dalam
dua pernyataan yang berhubungan dengan kuasa Salib. Dengan salib itu, Kristus menghapuskan
“Surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa. . . dengan memakukannya
pada kayu salib” (Kol 2:14 KJV). “Menghapuskan” berarti kebiasaan menghilangkan atau
menghapuskan dari buku catatan tuduhan atau tuntutan terhadap seseorang; sebab di saat hutang
sudah beres dan dibayar, bagian yang dipegang oleh kreditor dan yang di tangan orang yang
berhutang, dipakukan pada pintu rumahnya sebagai sebuah bukti bahwa hutang itu telah
dihapuskan. Oleh karena itu hukum sudah terpenuhi dan sepenuhnya terjawab pada kayu salib.
Bagi orang percaya salib mendatangkan berkat yang sangat sempurna, sedangkan kepatuhan
menjalankan hukum atau kebenaran apa pun hanya akan merampas berkat tersebut daripadanya.
Dalam Ibrani 12:2, Yesus dinyatakan sebagai “yang memimpin kita dalam iman, dan
yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,” dan yang dengan kehinaan tekun memikul
salib mengingat “sukacita yang disediakan bagi Dia”, adalah sebuah contoh bagi semua yang
beriman. Inilah pendorong besar bagi mereka untuk maju dalam perlombaan dan siap untuk
menerima didikan dari tangan Allah, yang adalah bagian dari semua yang menjadi anak-anak
Allah. ketidakpercayaan menyebabkan pria dan wanita berpaling dari Salib dan menolak
ajaran/didikan yang datang dari Allah supaya anak-anak-Nya “beroleh bagian dalam kekudusan-
Nya” (12:10).
Yang lainnya adalah Mazmur 69, di mana gagasan/isi seluruhnya yang menonjol adalah
tentang celaan; sebab yang dikemukakan adalah korban penebus salah, dan ini adalah sebuah
persembahan yang menunjukkan bahwa dosa itu salah dan merugikan. Celaan dan malu adalah
gagasan yang ditekankan, dan hal-hal ini berhubungan dengan dosa.
Di kayu salib Kristus ditinggalkan oleh Allah untuk sesaat supaya kita tidak akan pernah
terpisahkan dari hadirat-Nya, meski hanya sesaat. Dia mengambil alih celaan dan malu supaya
setiap berkat ilahi dan perkenanan/anugerah Allah yang tiada henti menjadi bagian kekal.
BAB 3 Pekerjaan Kristus Yang Sudah Selesai
Seruan Yesus di atas kayu salib sesaat sebelum menyerahkan nyawa-Nya, “Sudah
selesai!” (Yoh 19:30), adalah salah satu ucapan-Nya yang agung dan penuh arti. Ini hanyalah
sebuah kata, “selesai” atau “sudah dikerjakan”. Dalam bagian lain kata Yunani ini diterjemahkan
ke dalam bahasa Inggris dengan kata berakhir, tercapai, digenapi, terlaksana, terpenuhi,
terbayar, dan sudah beres. Oleh karenanya kata ini mengandung arti lengkap, sempurna atau
terpenuhi.
Dengan korban kematian Kristus di atas kayu salib, suatu keselamatan sempurna tersedia
bagi setiap orang yang mau menerimanya dengan iman. Kematian Kristus, yang menjadi tebusan
dosa, oleh karena itu menjadi satu-satunya jalan menuju keselamatan yang disediakan oleh Allah
bagi semua orang berdosa. Seruan Kristus, “Sudah slesai!” adalah sebuah seruan kemenangan,
yang menyatakan pekerjaan yang terselesaikan dengan sempurna untuk kepentingan dunia yang
penuh dosa; dan atas dasar pekerjaan yang sudah selesai itu, dan hanya itu, setiap orang berdosa
dapat memperoleh perkenanan Allah yang sempurna dan kekal.
Kata-kata “telah selesai” dan “supaya genaplah” dalam Yohanes 19:28 berasal dari kata
Yunani yang sama dengan kata “sudah selesai” dalam ayat 30. Di kayu salib, Firman Allah
tentang perlunya sebuah pengorbanan yang sempurna untuk menebus dosa yang dan dengan
demikian menghapus dosa itu, telah digenapi dalam kematian Kristus. Setiap korban yang
disebutkan dalam Perjanjian Lama, mulai dari Habel dan selanjutnya, mengacu kepada satu
korban penebusan yang besar dari Kristus di Kalvari sebagai Anak Domba Allah, yang
menghapuskan dosa dunia. Semuanya mengandung kesaksian akan perlunya kematian mutlak
dari seorang korban yang tak bercacat (I Pet 1:19) sebelum ada jalan pendekatan apa pun kepada
Allah.
“Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya
untuk kita” (I Yoh 3:16). “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu
bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-
Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi
kita dan yang mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (I Yoh 4:9-10).
Salib Kristus adalah sebuah pernyataan dari kasih Allah yang besar, sebab di salib itu
kesempurnaan kasih itu ditunjukkan dengan diserahkannya Anak-Nya yang tunggal oleh Sang
Bapa sebagai kurban bagi orang berdosa (Rm 8:32). Dan itu demi kematian yang memalukan
bagi para musuh-Nya, yang hanya layak mendapat penghukuman di tangan-Nya.
Salib memberikan kesaksian tentang kasih yang sempurna, yang memperlihatkan Allah
yang kudus, yang bagi-Nya dosa itu adalah suatu kebencian dan menjijikkan, tetapi yang
memberikan Anak-Nya yang sangat dikasihi-Nya, kekasih hati-Nya, supaya dosa dapat
dihilangkan dan orang berdosa dibawa ke dalam persekutuan dengan Dia.
Allah juga tidak menghindarkan Anak-Nya dari semua dosa itu, yang layak diperoleh
karena melanggar hukum-Nya yang kudus, dengan demikian mendatangkan kutukan hukum itu
dan murka Allah ke atas orang berdosa. Dia begitu mengasihi isi dunia sehingga Dia
memberikan anak-Nya dengan segala kerelaan dan secara terang-terangan kepada kematian,
bahkan mencurahkan atas kepala-Nya yang diberkati cawan murka-Nya, sehingga Dia dapat
memberikan kepada orang berdosa suatu keselamatan yang penuh dan cuma-Cuma sebagai
pemberian kasih-Nya yang juga cuma-cuma (Yoh 15:13; I Pet 3:18).
Di kayu saliblah, dosa terungkap sepenuhnya dan tampak dalam semua kekejiannya.
Semua golongan manusia bersatu di salib untuk menyalibkan anak Allah. Perbuatan-perbuatan
mereka merupakan pernyataan penuh dari dosa, yang menyingkapkan moral yang sangat rusak,
yang lahir dari hati manusia dan perlawanannya terhadap semua yang murni dan kudus dan
benar. Pada salib itulah dosa tampak dengan merampas Dia yang sungguh-sungguh murni dan
kudus, yang senantiasa berhati lembut dan merendahkan diri, tidak pernah melukai makhluk
hidup, dan memakukan Dia pada salib penjahat sebagai obyek yang memalukan dan terhina.
Adakah tindakan lain yang lebih kejam, atau sesuatu yang lebih jahat? Di salib itulah dosa
meluapkan kemarahannya yang sepenuhnya dan menunjukkan betapa ia adalah monster yang
mengerikan bila tidak diawasi dan tidak dikendalikan.
Bukan orang hina dan rakyat jelata yang bersikap demikian, melainkan pembesar-
pembesar tertinggi di negeri itu dan mereka yang menjadi pemimpin-pemimpin agama dari orang
banyak. Karena secara alamiah hati manusia, walaupun saleh dan kelihatannya terhormat dan
jujur, mampu melakukan dosa yang paling busuk dan keji. Di salib, dosa menampakkan dirinya
dalam rupa kecemburuan, kebencian dan kedengkian terhadap Anak Allah dan dalam cacian,
hindaan, dan ejekan yang dilontarkan kepada-Nya ketika Dia sedang merasakan penderitaan
yang maha dahsyat. Itu benar-benar dosa dalam segala kepenuhannya.
Salib Kristus adalah jawaban yang sempurna dan terakhir terhadap semua yang disebut
dosa dan terhadap semua hukuman yang layak buat dosa. Di salib dosa dihapuskan (Ibr 9:26).
Pengorbanan Tuhan Yesus Kristus dii kayu salib adalah obat yang sempurna dan menyeluruh
untuk segala dosa. Semua masalah tentang dosa sebagai kesalahan, yang menuntut hukuman
Allah, diselesaikan pada salib itu, dan itu berarti bahwa setiap orang berdosa yang datang kepada
Salib dan dengan iman memandang Kristus sebagai Juruselamat pribadi, dengan itu sepenuhnya
dimerdekakan dari segala dosa dan dibebaskan seutuhnya dari semua hukuman, dan untuk
selamanya. Keselamatan yang diperoleh di Salib adalah utuh, cuma-cuma, kekal, dan sempurna
sejak saat diterima dengan iman.
“Sebab sebuah piala ada di tangan Tuhan, berisi anggur berbuih, penuh campuran bumbu;
Ia menuang dari situ” (Mzm 75:9). Di salib, Kristus minum dari piala itu dan meminumnya
sampai habis, sebab di situlah hukuman Allah yang dahsyat atas dosa jatuh ke atas-Nya. “Aku
tertekan oleh panas murka-Mu, dan segala pecahan ombak-Mu Kautindihkan kepadaku” (Mzm
88:8; 42:7). Di salib itu “Tuhan telah menimpakan kepada-Nya kejahatan kita sekalian” (Yes
53:6). Kata “menimpakan” berarti “membuat menerima”. Petunjuk Allah dari semula adalah
“Pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kej 2:17). Dosa mendatangkan
kematian, dan itu berarti perceraian dari Allah – itulah hukumannya.
Hukuman atas dosa, dan pada tingkat sepenuhnya, waktu itu dilewatkan (tak dijatuhkan),
dan kemudian dipenuhi oleh Kristus, sehingga sekarang Allah menjamin kita bahwa
“Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus”
(Rm 8:1). Setiap orang yang percaya kepada Kristus yang disalibkan dan yang dibangkitkan
kembali, dibenarkan dan dibebaskan sepenuhnya dan pasti dari segala kesalahan dan hukuman
dosa. Orang percaya tidak hanya diampuni dan dibebaskan dari semua hukuman, melainkan dia
dinyatakan benar “dalam Kristus,” dan memiliki kebenaran Allah.
“Sudah selesai,” “sudah genap,” “sudah dipenuhi” adalah kata-kata yang datang kepada
kita dari Salib, yang memberitakan tentang betapa menakjubkannya kasih Allah yang
penuh/sempurna, tentang kengerian dan kekejian dosa, dan yang memperlihatkan penghukuman
Allah atasnya. Kata-kata itu juga menyatakan kepada kita keselamatan sempurna yang
disediakan bagi setiap orang berdosa yang mau dan hanya menerimanya sebagai pemberian
cuma-cuma dari Allah dan dengan iman yang tulus. Salib memungkinkan Allah untuk
menyelamatkan secara cuma-cuma dan sepenuhnya setiap orang berdosa yang datang ke salib itu
dengan iman; tetapi salib itu juga membuat Allah tidak mungkin untuk menyelamatkan siapa
pun, sebaik apa pun, dengan cara lain apa pun.
Oh, bahwa seruan itu datang dari mulut Tuhan Yesus sendiri, dan menggema terus
sepanjang abad, kiranya akan menyadarkan/menginsafkan setiap orang yang mendengarnya.
Sehingga arti sepenuhnya dari “Sudah selesai!” dapat terwujud.
LAPORAN BACAAN
KRISTOLOGI
(AJARAN TENTANG YESUS KRISTUS)
Judul Buku : Kristologi (tinjauan berbagai makna tentang salib Kristus)
Pengarang : James H. Todd
Penerbit : Gandum Mas, Malang, 2003
Pasal Yang di Baca : Bab 1 – bab 3
Halaman Yg di Baca : Dari hal. 7-31 = 24 halaman
Dosen : Pdt. Gerson Ongge, M.Th
Mata Kuliah : Kristologi
Disusun Oleh :
NamaMahasiswa : Leonardo D. Mamuko
Program Studi : Teologi
Semester : V (lima)
Tahun Akademik : 2018/19