Anda di halaman 1dari 17

ABSTRAK

Konsumsi sayur selada yang tidak higiene yaitu tanpa dicuci terlebih
dahulu akan menyebabkan kontaminasi parasit. Oleh sebab itu kesadaran tentang
pentingnya higiene pada sayur selada sebaiknya dimiliki baik oleh pengusaha
maupun pembeli. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan di antara
higiene sayuran yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern.
Penelitian ini dilakukan dengan cara cross sectional yang bersifat analitik.
Sampel sayur selada diperoleh dari 20 pasar tradisional dan 20 pasar modern yang
kemudian diperiksa di laboratorium dengan menggunakan metode sentrifugasi dan
pewarnaan lugol. Data diolah dengan program SPSS versi 17,0.
Dari penelitian ini diketahui bahwa secara keseluruhan, sayur selada dari
pasar tradisional dan pasar modern menunjukkan hasil positif kontaminasi parasit
yaitu masing-masing 34 sampel positif (85.0%) dan 18 sampel positif (90.0%).
Dan dari segi perlakuan yaitu dengan mencuci sayur selada sebelum ia dijual
menunjukkan hasil yang sama dengan kontaminasi parasit.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan pada sayur selada yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern.
Hanya dengan mengamalkan perlakuan mencuci sayur selada sebelum ia dijual
dapat mengatasi kontaminasi parasit.
Kata kunci: perbedaan, kontaminasi parasit, pasar tradisional, pasar modern

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Consuming not hygienic lettuce which is not cleaned previously will cause
parasite contamination. Therefore awareness of the importance of hygiene in
lettuce should be owned by the seller or buyer. This research was conducted to
know the higiene difference between lettuce sold in traditional markets with the
modern markets.
This research is performed in an analytical cross sectional manner.
Samples of lettuce were obtained from 20 traditional markets and 20 modern
markets are then examined in the laboratory using centrifugation method and lugol
staining. Data were analysed using the SPSS version 17,0 programme.
From the research done, it is known that lettuce from the traditional market
and modern market showed a positive result of parasite contamination of each 34
positive samples (85.0%) and 18 positive samples (90.0%). And in terms of
processing like washing the lettuce prior to selling showed similar result with the
parasit contamination condition.
Based on the results of this study, it can be concluded that there is no
difference between the lettuce sold in traditional markets and modern markets.
Only with the proper processing like washing the lettuce prior to selling will
overcome the parasite contamination.
Keywords: Difference, parasite contamination, traditional markets, modern
markets
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah yang berjudul “ Perbedaan Higiene Sayuran yang Dijual di Pasar
Tradisional dengan Pasar Modern ” berhasil diselesaikan.
Di dalam penulisan Hasil Karya Tulis Ilmiah ini ternyata penulis mendapat
banyak bantuan baik dari segi moril, materiil dan spiritual dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A.


Siregar, Sp. PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2.

dr.LAMBOK SIAHAAN, MKT selaku dosen pembimbing yang telah


memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

3.

Dosen-dosen mata kuliah Community Research Program yang sudi


membantu sewaktu penulis mengalami kesulitan dalam proses penyusunan
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini.

4.

Keluargaku tercinta yang senantiasa memberi motivasi kepada penulis baik


bersifat materi maupun non materi.

5.

Teman-teman penulis yang ikut memberi ide dan saling memberi motivasi
sehingga dapat selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua

pihak.Demikian dan terima kasih.


Medan, 26 November 2010
Penulis

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan……………………………………………………………...i
Halaman Persetujuan……………………………………………………….........ii
Abstrak……...……………………………………………………………...........iii
Abstract………………………………………………………………………….iv
Kata Pengantar…………………………………………………………………..v
Daftar Isi………………………………………………………………………...vi
Daftar Tabel….………………………………………………………………….viii
Daftar Gambar…………………………………………………………………..ix
Daftar Lampiran…………………………………………………………........... x
BAB 1

PENDAHULUAN…………………………………………..............1
1.1. Latar Belakang…………………………………………………...1
1.2. Rumusan Masalah………………………………………………..3
1.3. Tujuan Penelitian………………………………………………...3
1.4. Manfaat Penelitian.…..…………………………………………..3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………4

2.1. Higiene…………………………………………………………..4
2.2. Sayuran Mentah(lalapan)………………………………………...5
2.3. Penyakit
Cacingan……………………………………………….5
2.4. Pasar…………………………………………………...………...9

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL……..14


3.1. Kerangka Konsep Penelitian……………………………………..14
3.2. Definisi Operasional....…………………………………………..15
3.3. Hipotesis…………..……………………………………………..16

BAB 4

METODE PENELITIAN…………………………………………...17
4.1. Rancangan Penelitian..……………………………………………17
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………………..17
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian……………………………..........17
4.4. Metode Pengumpulan Data…………………………………........18
4.5. Pengolahan dan Analisa Data……………………………………18

Universitas Sumatera Utara

BAB 5

BAB 6

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN…………………….19


5.1. Hasil Penelitian……...………………………………………….19
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian…………………………………….19
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel…………………………….......19
5.1.3. Hasil Analisa Data…..……....……………………….………... 19
5.2. Pembahasan………………...……………………..…………….22

KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………...24


6.1. Kesimpulan……………..………………………………………...24
6.2. Saran…………………………...…………………………………24

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………..25

LAMPIRAN…….………………………………………………………………28

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
Nomor
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3

Judul

Halaman

Distribusi frekuensi jenis pasar yang mengikuti penelitian


Frekuensi hasil uji penemuan parasit berdasarkan pasar
Frekuensi hasil perlakuan yaitu dengan mencuci sayur
selada sebelum ia dijual di pasar
Tabel 5.4 Frekuensi hasil jenis parasit berdasarkan pasar

19
20
21
22

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
Nomor
Gambar 1

Judul
Kerangka konsep penelitian

Halaman
14

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
1
2
3
4

Judul
Daftar riwayat hidup
Ethical clearance
Uji Chi Square
Data dengan tabulasi SPSS

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Konsumsi sayur selada yang tidak higiene yaitu tanpa dicuci terlebih
dahulu akan menyebabkan kontaminasi parasit. Oleh sebab itu kesadaran tentang
pentingnya higiene pada sayur selada sebaiknya dimiliki baik oleh pengusaha
maupun pembeli. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan di antara
higiene sayuran yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern.
Penelitian ini dilakukan dengan cara cross sectional yang bersifat analitik.
Sampel sayur selada diperoleh dari 20 pasar tradisional dan 20 pasar modern yang
kemudian diperiksa di laboratorium dengan menggunakan metode sentrifugasi dan
pewarnaan lugol. Data diolah dengan program SPSS versi 17,0.
Dari penelitian ini diketahui bahwa secara keseluruhan, sayur selada dari
pasar tradisional dan pasar modern menunjukkan hasil positif kontaminasi parasit
yaitu masing-masing 34 sampel positif (85.0%) dan 18 sampel positif (90.0%).
Dan dari segi perlakuan yaitu dengan mencuci sayur selada sebelum ia dijual
menunjukkan hasil yang sama dengan kontaminasi parasit.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan pada sayur selada yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern.
Hanya dengan mengamalkan perlakuan mencuci sayur selada sebelum ia dijual
dapat mengatasi kontaminasi parasit.
Kata kunci: perbedaan, kontaminasi parasit, pasar tradisional, pasar modern

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Consuming not hygienic lettuce which is not cleaned previously will cause
parasite contamination. Therefore awareness of the importance of hygiene in
lettuce should be owned by the seller or buyer. This research was conducted to
know the higiene difference between lettuce sold in traditional markets with the
modern markets.
This research is performed in an analytical cross sectional manner.
Samples of lettuce were obtained from 20 traditional markets and 20 modern
markets are then examined in the laboratory using centrifugation method and lugol
staining. Data were analysed using the SPSS version 17,0 programme.
From the research done, it is known that lettuce from the traditional market
and modern market showed a positive result of parasite contamination of each 34
positive samples (85.0%) and 18 positive samples (90.0%). And in terms of
processing like washing the lettuce prior to selling showed similar result with the
parasit contamination condition.
Based on the results of this study, it can be concluded that there is no
difference between the lettuce sold in traditional markets and modern markets.
Only with the proper processing like washing the lettuce prior to selling will
overcome the parasite contamination.
Keywords: Difference, parasite contamination, traditional markets, modern
markets

Universitas Sumatera Utara

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia masih banyak penyakit yang merupakan masalah kesehatan,
salah satu diantaranya ialah cacing perut yang ditularkan melalui tanah yaitu
disebut juga sebagai Soil Transmitted Helminths (STH). Spesies cacingan STH
antara lain Ascaris lumbricoides (cacing gelang), Trichuris trichiura (cacing
cambuk), Ancylostoma duodenale dan Necator americanus (cacing tambang).
Cacingan ini dapat mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan, gizi,
kecerdasan dan produktifitas penderitanya sehingga secara ekonomi banyak
menyebabkan kerugian, karena menyebabkan kehilangan karbohidrat dan protein
serta kehilangan darah, sehingga menurunkan kualitas sumber daya manusia
(Yulionto, 2007; Gandahusada, 2000).
Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumnya masih sangat tinggi,
terutama pada golongan penduduk yang kurang mampu mempunyai risiko tinggi
terjangkit penyakit ini.

Dalam rangka menuju Indonesia Sehat 2010,

Pembangunan Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


pembangunan nasional, pembangunan tersebut mempunyai tujuan untuk
mewujudkan manusia yang sehat, produktif dan mempunyai daya saing yang
tinggi (Depkes, 2003). Salah satu ciri bangsa yang maju adalah bangsa yang
mempunyai derajat kesehatan yang tinggi dengan mutu kehidupan yang
berkualitas (Surat Keputusan Menkes, 2006).
Kebiasaan hidup kurang higienis dan pupuk kotoran hewan/ manusia yang
digunakan pada perkebunan dapat meningkatkan food borne illnesses. Infeksi
parasit terutama parasit cacing merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Penyakit infeksi ini bisa menyebabkan morbiditas. Penyakit cacingan tersebar
luas, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Angka infeksi tinggi, tetapi intensitas
infeksi (jumlah cacing dalam perut) berbeda (Gandahusada, 2000).

Universitas Sumatera Utara

Makanan instan atau makanan siap saji (junk food) yang kurang akan
kandungan serat, memicu meningkatkan berbagai penyakit degeneratif. Maka
masyarakat memilih lalapan (sayuran mentah) sebagai pola makan alternatif
untuk menyeimbangkan konsumsi makanan sehari-hari. Kebiasaan makan
sayuran mentah ini, sudah mentradisi di suku-suku tertentu di Indonesia sehingga
kelihatannya sulit diubah.

Namun, dari segi keamanannya, lalapan mentah

beresiko terkontaminasi pestisida atau telur cacingan. Kontaminasi cacingan


dapat terjadi terutama pada sayuran yang menjalar di permukaan tanah atau
ketinggiaannya dekat dengan tanah. Para petani seringkali menggunakan pupuk
organik berupa humus atau kotoran ternak (bahkan kotoran manusia) untuk
meningkatkan kesuburan tanah (Astawan, 2010).
Kurangnya prosedur kebersihan dapat menyebabkan berbagai penyakit,
seperti sakit perut, diare, dan keracunan makanan. Oleh karena itu, kualitas dan
sarana pengolahan makanan lalapan harus selalu dijaga dan mendapatkan
perhatian serta pengawasan sehingga dengan adanya perhatian dan pengawasan
ini dapat meningkatkan kualitas higienitas dan sanitasi. Dari pengamatan yang
dilakukan oleh Federal Centers for Disease bahwa di Amerika Serikat terdapat
76 juta orang menderita foodborne illness setiap tahun. Terlebih lagi didasari
dengan kelalaian manusia dan ketidakpedulian pengolah makanan tentang
higienitas dari makanan (Scharff, 2010).
Meski sejauh ini belum dilaporkan adanya kasus orang yang keracunan
atau meninggal gara-gara mengkonsumsi lalapan mentah, tapi tak ada salahnya
kita lebih memerhatikan keamanan pangan yang dikonsumsi (Astawan, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang higiene
sayuran.

Universitas Sumatera Utara

1.2 Rumusan Masalah


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

apakah ada perbedaan di

antara higiene sayuran yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern.

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui higiene sayuran yang dijual di pasar tradisional dan pasar
modern.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui adanya kontaminasi telur cacing pada sayuran.
2. Mengetahui adanya perlakuan pada sayuran sebelum sayuran dijual di pasar
tradisional dan pasar modern.

1.4 Manfaat Penelitian


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Bagi masyarakat: faham tentang bahaya memakan sayuran tanpa dibersihkan
terlebih dahulu.
2. Bagi pengusaha: dapat meningkatkan tahap higiene sayuran.
3. Bagi Petugas Kesehatan Masyarakat: mengetahui derajat higiene sayuran
yang dijual di pasar tradisional dengan pasar modern sehingga dapat
merencanakan suatu strategi pelayanan kesehatan untuk meningkatkannya.
4. Bagi peneliti: dapat mengembangkan kemampuan di bidang penelitian serta
mengasah kemampuan analisis penelitian sekaligus menambah ilmu melalui
penelitian tentang topik penelitian.
Universitas Sumatera Utara

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Higiene
Menurut Brownell (1986) dalam Jie (2009), higine adalah cara orang
memelihara dan melindungi kesehatan. Menurut Gosh (1986) dalam Jie (2009),
higiene adalah suatu ilmu kesehatan yang mencakup seluruh faktor yang
membantu/mendorong adanya kehidupan yang sehat baik perorangan maupun
melalui masyarakat. Menurut Prescott (1986) dalam Jie (2009), higiene
menyangkut dua aspek yaitu yang menyangkut individu (personal hygiene) dan
yang menyangkut lingkungan (environment). Secara umumnya, higiene adalah
seluruh kondisi atau tindakan untuk meningkatkan kesehatan. Higiene adalah
ilmu yang berkaitan dengan pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan.
Pengertian higiene saat ini terkait teknologi mengacu kepada kebersihan. Higiene
juga mencakup usaha perawatan kesehatan diri (higiene personal), yang
mencakup juga perlindungan kesehatan akibat pekerjaan (Akhirany, 2004).
Higiene sayuran adalah semua kondisi dan tindakan untuk menjamin keamanan
dan kelayakan sayuran pada semua tahap dalam rantai makanan (Deptan, 2009;
CAC, 2003). Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit dengan cara
menghilangkan atau mengatur faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan
rantai perpindahan penyakit tersebut. Terkait makanan, sanitasi didefinisikan
sebagai penerapan atau pemeliharaan kondisi yang mampu mencegah terjadinya
pencemaran (kontaminasi) makanan atau terjadinya penyakit yang disebabkan
oleh makanan (foodborne illness atau foodborne disease) (Prabu, 2008).
Keamanan pangan (food safety) adalah

jaminan agar

makanan tidak

membahayakan konsumen pada saat disiapkan dan atau dimakan menurut


penggunaannya. Sedangkan kelayakan pangan (food suitability) adalah jaminan
agar makanan dapat diterima untuk konsumsi manusia menurut penggunaannya
(Deptan, 2009).

Universitas Sumatera Utara

2.2 Sayuran Mentah (lalapan)


Sayuran adalah salah satu bahan makanan yang merupakan sumber
protein dan mineral bagi tubuh manusia. Sebelum dimakan umumnya sayuran
dimasak lebih dahulu. Selama sayuran dimasak dengan panas yang cukup tidak
ada masalah. Masalah timbul bila sayuran dimakan tanpa dimasak lebih dahulu.
Dalam hal ini, bersama sayuran biasa ikut bakteri, virus atau parasit patogen yang
cepat atau lambat akan menimbulkan penyakit (Djaafar dan Rahayu, 2005).
Sayuran mentah (lalapan) nilai gizinya lebih baik daripada sayuran
matang, tapi lebih berisiko tertular bakteri penyakit. Secara garis besar, lalapan
dibedakan atas lalapan mentah dan lalapan matang. Jenis sayuran yang umum
dipakai sebagai lalapan mentah adalah selada, daun kemangi, daun poh-pohan,
daun jambu mete, kenikir, terong bulat, kacang panjang, tomat, mentimun dan
kol. Untuk lalapan matang, umumnya menggunakan bahan wortel, labu siam,
kacang panjang, buncis, kecipir, daun singkong, bayam, kangkung, paria (pare)
dan kol. Faktor utama yang perlu dicurigai dalam mengkonsumsi lalapan mentah
adalah kontaminasi cacing berbahaya.

Untuk meningkatkan kesuburan tanah

sebagai media tempat tumbuh sayuran, petani sering menggunakan pupuk kotoran
manusia.

Terutama sayuran yang menjalar di permukaan tanah atau yang

ketinggiannya dekat dengan tanah. Pencemaran sayuran oleh telur cacing telah
dilaporkan beberapa kali di Jakarta baik pada sayuran yang dijual di pasar
maupun sayuran di kebun (Astawan, 2010).

2. Universitas Sumatera Utara

3 Penyakit cacingan
Cacingan merupakan parasit manusia dan hewan yang sifatnya merugikan,
manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar daripada
nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Diantara
nematoda usus tedapat sejumlah spesies yang ditularkan melalui tanah dan
disebut Soil Transmitted Helminths yang terpenting adalah Ascaris lumbricoides,

Necator americanus, Ancylostoma duodenale, Trichuris trichiura (Gandahusada,


2000).

a) Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)


Pada stadium dewasa hidup di rongga usus halus, cacing betina dapat
bertelur yang terdiri dari telur yang dibuahi dan telur yang tidak dibuahi. Dalam
lingkungan yang sesuai, telur yang dibuahi tumbuh menjadi bentuk infektif dalam
waktu kurang lebih 3 minggu. Bentuk infektif ini bila tertelan manusia, akan
menetas menjadi larva di usus halus, larva tersebut menembus dinding usus
menuju pembuluh darah atau saluran limfa dan di alirkan ke jantung lalu
mengikuti aliran darah ke paru-paru menembus dinding pembuluh darah, lalu
melalui dinding alveolus masuk rongga alveolus, kemudian naik ke trachea
melalui bronchiolus dan broncus. Dari trachea larva menuju ke faring, sehingga
menimbulkan rangsangan batuk, kemudian tertelan masuk ke dalam esofagus lalu
menuju ke usus halus, tumbuh menjadi cacing dewasa.

Proses tersebut

memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing
dewasa (Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).
Gangguan yang dapat disebabkan oleh larva yang masuk ke paru-paru
adalah perdarahan pada dinding alveolus yang disebut Sindroma loeffler.
Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang
penderita mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang,
diare dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi
gangguan penyerapan makanan (Malabsorbtion).

Keadaan yang serius, bila

cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi penyumbatan pada usus


(Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).
Gejala penyakit cacingan memang tidak nyata dan sering dikacaukan
dengan penyakit-penyakit lain. Pada permulaan mungkin ada batuk-batuk dan
eosinofelia. Orang (anak) yang menderita cacingan biasanya lesu, tidak bergairah,
dan konsentrasi belajar kurang.

Pada anak-anak yang menderita Ascariasis

Universitas Sumatera Utara

lumbricoides perutnya nampak buncit (karena jumlah cacing dan perut kembung),
biasanya matanya pucat dan kotor seperti sakit mata (rembes), dan seperti batuk
pilek. Perut sering sakit, diare, dan nafsu makan kurang. Telur cacing gelang
keluar bersama tinja pada tempat yang lembab dan tidak terkena sinar matahari,
telur tersebut tumbuh menjadi infektif. Infeksi cacing gelang terjadi bila telur
yang infektif masuk melalui mulut bersama makanan atau minuman dan dapat
pula melalui tangan yang kotor (Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).

b) Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)


Daur hidup cacing tambang adalah sebagai berikut, telur cacing akan
keluar bersama tinja, setelah 1-1,5 hari dalam tanah, telur tersebut menetas
menjadi larva rabditiform. Dalam waktu sekitar 3 hari larva tumbuh menjadi
larva filariform yang dapat menembus kulit. Setelah menembus kulit, larva ikut
aliran darah ke jantung terus ke paru-paru. Di paru-paru menembus pembuluh
darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut
tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi
terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama makanan
(Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).
Cacing tambang hidup dalam rongga usus halus tapi melekat dengan
giginya pada dinding usus dan menghisap darah.

Infeksi cacing tambang

menyebabkan kehilangan darah secara perlahan-lahan sehingga penderita


mengalami kekurangan darah (anemia) akibatnya dapat menurunkan gairah kerja
serta menurunkan produktifitas (Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).
Gejala klinik karena infeksi cacing tambang antara lain lesu, tidak
bergairah, konsentrasi belajar kurang, pucat, rentan terhadap penyakit, prestasi
kerja menurun, dan anemia (anemia hipokrom micrositer). Di samping itu juga
terdapat eosinofilia (Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).

Universitas Sumatera Utara

c) Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)


Cacing dewasa hidup di kolon asendens dengan bagian anteriornya masuk
ke dalam mukosa usus. Telur yang dibuahi dikeluarkan dari hospes bersama tinja,
telur menjadi matang (berisi larva dan infektif) dalam waktu 3–6 minggu di
dalam tanah yang lembab dan teduh. Telur matang ialah telur yang berisi larva
dan merupakan bentuk infektif. Cara infeksi langsung terjadi bila telur yang
matang tertelan oleh manusia (hospes), kemudian larva akan keluar dari dinding
telur dan masuk ke dalam usus halus sesudah menjadi dewasa cacing turun ke
usus bagian distal dan masuk ke kolon asendens dan sekum. Masa pertumbuhan
mulai tertelan sampai menjadi cacing dewasa betina dan siap bertelur sekitar 3090 hari
(Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).
Infeksi cacing cambuk yang ringan biasanya tidak memberikan gejala
klinis yang jelas atau sama sekali tanpa gejala. Sedangkan infeksi cacing cambuk
yang berat dan menahun terutama pada anak menimbulkan gejala seperti diare,
disenteri, anemia, berat badan menurun dan kadang-kadang terjadi prolapsus
rektum (Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).
Yang penting untuk penyebaran penyakit adalah kontaminasi tanah
dengan tinja. Telur tumbuh di tanah liat, tempat lembab, dan teduh dengan suhu
optimum kira 30 derajat celcius.

Di berbagai negeri pemakaian tinja sebagi

pupuk kebun merupakan sumber infeksi. Frekuensi di Indonesia masih sangat


tinggi. Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia frekuensinya berkisar antara
30-90 %.
Di daerah yang sangat endemik infeksi dapat dicegah dengan

pengobatan penderita trikuriasis, pembuatan jamban yang baik dan pendidikan


tentang sanitasi dan kebersihan perorangan, terutama anak.

Mencuci tangan

sebelum makan, mencuci dengan baik sayuran yang dimakan mentah adalah
penting apalagi di negera-negera yang

memakai tinja sebagai pupuk

(Gandahusada, 2000; Muslim, 2005).

Universitas Sumatera Utara

2.4 Pasar
Pasar dalam arti sempit adalah tempat permintaan dan penawaran
bertemu, dalam hal ini lebih condong ke arah pasar tradisional. Sedangkan dalam
arti luas adalah proses transaksi antara permintaan dan penawaran, dalam hal ini
lebih condong ke arah pasar modern. Permintaan dan penawaran dapat berupa
barang atau jasa. Sedangkan secara umum pasar merupakan tempat pertemuan
antara penjual dan pembeli. Pasar tradisional, pasar modern, bursa kerja, bursa
efek adalah contoh pasar (Lilananda, 2009; Arobaya, 2010).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan
biasanya ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau
gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola
pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan
berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik,
jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang menjual kue-kue dan barang-barang
lainnya. Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya
terletak dekat kawasan perumahan agar memudahkan pembeli untuk mencapai
pasar. Beberapa pasar tradisional yang "legendaris" antara lain adalah pasar
Beringharjo di Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang (Arifin,
2007; Setiawan et al, 2008).
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar
jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan
pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada
dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau
dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan
makanan seperti, buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang
dijual adalah barang yang dapat bertahan lama.
Contoh dari pasar modern

adalah pasar swalayan dan hypermarket, supermarket, dan minimarket (Arifin,


2007; Setiawan et al, 2008).

Universitas Sumatera Utara

Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa hal. Yaitu menurut jenisnya,


jenis barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud. Pasar
menurut jenisnya (Lilananda, 2009):
a) Pasar Konsumsi menjual barang-barang untuk keperluan konsumsi. Misalnya
menjual beras, sandal, lukisan. Contohnya adalah Pasar Mergan di Malang,
Pasar Kramat Jati.
b) Pasar Faktor Produksi menjual barang-barang untuk keperluan produksi.
Misalnya menjual mesin-mesin untuk memproduksi, lahan untuk pabrik.
Pasar menurut jenis barang yang dijual dapat dibagi menjadi pasar ikan, pasar
buah. Pasar menurut lokasi misalnya Pasar Kebayoran yang berlokasi di
Kebayoran Lama. Pasar menurut hari dinamakan sesuai hari pasar itu dibuka.
Misalnya Pasar Rabu dibuka khusus hari Rabu. Pasar menurut luas
jangkauan (Lilananda, 2009):
a) Pasar Daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah produk itu
dihasilkan.

Bisa juga dikatakan pasar daerah melayani permintaan dan

penawaran dalam satu daerah.


b) Pasar Lokal kayak gaber membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat
produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan
dan penawaran dalam satu kota.
c) Pasar Nasional membeli dan menjual produknya yaitu jembut dalam satu
negara tempat produk itu dihasilkan.

Bisa juga dikatakan pasar nasional

melayani permintaan dan penjualan dari dalam negeri.


d) Pasar Internasional membeli dan menjual produk dari beberapa negara. Bisa
juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia.
Pasar menurut wujud (Lilananda, 2009):
a) Pasar Konkret adalah pasar yang lokasinya dapat dilihat dengan kasat mata.
Misalnya ada los-los, toko-toko. Di pasar konkret, produk yang dijual dan

Universitas Sumatera Utara


dibeli juga dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan produsen juga
dapat dengan mudah dibedakan.
b) Pasar Abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat dengan kasat
mata. Konsumen dan produsen tidak bertemu secara langsung. Biasanya
dapat melalui internet, pemesanan telepon. Barang yang diperjual belikan
tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tapi pada umumnya melalui brosur,
rekomendasi.

Kita juga tidak dapat melihat konsumen dan produsen

bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan produsen dan konsumen


sekaligus.
Beberapa pasar tradisional di Kota Medan (Lilananda, 2009):
a) Pusat Pasar merupakan salah satu pasar tradisional tua di Medan yang sudah
ada sejak zaman kolonial. Menyediakan beragam kebutuhan pokok dan sayur
mayur.
b) Pasar Petisah menjadi acuan berbelanja yang murah dan berkualitas.
c) Pasar Beruang yang terletak di Jalan Beruang.
d) Pasar Simpang Limun merupakan salah satu pasar tradisonal yang cukup tua
dan menjadi trade mark Kota Medan.

Terletak di persimpangan Jalan

Sisingamangaraja dan Jalan Sakti Lubis.


e) Pasar Ramai yang terletak di Jalan Thamrin yang bersebelahan dengan
Thamrin Plaza.
f) Pasar Simpang Melati merupakan pasar yang terkenal sebagai tempat
perdagangan pakaian bekas dan menjadi lokasi favorit baru para pemburu
pakaian bekas setelah Pasar Simalingkar dan Jalan Pancing.
Beberapa pasar modern di Kota Medan (Lilananda, 2009):
a) Brastagi plaza
b) Hypermarket
c) Swalayan

Universitas Sumatera Utara

d) Carrefour
e) Supermarket
Berdasarkan data dari Pemerintah Kota Medan (2010) dicatatkan 15 mall/
plaza/ hypermarket, 14 supermarket, 29 pasar swalayan, dan 55 pasar tradisional.
Terdapat pengelompokan dan jenis barang di pasar menurut kebersihan,
yaitu (Lilananda, 2009):
a) Kelompok bersih (kelompok jasa, kelompok warung, toko).
b) Kelompok kotor, tidak bau (kelompok hasil bumi, buah-buahan).
c) Kelompok kotor dan berbau (kelompok sayur dan bumbu).
d) Kelompok kotor, bau, basah (kelompok kelapa).
e) Kelompok bau, basah, kotor, dan busuk (kelompok ikan basah dan daging).
Biasanya kelompok bersih diletakan di depan dan kelompok kotor, bau,
basah, dan busuk di belakang.

Pengelompokan ini bertujuan agar tidak

tercampur baur dan juga agar pembeli tidak kebingungan mencari barang. Salah
satu hal yang paling mendasar yang membedakan antara pasar tradisional dan
modern adalah transaksi yang dilakukan dimana pelakunya antara orang per
orang. Dan barang yang biasa diperjualbelikan adalah barang kebutuhan pokok
(Lilananda, 2009).
Citra atau image pasar tradisional pada saat ini identik sebagai area
perbelanjaan yang kumuh dan kotor dengan sebuah kelebihan yang cukup penting
yaitu harga yang sangat murah.
tradisional

menjadi

tempat

Dengan kelebihan tersebut otomatis pasar


favorit

bagi

seluruh

masyarakat

dalam

memenuhi kebutuhan sehari-hari. Selain sebagai produsen kebutuhan sehari-hari,


selama ini pasar tradisional telah banyak memberi lapangan pekerjaan dan
menghidupi banyak pedagang pasar (Lilananda, 2009).
Modernisasi pasar ,atau pusat perbelanjaan modern, menjanjikan suasana
belanja

yang

jauh

lebih
nyaman

dan

higienis

sehingga

menarik

masyarakat untuk meninggalkan pasar tradisional yang kumuh dan kotor.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai