PERIKLIM
PERIKLIM
Abstrak
Batubara adalah suatu jenis batuan sedimen yang terbentuk dari bahan organik yang dapat
berfungsi sebagai bahan bakar. Kelas dan kualitas batubara sangat ditentukan oleh material
atau tumbuhan pembentuknya. Populasi tumbuhan yang melimpah dipengaruhi oleh iklim
yang ada, yang mana iklim yang tepat untuk pembentukkan endapan batubara adalah iklim
tropis. Rata-rata endapan batubara di Indonesia berumur Miosen.
I. Pendahuluan
Batubara adalah suatu jenis batuan sedimen yang terbentuk dari bahan organik
melalui proses pembatubaraan. Jenis batubara yang dominan di Indonesia untuk di
produksi yaitu jenis Bituminus. Bituminus merupakan batubara dengan nilai kalori antara
4440-8330 kkal/gram.batubara jenis ini mengandung karbon sebesar 60-80% dan sisanya
berupa material volatil dan pengotor lainnya.
Persebaran batubara Indonesia banyak ditemukan di cekungan-cekungan yang
berumur tersier yang mana pada zaman itu banyak tektonik aktif terjadi. Tektonik aktif
tersebut menghasilkan cekungan untuk pengendapan batubara dan juga menyebabkan
perubahan iklim yang menjadi penyuplai endapan batubara.
Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier,
yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan),
pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu
bara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan
Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut skala waktu
geologi. Umumnya, endapan batubara yang ditemui untuk produksi merupakan batubara
yang berumur Miosen.
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa
yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa di antaranya tegolong kubah gambut yang
terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata
lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi di mana mineral-mineral anorganik yang
terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang
berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai
pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis,
berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada
lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah pembentukan
gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.
Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, suhu dan
waktu, batubara umumnya dibagi 5 (lima) jenis yaitu :
1. Antrasit : Biasa disebut batubara keras. Sifat dari antarsit ini ditentukan oleh susunan
keteraturan molekul dan derajat kilap. Antrasit memiliki nilai kalori tinggi antara 7200-
7780 kal/gram dengan nyala biru pucat dan bebas asap.
2. Bituminous : Batubara jenis ini memiliki nilai kalori antara 4440-8330 kal/gram.
Batubara jenis ini digolongkan dalam beberapa sub-kelas berdasarkan peran dan
keragamannya yaitu : bituminus dengan kandungan zat terbang tinggi, menengah, dan
rendah.
3. Sub-bituminous : Batubara jenis ini biasanya berwarna hitam mengkilap seperti
kilapan logam, tetapi karakternya sering berubah. Pada waktu di tambang, nilai
kalorinya sekitar 4440-6110 kal/gram dengan kandungan air mencapai 40 %.
4. Lignit : biasanya mengandung sedikit material kayu dan mempunyai struktur yang
lebih
kompak jika dibandingkan dengan gambut. Lignit yang baru di tambang mempunyai ka
ndungan air antara 20-24 % dengan nilai kalori 3056-4611 kal/gram, sedangkan untuk
lignit bebas air dan abu berkisar antara 10000-11100 kal/gram.
5. Gambut : Gambut merupakan tumbuhan yang telah mati dan mengalami
dekomposisi sebagian serta terakumulasi dalam payau. Pada waktu pengambilannya,
kandungan airnya antara 80%-90% tetapi setelah dikeringkan di udara terbuka
kandungan airnya hanya 5%-6%. Gambut cocok untuk dijadikan bahan bakar, hanya
saja nilai kalorinya kecil.gambut kering dapat dibuat menjadi briket dengan proses
tekan ataupun dengan menggunakan zat pengikat seperti tar.
Semakin tinggi peringkat batubara maka kadar karbon akan meningkat sedangkan
hidrogen dan oksigen akan berkurang. Hal ini disebabkan karena tingkat pembatubaraan
secara umum dapat diasosiasikan dengan jenis batubara, maka batubara dengan tingkat
pembatubaraan (coalification) rendah disebut pula batubara jenis lignite dan sub-
bittuminous biasanya lebih lembut dengan material yang rapuh dan berwarna suram
seperti tanah, memiliki tingkat kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon
yang rendah, sehingga kandungan energinya pun rendah. semakin tinggi jenis batubara
maka akan semakin keras dan kompak serta warnanya akan semakin hitam mengkilat
selain itu kelembababnya pun berkurang sedangkan kadar karbonya akan meningkat
sehingga kandungan energinya pun meningkat. Jenis batubara yang umum ditemukan di
Indonesia berupa Sub-bituminus hingga Bituminus.
VI. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Rene, Dommain, Couwenberg, J, dkk. 2014. Carbon Storage and Release in Indonesian
Peatland since The Last Deglaciation. Elsevier Journal.
Akmaluddin, dkk. 2010. Miocene Warm Tropical Climate: Evidence Based on Oxygen
Isotope in Central Java, Indonesia . International Journal of Environtmental and Earth
Science.
http://geonaturalresource.blogspot.com/2015/10/jenis-batubara-indonesia-berdasarkan.html
(Diakses 24 November 2018)
https://www.skepticalscience.com/translation.php?a=22&l=24 (Diakses 24 November 2018)
https://sciencing.com/climate-miocene-period-4139.html (Diakses 24 November 2018)