Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X

Vol. 2, No. 2, Februari 2018, hlm. 650-658 http://j-ptiik.ub.ac.id

Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kucing Menggunakan Metode Naive


Bayes – Certainty Factor Berbasis Android
Achmad Affan Suprayogi Nugraha1, Nurul Hidayat2, Lutfi Fanani3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Email: 1affansupra@gmail.com, 2ntayadih@ub.ac.id, 3lutfifanani@ub.ac.id

Abstrak
Pada saat ini masyarakat banyak sekali yang memelihara hewan kucing. Kondisi ini disebabkan karena
banyak sekali manfaat yang dirasakan setelah memelihara kucing, anatar lain yaitu menumbuhkan rasa
kasih sayang terhadap makluk hidup dan juga dapat membantu memulihkan kondisi psikologis
seseorang sehingga dapat mengurangi stres. Selain pemeliharaannya yang relatif mudah, kucing adalah
hewan yang lucu dan menggemaskan. Akan tetapi apabila kondisi kesehatan kucing terganggu akan
berdampak negatif bagi pemelihara karena resiko dapat tertular penyakit dari kucing. Kesehatan kucing
dirasa penting tetapi jumlah tenaga medis hewan kucing yang ada sangat terbatas. Pembuatan sistem ini
dapat membantu pekerjaan pakar dalam mendiagnosis penyakit kucing. Metode yang digunakan adalah
Naive Bayes dan Certainty Factor. Metode Naive Bayes bekerja dengan cara mencari nilai peluang
kemunculan penyakit kucing, sedangkan metode Certainty Factor bekerja dengan cara mencari nilai
kepercayaan. Aplikasi ini dikembangkan berbasis android dengan menggunakan bahasa pemrograman
JAVA dan XML pada Android Studio. Pengujian yang dilakukan dengan membandingkan kesesuaian
hasil diagnosis sistem dengan hasil diagnosis pakar. Dari pengujian 25 data kasus didapatkan tingkat
akurasi sistem pakar diagnosis penyakit kucing menggunakan metode Naive Bayes – Certainty Factor
Berbasis Android sebesar 80%.
Kata Kunci: penyakit kucing, diagnosis, sistem pakar, naive bayes, certainty factor
Abstract
At this time a lot of people who nourish cats. This is because a lot of the perceived benefits after nourish
cats, such as foster a sense of compassion for sentient beings and also can help restore a person's
psychological condition so as to reduce stress. In addition to maintenance a relatively easy, the cat is
a cute animal. However, if the health condition of cats is disrupted will have a negative impact for the
keeper because of the risk can be infected. Healthy cats deemed important but the number of medical
personnel cat animals is very limited. Making this system can help the work of experts in the diagnosis
of diseases of cats. The method used is Naive Bayes and Certainty Factor. Naive Bayes method works
by looking for the emerging value opportunities cat disease, whereas the Certainty Factor method
works by looking for the value of the trust. The application is built using the android-based
programming language JAVA and XML in Android Studio. The test is performed by comparing the
conformity result of the system diagnosis with the expert diagnosis. And from 25 test case data obtained
accuracy rate cat disease diagnosis expert system using Naive Bayes method - Certainty Factor-Based
Android by 80%.
Keywords: cat diseases, diagnosis, expert systems, naive Bayes, certainty factor

manusia. Jadi kesehatan kucing sangatlah


1. PENDAHULUAN penting, peran klinik rumah sakit hewan sangat
Banyak sekali masyarakat yang memilih dibutuhkan untuk melakukan tindakan medis
kucing sebagai hewan peliharaan. Kucing dapat pada hewan peliharaan. Akan tetapi keterbatasan
menjadi bermanfaat bagi manusia, namun seorang dokter hewan dalam melakukan
apabila kucing sakit justru menjadi dampak diagnosis penyakit kucing.
buruk seperti tertularnya penyakit kucing ke Oleh sebab itu diperlukan sistem yang
membantu peran dokter hewan dalam

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya 650
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 651

menangani kasus penyakit kucing, dimana masalah yang telah dibuat yaitu bagaimana
sistem tersebut dapat melakukan diagnosis membuat sistem klasifikasi penyakit kucing
penyakit kucing secara cepat dan tepat menggunakan naive bayes – certainty factor dan
berdasarkan gelala penyakit kucing pada pasien bagaimana hasil pengujian.
berdasarkan rekap medis sebelumnya, Dengan
adanya riwayat pelatihan (data latih) proses 2. LANDASAN KEPUSTAKAAN
klasifikasi akan memperkuat hasil diagnosis
penyakit kucing seperti menangani penyakit 2.1. Penyakit Kucing
dengan kemiripan pola gejala. Dan dengan Pada sistem ini hanya dapat mengidentifikasi
adanya hasil wawancara dengan pemilik kucing 9 macam penyakit kucing saja. Berikut
akan membantu dalam perhitungan nilai derajat merupakan macam-macam penyakit kucing
ketidakpastian sehingga akan memperkuat yang diidentifikasi: Scabies, Gastritis,
faktor kepercayaan. Metode yang digunakan Helminthiasis, Rhinitis Dermatitis,
dalam penelitian ini adalah metode Naive Bayes Dermaphytosis, Otitis, Enteritis dan Sehat.
dan metode Certainty Factor. Metode Naive
Bayes Classifier untuk proses kalsifikasi, dalam 2.2. Sistem Pakar
proses sistemnya membutuhkan data latih dan
data uji. Sedangkan metode Certainty Factor Sistem pakar adalah sistem cerdas berbasis
digunakan untuk menghadapi masalah yang komputer digunakan dalam penyelesaian
jawabannya tidak pasti, ketidakpastian ini bisa masalah yang hanya bisa dilakukan oleh
merupakan probabilitas. ahli/pakar pada suatu bidang. Dengan sistem ini
Berdasarkan survey dari We Are Social masyarakat umum dapat melakukan perhitungan
sebuah agensi marketing social, mengeluarkan layaknya seorang pakar (Kusumadewi, 2003).
sebuah laporan mengenai data jumlah pengguna Terdapat dua bagian penting dari sistem
mobile dari seluruh dunia, dan Indonesia pakar meliputi linkungan konsultasi dan
termasuk mengguna mobile terbesar didunia lingkungan pengembang. Lingkungan
(Wijaya K.K, 2015). Oleh karenanya aplikasi pengembang digunakan oleh pengembang
yang akan dibangun berbasis Android untuk sistem untuk membangun komponen dan
menyesuaikan kebutuhan pengguna. memperkenalkan pengetahuan ke dalam basis
Pada penelitian penelitian terdahulu, pengetahuan. Untuk linkungan konsultasi
penelitian dengan objek yang berbeda namun berguna untuk melakukan konsultasi sehingga
dengan metode yang sama yaitu, Analisis memperoleh penegetahuan dari sistem pakar
Perbandingan Metode Naive Bayes dan layaknya dari seorang pakar (Sutojo, 2011).
Certainty Factor Dalam Mendeteksi
Kemungkinan Anak Terkena Disleksia. Pada 2.3. Naive Bayes
penelitian ini dilakukan perbandingan antara Naive Bayes adalah salah satu metode
metode Naive Bayes dan Certainty Factor untuk klasifikai. Perhitungan Bayes dapat dilakukan
mengetahui metode mana yang terbaik dalam dengan menggunakan langkah-langkah berikut
ketepatan akurasi. Hasil akurasi yang didapat (Natalius, 2011).
yaitu 93% untuk metode Naive Bayes dan 53% 1. Mencari nilai prior untuk tiap kelas dengan
untuk metode Certainty Factor (Tjahyati, 2014). menghitung rata-rata tiap kelas dengan
Penelitian selanjutnya Implementasi Metode menggunakan persamaan (1).
Naïve Bayes Classifier Untuk Diagnosis 𝑋
Klasifikasi Gejala Penyakit Kucing, didapakan 𝑃= (1)
𝐴
hasil akurasi yaitu 99,44% (Pitaloka, 2016).
2. Mencari nilai likelihood untuk tiap kelas
Berdasarkan penjelasan yang sudah
dengan menggunakan persamaan (2).
dipaparkan, oleh karenanya pada penelitian ini
𝐹
akan dibangun sebuah Sistem Pakar Diagnosis 𝐿= (2)
𝐵
Penyakit Kucing Menggunakan Metode Naive
Bayes – Certainty Factor Berbasis Android. 3. Mencari nilai posterior dari tiap kelas yang
Tujuan dari penelitian ini yaitu membuat ada dengan menggunakan persamaan (3).
sistem klasifikasi penyakit kucing menggunakan 𝑃(𝐻|𝐸) = 𝑃(𝐻) × 𝑃(𝐸|𝐻) (3)
naive bayes – certainty factor dan melakukan
pengujian sistem pakar diagnosis penyakit Hasil klasifikasi kelas dengan menggunakan
kucing merupakan jawaban dari rumusan metode Naive Bayes dilakukan dengan

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 652

membandingkan nilai posterior dari kelas-kelas aplikasi yang diawali dengan analisis kebutuhan,
yang ada. Nilai posterior yang paling tinggi yang pengumpulan data, lalu dilanjutkan dengan
terpilih sebagai hasil klasifikasi. perancangan dan implementasi, dilanjutkan
dengan pengujian dan analisis hasil pengujian
2.4. Certainty Factor sistem. Setelah semua proses selesai dilakukan
Certainty theory menggunakan suatu nilai maka penelitian diakhiri dengan penarikan
yang disebut Certainty Factor (CF) untuk kesimpulan dan saran.
mengasumsikan derajat keyakinan seorang
4. ANALISIS KEBUTUHAN
pakar terhadap suatu data (Arhami, 2005).
Ditunjukkan Formula Certainty Factor oleh
4.1. Gambaran Umum Sistem
Giarattano dan Riley, 1994 menggunakan
persamaan (4). Sistem pakar diagnosis penyakit kucing
menggunakan metode Naive Bayes – Certainty
CF (H,E) = MB (H,E) – MD (H,E) (4)
Factor merupakan sistem yang dapat melakukan
Keterangan : proses diagnosis penyakit terhadap seekor
• CF (H,E) = Certainty Factor dari kucing berdasarkan gejala-gejala masukan dari
hipotesis H yang dipengaruhi oleh gejala pengguna aplikasi. Sistem ini dibangun dengan
(evidence) E. Besarnya CF berkisar berbasis android yang dikembangkan
antara -1 sampai 1. Nilai 1 menunjukkan menggunakan Android Studio dengan bahasa
kepercayaan mutlak sedangkan nilai -1 pemrograman JAVA dan Extensible Markup
menunjukkan ketidakpercayaan mutlak. Language (XML).
• MB (H,E) = ukuran kenaikan Pada sistem ini tersedia 3 fitur, yaitu fitur
kepercayaan (measure of increased panduan kode gejala, fitur diagnosis, dan fitur
belief) terhadap hipotesis H yang info. Fitur panduan kode gejala berisi mengenai
dipengaruhi oleh gejala E. kode-kode gejala beserta keterangannya. Fitur
• MD (H,E) = ukuran kenaikan diagnosis merupakan fitur utama, pada fitur ini
ketidakpercayaan (measure of increased pengguna melakukan proses diagnosis dengan
disbelief) terhadap hipotesis H yang memasukkan beberapa kode gejala pada
dipengaruhi oleh gejala E. checkbox yang tersedia dan nantinya hasilnya
akan ditampilkan pada halaman hasil. Yang
3. METODOLOGI terakhir adalah fitur info, fitur ini berisi
mengenai informasi tentang sistem.

4.2. Identitas Aktor


Tahap ini ditujukan untuk melakukan
identifikasi aktor yang berinteraksi dengan
sistem pakar. Aktor apa saja yang terlibat dalam
sistem pakar beserta proses apa saja yang dapat
dilakukan oleh aktor berikut pada Tabel 1.
Tabel 1. Identifikasi Aktor
Aktor Deskripsi
Aktor dapat melakukan melihat
panduan kode gejala, mendiagnosis
Pengguna
penyakit, melihat hasil diagnosis,
dan melihat info tentang aplikasi.

4.3. Kebutuhan Fungsional


Gambar 1. Diagram Alir Metodologi
Pada bagian analisis kebutuhan fungsional
Penelitian dimulai dengan mengumpulkan akan di deskripsikan daftar kebutuhan-
dan mempelajari literatur-literatur yang dapat kebutuhan yang diperlukan untuk membangun
menunjukkan keberhasilan penelitian. Setelah aplikasi sistem pakar diagnosis penyakit kucing
itu, dilanjutkan dengan proses pembangunan menggunakan metode naive bayes – certainty

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 653

factor. Kebutuhan fungsional ditunjukkan pada


pada tabel 2.
Tabel 2. Kebutuhan Fungsional
No. Nama Fungsi Deskripsi Kebutuhan
1 Menampilkan Aplikasi harus
panduan kode menampilkan
gejala keterangan dari
masing-masing kode
gejala dalam menu
panduan kode gejala
2 Tentukan kode Aplikasi harus
gejala menyediakan ceckbox
untuk digunakan
pengguna sebagai
masukan gejala-gejala Gambar 2. Use Case Diagram
penyakit untuk
Gambar 2 merupakan model Use Case
didiagnosis
Diagram yang telah dibuat terdapat 1 (satu) aktor
3 Menampilkan Aplikasi harus
dan 4 (empat) use case yaitu melihat kode gejala,
hasil diagnosis menampilkan hasil
diagnosis. Diantaran
diagnosis, hasil, dan lihat info.
penyakit, nilai
keyakinan, info
5. PERANCANGAN DAN
penyakit, dan solusi. IMPLEMENTASI
4 Menampilkan Aplikasi harus
informasi menampilkan
5.1. Basis Pengetahuan
tentang aplikasi informasi mengenai Basis pengetahuan merupakan kumpulan
aplikasi dalam menu suatu informasi yang diperoleh dari pakar untuk
info memecahkan suatu permasalahan terhadap suatu
bidang tertentu. Basis pengetahuan bersifat
dinamis, dapat berubah sewaktu-waktu karena
4.4. Usecase Diagram pengetahuan dapat berkembang. Basis
Use case diagram merupakan gambaran pengetahuan merupakan inti dari sistem pakar
pada sistem yang menjelaskan interaksi aktor karena basis pengetahuan dijadikan sebagai
terhadap sistem yang akan dibangun. Use case acuan dalam perhitungan sistem pakar. Basis
diagram sangat penting untuk menjadi panduan pengetahuan mencakup dua elemen dasar, yaitu
bagi user maupun bagi developer untuk dalam fakta dan aturan (mengarahkan pengguna untuk
proses pengembangan sistem. Didalam use case memecahkan masalah khusus dalam domain
akan menjelaskan secara singkat bagaimana tertentu). Berikut merupakan sekumpulan
hubungan anatara usecase, aktor, dan juga informasi yang digunakan pada penelitian ini,
sistem. jenis penyakit kucing ditunjukkan pada tabel 3,
Berikut adalah Use Case Diagram dari gejala penyakit kucing ditunjukkan pada tabel 4
sistem, pada Gambar 2. dan aturan diagnosis penyakit kucing
ditunjukkan pada tabel 5.
Tabel 3 Jenis Penyakit Kucing
Kode Nama
Solusi
Penyakit Penyakit
P1 Scabies salep scabies
Makan lunak/halus,
obat penetral asam
P2 Gastritis lambung, antibiotik,
obat pengurang asam
lambung

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 654

Pemberian obat G20 Hidung berair


Helmin-
P3 cacing tiap 3 bulan G21 Ringwarm pada kulit
thiasis
sekali G22 Kulit kemerahan sampai lecet
identifikasi penyebab G23 Jamuran
alergi, obat anti alergi, G24 Lesi berminyak pengganti
P4 Rhintis
obat anti radang, G25 Guratan parah pada telinga
antibiotic Adanya cairan hitam keluar
Mandi dengan G26
telinga
Dermato- shampoo jamur 2x G27 Telinga terdapat lilin dan bau
P5
phytosis seminggu, salep anti G28 Diare campur darah
jamur, obat anti jamur G29 Feses lembek
Identifikasi penyebab G30 Minum banyak
alergi jika ada, G31 Abdomen sakit
antibiotik mandi G32 Vaksinasi
P6 Dermatitis
dengan shampoo anti
bakteri/jamur 2x Tabel 5 Aturan Diagnosis Penyakit Kucing
seminggu
Makanan halus/lunak, Aturan Penyakit Gejala
makanan khusus G1, G2, G3, G4, G5, G6, G7,
R1 P1
P7 Enteritis pencernaan, G13, G23, G29, G32
antibiotik, anti diare, G6, G8, G9, G10, G11, G13,
R2 P2
obat cacing G18, G19, G29, G32
Bersihkan telinga G5, G6, G7, G8, G10, G11,
dengan pembersih R3 P3 G12, G13, G14, G18, G23,
P8 Otitis telinga, obat tetes G29, G32
telinga dan anti G5, G13, G15, G16, G17,
R4 P4
radang G19, G20, G32
Mandi 1 – 2 minggu G2, G3, G4, G5, G7, G8,
R5 P5
sekali tergantung G11, G21, G22, G23, G32
P9 Sehat tingkat kekotoran, G3, G4, G5, G6, G7, G21,
R6 P6
vaksinasi rutin, cek G22, G23, G24, G32
dokter tiap 3 bulan G3, G7, G8, G10, G11, G13,
R7 P7 G18, G28, G29, G30, G31,
Tabel 4 Gejala Penyakit Kucing G32
G3, G5, G8, G10, G11, G12,
Kode
Gejala R8 P8 G13, G18, G25, G26, G27,
Gejala
G32
G1 Keratinisasi
R9 P9 G32
G2 Gatal gatal
G3 Keropeng
G4 Ketombe 5.2. Implementasi
G5 Kutuan
G6 Kurus 5.2.1 Diagram Alir
G7 Bulu rontok Berikut merupakan diagram alir perhitungan
G8 Anoreksia Naive Bayes pada gambar 3.
G9 Abdomen keras
G10 Muntah
G11 Diare
G12 Perut buncit
G13 Hilang nafsu makan
G14 Ada cacing di fases
G15 Pilek
G16 Bersin bersin
G17 Hidung tersumbat
G18 Badan lemas
G19 Mata berair

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 655

Gambar 4 Diagram Alir Perhitungan Certainty


Factor

5.2.2. Langkah-langkah Perhitungan Naive


Bayes
1. Menghitung nilai prior (peluang
kemunculan suatu penyakit pada data
training) berdasarkan gejala yang
diperlukan. Perhitungan ini dilakukan
dengan membagi jumlah masing-masing
penyakit dengan jumlah keseluruhan data
yang ada pada data latih.
2. Melakukan pencarian nilai likelihood
(peluang munculnya suatu gejala terhadap
Gambar 3. Diagram Alir Perhitungan Naive Bayes
suatu penyakit) dari probabilitas gejala yang
Berikut merupakan diagram alir perhitungan mempengaruhi pada setiap penyakit) dari
Certainty Factor pada gambar 4. probabibilitas gejala yang mempengaruhi
pada setiap penyakit. Perhitungan ini
dilakukan dengan membagi jumlah gejala
yang ada pada masing-masing penyakit
dengan jumlah masing-masing penyakit.
3. Melakukan pencarian nilai posterior
(probabilitas akhir) pada masing-masing
penyakit, dengan cara mengalikan nilai prior
dengan nilai likelihood masing-masing
gejala pada setiap penyakit.
Setelah didapatkan hasil diagnosis penyakit
menggunakan metode Naive Bayes, maka
selanjutnya akan dilakukan perhitungan nilai
kepastian dengan menggunakan Certainty
Factor. Perhitungan ini dimaksudkan untuk

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 656

memastikan hasil output CF maksimal yaitu Sistem menampilkan checkbox


mendekati nilai 1, dan juga untuk mengetahui Hasil yang kode-kode gejala dan sistem
persentase dari hasil perhitungan metode Naive didapatkan dapat melakukan diagnosis
Bayes. berdasarkan masukan pengguna

5.2.3. Langkah-langkah Perhitungan Status


Valid
Certainty Factor Validasi

1. Penyakit yang akan dihitung nilai


kepastiannya merupakan penyakit dari hasil Berdasarkan prosedur pengujian yang telah
diagnosis pada metode Naive Bayes. Pada dijalankan, maka dapat disimpulkan bahwa
perhitungan ini nilai CFpakar dikalikan sistem pakar diagnosis penyakit kucing telah
dengan CFuser. sesuai dengan seluruh kebutuhan fungsional
2. Setelah nilai CF dihitung, maka selanjutnya yang telah ditentukan.
yaitu menghitung nilai CFcombine.
Perhitungan CFcombine menggunakan nilai 6.2 Pengujian Usability
CF yang diperoleh dari CFpakar*CFuser, Prosedur Pengujian usability dilakukan
dimana nilai CF dianggap sebagai nilai CF1 dengan cara meminta pengguna sistem untuk
dan CF2. Setiap kali eksekusi hanya mengisi kuisioner setelah mencoba
menggunakan dua buah data saja (CF1 dan menggunakan sistem yang telah dibuat. Pada
CF2). Nilai tersebut digunakan untuk kuisioner, setiap pertanyaan memiliki nilai satu
memberikan bobot pada setiap aturan yang sampai dengan lima dan dari total seluruh nilai
ada. dibagi dengan jumlah pertanyaan, hasil dari nilai
tersebut dijadikan sebagai tolak ukur kelayakan
sistem dimana semakin tinggi nilai yang didapat
maka semakin baik sistemnya.
6. PENGUJIAN Kuisioner sebanyak 20 yang masing-masing
berisi 10 pertanyaan dibagikan kepada
6.1 Pengujian Validasi (Blackbox) pengguna, masing-masing pertanyaan memiliki
Prosedur pengujian validasi diawali dengan nilai satu sampai dengan lima penilaian
mendefinisikan kebutuhan fungsional yang akan dilakukan setelah pengguna mengoperasikan
diuji. Setelah itu, hasil yang diharapkan akan sistem.
dibandingkan dengan hasil yang didapatkan Hasil kuisioner pengujian usability diatas
setelah melalui tahap-tahap pengujian yang telah maka dilakukan perhitungan mean untuk
ditentukan sebelumnya. Hasil pengujian mendapatkan rata-rata. Perhitungan hasil
terhadap kebutuhan fungsional memilih kode kuisioner pengujian usability dapat dilihat
gejala, ditunjukkan pada Tabel 6. sebagai berikut:
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 822
Tabel 6 Kasus Uji Memilih Kode Gejala 𝑀𝑒𝑎𝑛 = = = 4,11
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑦𝑎𝑎𝑛 200
Nama Kasus
Memilih kode gejala Keterangan :
Uji
Jika Mean = 1 maka sistem dianggap sangat
Untuk memastikan sistem dapat buruk
menampilkan checkbox kode- Jika Mean = 2 maka sistem dianggap buruk
Tujuan
kode gejala dan sistem dapat Jika Mean = 3 maka sistem dianggap biasa
Pengujian
melakukan diagnosis saja
berdasarkan masukan pengguna Jika Mean = 4 maka sistem dianggap baik
1. Sistem dijalankan Jika Mean = 5 maka sistem dianggap sangat
Prosedur baik.
2. Memilih menu diagnosis
Pengujian
3. Memilih kode gejala
6.3 Pengujian Akurasi
Dapat menampilkan checkbox
Hasil yang kode-kode gejala dan sistem Pengujian akurasi digunakan untuk
diharapkan dapat melakukan diagnosis mengetahui seberapa besar nilai akurasi sistem.
berdasarkan masukan pengguna Pada pengujian akurasi dilakukan dengan
membandingkan hasil diagnosis pakar dengan

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 657

hasil diagnosis sistem apakah hasil yang disimpulkan bahwa sistem yang
didapatkan sama. dibangun sudah baik.
Berdasarkan hasil pengujian akurasi c. Hasil pengujian akurasi Sistem Pakar
menggunakan 25 yang telah dilakukan, terdapat Diagnosis Penyakit Kucing
20 data yang hasil diagnosisnya sama dengan Menggunakan Metode Naive Bayes –
hasil diagnosis pakar. Selanjutnya akan dihitung Certainty Factor Berbasis Android
nilai akurasi dengan persamaan berikut: memiliki nilai persentase akurasi
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 sebesar 80%, karena terdapat 5 data uji
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = × 100% dari 25 data uji yang tidak sesuai dengan
𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑡𝑎
hasil pakar yang disebabkan oleh
20
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑘𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 = × 100% = 80 kemiripan gejala anatara penyakit,
25 dengan membandingkan hasil diagnosis
Maka hasil nilai akurasi pada pengujian tersebut pakar dengan hasil diagnosis sistem.
didapatkan nilai sebesar 80%.
DAFTAR PUSTAKA
7. KESIMPULAN
Rahman, A., 2008. MORFOGENETIKA
Berdasarkan hasil perancangan dan KUCING RUMAH (Felis domesticus) DI
pengujian yang sudah dilakukan pada sistem DESA JAGOBAYO KECAMATAN LAIS
pakar pakar diagnosis penyakit kucing BENGKULU UTARA BENGKULU. Jurnal
menggunakan metode Naive Bayes – Certainty Exacta. pp. 30
Factor berbasis android dapat diambil
Hidayat S., 2010. Aplikasi Untuk Mendeteksi
kesimpulan sebagai berikut :
Jenis Penyakit Pada Tanaman Tebu Dan
1. Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Kucing
Cara Penanganannya Berbasis Web.
Menggunakan Metode Naive Bayes –
Skripsi. Tidak diterbitkan. Jurusan Teknik
Certainty Factor Berbasis Android, sistem
Informatika Fakultas Ilmu Komputer
ini dibangun dengan berbasis android. Untuk
Universitas Indonesia Bandung.
metode Naive Bayes dengan menggunakan
data gejala penyakit yang kemudian dihitung Pitaloka., 2016. Implementasi Metode Naïve
peluang kemunculan dan probabilias dari Bayes Classifier Untuk Diagnosis
masing-masing penyakit. Setelah itu untuk Klasifikasi Gejala Penyakit Kucing.
metode Certaity Factor menggunakan gejala Teknik Informastika PTIIK Universitas
penyakit yang diberikan nilai kepercayaan. Brawijaya, Malang
Sistem dapat mendiagnosis penyakit kucing Kusumadewi, Sri., 2003. Artificial Itelligence
dengan gejala yang digunakan sebanyak 32 (Teknik dan Aplikasinya). Graha Ilmu.
butir dan jenis penyakit kucing sebanyak 9 Yogyakarta.
butir berdasarkan hasil wawancara dengan
pakar. Wijaya K.K., 2015. Berapa jumlah pengguna
2. Terdapat 2 tahapan pengujian yang website, mobile, dan media sosial di
merupakan kelanjutan dari sistem ini Indonesia?. id.techinasia.com. [Online]
sebagai syarat memenuhi kebutuhan Tersedia di: https://id.techinasia.com
pembuatan sistem. /laporan-pengguna-website-mobile-
a. Hasil pengujian validasi (blackbox) media-sosial-indonesia. [Diakses Pada
Sistem Pakar Diagnosis Penyakit tanggal 10 Maret 2017]
Kucing Menggunakan Metode Naive Meilani, D.B., 2014. SISTEM DATA MINING
Bayes – Certainty Factor Berbasis UNTUK MENGHASILKAN POLA
Android dikarenakan pada semua kasus KELULUSAN SISWA DENGAN METODE
uji yang sudah dilakukan, secara NAIVE BAYES. Jurnal Link. pp. 3
keseluruhan dapat berfungsi dengan
baik, maka tingkat persentase Ali A.A., 2015. PEMODELAN SISTEM PAKAR
kesesuaian validasi sebesar 100%. DIAGNOSA PENYAKIT TANAMAN
b. Hasil pengujian usability diperoleh rata- CABAI MERAH MENGGUNAKAN
rata perhitungan yang bernilai 4,11. Dari METODE AHP-SAW. Skripsi. Tidak
nilai rata-rata tersebut dapat diterbitkan. Teknik Informatika PTIIK
Universitas Brawijaya, Malang.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 658

Natalius., 2011. Metode Naive Bayes Classifier Triakoso N., 2006. PENYAKIT SISTEM
dan Penggunaannya pada Klasifikasi DIGESTI VETERINER II. BAHAN AJAR
Dokumen. Makalah II 2092 Probabilitas ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER
dan Statistika. pp. 1 II. Pp 31
Neno., 2016. Infeksi Telinga (Otitis) pada Triakoso N., 2013. Small Animal Dematology.
Kucing. KucingKita.com. [Online] [Online] Tersedia di:
Tersedia di: http://kucingkita.com. https:/triakoso.wordpress.com/tag/dermat
[Diakses Pada tanggal 05 Maret 2017] ology [Diakses Pada tanggal 05 Maret
2017]
Palguna David dkk., 2014. SISTEM PAKAR
DIAGNOSIS PENYAKIT KULIT PADA Vhodzan Adzima., 2013. ISOLASI DAN
KUCING MENGGUNAKAN CERTAINTY IDENTIFIKASI KAPANG PENYEBAB
FACTOR. JSIKA. Pp. 75 DERMATOFITOSIS PADA ANJING DI
KECAMATAN SYIAH KUALA LUMPUR
Saputra., 2014. KOMPOSISI ALGORITMA
BANDA ACEH. Jurnal Medika
KLASIFIKASI DATA MINING UNTUK
Veterinaria. pp. 46
MEMPREDIKSI PENYAKIT
TUBERCULOSIS (TB): STUDI KASUS
PUSKESMAS KARAWANG SUKABUMI.
Seminar Nasional Inovasi dan Tren
(SNIT). pp. 2
Saputra Thomas., 2015. Enteritis Pada Hewan.
Ilmu Veteriner. [Online] Tersedia di:
http://ilmuveteriner.com/enteritis-pada-
hewan. [Diakses Pada tanggal 05 Maret
2017]
Silalahi Rumondang M.S., 2011. Perancangan
Aplikasi Sistem Pakar Untuk Diagnosis
Penyakit Ginjal Dengan Kombinasi
Metode Certainty Factor Dan Metode
Forward Chaining. Skripsi. Tidak
Diterbitkan. Departemen Ilmu Komputer
Fakultas MIPA Universitas Sumatra Utara,
Medan.
Sufyan Muhammad., 2016. Ini Manfaat
Memelihara Kucing untuk Kesehatan.
Liputan6. [Online] Tersedia di
http://health.liputan6.com/read/2516695/i
ni-manfaat-memelihara-kucing-untuk-
kesehatan. [Diakses Pada tanggal 05 Maret
2017]
Sutojo T, Mulyanto Edy, & Suhartono Vincent.,
2011. Kecerdasan Buatan. Yogyakarta:
Andi
Tjahyati T., 2014. Analisa Perbandingan
Metode Certainty Factor Dan Naive
Bayesian Dalam Mendeteksi
Kemungkinan Anak Terkena Disleksia.
Skripsi. Tidak diterbitkan. Program Studi
Teknik Informatika Fakultas Teknik Dan
Ilmu Komputer Universitas Komputer
Indonesia.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai