Anda di halaman 1dari 6

1

Judul Proposal: Diskriminasi Tokoh Perempuan dalam


Novel Terusir Karya Hamka Kajian Feminisme Radikal
I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra adalah replika kehidupan nyata. Walaupun berbentuk fikssi,

misalnya cerpen, novel dan drama, persoalaan yang disodorkan oleh pengarang tak

terlepas dari pengalaman kehidupan nyata sehari-hari. Hanya saja dalam

penyampaian pengarang sering mengemasnya dengan gaya yang berbeda-beda.

karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi

pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya. Pendapat

tersebut mengandung implikasi bahwa karya sastra (terutama cerpen, novel, dan

drama) dapat menjadi potret kehidupan melalui tokoh-tokoh ceritanya.

Sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah

kenyataan sosial. Karya sastra adalah kisah kehidupan manusia yang penuh lika-

liku. Pengungkapan realitas kehidupan tersebut menggunakan bahasa yang indah,

sehingga dapat menyentuh emosi pembaca. Karya sastra merupakan luapan spontan

dari perasaan yang kuat dan tidak di pandang lagi sebagai refleksi tindakan

manusia.

Dalam dasawarsa terakhir ini, isu perempuan telah mendapat perhatian.

Peran perempuan dimana sekarang sudah tidak lagi dikaitkan hanya dengan

kodratnya sebagai perempuan, yaitu seorang istri atau ibu saja, namun telah

berkembang sedemikian rupa sehingga perempuan telah berperan serta dalam setiap

segi kehidupan masyarakat.


2

Di mata lelaki pada umumnya, perempuan adalah anugerah terindah dari

Sang Pencipta. Sayangnya perempuan seringkali dipandang sebagai orang kedua

setelah laki-laki. Citra perempuan seringkali dikaitkan dengan keberadaan gender

menjadi sebuah daya tarik sendiri untuk diceritakan dari banyak hal. Baik

perempuan tersebut dengan sifat kodratnya maupun perempuan sebagai manusia

dengan hak-haknya.

Sastra Indonesia memandang perempuan menjadi dua kategori. Kategori

pertama adalah peran perempuan dilihat dari segi biologisnya (Istri, ibu dan objek

seks) atau berdasarkan tradisi lingkungan. Kedua, bahwa perempuan yang didapat

dari kedudukannya sebagai individu dan bukan sebagai pendamping suami. Tokoh

perempuan dalam kategori kedua tersebut biasanya disebut sebagai perempuan

kuasa, perempuan yang berusaha mandiri dalam berfikir, serta menyadari hak-

haknya.

Kesadaran akan nasib, cita-cita dan hak membuat perempuan bangkit untuk

memperjuangkan kesetaraan yang menjadikannya sebagai perempuan kuasa.

Seperti yang terlihat sekarang, banyak perempuan telah terjun dalam dunia politik,

dan memiliki kedudukan yang sama atau bahkan lebih tinggi dari laki-laki dalam

suatu instansi penting misalnya DPR. Selain itu dalam sejarah Bangsa Indonesia

juga pernah dipimpin oleh seorang perempuan. Feminisme merupakan suatu hak

yang perlu di kaji, dipelajari dan ditelusuri keberadaannya.

Berdasarkan pemaparan tersebut, peneliti tertarik menggunakan judul

Diskriminasi tokoh perepuan. Hal ini berdasarkan pada eksistensi perempuan yang

selalu dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki, mudah dirayu atau dibujuk
3

dan begitu rendahnya martabat perempuan sampai ada sebutan perempuan itu

tempatnya di kasur, dan di dapur. Perempuan hanya mengurusi hal-hal yang

bersifat urusan rumah tangga.

Alasan lainnya adalah anggapan yang sudah membudaya dalam masyarakat

yakni perempuan itu lebih lemah dibandingkan laki-laki, sifat perempuan yang

emosional sehingga kadangkala perempuan tidak bisa mengambil sikap dan

keputusan dalam menyelesaikan setiap permasalahannya, mengakibatkan

munculnya sikap menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Selain

itu, perempuan sampai saat ini dianggap sebagai penggoda, sedangkan antara

perempuan dan laki-laki memiliki potensi dan kesempatan yang sama untuk

menggoda dan tergoda. Sudah sepantasnya perempuan mendapatkan hak dan

kewajiban yang layak sama seperti laki-laki dalam menentukan hidupnya.

Gender sastra yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah novel. Novel

dapat memberi manfaat karena didalamnya mengandung pesan moral yang dapat

diserap pembaca. Novel memberikan konstribusi kepada pembaca untuk

mengungkapkan sisi lain kehidupan manusia. Diantara gender utama karya sastra

yaitu puisi, prosa dan drama, gender khususnya novel yang dianggap dominan

dalam menampilkan unsur-unsur sosial.

Novel merupakan salah satu bentuk karya sastra yang digunakan sastrawan

sebagai sarana mengangkat masalah dalam kehidupan sehari-hari. Demikian juga

dalam mengangkat masalah yang berhubungan dengan perempuan. Novel dijadikan

sarana yang baik karena mudah dipahami oleh pembaca.


4

Hal ini yang menjadi salah satu alasan pemilihan novel sebagai objek

penelitian karena proses menciptakan sebuah karya sastra khususnya novel,

berbanding lurus dengan harapan yng memuaskan. Hal tersebut dapat diperoleh

setelah pembaca memahami makna yang disampaikan oleh pengarang. Umumnya

sebuah novel sangat memperhatikan sisi penceritaan atau alur yang dikisahkan

setiap tokoh didalamnya berdasarkan gaya masing-masing pengarang.

Adapun novel yang menjadi objek kajian peneliti yaitu novel yang ditulis

oleh Hamka yang berjudul Terusir yang diterbitkan oleh gema insani tahun 2016.

Alasan peneliti memilih novel Terusir karya Hamka sebagai objek kajian karena

pertama, dalam novel tersebut banyak menghadirkan konflik permasalahan

mengenai kehidupan tokoh utama perempuan dalam novel Terusir. Kedua, novel

tersebut merupakan novel yang ditulis oleh laki-laki yang berusaha menyuarakan

keadaan perempuan tokoh utama dalam novel Terusir. Ketiga, dalam novel ini juga

diperlihatkan ketidak berpihakan kepada kaum perempuan bedasarkan kelas sosial.

Hal ini ditujukan oleh tokoh Azhar yang dengan tega mengusir Maria selaku

istrinya sendiri dengan tuduhan dan fitnah yang di alami Mari adanya pihak yang

tidak senang dengan dengan keharmonisan rumah tangga Maria karena ia bukan

berasal dari kaum terpandang.

Adapun penelitian sebelumnya berdasarkan pada kajian feminisme radikal.

Amalia Puspa Khoirunnis pada tahun 2014 meneliti “Kejahatan Pada Perempuan

Kajian Wacana Feminisme Radikal Pada Film 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita”, Asrofah

pada tahun 2014”Feminisme Radikal Dalam Novel Nayla Karya Djenar Maesa

Ayu.
5

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini, yaitu:

“Bagaimana bentuk-bentuk diskriminasi yang dialami tokoh perempuan dalam

novel Terusir karya Hamka di tinjauan feminisme radikal“?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari penelitian

ini adalah mendeskripsikan penggambaran bentuk-bentuk diskriminasi

terhadap tokoh utama perempuan dalam novel Terusir Karya Hamka.

D. Manfaat penelitian

Terdapat dua hal manfaat yang terdapat dalam sebuah penelitian.

Diharapkan dalam penelitian ini manfaat yang diperoleh adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan penelitian sastra pada masa yang akan datang.

b. Menghadirkan sudut pandang dan cara yang berbeda dalam

melakukan kajian mengenai perempuan, terutama dalam

menganalisis diskriminasi yang dialami oleh kaum perempuan.

c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap

pengembangan teori sastra khususnya novel dan dapat digunakan

untuk meningkatkan apresiasi sastra, khususnya dalam kajian

Feminisme Radikal.
6

F. Sistematika Penulisan

Adapun komponen-komponen yang terdapat dalam sistematika

penulisan antara lain: Bab I, yaitu pendahuluan terdiri atas Latar Belakang,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika

Penulisan. Bab II, terdiri atas Tinjauan Pustaka dan Kerangka Pikir. Bab III,

menguraikan tentang Metode Penelitian yang terdiri dari Desain Penelitian,

Definisi Istilah, Data dan sumber data, Teknik Pengumpulan data, Teknik

Analisis Data.

Anda mungkin juga menyukai