Anda di halaman 1dari 121

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QUR’AN

DENGAN MENGGUNAKAN METODE IQRA’


(Studi Kasus di SMK Triguna Utama Ciputat)

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

OLEH
LAILATUL BAROAH
NIM : 106011000112

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2011 M
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Lailatul Baroah
Tempat / Tgl Lahir : Jakarta, 8 Juni 1987
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
dengan Menggunakan Metode Iqra’ di SMK
Triguna Utama Ciputat
Dosen Pembimbing : 1. Prof. Dr. H. Salman Harun
2. H. Abdul Ghofur, MA

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.

Jakarta, 20 April 2011

LAILATUL BAROAH
NIM. 106011000112
ABSTRAK

Lailatul Baroah. Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dengan


Menggunakan Metode Iqra’ pada Siswa Kelas X SMK Triguna Utama
Ciputat. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Al-Qur’an merupakan pedoman bagi umat Islam. Namun bagaimana seorang
umat bisa mengamalkan ajaran yang ada di dalam Al-Qur’an jika tidak bisa
membacanya. Oleh karena itu, kemampuan membaca Al-Qur’an sangat urgen dan
harus dimiliki oleh setiap umat Islam. Dalam hal ini sekolah mengambil
peranannya yaitu dengan mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada para siswa.
Untuk memudahkan proses belajar mengajar membaca Al-Qur’an dibutuhkan
sebuah metode, gunanya yaitu agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat efektif
sehingga tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran dapat tercapai. Dalam hal
ini metode Iqra’lah yang digunakan dalam praktek membaca Al-Qur’an. Metode
Iqra’ dianggap mudah dan tepat untuk digunakan dalam pembelajaran karena
dalam metode ini terdapat beberapa prinsip yang dapat diaplikasikan dalam
pembelajaran Al-Qur’an yang memudahkan para siswa untuk mampu membaca
Al-Qur’an sesuai dengan kaidah tajwid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara efektifitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ pada siswa kelas X di
SMK Triguna Utama Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Triguna Utama
Ciputat pada semester genap tahun ajaran 2010/2011. Teknik yang digunakan
sebagai alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah teknik angket, observasi
dan wawancara. Penelitian ini dilakukan terhadap responden yang terdiri dari
siswa kelas X. Data penelitian efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an
dengan menggunakan metode Iqra’ diperoleh dengan menggunakan alat ukur
berupa angket yang terdiri dari 43 item pertanyaan. Setelah diperoleh hasil angket
tentang efektifitas pembelajaran membaca Alqur’an dengan menggunakan metode
Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat, lalu penulis menghitung kedua variabel
tersebut dengan menggunakan rumus product moment. Hal ini untuk mengetahui
tingkat korelasi kedua variabel tersebut. Setelah penelitian dilakukan maka
penulis memperoleh hasil penelitian dengan angka 0,519 yang berarti terdapat
korelasi positi antara efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan
menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat, yang mana korelasi
tersebut tergolong sedang atau cukup karena korelasinya berada antara 0,40-0,70.

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah mencurahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Teriring pula shalawat serta salam kepada junjungan baginda Nabi
Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi seluruh manusia, beserta keluarga,
sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis sadari, bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini sudah tentu
penulis banyak mengalami kesulitan. Hal ini karena keterbatasan dan kemampuan
yang belum sempurna. Namun, berkat adanya bantuan, motivasi, bimbingan, dari
berbagai pihak, syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah penulis dalam kesempatan ini
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dari awal hingga terselesainya skripsi ini. Maka dengan ketulusan hati
yang paling dalam penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam dan Bapak Drs. Sapiuddin Shiddiq, MA selaku Sekretaris Jurusan
Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih
atas waktu luang yang telah diberikan untuk memberikan pelayanan
yang terbaik kepada kami selaku mahasiswa.
3. Bapak Prof. Dr. H. Salman Harun dan Bapak H. Abdul Ghofur, MA
selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih tidak terkira untuk
kesediaannya berbagi ilmu, dan telah meluangkan waktunya kepada

ii
penulis untuk memberikan petunjuk dan pengarahan dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan sehingga penulis selesai dalam menyusun
skripsi ini.
4. Ibu Dra. Hj. Eri Rossatria, M. Ag selaku dosen penasehat akademik.
Terima kasih tidak terkira atas kesediannya memberikan saran dan
nasehatnya kepada penulis.
5. Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama
masa perkuliahan.
6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
memberikan fasilitas dan kenyamanan kepada penulis dalam mencari
sumber-sumber yang dibutuhkan.
7. Kepala sekolah, guru dan semua staf di SMK Triguna Utama Ciputat
yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian khususnya
Bapak Drs. Robbani, AR selaku guru Alqur‘an yang selalu memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis dalam melakukan penelitian.
8. KH. Mahfudz Asirun selaku pimpinan pondok pesantren Al-Itqon dan
Ustj. Hj. Masyrifah selaku pimpinan asrama santri putri pondok
pesantren Al-Itqon dan para guru-guru. Terima kasih atas limpahan kasih
sayang dan ilmu yang sudah diberikan kepada penulis selama 6 tahun,
semoga menjadi manfaat dunia dan akhirat.
9. Bapak tercinta Amin dan Umi tersayang Holilah yang tulus ikhlas
mengorbankan dan mencurahkan perhatiannya untuk mendidik,
mengasuh serta memberikan motivasi yang tinggi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Kakak tercinta Nurmayanti, S.Pd serta suami Jamalulail, S.HI dan adik-
adikku tersayang Raihanul Jannah, Maulana Yusuf, Aida Handayani,
dan Lukman Nul Hakim. Terima kasih atas do’a, semangat dan motivasi
yang selalu kalian berikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

iii
11. Teman-teman mahasiswa PAI FITK angkatan 2006 kelas C yang selalu
memberikan kenangan manis saat menjalani hari-hari kuliah, khususnya
untuk sahabatku Fera, Dasho, Dadut, Maria, Ikeng, Isma dan lesti.
Terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini.
12. Muhammad Amin beserta keluarga, Siti Marqiyah, S.Pd.I, Ahmad
Ridwan Fauzi beserta istrinya dan Aisyah, S.Pd.I yang selalu membantu
dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
13. Siti Zubaedah, S.Ag beserta keluarga, bunda Joice dan bunda Dewi.
Terima kasih atas pengajaran pemahaman tarjamah Al-Qur’annya.
Semoga menjadi manfaat bagi penulis.
14. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam
skripsi ini yang tidak penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis menghambakan diri dan
memohon pertolongan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua,
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Jika ada yang benar dalam
penulisan ini adalah semata-mata datangnya dari Allah apabila di dalamnya
terdapat suatu kesalahan, maka itu dari kekhilafan diri penulis sebagai hamba
Allah yang dhaif, mudah-mudahan maksud dan tujuan penulis dapat tercapai
sesuai dengan apa ya ng penulis harapkan dan cita-citakan. Amin.
Pada akhirnya, tiada yang lebih berarti selain menjadi pribadi yang berguna
bagi orang lain. ”Khoirunnas Anfa’uhum linnas”.

Jakarta, 20 April 2011

Lailatul Baroah

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ....................................................................................................vii

BAB I : PENDAHULUAN
A. .Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 6
D. Tujuan Penelitian ................................................................ 7
E. Manfaat Penelitian .............................................................. 8

BAB II : KAJIAN TEORI


A. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an .................................... 9
1. Pengertian Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ............ 9
2. Guru Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an .13
3. Anak Didik Ideal dalam Pembelajaran Membaca
Al-Qur’an .......................................................................17
4. Lingkungan Ideal dalam Pembelajaran Membaca
Al-Qur’an .......................................................................19
5. Strategi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ................21
6. Evaluasi Pembelajaran Al-Qur’an dengan Menggunakan
Metode Iqra’...................................................................23
B. Macam-Macam Metode Membaca Al-Qur’an ....................24
1. Metode Qaidah Baghdadiyah........................................26
2. Metode Qira’ati ...........................................................28
3. Metode Iqra’..................................................................30
C. Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an ....................36
D. Kerangka Berpikir ................................................................41

v
E. Hipotesis Penelitian .............................................................42

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN


A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................43
B. Variabel Penelitian ..............................................................43
C. Metode Penelitian ................................................................44
D. Populasi dan Sampel ............................................................44
E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................45
F. Teknik Pengolahan Data .....................................................47
G. Teknik Analisis Data ...........................................................48

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum SMK Triguna Utama .............................50
B. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Alqur’an di SMK
Triguna Utama Ciputat ........................................................53
C. Deskripsi Data .....................................................................55
D. Analisis Data ........................................................................83
E. Interpretasi Data ...................................................................87

BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................88
B. Saran.....................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

1. .. Kisi-Kisi Kuesioner......................................................................................... 44
2. .. Kriteria Penilaian Angket ............................................................................... 45
3. .. Indeks Korelasi................................................................................................ 47
4. .. Sarana dan Prasarana SMK Triguna Utama.................................................... 49
5. .. Data Guru Tahun Ajaran 2009/2010 ............................................................. 50
6. .. Data Siswa SMK Triguna Utama Tahun Ajaran 2009/2011 .......................... 51
7. .. Dalam membaca siswa tidak mengeja bacaan ................................................ 54
8. .. Guru tidak banyak menuntun, namun sesekali hanya memberi contoh .......... 55
9. .. Apabila ada bacaan yang tidak jelas, guru langsung memberi penjelasan ..... 56
10. Guru menyimak bacaan siswa satu persatu ..................................................... 56
11. Buku/modul Iqra’ digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran
membaca Al-Qur’an ........................................................................................ 57
12. Ketika membaca siswa tidak langsung berhadapan dengan guru ................... 58
13. Siswa tidak membaca satu halaman jika bacaannya sudah fasih dan lancar .. 58
14. Guru memberikan reward pada siswa yang bagus bacaannya untuk menyimak
bacaan siswa yang lain .................................................................................... 59
15. Ketika mengajar guru mempraktekkan bacaan pada siswa dan tidak memberi
banyak penjelasan secara teori ........................................................................ 60
16. Guru tidak memberi kesempatan siswa untuk menyimak bacaan siswa yang
lain ................................................................................................................... 61
17. Karena simpelnya bentuk modul Iqra’, sehingga memudahkan siswa untuk
membawanya dan membacanya dimanapun siswa inginkan .......................... 61
18. Alasan modul Iqra’ digunakan karena materinya diawali dengan yang mudah
dan gampang ................................................................................................... 62
19. Agar cepat naik pada jilid yang lebih tinggi siswa menjadi rajin mengikuti
pelajaran .......................................................................................................... 63
20. Guru menyemangati siswa dengan memberikan modul Iqra’ yang beragam
warnanya sehingga membuat siswa tertarik untuk membacanya ................... 63
21. Guru memberikan sanjungan dan pujian jika bacaan siswa lancar ................. 64

vii
22. Guru selalu menganjurkan siswa untuk menggunakan modul Iqra’ untuk awal
permulaan belajar Al-Qur’an .......................................................................... 65
23. Guru tidak menegur siswa ketika bacaannya salah dan keliru ........................ 65
24. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa, maka guru mengacak
bacaan yang sama dengan pokok bacaan siswa misalnya siswa baca A dan
Bam aka guru menunjuki huru-huruf itu untuksiswa baca ............................. 66
25. Guru menugaskan siswa agar menulis setiap selesai membaca ...................... 66
26. Tulisan huruf Al-Qur’an (Arab) siswa menjadi bagus karena sering menulis
huruf Al-Qur’an .............................................................................................. 67
27. Guru selalu mengajak para siswa untuk membaca shalawat setiap selesai
pembelajaran membaca Al-Qur’an ................................................................. 68
28. Karena guru sering menyampaikan cerita-cerita Islami, siswa jadi memiliki
pengetahuan tentang sejarah Islam.................................................................. 68
29. Ketika siswa membaca, guru sering mengajak barmain tebak huru hijaiyah . 69
30. Guru Al-Qur’an tidak pernah mengadakan kuis interaktif masalah tajwid
dengan siswa dalam setiap pembelajaran Al-Qur’an di kelas ......................... 69
31. Guru menegur siswa yang membuat gaduh di kelas dan memberikan hukuman
bagi yang melanggar ....................................................................................... 70
32. Guru menganjurkan siswa untuk rajin membaca Al-Qur’an agar bacaan siswa
menjadi lancar dan bagus ................................................................................ 71
33. Guru tidak memberikan penjelasan secara praktis pada siswa yang memiliki
kesulitan membaca Al-Qur’an ........................................................................ 72
34. Guru Al-Qur’an tidak memberikan evaluasi pada awal dan akhir pembelajaran
......................................................................................................................... 73
35. Guru memulai pembelajaran dengan hal-hal yang mudah difahami,
disesuaikan dengan kemampuan siswa ........................................................... 73
36. Guru menyiapkan alat-alat mengajar yang disesuaikan dengan materi yang
akan diajarkan ................................................................................................. 74
37. Guru tidak menggunakan metode Iqra’ dalam pelaksanaan pembelajaran Al-
Qur’an ............................................................................................................. 74
38. Guru tidak mengajak siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran .................. 75

viii
39. Saya memiliki semangat yang besar untuk mengikuti pembelajaran Al-Qur’an
......................................................................................................................... 76
40. Siswa membawa alat-alat ketika belajar Al-Qur’an misalnya mushaf Al-
Qur’an, modul Iqra’ dan buku panduan .......................................................... 76
41. Sebelum masuk kelas siswa melancarkan bacaan Al-Qur’an ......................... 77
42. Siswa selalu melanggar aturan yang dibuat oleh sekolah dan guru, misalnya
sering dating terlambat, membuat gaduh di kelas, tidak mengulang-ulangi
bacaan dan sebagainya .................................................................................... 78
43. Siswa mengetahui bentuk tanda baca seperti syakal (harakat) dan syiddah ... 78
44. Siswa berusaha membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid .................... 79
45. Siswa tidak mengetahui huruf hijaiyah dimulai dari hamzah (‫ )أ‬sampai iya (‫)ي‬
sehingga guru harus menjelaskan dari awal .................................................... 80
46. Dengan adanya buku /modul Iqra’ dari jilis 1 sampai 6, siswa jadi semangat
belajar Al-Qur’an ............................................................................................ 80
47. Dengan kelas yang sejuk dan nyaman, siswa tetap malas mengikuti pelajaran
Al-Qur’an ........................................................................................................ 81
48. Siswa belajar Al-Qur’an hanya di sekolah saja, tidak belajar di tempat lain .. 82
49. Siswa malas membaca Al-Qur’an walaupun mereka melihat orang tua sering
membaca Al-Qur’an ........................................................................................ 83
50. Analisis korelasi variabel metode Iqra’ dan variabel efektifitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an ........................................................................................ 84

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Setiap muslim menyadari bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang
merupakan pedoman hidup dan dasar setiap langkah. Dalam surat Al-Isra ayat
9 Allah SWT berfirman:

         

      

“Sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus


dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu‟min yang
mengerjakan amal saleh, bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”.
(QS. Al-Isra: 9)1

Bagi umat Islam, Al-Qur’an mengatur hubungan manusia dengan alam


sekitarnya. Al-Qur’an mengatur dan memimpin semua segi kehidupan manusia
untuk meraih kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Al-Qur’an diturunkan
oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril untuk
disampaikan kepada umat manusia.

1
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Semarang: Kumudasmoro
Grafindo, 1994), h. 425-426

1
2

Al-Qur’an dianjurkan untuk dibaca, dipelajari, difahami, diamalkan,


disyiarkan dan dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari. Setiap sikap,
tindakan, ucapan, dan perbuatan seorang muslim harus sesuai dengan ajaran
Al-Qur’an. Mengamalkan ajaran Al-Qur’an adalah suatu kewajiban bagi umat
Islam. Untuk bisa mengamalkan Al-Qur’an dengan baik, paling tidak harus
melalui beberapa tahapan dintaranya yaitu membacanya dengan baik dan
benar,menghafal, mengerti makna ayat-ayatnya dan mengamalkannya.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-‘Alaq ayat 1-5:

          

          

    


“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah
yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan
kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya”. (QS. Al-
„Alaq: 1-5)2

Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa Allah SWT mengajar manusia
dengan perantara membaca. Setiap muslim harus bisa membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Sebagaimana dalam
surat Al-‘Alaq ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW
adalah Iqra‟ yang artinya bacalah. Ayat tersebut menunjukkan bahwa
membaca sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Dengan membaca
manusia terbebas dari buta huruf dan kebodohan yang memang tidak pantas
dimiliki oleh semua orang khususnya seorang muslim.
Dalam konteks Indonesia, pemerintah memberikan perhatiannya terutama
dalam kemampuan membaca Al-Qur’an dikalangan umat Islam dengan
mengeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Agama RI no.128/44 Tahun 1982 tentang peningkatan membaca Al-Qur’an

2
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya…, h. 1079
3

serta instruksi Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 3 Tahun 1991 Tentang
Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an dikalangan umat Islam.3
Sejalan dengan hal tersebut sesuai muatan wajib kurikulum pendidikan
dasar dan menengah, pemerintah menyebutkan bahwa satuan pendidikan dasar
dan menengah harus menempatkan kemampuan membaca Al-Qur’an sebagai
salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik karena salah satu
manfaat dari membaca Al-Qur’an ialah akan mendapatkan syafa’at di hari
kiamat. Sebagaimana hadits rasulullah SAW:

‫هلل عَّلَيْ ًِ وَسَّلَ َم‬


ُ ‫هلل صَّلَى ا‬
ِ ‫لا‬َ ‫ت رَسُ ْو‬
ُ ْ‫ سًمِع‬:َ‫هلل عَىًُْ قَال‬
ُ ‫يأ‬َ‫ض‬
ِ َ‫ي أُمَامَ َة ر‬
ْ ‫ه أَ ِب‬
ْ َ‫ع‬
)‫ي يَوْ َم اْلقِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَا بِ ًِ (رواي مسّلم‬
ْ ‫ اِقْرَؤُوا الْقُرْأَنَ فَاِوَ ًُ يَأْ ِت‬:ُ‫يَقُ ْول‬
“Dari Abu Umamah ra, ia berkata: saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda: “Bacalah Al-Qur‟an karena sesungguhnya Al-Qur‟an itu nanti
pada hari kiamat akan datang untuk memberi syafa‟aat kepada orang yang
membacanya.” (HR. Muslim)4

Pemerintah juga memberikan peluang kepada sekolah, guru dan peserta


didik untuk melakukan inovasi dan improvisasi di sekolah berkaitan dengan
masalah kurikulum, pembelajaran, managerial dan lain sebagainya yang
tumbuh dari aktivitas, kreativitas dan profesionalisme yang dimiliki.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan, kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Kegiatan
ini akan mengakibatkan peserta didik mempelajari sesuatu dengan cara efektif
dan efisien.5

3
Syamsul Bahri, Cepat Pintar Membaca Menulis Al-Qur‟an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),
h. 23
4
Abdul Baaqi’, Shahih Muslim, Juz I, (Beirut: Dar al-fikr, 1995), Ma‟rifai Al-rak‟ataini
Allataini Kana, no. 54, h. 553
5
Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: CV. Citra Media, 1996), h. 99
4

Kemampuan membaca Al-Qur’an adalah kemampuan hasil belajar Al-


Qur’an yang diperoleh siswa dengan diperlihatkannya setelah mereka
menempuh pembelajaran. Kemampuan membaca Al-Qur’an dipengaruhi oleh
banyak faktor salah satunya adalah metode yang digunakan guru dalam
pembelajaran. Guru harus mampu memilih metode yang sesuai dengan materi
yang akan diajarkan. Dalam setiap pertemuan guru dapat menggunakan
beberapa macam metode. Keserasian penggunaan metode itu sangat
bergantung pada pengetahuan guru tentang metode yang di uji oleh
pengalaman guru itu sendiri. Dalam pelaksanaanya kadangkala metode yang
digunakan tidak sesuai dengan hasil yang diinginkan. Bila kenyataan seperti ini
dialami oleh guru, maka guru harus sabar dan berusaha memecahkan
kesulitannya yakni dengan berusaha memperkaya dirinya dengan pengetahuan
metode sehingga dalam mengajar guru dapat meningkatkan lagi pengajarannya
melalui berbagai macam metode yang ia kuasai dan mengganti metode yang
kurang sesuai dengan metode lain yang menurut anggapannya lebih sesuai.
Penggunaan metode yang tepat oleh seorang guru dalam mengajarkan
membaca Al-Qur’an maka akan memberikan pengaruh yang sangat besar pula
terhadap efektifitas pembelajaran dan implikasinya terhadap kemampuan siswa
dalam membaca Al-Qur’an
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam mengembangkan
kemampuan siswa membaca Al-Qur’an adalah dengan metode Iqra’. Metode
Iqra’ adalah suatu metode atau cara cepat belajar membaca Al-Qur’an yang
disusun secara sistematis dimulai dari bacaan yang sederhana kemudian meningkat
setahap demi setahap sehingga terasa ringan bagi yang mempelajarinya. Metode
ini memiliki buku panduan yang terdiri dari 6 jilid.
Dalam implementasinya, SMK Triguna Utama sebagai sekolah swasta yang
bukan berbasis agama menginginkan para siswanya dapat membaca Al-Qur’an
sehingga sekolah tidak terlepas dari upayanya yakni dengan mengadakan
pembelajaran membaca Al-Qur’an di sekolah yang diperuntukkan kepada
seluruh siswa. Sekolah ingin melihat para siswanya setelah lulus dari sekolah,
selain mereka mendapatkan ilmu pengetahuan umum yang sesuai dengan
5

kejuruan, mereka juga mendapatkan tambahan ilmu yang sangat berharga


untuk kehidupan di dunia dan akhirat yakni ilmu membaca Al-Qur’an. Dengan
ilmu ini para siswa dapat menjalani hidupnya sesuai ajaran agama Allah SWT
yaitu agama Islam serta mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dalam
praktiknya, pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an dilakukan setiap
hari dan dibimbing oleh seorang guru yang memiliki kompetensi dalam bidang
Al-Qur’an. Guru selalu memberikan motivasi dan bimbingan langsung kepada
para siswa agar mereka mampu untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan
benar.
Sekolah SMK Triguna telah menyediakan sarana dan prasarana yang dapat
menunjang tercapainya tujuan pendidikan salah satunya dalam proses
pembelajaran membaca Al-Qur’an. Selain itu, untuk mengefektifkan
pembelajaran Al-Qur’an guru juga menggunakan metode pembelajaran. Salah
satu metode yang digunakan oleh guru ialah metode Iqra’, tanpa metode suatu
pesan pembelajaran tidak akan berproses secara efektif ke arah yang ingin
dicapai. Guru menganggap bahwa metode inilah yang cocok diaplikasikan
dalam mengajarkan para siswa karena dalam metode ini terdapat beberapa
prinsip yang dapat diaplikasikan dalam praktek pembelajaran membaca Al-
Qur’an sehingga memudahkan para siswa untuk mampu membacanya dengan
baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid.
Namun, dalam realita sehari-hari tampak jelas bahwa siswa memiliki
perbedaan dalam hal motivasi dan kemampuan dalam membaca Al-Qur’an
yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya
sehingga menyebabkan adanya implikasi serius pada proses pembelajaran yang
menghambat tercapainya tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yang sesuai
dengan harapan dan perbedaan pada hasil kemampuan belajar yang dicapai
oleh siswa.
Berdasarkan hasil pemikiran di atas, penulis akan membahas satu
permasalahan yakni tentang ”EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN
MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN MENGGUNAKAN METODE
IQRA’ (Studi Kasus di SMK Triguna Utama Ciputat)”.
6

B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan
aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau
masalah atau variabel yang akan diteliti. Terkait dengan latar belakang masalah
di atas, maka masalah yang berkaitan dengan efektifitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang menghambat pembelajaran membaca Al-Qur'an di SMK
Triguna Utama Ciputat
2. Faktor-faktor yang mendukung pembelajaran membaca Al-Qur’an di SMK
Triguna Utama Ciputat
3. Efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode
Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah


1. Pembatasan Masalah
Agar lebih terarah dan terfokus, penulis membatasi permasalahan pada
dua titik fokus yaitu:
a. Efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an
Yang dimaksud efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an di sini
ialah tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa dalam proses
pembelajaran membaca Al-Qur’an yang telah direncanakan. Kegiatan ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana proses dan hasil yang
ditimbulkan dari pembelajaran Al-Qur’an terhadap kemampuan
membaca Al-Qur’an para siswa. Siswa yang akan diteliti yaitu siswa
kelas X (sepuluh) yang masih membaca ditingkatan Iqra’.
7

b. Metode Iqra’
Metode Iqra’ adalah salah satu metode belajar mengajar Al-Qur’an
yang disusun secara sistematis dan praktis.6 Metode ini digunakan dalam
kegaiatan belajar mengajar Al-Qur’an. Dalam metode Iqra’ ada modul
yang terdiri dari 6 jilid dengan masing-masing jilid terdiri dari 32 s/d 33
halaman. Metode Iqra’ memiliki beberapa pedoman prinsip yang harus
digunakan dalam pengajaran, diantara prinsip-prinsip itu ialah prinsip
privatisasi, modul, CBSA, praktis, asistensi, variatif, komunikatif, bacaan
langsung, sistematis dan fleksibel. Penggunaan metode Iqra' dipilih
karena terdapat kemudahan dalam menggunakannya.
2. Perumusan Masalah
Kemampuan membaca Al-Qur’an dapat dikenali dari hasil belajar
peserta didik yang diasumsikan sebagai efek dari pembelajaran. Namun,
pembelajaran dapat efektif jika metode yang digunakan tepat guna. Metode
merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam
tercapainya tujuan pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar
membaca Al-Qur’an. Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan
masalah yang akan diteliti adalah ”Bagaimana efektifitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna
Utama Ciputat?

D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini antara lain ialah:
1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an di SMK
Triguna Utama Ciputat.
2. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan
metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat.

6
Arif Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra‟ Yang Mudah dan Menyenangkan,
(Jakarta: Yayasan Wakaf Madani, 2008), Cet. I, h. 11
8

E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain ialah:
1. Untuk memberikan kontribusi teoritik berupa penyajian informasi ilmiah
untuk menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an
dengan menggunakan metode Iqra’
2. Sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai
pembanding dalam penelitian-penelitian lebih lanjut yang sejenis,
3. Untuk menambah pemahaman bagi penulis dalam penerapan ilmu
pendidikan di dalam dunia nyata, khususnya dalam mengefektifitaskan
pembelajaran membaca Al-Qur’an .
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Membaca Al-Qur’an


1. Pengertian Pembelajaran Membaca Al-Qur’an
Belajar memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Manusia terlahir sebagai makhluk lemah yang tidak mampu berbuat apa-
apa. Akan tetapi melalui proses belajar dalam fase perkembangannya,
manusia bisa menguasai berbagai skill (kemahiran/keterampilan) maupun
pengetahuan.
Belajar merupakan suatu terminologi yang menggambarkan suatu proses
perubahan melalui pengalaman. Proses tersebut mempersyaratkan
perubahan yang relatif permanen berupa sikap, pengetahuan, informasi,
kemampuan, dan keterampilan melalui pengalaman.
Menurut Moh. Uzer Usman belajar adalah “proses perubahan tingkah
laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dan individu
dengan lingkungannya”. 1 Namun secara umum menurut Kochhar yang
dikutip dari buku karangan Dede Rosyada menyatakan bahwa belajar akan
sukses jika memenuhi dua persyaratan, antara lain ialah:

1
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
h. 5

9
10

a. Belajar merupakan sebuah kegiatan yang dibutuhkan oleh siswa yakni


siswa merasa perlu akan belajar. Semakin kuat keinginan siswa untuk
belajar, maka akan semakin tinggi tingkat keberhasilannya.
b. Ada kesiapan untuk belajar yakni kesiapan siswa untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman baru, baik pengetahuan maupun keterampilan.2
Sedangkan arti dari Pembelajaran adalah “proses yang terjadi yang
membuat seseorang atau sejumlah orang yaitu peserta didik melakukan
proses belajar dengan baik sesuai dengan rencana pengajaran yang telah
diprogramkan”. 3 Pembelajaran juga merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan,
penguasaan kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan
pada peserta didik.
Menurut Oemar Hamalik pembelajaran adalah “suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan,
dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”.4
Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa pembelajaran adalah
sebuah proses belajar mengajar yang melibatkan banyak komponen baik
dari segi material, sumber daya manusia, fasilitas-fasilitas yang mendukung
dan lingkungan untuk mencapai sebuah tujuan yaitu perubahan tingkah laku
positif untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada baik bersifat
profesional, ekonomi atau bidang-bidang lainnya. Karena belajar adalah
sebuah pengalaman yang dialami secara langsung atau tidak langsung oleh
seorang individu.
Kata “baca” merupakan kata kerja yang memiliki arti melihat serta
memaknai isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam
hati. Membaca menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata
qara‟a. masdarnya adalah qira‟at yang berati bacaan. Arti membaca adalah

2
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. III, h. 99
3
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003),
Cet. IV, h. 14
4
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.
VIII, h. 57
11

mengamati, mengucapkan kalimat yang tersusun atas kata. Membaca yang


dimaksud dalam pengertian ini ialah bagaimana seorang siswa mengamati,
mengucapkan huruf-huruf hijaiyah, baik yang berdiri sendiri maupun yang
digabung (gandeng) dengan huruf-huruf yang lain yang terdapat di dalam
Al-Qur’an. Dasar penguasaan oleh siswa yang ditanamkan adalah dengan
mengenali huruf-huruf Al-Qur’an yang tertuang.
Al-Qur’an menurut bahasa berarti “bacaan”, berasal dari kata “qara‟a”
yang artinya membaca. Adapun pengertian Al-Qur’an menurut istilah antara
lain yaitu :
a. Kitab yang hanya berisi firman Allah semata. Tidak ada didalamnya
perkataan siapapun. Seperti dalam surat An Nisaa ayat 82:

           

   


“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur‟an? kalau kiranya
Al-Qur‟an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapati
pertentangan yang banyak di dalamnya.” (QS. An-Nisaa: 82).5

b. Kitab yang diturunkan Allah kepada nabi Muhammad SAW dengan


perantara malaikat Jibril dengan bahasa Arab. Sebagaimana firman Allah
dalam surat Asy-Syu’ara ayat 192-195:

          

         

“Sesungguhnya Al-Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan


semesta alam. Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril). Ke
dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang diantara
orang-orang yang memberi peringatan. Dengan bahasa Arab yang
jelas.” (QS.As-Syu‟ara: 192-195).6

5
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya …, h. 132
6
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya …, h. 192-195
12

c. Kitab yang diturunkan sebagai pedoman hidup untuk seluruh umat


manusia sampai akhir zaman. Sebagaimana firman Allah dalam surat Az
Zumar ayat 41:

  
          

            

“Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Al Kitab (Al-Qur‟an) untuk


manusia dengan membawa kebenaran; siapa yang mendapat petunjuk
maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa yang sesat maka
sesungguhnya dia semata-mata sesat buat (kerugian) dirinya sendiri, dan
kamu sekali-kali bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap
mereka”. (QS. Az-Zumar: 41)7

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Quran


adalah kitab yang hanya berisi firman Allah SWT yang diturunkan kepada
nabi Muhammad melalui malaikata Jibril dengan menggunakan bahasa Arab
dan dijadikan sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat manusia.
Qara‟a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, sedangkan
qira‟ah ialah menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lain
dalam satu ucapan yang tersusun rapi. Al-Qur’an dikhususkan sebagai nama
bagi kitab yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, sehingga Al-
Qur’an menjadi nama khas kitab itu sebagai nama diri dan secara
keseluruhan mencakup penamaan ayat-ayatnya. Sebagaimana disebutkan
dalam firman Allah dalam surat Al-Qiyamah ayat 17-18:

          

“Sesungguhnya atas tanggunga Kami-lah mengumpulkannya (di


dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah
selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu (18)”.(QS. Al-
Qiyamah: 17-18)8
7
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya …, h. 751
8
Departemen Agama RI, Alqur‟an dan Terjemahnya …, h. 999
13

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian


pembelajaran membaca Al-Qur’an adalah proses kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan dengan melibatkan beberapa unsur diantaranya yaitu
pendidik, peserta didik, alat pendidikan, bahan/materi dan sebagainya untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Membaca,
mempelajari, memahami serta mengajarkan Al-Qur’an adalah ibadah yang
sangat tinggi nilainya.

2. Guru yang Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an


Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Dalam dimensi
dunia pendidikan, guru adalah sosok manusia yang mempunyai tanggung
jawab besar yaitu membawa siswanya pada satu taraf kematangan tertentu.
Guru adalah salah satu variabel terpenting dalam proses pelaksanaan
pembelajaran. Profil guru sangat menentukan bagi keberhasilan proses
belajar mengajar dalam sebuah aktifitas pendidikan. Karena itulah peran
guru selalu dilirik dan dicermati dalam rangka mengembangkan sumber
daya manusia (anak didik) di sebuah lembaga pendidikan.
Menurut Syaiful Bahri dalam bukunya Guru dan Anak Didik “guru
adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik”. 9
Sedangkan Mohammad Uzer Usman mendefinisikan istilah “guru sebagai
jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus”.10
Dalam konsep Islam guru adalah “sumber ilmu dan moral.Ia merupakan
tokoh identifikasi dalam hal keluasan ilmu dan keluhuran akhlaknya,
sehingga siswanya berupaya untuk mengikuti langkah-langkahnya.”11
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa guru adalah sosok manusia
mulia yang memiliki tugas sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan

9
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 30
10
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 5
11
Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta:
Logos, 1998), Cet.I, h. 167
14

pemberi informasi kepada peserta didik. Ia juga perencana, pembimbing,


pelatih, pengelola kelas dan sebagai motivator dalam mengembangkan
kepribadian anak didik, baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik.
Untuk menjadi seorang guru diperlukan adanya syarat-syarat dan
keahlian khusus, demikian pula seorang guru Al-Qur’an, ia harus benar-
benar menguasai seluk-beluk pendidikan khususnya dalam pengajaran Al-
Qur’an dan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan
dikembangkan melalui pendidikan. Kedudukan seorang guru yang
mengajarkan membaca Al-Qur’an adalah mulia. Sebagaimana sabda
Rasululullah SAW:

‫هلل عَّلَيْ ِو‬


ُ ‫هلل صَّلَى ا‬
َ ‫لا‬ُ ‫ل رَسُ ْو‬
َ ‫ قَا‬:َ‫ قَال‬،ُ‫هلل عَنْو‬
ُ ‫ًا‬َ‫ض‬
ِ َ‫ن ر‬
َ ‫ه عَفَّا‬
ِ ْ‫ن ب‬
َ ‫ه عُثْمَا‬
ْ َ‫وَع‬
)‫ن وَعَّلَمَ ُو (رواه البخاري‬
َ َ‫ه تَعَّلَ َم الْقُرْأ‬
ْ َ‫ خَيْرُكُ ْم م‬:َ‫وَسَّلَم‬
“Dari Utsman bin Affan ra, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda:
sebaik-baik kamu sekalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan
Al-Qur‟an.” (HR. Bukhari)12

Menurut beberapa pendapat tokoh Muslim terdahulu di antaranya yaitu


Imam Al-Ghazaly, Al-Nahlawy, Al-Abrasy menyatakan bahwa:
Seorang guru yang professional harus mempelajari kehidupan psikis
(tabiat, minat, kemampuan dan sebagainya) anak didik selaras dengan
masa perkembangannya, menguasai bidang yang diajarkan serta berusaha
mendalami dan mengembangkannya, mempunyai kemampuan mengajar,
tanggap terhadap berbagai kondisi dan perkembangan kehidupan yang
dapat mempengaruhi tingkah laku peserta didik serta mampu
memberikan solusinya secara Islami.13

Mendidik atau mengajar adalah tugas guru yang sangat luhur. Sehingga
sebagai pendidik seorang guru harus mempunyai kesenangan bekerjasama
dengan orang lain khususnya dengan peserta didik dan memiliki sifat sosial
yang besar. Diantara tugas guru yang lain, menurut Mahmud Yunus ialah:

12
Abu Abdillah Muhammad, Shahih Bukhori, juz III, (Beirut: Dar al-Fikr, 1995),
Khoirukum man Ta‟allam Al-Qur‟an wa „Allamahu, no. 5.027, h. 244
13
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004), Cet.3, h. 116
15

Mengembangkan ilmu pengetahuan dan memperbaiki masyarakat.


Gurulah salah satu sosok yang dapat menanamkan adat istiadat yang baik
dalam jiwa anak didik dan memasukkan pendidikan akhlak dan
keagamaan dalam hati sanubari anak-anak. Sekolah adalah sumber untuk
tiap-tiap perbaikan dan guru yang ikhlas dapat mengangkat derajat
umat.” 14

Imam Al-Ghazali melukiskan “betapa penting kepribadian bagi seorang


guru dalam mengamalkan ilmunya, lalu perkataannya, jangan membohongi
perbuatannya karena sesungguhnya ilmu itu dapat dilihat dengan mata hati
sedangkan perbuatan dapat dilihat dengan mata kepala.15
Dari statemen di atas dapat dilihat bahwa amal perbuatan, perilaku,
akhlak dan kepribadian seorang guru, khususnya guru yang mengajarkan
Al-Qur’an adalah sangat penting, mungkin lebih penting daripada ilmu
pengetahuan yang dimilikinya karena kepribadian seorang pendidik yang
mengajarkan Al-Qur’an akan diteladani dan ditiru oleh anak didiknya, baik
secara sengaja maupun tidak sengaja.
M. Jawad Ridha mengemukakan tentang beberapa prinsip dasar kode
etik seorang guru antara lain yaitu:
a. Keharusan ilmu dibarengi dengan pengamalannya
b. Menyayangi anak didiknya
c. Menghindarkan diri dari ketamakan dan komersialisasi ilmu, yakni tidak
menjadikan ilmunya itu sebagai sarana mencapai tujuan dunia semata.
d. Bersikap toleran dan pemaaf.
e. Bersikap adil, selalu memiliki kesadaran dan rasa empati.
f. Bersikap jujur dan tulus dalam menghadapi suatu persoalan.16
Dalam pelaksanaan tugasnya sebagai seorang guru, maka mereka juga
dituntut untuk mempunyai seperangkat prinsip keguruan yang nantinya akan
memudahkan mereka untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
Diantara prinsip keguruannya ialah:

14
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), Cet.1, h. 53
15
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali…, h. 56
16
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. III, h. 124-125
16

a. Memperhatikan kesiapan, kemampuan, pertumbuhan, dan perbedaan


anak didik
b. Membangkitkan semangat belajar pada anak didik.
c. Menumbuhkan bakat dan sikap anak didik yang baik.
d. Mengatur proses belajar mengajar dengan baik.
e. Memperhatikan perubahan-perubahan kecenderungan yang
mempengaruhi proses mengajar.
f. Menciptakan hubungan manusiawi dalam proses belajar mengajar.17
Sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin
pesat, maka kehadiran guru yang berkualitas dan professional serta memiliki
pikiran-pikiran yang kreatif dan terpadu itu sangat dibutuhkan, khusunya
seorang guru yang berkompeten dalam mengajarkan membaca Al-Qur’an.
Dalam hal ini ada beberapa macam sifat dan sikap guru yang ideal dalam
mengajarkan membaca Al-Qur’an diantaranya yaitu hendaknya guru
mengajarkan membaca Al-Qur’an sesuai tingkat kemampuan intelektual dan
daya serap anak didiknya sehingga tidak membebankan siswa yang memang
memiliki daya serap lemah, memiliki kesabaran dan kesungguh-sungguhan
dalam mengajar, berperilaku sopan santun dan bertutur kata yang baik,
memiliki pengetahuan yang mendalam tentang materi yang akan diajarkan
yakni pengetahuan tentang ilmu Al-Qur’an diantaranya yaitu ilmu tajwid,
makhraj huruf, qira’at serta dapat menanamkan kecintaan terhadap Al-
Qur’an ke dalam jiwa anak didik sehingga mereka semakin rajin membaca
Al-Qur’an dan dapat mengamalkan ajaran Islam.

3. Anak Didik yang Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an


Anak didik merupakan faktor yang penting dalam interaksi belajar-
mengajar. Karena tujuan dari interaksi edukatif adalah membantu siswa
dalam mengarahkan perubahan tingkah laku secara efektif dan efisien sesuai
dengan tujuan.

17
Muhaimin, dkk, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahnman Studi Kritis Pembaharuan
Pendidikan Islam, (Pustaka Dinamika, 1999), Cet. I, h. 114
17

Imam Al-Ghazali menggunakan istilah anak dengan beberapa kata,


seperti As-Shabiy (kanak-kanak), al-muta‟allim (pelajar), dan thalabul
„ilmi (penuntut ilmu pengetahuan). Oleh sebab itu, istilah anak didik
dapat diartikan sebagai anak yang sedang mengalami perkembangan
jasmani dan rohani sejak awal terciptanya dan merupakan obyek utama
dari pendidikan (dalam arti yang luas).18

Dilihat dari kedudukannya, menurut Abudin Nata bahwa anak didik


adalah:
Makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan menuju fitrahnya masing-masing. Dalam pandangan yang
lebih modern, anak didik tidak hanya dianggap sebagai obyek atau
sasaran pendidikan, melainkan juga harus diperlakukan sebagai subyek
pendidikan. Yakni dengan cara melibatkan mereka dalam proses kegiatan
belajar mengajar.19

Seperti halnya guru, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses


pembelajaran dilihat dari aspek siswa meliputi aspek latar belakang siswa
serta faktor sifat yang dimiliki siswa.
Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin, tempat kelahiran, tempat
tinggal, tingkat sosial ekonomi keluarga dan lain sebagainya. Misalnya saja
siswa yang berasal dari keluarga yang tidak biasa menerapkan anaknya
untuk mencintai dan mempelajari Al-Qur’an sejak kecil, maka siswa
tersebut akan kesulitan ketika mengikuti pembelajaran Al-Qur’an.
Sedangkan melihat dari sifat anak didik, Wina sanjaya berpendapat bahwa:
Di lihat dari sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar,
pengetahuan dan sikap. Tidak disangkal bahwa setiap siswa memiliki
kemampuan yang berbeda, yang dapat dikelompokkan kepada siswa
yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Hal ini tentunya akan
menuntut perlakuan yang berbeda pula baik dalam pengelompokan siswa
maupun perlakuan guru dalam menyesuaikan gaya belajar.20

Demikian pula halnya mengenai tingkat pengetahuan anak didik.


Seorang anak didik yang memiliki pengetahuan mengenai dasar ilmu Al-
Qur’an (ilmu tajwid) misalnya akan memudahkan proses pembelajaran

18
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali…, h. 64
19
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997),
Cet. I, h. 79
20
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet.I, h. 200
18

mereka, dibandingkan dengan anak didik yang belum memiliki pengetahuan


dasar ilmu Al-Qur’an. “Dalam pandangan Islam hakikat ilmu berasal dari
Allah sedangkan proses memperolehnya dilakukan melalui belajar kepada
guru. Karena ilmu itu dari Allah maka membawa konsekuensi perlunya
seorang anak didik mendekatkan diri kepada Allah dan menghiasi dirinya
dengan akhlak yang baik.”21
Dalam hubungan ini muncullah aturan normatif tentang perlunya
kesucian jiwa bagi seseorang yang sedang menuntut ilmu. Asma Hasan
Fahmi menyebutkan beberapa akhlak yang harus dimiliki oleh peserta didik,
diantaranya yaitu:
a. Peserta didik harus membersihkan hatinya dari kotoran dan penyakit jiwa
sebelum ia menuntut ilmu.
b. Harus mempunyai tujuan menuntut ilmu dalam rangka menghiasi jiwa
dengan sifat keutamaan dan mendekatkan diri kepada Allah
c. Peserta didik harus sabar dalam memperoleh ilmu.
d. Seorang peserta didik harus menghormati guru dan selalu berusaha untuk
memperoleh kerelaan dan keridhoan dari guru atas ilmu yang sudah
diberikannya.22
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa seorang anak didik yang
hendak menuntut ilmu khususnya menuntut ilmu Al-Qur’an mereka harus
menyiapkan diri dan hati mereka dengan meluruskan niat untuk benar-benar
menuntut ilmu, memiliki kesabaran karena belajar itu butuh proses untuk
menjadi sukses dan menghiasi diri dengan sifat-sifat yang baik sehingga
ilmu yang akan kita pelajari akan mudah difahami dan diamalkan dalam
kehidupan.

4. Lingkungan yang Ideal dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an


Lingkungan sebagai salah satu sumber belajar. “Lingkungan adalah
tempat atau ruangan yang dapat mempengaruhi belajar siswa.” 23 Menurut

21
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 80
22
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 82-83
19

Oemar Hamalik lingkungan adalah “segala sesuatu di sekitar yang


bermakna/ memberikan pengaruh terhadap individu, baik positif atau
negatif.” 24
Menurut sartain, sebagaimana yang dikutip oleh Ngalim Purwanto dalam
bukunya psikologi pendidikan beliau membagi lingkungan menjadi
beberapa bagian diantaranya yaitu: lingkungan alam atau luar (eksternal or
physical environment) dan lingkungan sosial (social environment).25
a. Lingkungan alam atau luar
Yang dimaksud dengan lingkungan alam atau luar ialah “segala
sesuatu yang ada di dalam dunia ini yang bukan manusia.” 26 Hal-hal
yang termasuk lingkungan alam atau luar diantaranya yaitu gedung
sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat
belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.
Lingkungan alam atau luar dapat berpengaruh terhadap keberhasilan
pembelajaran Al-Qur’an, misalnya saja kurangnya pencahayaan dan
suasana yang bising akan mengakibatkan terganggunya siswa dalam
menerima pembelajaran Al-Qur’an. Suasana yang menyenangkan dapat
membangkitkan semangat belajar siswa. Sedangkan kurangnya
pencahayaan pada gedung dan suasana yang bising dapat menghambat
efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an.
Di dalam menciptakan lingkungan atau iklim belajar yang
menyenangkan, perlu diperhatikan beberapa hal. Diantaranya
pencahayaan harus terang, sarana dan prasarana memadai, jauh dari
kebisingan.
b. Lingkungan sosial
Yang dimaksud dengan lingkungan sosial menurut Ngalim Purwanto
yaitu:

23
Abudin Nata, Persepektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009), Cet. I, h. 298
24
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran…, h. 98
25
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. 16, h. 72
26
Ngalim Purwanto, Imu Pendidikaan Teoritis dan Praktis…, h. 72
20

Semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh


lingkungan sosial ada yang kita terima secara langsung dan ada yang
tidak langsung. Pengaruh secara langsung seperti pergaulan dengan
orang lain, dengan keluarga, teman-teman, kawan sekolah, dan
sebagainya. Sedangkan pengaruh tidak langsung, melalui radio,
telivisi, dan sebaginya dan dengan berbagai cara.27

Lingkungan sosial sekolah seperti para guru dan teman-teman sekelas


dapat mempengaruhi semangat belajar anak didik. Seorang guru yang
selalu memperlihatkan suri tauladan yang baik khususnya dalam
kecintaannya dalam mempelajari Al-Qur’an dapat menjadi daya dorong
positif bagi kegiatan belajar anak didik.
Selanjutnya yang termasuk lingkungan sosial siswa seperti keluarga,
masyarakat, perkumpulan dan juga teman-teman sepermainan disekitar
perkampungan siswa tersebut. Kondisi masyarakat yang terus
melestarikan pelajaran Al-Qur’an seperti dilanggar atau di masjid, hal itu
juga dapat mempengaruhi aktivitas dan memotivasi anak didik untuk
mempelajari dan semakin mencintai Al-Qur’an.
Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar
Al-Qur’an siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
“Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang paling dikenal oleh
anak didik. Oleh karena itu, keluarga disebut sebagai primary community
yaitu sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama.”28
Sifat dan perilaku orang tua dapat memberikan dampak baik maupun
buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa. Contoh:
kebiasaan yang diterapkan orang tua membaca Al-Qur’an setelah shalat
misalnya, secara tidak langsung akan ditiru oleh anak, sehingga anak
akan berusaha untuk senantiasa membaca dan mencintai Al-Qur’an.
lingkungan keluarga merupakan dasar dari pendidikan anak. Hasil
pendidikan yang diperoleh anak dalam keluarga menentukan pendidikan
anak selanjutnya, baik di sekolah maupun di masyarakat.

27
Ngalim Purwanto, Imu Pendidikaan Teoritis dan Praktis…, h. 73
28
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.
I, h. 22
21

5. Strategi Pembelajaran Al-Qur’an


Secara umum strategi mempunyai pengertian yakni “suatu garis-garis
besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah
29
ditentukan.” Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi dapat
diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Muhibbin Syah menerangkan dalam bukunya Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru, bahwa “strategi mengajar adalah sejumlah
langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan pengajaran
tertentu.” 30
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal
berikut:
a. Mengidentifikasi serta menerapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana diharapkan.
b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
c. Memilih dan menerapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar
yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan
pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.
d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria
serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru
dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
selanjutnya akan dijadikan umpan balik untuk menyempurnakan sistem
instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.31

29
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), Cet. II, h. 6
30
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. 9, h. 214
31
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar…, h. 6
22

Jika seseorang ingin berhasil dalam proses belajar mengajar, ia harus


pandai memilih strategi dan metode penyampaian yang sesuai dengan
materi yang akan disampaikan. Salah satu faktor keberhasilan guru dalam
menyampaikan materi adalah dengan pemilihan strategi dan metode yang
tepat, di samping faktor lain yang juga harus dikuasai.
Tujuan utama pemilihan strategi adalah untuk memberikan kemudahan
kepada siswa untuk belajar sehingga siswa meyakini bahwa dengan belajar
dirinya akan menjadi terampil, menjadi pandai melakukan segala hal dalam
rangka mempermudah melakukan berbagai aktifitas kehidupan.

6. Evaluasi Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dengan Metode Iqra’


Guru mengetahui keisapan murid sebelum pembelajaran dimulai dengan
cara bertanya, menyelidiki, mengetes (pre test) yang disebut dalam satu
istilah appersepsi. Guru ingin mengetahui hasil proses belajar mengajar
yang baru saja dilakukan dengan mengadakan post test. Sedangkan apabila
guru ingin mengetahui hasil pelaksanaan pendidikan pada umumnya dengan
mengadakan evaluasi.
Evaluasi adalah suatu istilah yang sering digunakan di sekolah. Selain
istilah evaluasi, sering juga digunakan istilah-istilah lain seperti tes,
pengukuran, penilaian dan lain-lain. Jadi, pengertian evaluasi yaitu penilaian
terhadap kemampuan murid dalam menguasai bahan pengajaran yang telah
diberikan.32
Adapun evaluasi yang dilakukan antara lain ialah:
a. Evaluasi awal adalah evaluasi yang berfungsi sebagai penjajakan untuk
mengetahui sampai sejauh mana kemampuan siswa yang baru masuk dan
akan ditempatkan untuk memulai Iqra’ berapa.
b. Evaluasi harian atau sewaktu-waktu dilakukan karena siswa akan pindah
halaman, pindah jilid dari buku Iqra’ 1-6 dan juga untuk melaksanakan
evaluasi terhadap hafalan para siswa.

32
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet. IX, h. 40
23

c. Evaluasi persemester dilaksanakan untuk mengisi raport materi yang


diteskan berbentuk lisan dan tulisan.
Setiap kegiatan pembelajaran selalu menghendaki adanya hasil. Guru
selalu berharap bahwa hasil yang diperoleh sekarang lebih memuaskan dari
hasil yang diperoleh sebelumnya. Untuk menentukan dan membandingkan
antara satu hasil dengan lainnya dioerlukan adanya evaluasi. Seorang guru
melakukan evaluasi mempunyai fungsi sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui peserta didik yang mana yang terpandai dan kurang
pandai di kelasnya.
b. Untuk mengetahui apakah bahan yang telah diajarkan sudah dimiliki oleh
peserta didik atau belum.
c. Untuk mendorong persaingan yang sehat antara sesama peserta didik.
d. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah
mengalami didikan dan ajaran.
e. Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih materi, metose dan
berbagai penyesuaian dalam kelas.
f. Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk raport,
ijazah, piagam dan sebagainya.33
Dari penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa evaluasi
merupakan hal yang sangat penting dilakukan oleh guru untuk mengetahui
hasil dari pembelajaran. Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari
waktu ke waktu untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan
peserta didik, sehingga kegiatan peserta didik dapat dipantau melalui
penilaian.

B. Macam-Macam Metode Pembelajaran Membaca Al-Qur’an


Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani metodos. Kata
ini terdiri dari dua suku kata yaitu metha yang berarti melewati atau melalui
dan hodos yang berarti jalan atau cara. “Metode berarti suatu jalan yang dilalui

33
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Cet. VII, h. 239.
24

untuk mencapai tujuan.” 34 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia metode


adalah “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud.” 35
Menurut Abudin Nata metode adalah “cara-cara atau langkah-langkah yang
digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran atau wawasan
yang disusun secara sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori,
konsep dan prinsip tertentu yang terdapat dalam berbagai ilmu terkait.”36 Jadi,
dapat dijelaskan bahwa metode membaca Al-Qur’an adalah suatu cara atau
langkah untuk mengucapkan dan melafadzkan kalimat-kalimat atau ayat-ayat
Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai aturan yang terdapat dalam kaidah
ilmu Tajwid.
Metode mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung
kegiatan belajar mengajar. Apabila proses pendidikan itu tidak menggunakan
metode yang tepat, maka sulit sekali untuk mengharapkan hasil yang
maksimal. Kesadaran akan pentingnya sebuah metode sudah diakui oleh semua
aktifitas yang sistematis dan terencana dalam proses pembelajaran karena lewat
metode yang digunakan akan dapat diprediksi dan dianalisis sampai sejauh
mana keberhasilan suatu proses tersebut.
Baik atau tidaknya sebuah metode tergantung pada beberapa faktor seperti
faktor keadaan dan kesesuaian metode dengan materi. Jika metode tersebut
kurang sesuai dan kurang tepat, maka kemungkinan tujuan yang hendak
dicapai tidak dapat terwujud.
Oleh karena itu, dalam hal ini guru Al-Qur’an harus pandai-pandai memilih
metode khususnya metode dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an agar
tercapai tujuan yang diinginkan yakni meningkatkan kemampuan membaca Al-
Qur’an dan meningkatkan minat para siswa agar gemar dan membiasakan diri
untuk membaca Al-Qur’an. Di bawah ini akan dipaparkan beberapa macam
metode dalam membaca Al-Qur’an.

34
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), Cet. I, h. 40
35
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1995), Cet. 4, h. 652
36
Abuddin Nata, Persefektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran …, h. 176
25

1. Metode Qaidah Bagdhadiyah


a. Pengertian Metode Qaidah Bagdhadiyah
Metode Al-Baghdady adalah metode tersusun (tarkibiyah),
maksudnya yaitu suatu metode yang tersusun secara berurutan dan
merupakan sebuah proses ulang atau lebih kita kenal dengan sebutan
metode alif, ba‟, ta‟. Metode ini disebut juga dengan metode “ Eja “.
Secara didaktik materi-materinya diurutkan dari yang kongkrit kepada
yang abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari yang umum
sifatnya kepada materi yang terinci ( khusus ). 30 huruf hijaiyyah selalu
ditampilkan secara utuh dalam tiap belajar.37 Metode ini adalah metode
yang paling lama muncul dan metode yang pertama berkembang di
Indonesia. 38 Metode ini berasal dari Baghdad Iraq masa pemerintahan
khalifah Bani Abbasiyah dan dianggap sebagai metode tertua.
b. Sistem Pengajaran Metode Qaidah Baghdadiyah
Terdapat beberapa sistem yang digunakan dalam metode ini, antara
lain yaitu:
1) Hafalan
Sebelum siswa diberi materi, terlebih dahulu harus menghafal
huruf-huruf hijaiyah yang berjumlah 28 huruf dari alif (‫ ) ا‬sampai ya’ (
‫ )ي‬ditambah dengan huruf hamzah ( ‫ ) ء‬dan lam alif ( ‫)ال‬.
2) Eja
Maksud dari eja yaitu, sebelum santri membaca per kalimat
terlebih dahulu membaca huruf secara eja, misalnya: alif fathah a ( ‫) ا‬,
ba’ fathah ba ( َ‫ ) ب‬dan seterusnya.
3) Modul
Siswa yang lebih dahulu menguasai materi, dapat melanjutkan
kepada materi/halaman berikutnya tanpa harus menunggu siswa atau
temannya yang lain.

37
Komari, “Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur‟an”, dari http://www.google.co.id.
8Januari 2011
38
Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksaan Pendidikan Agama Islam Pada SD,
(Jakarta: CV. Multiyasa, 1986), Cet. VI, h. 126
26

4) Tidak Variatif
Pada metode ini tidak disusun menjadi beberapa jilid buku,
melainkan hanya 1 jilid buku saja
5) Pemberian contoh yang Absolut
Seorang ustadz/ustadzah dalam memberikan bimbingan, terlebih
dahulu memberikan contoh kemudian santri mengikutinya, sehingga
santri tidak diperlukan untuk bersikap aktif.
c. Keunggulan dan Kelemahan yang Terdapat dalam Metode Qaidah
Baghdadiyah
Beberapa keunggulan metode Qaidah Baghdadiyah antara lain yaitu:
1) 30 huruf hijaiyah hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah
secara utuh sebagai tema sentral, sehingga anak-anak mengetahui dan
hafal huruf hijaiyah tersebut
2) Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.
3) Keterampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik
tersendiri.
4) Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.
5) Anak didik akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan
materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
6) Anak didik yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi
selanjutnya karena tidak menunggu orang lain.39
Beberapa kekurangan metode Qaidah baghdadiyah antara lain. yaitu:
1) Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf
hijaiyah dahulu dan cara membacanya harus dieja.
2) Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam
membaca.
40
3) Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.

39
Komari, “Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur‟an”…, 8 Januari 2011
40
Label Qur’an, “Macam-Macam Metode Pembelajaran Membaca Al-Qur‟an”, dari
http://qashthaalhikmah.blogspot.com, 8 Januari 2011.
27

2. Metode Qira’ati
a. Latar Belakang Munculnya Metode Qira’ati
Metode Qira'ati ditemukan oleh KH. Dahlan Salim Zarkasyi (w. 2001
M) dari Semarang, Jawa Tengah. Metode ini disebarkan sejak awal
1970-an. Sejak tahun1963, KH. Dachlan Salim .Zarkasyi adalah seorang
guru mengaji dan beliau suka mengamati keadaan kelas-kelas mengaji di
manapun beliau berkunjung. Sebagaimana biasa sebagai seorang guru
mengaji, beliau menggunakan kaedah yang biasa dikenali dengan
Muqaddam atau Turutan atau biasa juga disebut kaedah Baghdadiyah.
Hasil daripada pengalaman dan pengamatan beliau, anak-anak murid
yang beliau ajar ternyata sebahagian besar mereka hanya mampu
menghafal huruf bukan mengerti huruf. Dan jika dapat membaca pun
ternyata bacaannya tidak tartil seperti apa yang dikehendaki dalam
bacaan Al-Qur’an yang baik. Dan biasanya waktu bagi murid-murid
untuk menguasai bacaan tartil diperlukan waktu yang lama. Tidak puas
dengan hasil tersebut, beliau mencoba alternatif lain dengan membeli
buku-buku kaedah baca Al-Qur’an dan menelitinya dengan tujuan agar
dapat mencapai hasil yang lebih memuaskan.
Namun, setelah mengamati semua kaedah yang ada ternyata beliau
masih belum menemukan kepuasan. Beliau tidak yakin dengan kejayaan
kaedah-kaedah tersebut karena berbagai sebab, seperti menggunakan
contoh-contoh perkataan yang bukan dari bahasa Arab atau dari Al-
Qur’an bahkan ada yang berbunyi bahasa Indonesia atau bahasa Jawa.41
Karena tidak ditemukan buku yang dikehendaki, tercetuslah gagasan
untuk menyusun metode yang berbeda dengan metode-metode yang
sudah ada sebelumnya yakni metode Qira’ati. Dalam penyususnan
metode ini dibutuhka proses yang sangat panjang serta dilakukan dengan
penelitian, pengamatan, dan percobaan. Pada tahun 1970-an, buku

41
Santri Mbeling, “Sejarah Singkat Penemuan Metode Qira‟ati”, dari
http://qiraati.wordpress.com , 8 Januri 2011
28

Qiraati ditashih dan mendapatkan restu dari ulama besar Al-Qur'an yakni
K.H.Arwani Amin.
b. Sistem Pengajaran Metode Qira’ati
Secara umum metode pengajaran Qira'ati adalah :
1) Bacaan Langsung
Yang dimaksud bacaan langsung ialah bacaan tanpa di eja.
2) CBSA (cara belajar siswa aktif)
CBSA diartikan sebagai sistem belajar mengajar yang menekankan
pada siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna
memperoleh hasil belajar.
3) Privat
Siswa diharuskan berhadapan langsung pada guru, agar dapat
mengetahui bagaimana mengucapkan huruf-huruf sesuai kaidah
makhraj.
4) Modul
Yaitu siswa dalam menyelesaikan program qira’ati tergantung
kemampuan dan usahanya sendiri, tidak berdasarkan kemampuan
kelas atau temannya.
5) Variatif
c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Qiraati
Diantara keunggulan yang dimiliki metode Qira’ati ialah:
1) Anak didik walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa
membaca Al-Qur'an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu
hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur'an dengan
tajwidnya itu fardlu ain.
2) Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan anak didik. Prinsip-
prinsip yang di pegang oleh guru antara lain ialah Tiwagas (teliti,
waspada, dan tegas), dan Daktun (tidak boleh menuntun). Prinsip yang
harus di pegang oleh anak didik yaitu CBSA dan LCTB (lancar, cepat,
tepat, benar).
3) Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan gharib.
29

4) Anak didik yang sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnnya, setelah itu
santri akan mendapatkan syahadah.
Diantara kekurangan metode Qira’ati yaitu:
1) Bagi anak didik yang tidak lancar bacaannya maka akan lama
kelulusanna karena metode ini kelulusan tidak ditentukan oleh
bulan/tahun.
2) Metode ini hanya dapat diajarkan oleh para guru yang sudah pernah
ikut pelatihan Qira’ati dan memiliki syahadah/ ijazah Qira’at.
3) Metode ini kurang fleksibel karena metode ini hanya dapat diajarkan
pada tingkatan SD sampai perguruan tinggi, dan tidak dapat
diajarakan pada orang yang sudah tua.

3. Metode Iqra’
a. Latar belakang munculnya metode Iqra’
KH. As’ad Humam bersama kawan-kawannya yang dihimpun dalam
wadah Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team
Tadarus AMM) Yogyakarta, telah mencari bentuk baru bagi sistem
pengelolaan dan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an. Setelah
melalui studi banding dan ujicoba, maka pada tanggal 21 Rajab 1408 H
(16 Maret 1988) didirikanlah Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA)
“AMM” Yogyakarta.
Setahun kemudian, tepatnya tanggal 16 Ramadhan 1409 H (23 April
1989) didirikan pula Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) “AMM”
Yogyakarta. Bersamaan dengan didirikannya TKA-TPA, KH. As’ad
Humam tekun menulis dan menyusun buku Iqra’ Cara Cepat Belajar
Membaca Al-Qur’an, yang kemudian lebih dikenal sebagai Metode Iqra‟.
Metode Iqra’ adalah sebuah metode pengajaran Al-Qur’an dengan
menggunakan buku Iqra’ yang terdiri dari enam jilid dan dapat
dipergunakan untuk balita sampai manula. 42 Metode Iqra’ semakin

42
Ahmad Darka, Bagaimana Mengajar Iqra‟ dengan Benar, (Jakarta: CV. Tunas
Utama, 2009), Cet. I, h. 13
30

berkembang dan menyebar merata di Indonesia setelah munas DPP


BKPMI di Surabaya yang menjadikan TK Al-Qur'an dan metode Iqra’
sebagai program utama perjuangannya.
b. Prinsip-Prinsip Pengajaran Metode Iqra’
Menurut KH. As’ad Humam penyusun buku Iqra’, prinsip-prinsip
metode Iqra’ ada 10 macam yaitu:
1) Dibaca langsung (tidak dieja)
Anak didik langsung membaca huru-huruf, tanpa mengeja satu
huruf dengan huruf lainnya. Siswa tidak diperkenalkan Alif fathah A,
Ba fathah Ba, Kha fathah Kha, dan sebagainya. akan tetapi langsung
diperkenalkan dengan bunyi huruf A, Ba, Ta, Tsa dan seterusnya.
2) CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif)
Maksudnya guru menerangkan pokok-pokok bahasan setelah itu
siswa aktif membaca sendiri, guru hanya sebagai penyimak dan
motivator, jangan sampai menuntun kecuali hanya memberikan
contoh saja. Atau dapat dikatakan bahwa CBSA ini adalah belajar
yang menekankan pada keaktian para siswa, sedangkan guru
membimbing dan mengarahkan.
3) Privat
Maksudnya guru menyimak seorang demi seorang secara
bergantian dengan bertatap muka. Tujuannya agar para siswa dapat
mengetahui dengan benar bagaimana mengucapkan huruf-huruf secara
tepat sesuai dengan kaidah makhraj.
4) Modul
Maksudnya buku Iqra’ disusun berdasarkan tahapan-
tahapan/pokok-pokok bahasan tertentu sehingga akan terasa mudah
serta ringan dalam mempelajarinya. Jadi bagi siswa yang dianggap
sudah benar maka boleh membacanya diloncat-diloncat tidak perlu
utuh tiap halaman.
31

5) Praktis
Yang dimaksud dalam prinsip ini ialah guru langsung memberi
contoh bacaannya, jadi tidak perlu banyak penjelasan karena tujuan
buku Iqra’ adalah bagaimana mengajarkan membaca dengan mudah
dan cepat, sehingga hal-hal yang bersifat teoritis diajarkan setelah
siswa mampu membaca Al-Qur’an. Dan dengan menggunakan buku
Iqra’ siswa lebih mudah untuk mempelajarinya karena mudah dibawa
kemana-mana dan buku Iqra’ mudah ditemukan di toko-toko terdekat.
6) Variatif
Materi Iqra’ disajikan dalam buku yang terdiri dari 6 jilid. Setiap
jilid diberi sampul yang berbeda dengan jilid lainnya dan diberi
warna-warni indah, sehingga menarik perhatian para siswa untuk
saling berlomba dalam mencapai warna-warni jilid berikutnya.
Mereka berlomba-lomba untuk cepat menyelesaikan satu buku dan
berganti dengan buku lainnya, sehingga hal ini dapat menghindari
kejenuhan para santri.
7) Komunikatif
Maksudnya yaitu guru tidak diam saja apabila siswa membaca
huruf atau kata dengan benar, akan tetapi guru memberikan sanjungan
atau penghargaan umpamanya dengan kata-kata: bagus, betul, pintar
dan sebagainya. Guru juga akan menegur siswa yang keliru bacannya
dengan kata-kata: Awas, Stop, Eee, dan sebagainya.43
8) Fleksibel
Metode Iqra’ dapat dipergunakan untuk berbagai tingkat usia, dari
mulai balita, TK, SD, SMP, SLTA dan dewasa. Berdasarkan sifat dan
karakteristik dari metode Iqra’ tersebut, tingkat keberhasilan dan
kemudahan dalam proses belajar mengajar membaca Al-Qur’an dapat
tercapai dengan baik. Disamping itu, siapapun yang sudah bisa
membaca Al-Qur`an pasti bisa mengajarkannya, bahkan yang baru

43
Arif Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra‟ Yang Mudah dan
Menyenangkan, (Jakarta: Yayasan Wakaf Madani, 2008), Cet. I, h. 14-15
32

tamat jilid 2 pun, bisa mengajar bagi yang baru jilid 1, sehingga bisa
menumbuhkan suasana asyik saling ajar mengajar.
9) Sistimatis
Maksudnya adalah buku Iqra’ yang terdiri dari enam jilid disusun
dari mulai materi yang mudah sampai materi yang sulit
10) Asistensi
Dalam sistem ini artinya Iqra’ diajarkan boleh menggunakan guru
bantu, sekalipun guru bantu itu diambil dari anak didik, dengan
catatan anak didik tersebut membacanya sudah bagus dan fasih. 44 Pola
privat yang bersiat individual memungkinkan secara optimal taraf
perkembangan siswa. Begitu juga pola CBSA, pola modul dan pola
lainnya sangat memungkinkan siswa belajar membaca Al-Qur’an
dengan cepat dan optimal.
Demikianlah 10 prinsip yang dapat digunakan dalam mengajar
membaca Al-Qur’an dengan metode Iqra’, karena prinsip-prinsip
tersebut dapat menjadi salah satu tolak ukur untuk melihat efektfinya
pembelajaran membaca Al-Qur’an selain faktor- faktor yang lain.
c. Metode Penunjang Buku Iqra’
Dalam buku Iqra’ telah terdapat 10 sifat prinsip keunggulan, maka
tidak menutup kemungkinan dalam mengajarkan Iqra’ terus
dikembangkan melalui beberapa kreatifitas dan improvisasi diantaranya
yaitu:
1) Metode Menyanyi/Shalawat
Menyanyi merupakan rekreasi batin yang indah, para siswa akan
hanyut dalam nyanyian yang indah. Mereka akan merasa senang dan
tidak merasa dibebani sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi
gembira dan menyenangkan
2) Metode Cerita
Cerita merupakan media efektif untuk menanamkan nilai-nilai yang
luhur, yang bersumber dari nilai akidah/tauhid dan nilai akhlak. Nilai-

44
Ahmad Darka, Bagaimana Mengajar Iqra‟ dengan Benar…, h. 14
33

nilai ini diharapkan dapat membentuk karakter anak sesuai dengan apa
yang diceritakan.
3) Metode Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain maka bermainlah dengan mereka
dengan penuh kegembiraan karena mereka merupakan sosok manusia
yang kaya akan imajinasi (khayalan).
4) Metode Random (Acak)
Dalam metode ini guru mengajarkan pokok-pokok bahasan,
kemudian guru mengacak/ mencari kalimat atau contoh yang sama
dengan pokok bahasan dengan tujuan supaya siswa lebih faham.
5) Metode Tahsinul Kitabah
Tahsinul Kitabah yaitu menulis bagus, benar dan indah yang
disesuaikan dengan kemampuan siswa. Menulis merupakan
pendamping membaca buku Iqra’ dan juga sebagai sarana untuk
melatih serta membiasakan siswa menulis angka atau huruf Al-
Qur’an. Selain itu, menulis berfungsi untuk menertibkan dan
menenangkan siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.45
Dari pemaparan di atas mengenai metode yang dapat menunjang dan
membantu efektifnya pengajaran Iqra’, maka guru dianjurkan dapat
menggunakan beberapa metode penunjang tersebut agar tujuan dalam
pembelajaran Al-Qur’an dapat tercapai dengan mudah.
d. Klasifikasi Kemampuan Siswa dalam Membaca Buku Iqra’
Dalam membaca buku Iqra’, kompetensi atau kemampuan siswa
terbagi dalam tiga kategori, diantaranya yaitu:
1) Siswa Daya Tangkap Cepat
Siswa kelompok ini mempunyai ciri-ciri yakni konsentrasi sangat
baik, pengucapan jelas, dan cepat memahami pelajaran. Bagi siswa
seperti ini boleh diloncat-loncatkan dalam bacannaya tidak perlu utuh
satu halaman.

45
Arif Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra‟…, h. 18-24
34

2) Siswa Daya Tangkap Sedang


Siswa ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut; konsentrasi cukup
baik, pengucapan cukup, terkadang suka lupa dan agak lamban dalam
memahami pelajaran. Bagi siswa ini sebaiknya buku Iqra’ dibaca utuh
satu halaman dan ditambahkan dengan metode-metode penunjang di
atas.
3) Siswa Daya Tangkap Kurang
Siswa dalam kelompok ini memiliki ciri-ciri yakni kurang
konsentrasi, pengucapan kurang jelas, sering lupa dan lamban dalam
memahami pelajaran. Bagi siswa ini maka cara penanganannya seperti
siswa yang daya tangkapnya sedang dan ditambah dengan kesabaran
serta perhatian.46
e. Keunggulan Metode Iqra’
Secara garis besar, keunggulan metode iqra’ yang membuat para
peserta didik menjadi tertarik untuk belajar membaca Al-Qur’an
disebabkan beberapa modivikasi yang telah dilakukan, diantaranya yaitu:
1) Sistimatis, disusun dari yang mudah sampai yang susah.
2) Praktis, mudah dibawa kemana-mana.
3) Metode ini sangat Variatif dan fleksibel, dapat digunakan mulai dari
balita sampai manula.
4) Guru mengajar dengan pendekatan yang komunikatif yakni setiap
iqra’ ada kata-kata instruksi sebagai bahasa komunikasi.
5) Penggunaan sistem pembelajaran yang variatif dengan cerita dan
nyanyian religius sehingga para murid tidak merasa jenuh47.
6) Siswa langsung diajarkan tajwid secara praktis tidak secara teori.
f. Kekurangan Metode Iqra’
Beberapa kekurangan dari metode Iqra’ antara lain yaitu:
1) Bacaan-bacaan tajwid secara teori tak dikenalkan sejak dini.
2) Tidak dikenalkan huruf asli

46
Arif Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra‟…, h. 25-26
47
Ahmad Darka, Bagaimana Mengajar Iqro‟ dengan Benar…,h. 13
35

3) Tak dianjurkan menggunakan irama murottal.

C. Efektifitas Pembelajaran Membaca Alqur’an


Efektifitas berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil,
mujarab, berlaku atau mengesankan”.48dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
kata efektif berarti “dapat membawa hasil, berhasil guna”.49
Menurut bahasa, “kata efektivitas berarti dapat membawa hasil. Sehingga
sesuatu dapat dikatakan efektif, bila berhasil dan dapat mencapai tujuan
sebagaimana telah dirumuskan atau direncakan sebelum melakukan hal
tersebut”. 50 Efektifitas dalam suatu kegiatan berkenaan dengan sejauh mana
apa yang telah diprogramkan itu dapat terlaksana atau tercapai dengan baik.
Efektifitas juga menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran
yang telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti
makin tinggi efektifitasnya.
Menurut E. Mulyasa, efektifitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur
keberhasilan pendidikan. Dalam upaya pengukuran ini terdapat dua istilah yang
diperhatikan yaitu validasi dan evalusi.
Validasi dapat dilihat dari dua sisi yakni intern dan ekstern. Validasi intern
merupakan serangkaian tes dan penilaian yang rancang untuk mengetahui
secara pasti apakah suatu program pendidikan telah mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Adapun validasi eksternal merupakan serangkaian tes dan
penilaian yang dirancang untuk mengetahui secara pasti apakah sasaran
prilaku dari suatu persiapan mengajar secara intern telah valid. Sedangkan
evaluasi dapat digunakan untuk mengukur tiga tahapan, yakni perencanaan,
pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan. Selanjutnya ditegaskan bahwa evaluasi
yang baik dilaksanakan hanya apabila didasarkan pada rencana yang baik
pula. Oleh karena itu, kegiatan evaluasi dalam kaitannya dengan efektifitas
harus mengukur untung rugi, tidak hanya mengukur pencapaian sasaran
belaka.51

48
John M Echols dan Hasan Shadily, An-English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1996), Cet. XXIII, h. 207
49
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), Cet. I, h. 284
50
G. B Yuwono, Pedoman Umum Ejaan Indonesia yang Telah Disempurnakan,
(Surabaya: Indah, 1987), Cet. I, h. 39
51
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004…, h. 90
36

Pembelajaran efektif dan bermakna dapat dilakukan dengan prosedur


sebagai berikut:
1. Pemanasan dan Persepsi
Pemanasan dan persepsi perlu dilakukan untuk menjajagi pengetahuan
anak didik, memotivasi mereka dengan menyajikan materi yang menarik,
dan mendorong mereka untuk mengetahui berbagai hal baru. Pemanasan
dan apersepsi ini dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Mulailah pembelajaran dengan hal-hal yang diketahui dan memahami
peserta didik.
b. Memotivasi peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna
bagi kehidupan mereka.
c. Gerakkan anak didik agar tertarik untuk mengetahui hal-hal yang baru.
2. Eksplorasi
Tahap eksplorasi merupakan kegiatan pembelajaran untuk mengenalkan
bahan pelajaran dan mengaitkannya dengan pengetahuan yang telah dimiliki
anak didik. Hal tersebut dapat ditempuh sebagai berikut:
a. Perkenalkan materi standar dan kompetensi dasar yang harus dimilki oleh
anak didik.
b. Katakana materi standar dan kompetensi dasar yang baru dengan yang
sudah dimiliki oleh anak didik.
c. Pilihlah metode yang paling tepat, gunakan secara bervariasi untuk
meningkatkan penerimaan anak didik terhadap materi standar dan
kompetensi baru.
3. Konsolidasi Pembelajaran
Konsolidasi merupakan kegiatan utnuk mengaktifkan anak didik dalam
pembentukan kompetensi, dengan mengaitkan kompetensi dengan
kehidupan anak didik. Konsolidasi pembelajaran ini dapat dilakukan sebagai
berikut:
37

a. Libatkan anak didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami


materi standar dan kompetensi baru
b. Libatkan anak didik secara aktif dalam proses pemecahan masalah
(problem solving), terutama dalam masalah-masalah actual.
c. Pilihlah metodologi yang paling tetapt sehingga materi standar dapat
diproses menjadi kompetensi anak didik.
4. Pembentukan Kompetensi, Sikap dan Perilaku
Pembentukan kompetensi, sikap, dan perilaku anak didik dilakukan
sebagai berikut:
a. Doronglah anak didik untuk menerapkan konsep, pengertian, dan
kompetensi yang dipelajarinya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Praktekkan pembelajaran secara langsung, agar anak didik dapat
membangun kompetensi, sikap, dan perilaku baru dalam kehidupan
sehari-hari berdasrakan pengertian yang dipelajari.
c. Gunakan metodologi yang tepat agar terjadi perubahan kompetensi, sikap
dan perilaku anak didik.52
Dalam dunia pendidikan efektfitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu segi
efektifitas mengajar guru dan segi efektifitas belajar ,murid. Efektifitas
mengajar guru terutama menyangkut jenis-jenis kegaiatn belajar mengajar yang
direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektifitas belajar murid
terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajarn yang diinginkan telah tercapai
melalui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh.53
Suatu proses belajar dapat dikatakan efektif jika telah diuji melalui
beberapa kriteria efektifitas, baik efektifitas bagi guru, maupun bagi siswa.
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Tim Penyusun Didaktik Metodik
Kurikulum IKIP Surabaya bahwa demi ketetapan dan keobjektian dalam
pengamatan dan penilaian terhadap proses belajar mengajar seorang guru,
maka perlu digunakan sebuah daftar pertimbangan dan penilaian efektifitas

52
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004…, h. 119-120
53
Madya, Eko Susilo, Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang: Effhar Offsetm 1990),
Cet. I, h. 63
38

mengajar yang berisi sepuluh (10) kriteria efektifitas mengajar yang perlu
diperhatikan oleh para pengajar, diantaranya yaitu:
1. Persiapan seperti peralatan mengajar, buku pegangan dan sebagainya
2. Sikap guru harus berwibawa dan suara di dalam harus jelas
3. Perumusan kompetensi dasar harus dinyatakan secara konkrit
4. Bahan pelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
5. Menguasai bahan pelajaran
6. Penguasaan situasi kelas
7. Pilihan dan pelaksanaan metode mengajar
8. Penggunaan alat pengajaran
9. Jalan pengajkaran atau proses pengajaran haruslah efektif dan efisien
10. Teknik evaluasi yang harus disesuaikan dengan perubahan tingkah laku
murid yang diharapkan.54
Menurut Nana Sudjana, indikator-indikator efektifitas pembelajarn meliputi:
1. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum
2. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru
3. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh siswa
4. Interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa
5. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran
6. Motivasi siswa meningkat
7. Keterampilan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi
8. Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa.55
Sedangkan indikator-indikator efektifitas dalam pembelajaran Al-Qur’an
adalah:
1. Anak didik dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat dan bertajwid
2. Siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dalam waktu 7 bulan
3. Siswa mampu membaca Al-Qur’an tanpa ditunjuk dalam waktu yang
singkat.56

54
Tim Penyusun Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik
Metodik Kurikulm PBM, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. V, h. 164-166
55
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1991), Cet. III, h. 60-63
39

Dari penjelasan di atas mengenai indikator keefektifan pembelajaran,


penulis dapat mengmbil kesimpulan bahwa suatu pembelajaran dapat dikatakan
efektif apabila terpenuhinya indikator-indikator yang telah disebutkan di atas,
sedangkan mengenai keefektifan pembelajaran membaca Al-Qur’an menurut
penulis sama saja seperti indikator-indikator yang telah disebutkan di atas.
Namun, di dalam penulisan ini keefektifan pembelajaran Al-Qur’an yang
dimaksud adalah tercapainya tujuan dan target yang ingin di capai dari
pembelajaran Al-Qur’an dengan metode Iqra’ yakni tumbuhnya kemampuan
para siswa dalam membaca Al-Qur’an dalam waktu yang singkat dengan hasil
belajar yang memuaskan.

D. Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran membaca Al-Qur’an dapat dipandang sebagai suatu
proses selama siswa mengalami pengalaman-pengalaman pendidikan untuk
mencapai suatu tujuan belajar (hasil belajar) yaitu memiliki kemampuan
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, sedangkan untuk mencapai
kemampuan yang diharapkan diperlukan suatu dukungan pembelajaran yang
berkualitas. Makin berkualitas pembelajaran yang dilakukan, maka tingkat
keberhasilannya akan semakin tinggi. Sebaliknya, makin rendahnya kualitas
pembelajaran yang dilakukan, maka tingkat keberhasilannya tidak akan
memuaskan.
Efektifitas adalah tercapainya atau terlaksananya suatu tujuan yang sudah
direncanakan atau diinginkan sebelumnya. Keberhasilan dalam proses belajar
mengajar tidak terlepas dari pengaruh metode. Metode diartikan sebagai suatu
cara yang sistematis yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi
pelajaran agar tercapainya tujuan dari suatu pembelajaran dan merupakan dasar
yang paling meyakinkan demi meningkatkan motivasi siswa.

56
Endang, “Efektifitas penggunaan metode Aba Ta Tsa dan Metode Iqra‟ dalam
pembelajaran Al-Qur‟an”, Skripsi Sarjana Strata I Pendidikan Agama Islam UIN Syari
Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
s2007), h. 22
40

Metode memegang peranan sangat penting dalam proses belajar mengajar.


Metode merupakan salah satu aspek pembelajaran yang akan menentukan
berhasil atau tidaknya materi pelajaran yang disampaikan kepada anak didik.
Bagaimanapun baiknya seperangkat materi pelajaran, jika metode yang dipakai
tidak tepat dan ketidak tahuan terhadap penerapan metode yang benar, maka
tujuan yang ingin dicapai tidak akan terwujud sesuai harapan. Jadi pemilihan
dan pelaksanaan metode yang tepat akan memudahkan bahan pengajaran untuk
diterima peserta didik. Pembelajaran yang berkualitas berhubungan erat dengan
beberapa aspek pembelajaran dan prinsip-prinsip yang terdapat di dalam
metode yang digunakan. Dalam hal ini, metode yang dimaksud ialah metode
Iqra’.
Dari pemaparan di atas dapat diketahui bahwa untuk mengefektifkan
pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan metode Iqra’, maka prinsip-prinsip
yang terdapat di dalam metode tersebut harus diperhatikan dan dipraktekkan
dalam pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an.

E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu preposisi atau anggapan yang
mungkin benar dan sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan
penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini terdapat hipotesis alternatif (Ha)
dan hipotesis nol (Ho). Adapun rumusan kedua hipotesis tersebut adalah
sebagai berikut:
Ha: Adanya hubungan yang signifikan antara efektifitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’
Ho: Tidak adanya hubungan yang signifikan antara efektifitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’
41

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Tempat yang akan dijadikan objek penelitian ditetapkan di SMK Triguna
Utama Ciputat. Adapun waktu yang digunakan oleh peneliti untuk
memperoleh data-data yang berhubungan dengan objek penelitian yaitu
dimulai dari bulan Februari- Maret 2011.

B. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian”.1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dijadikan
sebagai acuan dalam pengamatan, guna memperoleh data dan kesimpulan
empiris mengenai kegiatan pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan
menggunakan metode Iqra’. Variabelnya antara lain yaitu:
1. Variabel X (variabel yang mempengaruhi) yaitu metode Iqra’
2. Variabel Y (Variabel yang dipengaruhi) yaitu efektifitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an.

1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), Cet. 13, h. 118.

41
42

C. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan menggambarkan
dan menjelaskan permasalahan tentang efektifitas pembelajaran membaca Al-
Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’. Penulis menggunakan penelitian
kuanitatif dengan metode deskriptif analisis.
Menurut Margono dalam bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan
menyatakan bahwa ”Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan
keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui”.2
Di dalam metode deskriptif analisis terdapat upaya untuk menggambarkan
dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Dengan tujuan utama
yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau
subjek yang diteliti secara tepat. 3

D. Populasi dan Sampel


Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X yang terdiri dari 11 kelas dan
terdiri dari lima kejuruan. Dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan
populasi yang diambil sebanyak 443 siswa. Dan dalam pengambilan sampel
penulis berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan
bahwa “apabila subyeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semuanya,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika
subyeknya lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau 20%-25%”.4
Berdasarkan hal tersebut maka, penulis mengambil sampel sebanyak 12% dari
populasi keseluruhan yang berjumlah siswa yaitu sebanyak 55 siswa yang
akan dijadikan sampel dalam penelitian ini.

2
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2007), Cet. VI, h. 105.
3
Sukardi , Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), Cet. VII, h. 157.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ..., h. 134.
43

Adapun teknik penarikan sampel dilakukan secara ordinal (tingkatan sama).


Karena sampel hanya 55 siswa sedangkan populasinya 443, maka besarnya
sampel yang digunakan ialah seperdelapan dari populasi.

E. Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teknik dalam
pengumpulan data, yaitu sebagai berikut:
1. Angket
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh informasi
mengenai efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan
menggunakan metode Iqra’. Jenis angket yang digunakan bersifat tertutup
yaitu pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih. Angket disebarkan berkaitan pelaksanaan proses
kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode Iqra’ kepada
sampel penelitian yaitu kelas X (sepuluh).
2. Wawancara
Untuk mendalami data tentang hasil-hasil jawaban yang diperoleh
melalui angket dan observasi maka diperlukan wawancara. Wawancara ini
dilakukan dalam rangka mengumpulkan data mengenai efektifitas
pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’.
3. Observasi
Observasi ini digunakan untuk melakukan pengamatan dan pencatatan
terhadap fakta-fakta yang berkaitan dengan efektifitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’.
Alat pengumpul data berupa angket memiliki 43 item pertanyaan.
Adapun kisi-kisi instrumen angket ialah sebagai berikut:
44

Tabel 1
Kisi-Kisi Kuesioner
Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dengan Menggunakan
Metode Iqra’
No Item
Variabel Dimensi Indikator Total
(+) (-)
Metode Iqra’ 1. Prinsip- a. Bacaan langsung 1 - 1
Prinsip Iqra’ b. CBSA 2, 3 - 2
c. Privatisasi 4 6 2
d. Modul 5, 7 - 2
e. Asistensi 8 10 2
f. Praktis 9, 11 - 2
g. Sistematis 12,13 - 2
h. Variatif 14 - 1
i. Komunikatif 15 17 2
j. Fleksibel 16 - 1
2. Metode a. Random (acak) 18 - 1
Penunjang b. Tahsin al-kitabah 19,20 - 2
Iqra’ c. Menyanyi/ shalawat 21 - 1
d. Bercerita 22 - 1
e. Bermain 23 24 2
Efektifitas 1. Aspek Guru a. Memberikan perhatian 25,26 27,28 4
Pembelajaran kepada siswa
Membaca Al- b. Mengelola proses 29,30 31,32 4
Qur’an pembelajaran
2. Aspek a. Memiliki persiapan 33,34 36 4
Murid untuk mengikuti 35
pembelajaran
b. Memiliki pengetahuan 37,38 39 3
dasar dalam membaca
45

Al-Qur’an
3. Lingkungan a. Lingkungan luar atau 40 41 2
dalam
b. Lingkungan sosial - 42,43 2
Jumlah 30 13 43

F. Teknik Pengolahan Data


Untuk menganalisa data yang diperoleh dan mengetahui bagaimana
efektivitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode
Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat, maka data-data yang telah penulis
sebarkan diolah melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Editing
Dalam pengolahan data yang pertama kali harus dilakukan adalah editing
yakni semua angket diteliti satu persatu tentang kelengkapan dan kebenaran
pengisian angket sehingga terhindar dari kesalahan dan kekeliruan.
2. Skoring
Memberikan skor untuk setiap alternatif jawaban pada angket. Untuk
skor tertinggi bernilai 4 dan diberikan pada jawaban yang dianggap sangat
tepat.
Tabel 2
Kriteria Penilaian Angket
Pernyataan
Alternatif Jawaban
Positif Negatif
Sangat setuju/ Selalu 4 1
Setuju/ Sering 3 2
Tidak setuju/ Kadang-Kadang 2 3
Sangat tidak setuju/ Tidak Pernah 1 4

3. Koding,
Teknik ini digunakan penulis untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban
para responden menurut macam-macamnya.
46

4. Tabulating
Tahap selanjutnya yaitu pengolahan data dengan memindahkan jawaban
responden yang terdapat di dalam angket ke dalam format yang telah
tersusun rapi dan rinci dalam bentuk tabel.

G. Tehnik Analisis Data


Setelah data-data diperoleh, maka tahap selanjutnya data tersebut dianalisis
dengan analisa kuantitatif secara deskriptif, dengan menggunakan rumus
distribusi frekuensi :
P = F x 100%
N
Kemudian, untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara penggunaan
metode Iqra’ (variabel X) terhadap efektifitas pembelajaran membaca Al-
Qur’an (variabel Y), maka digunakan rumus “r” product moment, yaitu
dengan rumus:
rxy = NXY – (X) (Y)______
√[NX2 – (X)2] [NY2 – (Y)2]

rxy = Korelasi “r” product moment person


N = Jumlah responden
X = Jumlah skor metode Iqra’
Y = Jumlah skor efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an
X Y = Jumlah hasil perkalian antara variabel Xdan variabel Y

Untuk memberikan interpretasi terhadap rxy digunakan interpretasi kasar


atau sederhana yaitu dengan mencocokkan hasil perhitungan dengan angka
indeks korelasi product moment seperti dalam besarnya “r” product moment.
47

Tabel 3
Indeks Korelasi

(rxy) Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, akan tetapi
sangat lemah atau sangat rendah. Sehingga korelasi itu diabaikan
(dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dengan variabel Y
0.20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah
atau rendah
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang
atau cukup
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau
tinggi
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat
kuat atau sangat tinggi

Selanjutnya, untuk mengukur besarnya kontribusi / sumbangan dari variabel


X terhadap variabel Y berdasarkan angka indeks korelasi (rxy) atau “r” hitung
dapat dihitung dengan menggunakan “Koefisien Determinasi” yakni
merupakan hasil kuadrat dari koefisien sederhana yang dinyatakan dengan
rumus:
KD = r2 x 100%
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Sekolah SMK Triguna Utama


1. Latar Belakang Sejarah Berdirinya Sekolah SMK Triguna Utama
Sekolah Triguna Utama Ciputat Tangerang berdiri semenjak tahun 1972
yang didirikan oleh Depertemen Agama dengan nama STM YPMII dan
dipegang oleh Majlis Muallimin dari Depertemen Agama, kebanyakan dari
mereka dari kalangan Dosen UIN yang dulunya IAIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Kemudian pada tahun 1986 berubah nama menjadi STM Triguna
Jaya, dan selanjutnya terjadi pergantian pengurus yayasan pada tahun 1995
yang diketuai oleh bapak Ibrahim. Berdasarkan surat keputusan kepala dinas
Kabupaten Tangerang dengan No. 421. 1/420. 4/1127/ Dis Dik. Pada
tanggal 20 Juli 2003 berganti nama menjadi SMK Triguna Utama yang
diketuai oleh bapak Nurdin Idris.
Lokasi SMK Triguna Utama berada dijalan Ir. H. Djuanda Ciputat
Tangerang dengan bantuan masyarakat dan swadaya murni, SMK Triguna
Utama dibangun diatas lahan seluas 2800 m2 dengan luas bangunan sebesar
1291 m2. Searah dengan tuntunan kebutuhan dunia usaha dan dunia
industri pada saat ini. Ada lima jurusan yang dibuka, yaitu jurusan Tehnik
Kelistrikan Instalansi, Tehnik Mekanik Otomotif, Tehnik Mekanik Industri,
Akademi Perkantoran dan Akutansi.

48
49

2. Visi dan Misi SMK Triguna Utama


SMK Triguna Utama memiliki visi yaitu “Menghasilkan Tenaga
Menengah yang terampil, unggul dan berakhak mulia dalam Era
Globalisasi yang penuh Kompetitif 2008 – 2020”.
Sedangkan misi SMK Triguna antara lain ialah:
1. Mendidik dan melatih siswa menjadi tenaga terampil yang siap bersaing.
2. Memiliki kemampuan yang unggul dalam persaingan pasar.
3. Menjadikan Sekolah sebagai kebanggan masyarakat.
4. Menjadikan Lingkungan sekolah merupakan pencerminkan Dunia Usaha
dan Industri.
5. Berbudi luhur, beriman dan bertaqwa ke pada tuhan Yang Maha Esa.

3. Sarana dan Prasarana


Pada dasarnya setiap sekolah untuk mewujudkan tujuannya harus
didukung oleh segala sarana dan prasarana yang memadai. Dengan sarana
dan prasarana yang memadai proses belajar mengajar akan berjalan dengan
baik dan berhasil sesuai dengan tujuan pembelajaran. Hingga saat ini sarana
dan prasarana yang terdapat di SMK Triguna Utama sudah cukup lengkap,
meliputi kecukupan ruang belajar dalam jumlah dan perlengkapannya,
laboratorium baik laboratorium pendidikan bidang studi maupun
laboratorium computer, tempat ibadah, lapangan olah raga, dan
perpustakaan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4
Sarana dan Prasarana SMK Triguna Utama Ciputat Tangerang
No. Nama Bangunan Jumlah
1 Ruang belajar 21 Ruang Kelas
2. Ruang kepala sekolah TU 1 Ruangan
3 Ruang perpustakaan 1 Ruangan
4 Ruang guru 1 Ruangan
5 Ruang kantor 1 Ruangan
50

6 Ruang koperasi 1 Ruangan


7 Laboratorium bahasa 1 Ruangan
8 Laboratorium computer 1 Ruangan
9 Ruang WC guru 9 Ruangan
10 Ruang WC murid 1 Ruangan
11 Mushola 6 Ruangan
12 Bengkel 1 Ruangan
13 Lapangan oleh raga 1 Ruangan
14 Kantin 3 Ruangan
15 Ruang PMR 1 Ruangan
16 Gudang sekolah 1 Ruangan

4. Keadaan Siswa dan Guru


Guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memiliki tanggung jawab yang
urgen untuk kemajuan sekolah. Adapaun jumlah guru di sekolah
SMKTriguna Utama ialah 36 orang. Data tentang tenaga pengajar di SMK
Triguna Utama dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 5
Data Guru Tahun Ajaran 2009/2010

Status Guru Keadaan Tata Usaha


Guru td
Guru Tetap Guru DPK Jumlah Tetap Td Tetap PenjagaPesuruh Jumlah
tetap
- 35 1 36 4 2 2 4 12

Mengenai keadaan siswa-siswi SMK Triguna Utama data statistic tahun


ajaran 2009/2010 keseluruhan siswa berjumlah 999 orang dengan
keterangan sebagai berikut: kelas X (sepuluh) berjumlah 455 orang, kelas
XI (sebelas) berjumlah 305 orang, dan kelas XII (dua belas) berjumlah 239
orang. Untu lebih jelasnya keadaan siswa-siswi SMK Triguna Utama dapat
dilihat pada tabel berikut:
51

Tabel 6
Data siswa SMK Triguna Utama tahun ajaran 2009/2011
Jumlah siswa Jumlah Akhir
Jumlah Keluar Masuk
Kelas Jurusan Awal Bulan Bulan Jumlah Keterangan
Kelas
L P L P L P L P
Akutansi 1 11 26 11 26 37
Perkantoran 2 15 53 15 53 68
I Listrik 2 69 69 0 69
11 kelas
Mesin 1 48 48 0 48
Otomotif 5 232 1 232 1 233
Jumlah siswa kelas I 455
Akutansi 1 8 22 8 22 30
Perkantoran 1 10 26 10 26 36
II Listrik 1 42 42 0 42
8 kelas
Otomotif 4 160 160 0 160
Mesin 1 37 37 0 37
Jumlah siswa kelas II 305
Listrik 2 66 66 0 66
III Otomotif 3 129 1 129 1 130
6 kelas
Mesin 1 43 43 0 43
Jumlah siswa kelas III 239
Jumlah 25 870 129 0 0 0 0 870 129 999

B. Pelaksanaan Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dengan Menggunakan


Metode Iqra’ di SMK Triguna Utama
Bentuk pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan metode Iqra’
di SMK Triguna adalah dalam bentuk proses belajar mengajar di dalam kelas.
Aspek yang terkait dalam pelaksaan pembelajaran dengan metode Iqra’ adalah
sebagai berikut:
1. Guru Al-Qur’an
Guru yang dimaksud adalah guru yang mengajarkan membaca Al-
Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’. Dalam pelaksanaan
pembelajaran, guru selalu membuat rencana sebelum kegiatan belajar
mengajar berlangsung, guru menyiapkan alat-alat pelajaran yang
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan, guru membimbing siswa
satu persatu saat proses pembelajaran, guru melakukan evaluasi secara
continue untuk melihat sejauh mana keberhasilan yang dicapai dalam tujuan
pembelkajaran, guru selalu memotivasi siswa untuk rajin membaca Al-
Qur’an dan dalam menggunakan metode Iqra’, guru mengaplikasikan
sepuluh prinsip yang sangat mendasar yang ada di dalam metode Iqra’.
Namun dalam pelaksaannya, guru Al-Qur’an mengalami beberapa
kendala diantaranya yaitu dalam hal waktu/ jam pelajaran. Terkadang waktu
yang digunakan tidak cukup untuk menyelesaikan pembelajaran. Diantara
52

kendala yang lain ialah timbul dari para siswa. Terkadang siswa datang
terlambat dan tidak membawa alat-alat pembelajaran misalnya modul Iqra’
dan buku pedoman yang digunakan dalam pembelajaran dan ada juga para
siswa yang tidak melancarkan bacaaan sebelum masuk ke dalam kelas.
2. Siswa (peserta didik)
Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini ialah siswa kelas X yang
bacaannya masih Iqra’ jilid 1-6. Dalam kegiatan belajar di kelas, siswa
harus membawa modul Iqro’ dan buku panduan, siswa harus melancarkan
bacaan sebelum menghadap guru, seselai membaca siswa diharuskan
menuliskan bacaannya ke dalam buku tulis. Bagi siswa yang tidak
membaca, menulis dan membawa buku panduan maka akan dikenakan
sanksi berupa menulis kalimat Istigfar.
3. Metode
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru Al-Qur’an
bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an
ialah metode Iqra’. Menurut guru Al-Qur’an yakni Drs. Robbani, AR
menyatakan bahwa metode Iqra’ lah yang masih sesuai digunakan dalam
membaca Al-Qur’an karena dalam metode tersebut ada beberapa prinsip
mendasar yang dapat memudahkan para siswa untuk mampu membaca Al-
Qur’an dengan mudah. Diantara prinsip-prinsip tersebut ialah privatisasi,
CBSA, asistensi, modul, praktis, komunikatif, fleksibel, variatif, bacaan
langsung dan sistematis. Bapak Robbani juga menambahkan bahwa untuk
menunjang keefektifan metode Iqra’, perlu ditambah lagi beberapa metode
sebagai penunjangnya, diantaranya yaitu:
a. Metode menulis
b. Metode bernyanyi/ bershalawat, dan sebagainya.
Selain metode-metode yang telah disebutkan di atas, guru Al-Qur’an juga
memberikan contoh teladan yang baik seperti halnya bertingkah laku dan
berpakaian yang sopan, bertutur kata yang baik serta pembiasaan shalat
berjamaah.
53

4. Sarana dan prasarana


Mengenai sarana dan prasarana telah dipaparkan pada gambaran umum
SMK Triguna Utama. Namun, dari hasil wawancara dengan kepala sekolah
bahwa diantara sarana yang menunjang terlaksannya pembelajaran
membaca Al-Qur’an diantaranya yaitu:
a. Tersedianya ruang kelas yang nyaman untuk kegiatan belajar mengajar.
b. Tersedianya modul Iqra’ dan mushaf Alqur’an.
c. Tersedianya media elektronik misalnya televisi, radio dan kaset-kaset Al-
Qur’an.

C. Deskripsi Data
Data-data penelitian tentang efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an
dengan menggunakan metode Iqra’ diperoleh melalui Observasi, wawancara,
dan angket. Adapun observasi yang dilakukan yakni dengan mengikuti
kegiatan pembelajaran secara langsung di dalam kelas selama 1 bulan. Adapun
wawancara yang penulis lakukan yaitu dengan Kepala Sekolah dan Guru Al-
Qur’an. Sedangkan angket diberikan kepada siswa kelas X yang mengikuti
pelajaran membaca Al-Qur’an yang tingkatnya masih membaca Iqra’.
Jumlah siswa yang dijadikan objek dalam penelitian ini sebanyak 443 siswa
yang terdiri dari kelas X AP, X AK, X Otomotif dan X Elektro. Dari jumlah
443 siswa, penulis mengambil sampel penelitian sebesar 12% dari jumlah
tersebut. Maka diperoleh hasil 55 siswa yang menjadi sampel penelitian ini.
Kemudian, penulis memberikan angket kepada tiap responden dengan
jumlah item pertanyaan sebanyak 43 butir. Butir soal tersebut terdiri dari 24
soal untuk pertanyaan variabel X dan 19 soal untuk pertanyaan variabel Y.
Setelah data diperoleh dari hasil angket yang telah disebarkan kepada
responden, maka langkah selanjutnya yaitu menghitung hasil angket dengan
mencari angka prosentase. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari
F
angka prosentase tersebut adalah: P  x100 %
N
54

Data-data dalam angket diolah dalam bentuk tabel dan kemudian dianalisis
sebagai berikut:

1. Angket Metode Iqra’ (Variabel X)


Tabel 7
Dalam Membaca Siswa Tidak Mengeja Bacaan Misalnya Membaca Alif
Fathah A, Ba Fathah Ba, dan Seterusnya (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 42 76,4%
2 Setuju 13 23,6%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 55 100%

Data tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa ketika
membaca tidak mengeja bacaannya (76,4%) dan sebagian lagi dari para
siswa mengatakan setuju jika dalam membaca mereka tidak mengeja bacaan
(23,6%).
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa
sudah mampu membaca kalimat-kalimat Al-Qur’an yang terdapat di dalam
modul iqra’ dengan tidak mengeja. Dengan cara ini maka waktu
pembelajaran akan lebih efisien karena guru Al-Qur’an tidak perlu lagi
mengajarkan satu persatu huruf kepada para siswa ketika mereka membaca.
Hal ini juga menunjukkan bahwa prinsip metode Iqra’ yakni tidak mengeja
dalam membaca sudah diaplikasikan dengan baik.
Tabel 8
Guru Tidak Banyak Menuntun Namun Sesekali Hanya Memberi
Contoh (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 40 72,7%
55

2 Setuju 14 25,5%
3 Tidak Setuju 1 1,8%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 55 100%

Dari tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa hampir setengah dari jumlah
siswa menjawab sangat setuju jika guru tidak banyak menuntun ketika
mengajar (72,7%), sebagian lagi mengatakan setuju bahwa ketika membaca,
guru tidak banyak menuntun (25,5%) dan sebagian kecil dari jawaban siswa
merasa tidak setuju bahwa guru tidak banyak menuntun bacaan (1,8%).
Berdasarkan hasil jawaban siswa di atas dapat diketahui bahwa ketika
mengajar membaca Al-Qur’an, guru tidak banyak menuntun siswa dan
hanya sesekali memberi contoh bacaan kepada siswa ketika mereka tidak
bisa membacanya. Dengan hal ini siswa merasa diberi kesempatan berpikir
sendiri ketika membaca Al-Qur’an dan bisa lebih percaya diri untuk
mengekspolarikan kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an. Namun,
walaupun guru tidak banyak menuntun ketika siswa membaca, guru tetap
memperhatikan bacaan para siswa ketika mereka salah atau tidak bisa dalam
membaca sebuah kalimat. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip dalam
metode Iqra’ sudah dilaksanakan.
Tabel 9
Apabila Ada Bacaan yang Tidak Jelas, Guru Langsung Memberikan
Penjelasan (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 33 60%
2 Setuju 14 25,5%
3 Tidak Setuju 8 14,5%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 55 100%
56

Dari jawaban siswa pada tabel 9 tentang guru langsung memberikan


penjelasan ketika ada bacaan yang tidak jelas. Sebagian siswa menjawab
sangat setuju bahwa ketika ada bacaan yang tidak jelas guru langsung
memberikan penjelasan (60%) dan sebagian lagi mengatakan setuju (25,5%)
sedangkan sebagian kecil mengatakan tidak setuju jika ada bacaan yang
tidak difahami para siswa bertanya pada guru (14,5%). Hasil data di atas
dapat dijelaskan bahwa ketika ada bacaan yang tidak jelas guru langsung
memberikan penjelasan, sehingga tidak membuat siswa menjadi bingung
Tabel 10
Guru Menyimak Bacaan Siswa Satu Persatu (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Selalu 38 69,1%
2 Sering 15 27,3%
3 Kadang-Kadang 2 3,6%
4 Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 55 100%

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa banyaknya jawaban siswa yang
menjawab selalu sebanyak 69,1%, jawaban sering sebanyak 27,3%, kadang-
kadang sebesar 3,6%.
Berdasarkan hasil jawaban para siswa di atas bahwa dalam kegiatan
pembelajaran membaca Al-Qur’an, guru Al-Qur’an sudah mempraktekkan
prinsip privatisasi yakni guru menyimak bacaan siswa satu persatu. Hal ini
terbukti dari sebagian besar siswa yang menjawab selalu bahwa dalam
mengajar guru menyimak bacaan siswa satu persatu. Dengan cara ini, guru
Al-Qur’an dapat mengajarkan dan mempraktekkan bacaan Al-Qur’an secara
langsung kepada para siswa.
Tabel 11
Buku/Modul Iqra’ Digunakan Oleh Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Membaca Al-Qur’an (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


57

1 Selalu 39 70,9%
2 Sering 16 36,4%
3 Kadang-Kadang 0 0%
4 Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 55 100%

Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden siswa
menjawab selalu (70,9%) dan sebagiannya lagi menjawab sering
menggunakan buku Iqro’ (36,4%) dan tidak ada responden yang menjawab
kadang-kadang dan tidak pernah.
Berdasarkan hasil jawaban responden di atas dapat dijelaskan dalam
pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an guru dan siswa menggunakan modul
Iqra’ dari jilid 1-6. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pembelajaran
membaca Al-Qur’an dapat terbantu dengan adanya buku/modul Iqro’
sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik serta para siswa juga
dapat mudah berlatih membaca sendiri dimanapun mereka inginkan.
Tabel 12
Ketika Mengajar Membaca, Guru Tidak Berhadapan Langsung dengan
Siswa (-)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 1 1,8%
2 Setuju 1 1,8%
3 Tidak Setuju 8 14,5%
4 Sangat Tidak Setuju 45 81,8%
Jumlah 55 100%

Pada tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa dalam masalah privatisasi


banyak para siswa yang menyatakan sangat tidak setuju jika ketika
membaca guru tidak berhadapan langsung dengan siwa (81,8%), sebagian
58

lagi memberikan jawaban tidak setuju (14,5%) dan sebagian kecil para
siswa menjawab setuju dan sangat setuju (1,8%).
Dari hasil jawaban di atas menjelaskan bahwa ketika belajar membaca
Al-Qur’an, guru selalu berhadapan dengan para siswa secara langsung.
Kemungkinan hal ini dilakukan agar siswa terhindar dari kesalahan
pemahaman dan cara melafazkan kalimat-kalimat Al-Qur’an yang kurang
tepat. Hasil tabel di atas juga menggambarkan bahwa prinsip privatisasi
yang terdapat di dalam metode Iqra’ sudah dilaksanakan dengan efektif.
Tabel 13
Siswa tidak membaca satu halaman jika bacaannya sudah fasih dan
lancar (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 18 32,7%
2 Setuju 20 36,4%
3 Tidak Setuju 10 18,2%
4 Sangat Tidak Setuju 7 12,7%
Jumlah 55 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang menjawab sangat setuju
sebanyak 32,7%, yang menjawab setuju sebanyak 36,4%, yang menjawab
tidak setuju sebanyak 18,2% dan yang menjawab sangat tidak setuju”
sebanyak 12,7%.
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran membaca Al-Qur’an, sebagian para siswa bisa lebih cepat
naik pada jilid yang lebih tinggi dengan waktu yang cepat. Karena jika para
siswa sudah fasih bacaannya, mereka hanya membaca sebagian kalimat saja
dari satu halaman yang ada di dalam modul Iqra’.
59

Tabel 14
Guru Memberikan Reward Pada Siswa yang Bagus Bacaannya Untuk
Menyimak bacaan Siswsa yang Lain (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 28 50,9%
2 Setuju 17 30,9%
3 Tidak Setuju 8 14,5%
4 Sangat Tidak Setuju 2 3,6%
Jumlah 55 100%

Dari tabel 14 tentang privatisasi diperoleh hasil jawaban siswa yang


menjawab sangat setuju sebanyak (50,9%), yang menjawab setuju (30,9%),
yang menjawab tidak setuju (14,5%) dan yang menjawab sangat tidak setuju
sebanyak (3,6%).
Pada hasil jawaban di atas dapat dilihat bahwa sebagian kecil siswa yang
menjawab sangat tidak setuju dan sebagian kecil lagi menjawab tidak setuju.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa proses belajar mengajar di kelas yang
menggunakan privatisasi sudah di praktekkan oleh guru. Kemungkinan, hal
ini dilakukan oleh guru tujuannya agar terjalin hubungan yang baik diantara
para siswa. Siswa yang mampu membaca Al-Qur’an dapat mengajarkan
temannya yang kurang mampu membaca Al-Qur’an dan sebaliknya siswa
yang kurang mampu mau belajar kepada temannya yang mampu membaca
Al-Qur’an.
Tabel 15
Ketika Mengajar Guru Mempraktekkan Bacaan Pada Siswa Dengan Jelas
dan Tidak Banyak Memberi penjelasan secara teori (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Selalu 38 69,1%
2 Sering 13 23,6%
3 Kadang-Kadang 2 3,6%
60

4 Tidak Pernah 2 3,6%


Jumlah 55 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketika mengajar guru tidak banyak
memberikan penjelasan secara teori tetapi ketika ingin menjelaskan guru
langsung memberi contoh secara praktis. Hal ini dibuktikan dari sebagian
besar siswa menjawab selalu (69,1%), sebagian lagi menjawab sering
(23,6%) dan sebagian kecil menjawab kadang-kadang dan tidak pernah
(3,6%).
Berdasarkan hasil jawaban siswa di atas dapat dijelaskan bahwa dalam
mengajarkan Al-Qur’an, guru lebih banyak memberikan penjelasan materi
secara praktis daripada teori. Mungkin dengan cara mengajar seperti ini
siswa diharapkan lebih awal mampu untuk bisa mengenal huruf dan cara
melafazkannya sesuai aturan ilmu tajwid. Materi teori bisa didapatkannya
setelah mereka sudah bisa melafazkan kalimat-kalimat Al-Qur’an dengan
baik dan fasih.
Tabel 16
Guru Tidak Memberi Kesempatan Siswa Untuk Menyimak Bacaan Siswa
Yang Lain (-)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 2 3,6%
2 Setuju 9 16,4%
3 Tidak Pernah 18 32,7%
4 Sangat Tidak Setuju 26 47,3%
Jumlah 55 100%

Dari tabel 16 di atas tentang kesempatan yang tidak diberikan oleh guru
kepada para siswa untuk menyimak bacaan siswa yang lain. Dalam tabel
didapatkan hasil jawaban siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak
(3,6%), menyatakan setuju (16,4%), menyatakan tidak pernah (32,7%) dan
yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 47,3%. Berdasarkan data di
61

atas, guru memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menyimak


bacaan siswab yang lain. Kemungkinan, hal ini dilakukan untuk
menanamkan dalam diri para siswa rasa saling tolong menolong antara
sesama, sehingga terjalin hubungan yang harmonis diantara para siswa dan
akan memberi dampak positif dalam pelaksanaan pembelajaran.
Tabel 17
Karena Simpelnya Bentuk Modul Iqra’, Sehingga Memudahkan Saya Untuk
Membawanya dan Membacanya Dimanapun Saya Inginkan (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 34 61,8%
2 Setuju 19 34,5%
3 Tidak Setuju 2 3,6%
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa buku/modul Iqra’ mudah dibawa


kemanapun mereka inginkan. Hal ini berlandaskan jawaban para siswa
61,8% memberikan jawaban sangat setuju, 34,5% memberikan jawaban
setuju, 3,6% memberikan jawaban tidak setuju dan tidak ada yang
memberikan jawaban sangat tidak setuju”.
Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa penggunaan media
pembelajaran berupa buku/modul Iqra’ yang guru Al-Qur’an lakukan akan
memudahkan para siswa dalam proses memiliki kemampuan membaca Al-
Qur’an. Dengan kemudahan mereka membawa buku Iqra’ sehingga mereka
dapat lebih sering berlatih membaca dimanapun mereka inginkan.
Tabel 18
Alasan Modul Iqro’ Digunakan Karena Materinya di Awali dengan Yang
Mudah dan Gampang (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 34 61,8%
62

2 Setuju 21 38,2%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 55 100%

Berdasarkan tabel 18 di atas tentang alasan penggunaan modul Iqra’


karena diawali dengan materi yang mudah. Hal ini dibuktikan dari sebagian
besar jawaban siswa yang menjawab sangat setuju sebanyak 61,8% dan
sebagian lagi menjawab setuju sebanyak 38,2%.
Data di atas dapat menerangkan bahwa dengan penggunaan media
pembelajaran berupa modul Iqra’ dari jilid 1 sampai 6 yang didalamnya
diawali dengan materi-materi yang mudah sehingga para siswa merasa
senang menggunakannya. Hal seperti ini memungkinkan timbulnya dampak
positif terhadap semangat para siswa dan dalam kegiatan pembelajaran Al-
Qur’an di sekolah.
Tabel 19
Agar Cepat Naik Pada Jilid Yang Lebih Tinggi Siswa Menjadi Rajin
Mengikuti Pelajaran (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 38 65,5%
2 Setuju 16 29,1%
3 Tidak Setuju 1 1,8%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan 65,5% jawaban siswa yang menyatakan


sangat setuju, 29,1% yang menyatakan setuju, dan 1,8% yang menyatakan
tidak setuju.
Data di atas menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan bacaan dari
jilid awal kepada jilid yang lebih tinggi yang diberikan oleh guru kepada
63

siswa, hal tersebut membuat mereka menjadi termotivasi mengikuti


pembelajaran membaca Al-Qur’an.
Tabel 20
Guru Menyemangati Siswa Dengan Memberikan Modul Iqra’ Yang
Beragam Warnanya Sehingga Membuat Siswa tertarik Untuk membacanya
(+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 20 36,4%
2 Setuju 25 45,4%
3 Tidak Setuju 7 12,7%
4 Sangat Tidak Setuju 3 5,4%
Jumlah 55 100%

Tabel di atas menunjukkan bahwa dengan cover Iqra’ yang berwarna-


warni yang diberikan oleh guru yang bertujuan untuk menarik minat siswa
untuk rajin membacanya. Hal ini dibuktikan dengan jawaban siswa
sebanyak 38,2% yang menjawab “Sangat Tidak Setuju”, 45,5%
jawaban”Tidak Setuju”, 12,7% yang menjawab “Setuju” dan 3,6% yang
menjawab “Sangat Setuju”.
Tabel 21
Guru Memberikan Sanjungan dan Pujian Jika Bacaan Saya Lancar dan
Benar (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 32 58,2%
2 Setuju 20 36,4%
3 Tidak Setuju 2 3,6%
4 Sangat Tidak Setuju 1 1,8%
Jumlah 55 100%

Tabel ke 21 di atas menunjukkan bahwa dalam hal pemberian reward


guru kepada para siswanya berupa sanjungan dan pujian, para siswa
64

sebagian besar menjawab selalu (58,2%), sebagiannya lagi menjawab sering


(36,4%), sebagian kecil menjawab kadang-kadang (3,6%) dan sangat sedikit
siswa menjawab tidak pernah (1,8%).
Berdasarkan hasil data di atas dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran Al-Qur’an para siswa merasa sering mendapatkan sanjungan
dan pujian dari guru jika bacaan baik. Hal ini dilakukan guru mungkin
untuk menyenangkan hati para siswa dan menyemangati mereka.
Tabel 22
Guru Selalu Menganjurkan Siswa Untuk Menggunakan Modul Iqra’ Untuk
Awal Permulaan Belajar Al-Qur’an(+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 43 78,2%
2 Setuju 10 18,2%
3 Tidak Setuju 2 3,6%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 55 100%

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa jawaban responden tentang guru


yang menganjurkan siswa untuk menggunakan modul Iqra’ untuk awal
permulaan belajar Al-Qur’an dibuktikan dengan hasil jawaban yang
menyatakan “Sangat Setuju” sebanyak 78,2%, yang menyatakan “Setuju”
sebanyak 18,2%, yang menyatakan “Tidak Setuju” sebanyakn 3,6%,
Tabel 23
Guru Tidak Menegur Siswa Ketika Bacaannya Salah dan Keliru (-)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 5 9,1%
3 Tidak Setuju 15 27,3%
4 Sangat Tidak Setuju 35 63,6%
Jumlah 55 100%
65

Tabel di atas menunjukkan 63,6% responden yang menyatakan “Sangat


Tidak Setuju”, 27,3% yang menyatakan “Tidak Setuju”, 9,1%..Dari tabel di
atas dapat dideskripsikan hasilnya yakni bahwa sebagian besar siswa
menyatakan kalau guru Al-Qur’an selalu menegur para siswa jika bacaan
mereka salah dan keliru. Hal ini menyatakan bahwa guru memberikan
perhatian yang besar kepada para siswa dalam proseskegiatan belajar
mengajar.
Tabel 24
Untuk Mengetahui sejauh Mana Kemampuan Siswa, Maka Guru Mengacak
Bacaan Yang Sama Dengan Pokok Bacaan Siswa. Misalnya Ssiswa baca A
dan Ba Maka Guru Menunjuki Huruf-Huruf Itu Untuk Siswa Baca (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Selalu 20 36,4%
2 Sering 18 32,7%
3 Kadang-Kadang 8 14,5%
4 Tidak Pernah 9 16,4%
Jumlah 55 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat jawaban responden yang menyatakan


“Selalu” sebanyak 36,4%, yang menyatakan “Sering” sebanyak 32,7%, yang
menyatakan “Kadang-Kadang” sebanyak 14,5%, dan responden yang
menyatakan “Tidak Pernah” sebanyak 16,4%. Dari hasil tabel di atas dapat
dideskripsikan bahwa terkadang guru menggunakan metode penunjang Iqra’
yakni metode acak. Metode ini berguna untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an
Tabel 25
Guru Menugaskan Siswa Agar Menulis Huruf Arab Setiap Selesai
Membaca(+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Selalu 46 83,6%
66

2 Sering 9 12,7%
3 Kadang-Kadang 0 0%
4 Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 55 100%

Pada tabel ke 25 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden


menjawab kalau guru Al-Qur’an selalu menugaskan siswa menulis setelah
selesai membaca (83,6%) dan sebagian lagi menyatakan kalau guru Al-
Qur’an itu sering menugaskan para siswa untuk membaca Al-Qur’an.
Berdasarkan hasil tabel di atas dapat dideskripsikan bahwa setiap para
siswa selesai membaca maka guru menugaskan untuk menyalin bacaan
mereka ke dalam buku tulis, tujuannya mungkin agar para siswa dapat
menulis huruf Arab (Al-Qur’an) dengan indah.
Tabel 26
Tulisan Huruf Al-Qur’an (Arab) Siswa Menjadi Bagus Karena Sering
Menulis Huruf Al-Qur’an (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 37 67,3%
2 Setuju 18 32,7%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 55 100%

Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan adanya tugas menulis
huruf Arab (AlQur’an) yang diberikan oleh guru, siswa merasa tulisan
mereka menjadi indah dan bagus karena terbiasa menulis. Hal ini dibuktikan
dari hasil jawaban responden 63,6% yang menjawab “Sangat Setuju”,
36,6% yang menjawab “Setuju”, dan tidak ada responden yang menjawab
Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju”.
67

Tabel 27
Guru Selalu Mengajak Para Siswa Untuk Membaca Shalawat Setiap zSelesai
Pembelajaran Membaca Al-Qur’an (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 33 60%
2 Setuju 22 40%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 55 100%

Dari tabel di atas tentang kegiatan siswa dalam belajar Al-Qur’an yakni
dengan bershalawat dan bernyanyi. Sebagian siswa menjawab sangat setuju
jika dalam kegiatan belajar Al-Qur’an di isi juga dengan membaca shalawat
(60%) dan sebagiannya lagi menjawab setuju jika dikatakan bahwa dalam
kegiatan belajar Al-Qur’an selain membaca Al-Qur’an juga diisi dengan
membaca shalawat (40%). Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan
bahwa selain guru mengajarkan para siswanya membaca Al-Qur’an, guru
juga membiasakan para siswa untuk selalu membaca shalawat. Tujuannya
agar para siswa dapat selalu ingat dan mencintai Rasulullah.
Tabel 28
Karena Guru Sering Menyampaikan Cerita-Cerita Islami, Siswa Jadi
Memiliki Pengetahuan Tentang Sejarah Islam (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 10 18,2%
2 Setuju 25 45,4%
3 Tidak Setuju 15 27,3%
4 Sangat Tidak Setuju 5 9,1%
Jumlah 55 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru sering menceritakan kisah-
kisah Islami kepada para siswa agar mereka dapat mengambil tauladan yang
68

baik dari kisah-kisah tersebut. Hal ini dibuktikan dari hasil jawaban
responden yang menjawab “Sangat Setuju” sebesar 18,2%, yang menjawab
“Setuju” sebesar 45,4%, yang menjawab “Tidak Setuju” sebesar 27,3%, dan
yang menjawab “Sangat Tidak Setuju” sebesar 9,1%.
Tabel 29
Ketika Siswa Membaca, Guru Sering Mengajak Bermain Tebak Huruf
Hijaiyah (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 25 45,5%
2 Setuju 23 41,8%
3 Tidak Setuju 5 9,1%
4 Sangat Tidak Setuju 2 3,6%
Jumlah 55 100%

Pada tabel ke 29 tentang siswa sering bermain tebak huruf hijaiyah


bersama guru. Sebagian siswa menjawab sangat setuju kalau dalam
pembelajaran Al-Qur’an guru dan siswa bermain tebak huruf (45,5%),
sebagian lagi menjawab setuju (41,8%), sebagian kecil menjawab tidak
setuju kalau guru dan siswa bermain tebak huruf dalam pembelajaran Al-
Qur’an (9,1%) dan sedikit sekali siswa yang menjawab sangat tidak setuju
kalau dalam pembelajaran diadakan permainan tebak huruf hijaiyah (3,6%).
Tabel 30
Guru Al-Qur’an Tidak Pernah Mengadakan Kuis Interaktif Masalah
Tajwid Dengan Siswa Dalam Setiap Pembelajaran Al-Qur’an Di Kelas (-)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 5 9,1%
2 Setuju 10 18,2%
3 Tidak Setuju 20 36,4%
4 Sangat Tidak Setuju 20 36,4%
Jumlah 55 100%
69

Berdasarkan tabel ke 30 tentang guru Al-Qur’an yang tidak pernah


mengadakan kuis interaktif masalah tajwid dalam pembelajaran Al-Qur’an.
Terdapat hasil yang sama antara jawaban siswa yang menjawab sangat tidak
setuju dan tidak setuju dengan hasil 36,4%. Adapun siswa yang menjawab
setuju sebanyak 18,2% dan siswa yang menjawab sangat setuju sebanyak
9,1%.
Hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran dan untuk menarik minat para siswa, guru mengadakan kuis
interaktif yang berkaitan tentang ilmu tajwid. Misalnya, dalam satu kelas
dibentuk beberapa kelompok dan dari kelompok-kelompok tersebut
ditugaskan untuk menyebutkan hukum nun mati. Bagi yang benar
jawabannya akan mendapakant nilai, namun bagi yang salah maka tidak
akan mendapatkan nilai. Hal ini dilakukan agar para siswa lebih semangat
untuk mempelajari Al-Qur’an khususnya masalah ilmu tajwid .

2. Angket Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an (Variabel Y)


Tabel 31
Guru Menegur Siswa Yang Membuat Gaduh Di Kelas Dan Memberikan
Hukuman Bagi Yang Melanggar (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 40 72,7%
2 Setuju 15 27,3%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 55 100%

Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar dari para siswa
menjawab sangat setuju apabila di dalam kelas terjadi kegaduhan maka guru
langsung menegur dan memberikan hukuman bagi yang melanggar tata
tertib di kelas (72,7%), dan sebagiannya lagi menjawab setuju (27,3%).
70

Berdasarkan hasil tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam


pelaksanaan pembelajaran selain mengajarkan para siswa membaca Al-
Qur’an, guru juga memperhatikan kondisi kelas dengan menegur para siswa
jika mereka membuat gaduh di dalam kelas.
Tabel 32
Guru Menganjurkan Siswa Untuk Rajin Membaca Al-Qur’an Agar Bacaan
Al-Qur’an Siswa menjadi Semakin Lancar dan Bagus (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 46 83,6%
2 Setuju 6 10,9%
3 Tidak Setuju 2 3,6%
4 Sangat Tidak Setuju 1 1,8%
Jumlah 55 100%

Berdasarkan tabel ke 32 tentang guru yang menganjurkan para siswa agar


rajin membaca Alqur’an. Sebagian besar para siswa merasa bahwa guru
selalu menganjurkan mereka untuk rajin membaca Al-Qur’an, hal ini sesuai
dengan jawaban mereka yang mengatakan sangat setuju (83,6%). Sebagian
lagi mengatakan setuju tentang anjuran dari guru untuk rajin membaca Al-
Qur’an (10,9%). Sebagian kecil dari siswa mengatakan tidak setuju (3,6%)
dan hanya satu orang siswa saja yang mengatakan sangat tidak setuju kalau
guru menganjurkan mereka agar rajin membaca Al-Qur’an (1,8)
Hasil tabel di atas menggambarkan betapa perhatiannya guru kepada para
siswa dengan senantiasa menganjurkan mereka agar selalu membaca Al-
Qur’an agar bacaan mereka semakin lancar dan bagus.
Tabel 33
Guru Tidak Memberi Penjelasan Secara Praktis Pada Siswa Yang Memiliki
Kesulitan Membaca Al-Qur’an (-)

No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 0 0%
71

2 Setuju 1 1,8%
3 Tidak Setuju 8 14,5%
4 Sangat Tidak Setuju 46 83,6%
Jumlah 55 100%

Dari tabel di atas tentang tidak adanya bantuan secara praktek dari guru
kepada siswa yang memiliki kesulitan membaca Al-Qur’an. Hal ini dapat
dilihat bahwa tidak ada siswa yang menjawab sangat setuju tentang hal
diatas. Ada satu orang siswa yang menjawab setuju tentang guru yang tidak
memberi bantuan kepada siswa yang sulit membaca Al-Qur’an (1,8%).
Namun, ada sebagian besar dari siswa yang menjawab sangat tidak setuju
kalau murid yang sulit membaca Al-Qur’an tidak dibantu oleh guru dengan
penjelasan secara praktis (83,6%) dan sebagia lagi menjawab tidak setuju
(14,5%).
Berdasarkan keterangan data di atas dapat dijelaskan bahwa betapa
pedulinya guru kepada para siswanya, guru memberikan bantuan berupa
pengajaran di kelas ataupun di luar kelas pada siswa yang belum bisa
membaca Al-Qur’an.
Tabel 34
Guru Al-Qur’an Tidak Memberikan Evaluasi Pada Awal dan Akhir
Pembelajaran (-)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 1 1,8%
2 Setuju 1 1,8%
3 Tidak Setuju 11 20%
4 Sangat Tidak Setuju 42 76,4%
Jumlah 55 100%

Dari hasil tabel di atas tentang guru Al-Qur’an yang tidak memberikan
evaluasi pada awal dan akhir pembelajaran. Hal tersebut dapat dijelaskan
bahwa sebagian besar para siswa menganggap guru selalu memberikan
72

eveluasi setiap pembelajaran, hal ini sesuai dengan jawaban mereka yang
menjawab sangat tidak setuju (76,4%), sebagiannya lagi menjawab tidak
setuju (20%). Namun, ada sedikit dari siswa yang mengatakan bahwa guru
tidak memberikan nilai setiap pelajaran selesai, hal ini sesuai dengan
jawaban mereka yang mengatakan sangat setuju dan setuju (1,8).
Tabel 35
Guru memulai pembelajaran Dengan Hal-Hal Yang Mudah Difahami,
Disesuaikan Dengan Kemampuan Siswa(+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 35 63,6%
2 Setuju 16 29,1%
3 Tidak Setuju 9 16,4%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 55 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa Guru selalu memulai


pembelajaran denga hal-hal atau materi yang mudah difahami oleh siswa.
Hal ini terbukti dari hasil jawaban siswa yang menjawab “Sangat Setuju”
63,6%. Adapun yang menjawab “Setuju” 29,1%, yang menjawab “Tidak
Pernah” 16,4% dan tidak ada siswa yang menjawab “Sangat Tidak Setuju”.
Tabel 36
Guru Menyiapkan Alat-Alat Mengajar Yang Disesuaikan Dengan Materi
Yang Akan Diajarkan (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 33 60%
2 Setuju 20 36,4%
3 Tidak Setuju 2 3,6%
4 Sangat Tidak Setuju 1 1,8%
Jumlah 55 100%
73

Berdasarkan tabel ke 36 di atas dapat dilihat jawaban siswa yang


menjawab “Sangat Setuju” sebanyak 60%. Adapun yang menjawab
“Setuju” 36,4%, yang menjawab “Tidak Setuju” berjumlah 3,6% dan yang
menjawab “Sangat Tidak Setuju” berjumlah 1,8%.
Dari hasil tabel tersebut dapat dijelaskan bahwa setiap pembelajaran akan
dilaksanakan, guru sellau memperispkan alat-alat yang dibutuhkan yang
disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
Tabel 37
Guru tidak Menggunakan Metode Iqra’ Dalam Pelaksaan Pembelajaran Al-
Qur’an(-)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 3 5,5%
3 Tidak Setuju 20 36,4%
4 Sangat Tidak Setuju 32 58,2%
Jumlah 55 100%

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian siswa menjawab


sangat tidak setuju jika guru dikatakan tidak menggunakan metode Iqra’
dalam proses pembelajaran (58,2%), sebagiannya lagi menjawab tidak
setuju (36,4%). Adapun siswa yang menjawab setuju jika dikatakan guru
tidak menggunakan metode Iqra’ dalam proses pembelajaran membaca Al-
Qur’an (5,5%) dan tidak ada siswa yang menyatakan sangat setuju.
Berdasarkan hasil jawaban para siswa maka dapat dilihat bahwasanya
dalam proses pembelajaran membaca Al-Qur’an, guru selalu menggunakan
metode Iqra’.
Tabel 38
Guru Tidak mengajak Siswa Untuk Ikut Aktif Dalam Pembelajaran (-)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 0 0%
74

2 Setuju 4 7,3%
3 Tidak Setuju 30 54,6%
4 Sangat Tidak Setuju 21 38,1%
Jumlah 55 100%

Dari tabel di atas tentang guru yang tidak mengajak siswa untuk aktif
dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilihat hasilnya bahwa responden
yang menjawab “Sangat Tidak Setuju” hanya 38,1%, yang menjawab
“Tidak Setuju” sebesar 54,6%, yang menjawab “Setuju” hanya 7,3 %, dan
tidak ada responden yang menjawab “Sangat Setuju”. Hal ini membuktikan
bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru mengajak para siswanya untuk
aktif dan perperan dalam proses belajar mengajar.
Tabel 39
Saya Meniliki Semangat Yang Besar Untuk Mengikuti Pembelajaran
Al-Qur’an (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 23 41,8%
2 Setuju 27 49,1%
3 Tidak Setuju 3 5,5%
4 Sangat Tidak Setuju 2 3,6%
Jumlah 55 100%

Pada tabel 39 di atas tentang para siswa yang memiliki semangat yang
besar untuk mengikuti pembelajarn Al-Qur’an. Dalam hal ini sebagian
siswa menjawab sangat setuju jika dikatakan mereka semangat mengikuti
pembelajaran Al-Qur’an (41,8%), sebagian lagi menyatakan setuju (49,1%).
Namun, ada sebagian kecil dari para siswa menyatakan tidak setuju jika
dikatakan bahwa mereka memiliki semangat yang besar dalam mengikuti
pembelajaran Al-Qur’an (5,5%) dan sedikit siswa yang menyatakan sangat
tidak setuju (3,6%).
75

Tabel 40
Siswa Mempersiapkan Alat-Alat Yang Diperlukan Dalam Belajar
Al-Qur’an, misalnya: modul Iqra’ dan buku panduan (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Selalu 20 36,4%
2 Sering 20 36,4%
3 Kadang-Kadang 10 18,2%
4 Tidak Pernah 5 9,1%
Jumlah 55 100%

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa mayoritas para siswa


selalu mempersiapkan alat-alat yang digunakan ketika pelajaran Al-Qur’an
misalnya modul Iqro’ dan buku panduan (36,4%), sebagian lagi menyatakan
sering (36,4%), sedikit dari siswa yang menyatakan kadang-kadang mereka
mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam pembelajaran Al-Qur’an
(18,2%) dan sedikit dari mereka yang menjawab tidak pernah (9,1%).
Dari data tabel di atas dapat dijelaskan bahwa masih ada para siswa yang
tidak mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam pembelajaran
membaca Al-Qur’an.
Tabel 41
Sebelum Masuk Kelas Siswa Melancarkan Bacaan Al-Qur’an (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Selalu 20 36,4%
2 Sering 17 30,9%
3 Kadang-Kadang 9 16,4%
4 Tidak Pernah 9 16,4%
Jumlah 55 100%

Pada tabel ke 41 tentang sikap siswa yang melancarkan bacaannya


sebelum masuk ke dalam kelas. Sebagian siswa menyatakan selalu
melancarkan bacaan Al-Qur’annya sebelum masuk ke dalam kelas (36,4%),
76

sebagian lagi menyatakan sering melancarkan bacaannya sebelum masuk


kelas (30,9%) dan sebagian kecil ada yang menyatakan kadang-kadang dan
tidak pernah melancarkan bacaannya sebelum masuk ke dalam kelas
(16,4%).
Tabel 42
Siswa Selalu Melanggar Aturan Yang Dibuat Oleh Sekolah Dan Guru,
Misalnya Sering Datang Terlambat, membuat Gaduh Di Kelas, Tidak
Mengulang-Ulang Bacaan dan sebagainya. (-)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 15 27,3%
2 Setuju 15 27,3%
3 Tidak Setuju 10 18,2%
4 Sangat Tidak Setuju 15 27,3%
Jumlah 55 100%

Berdasarkan data di atas bahwa sebagian besar dari para siswa


menyatakan sangat tidak setuju jika dikatakan sering melanggar aturan
sekolah dan guru (27,3%), sebagian lagi menyatakan tidak setuju (18,3%),
sebagian lagi manyatakan sangat setuju dan setuju (27,3%). Hal ini
menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran masih banyak para siswa
yang melanggar tata tertib yang dibuat oleh guru dan sekolah.
Tabel 43
Siswa Mengetahui Bentuk Tanda Baca Seperti Syakal (Harakat) Dan
Syiddah (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 34 61,8%
2 Setuju 20 36,4%
3 Tidak Setuju 1 1,8%
4 Sangat Tidak Setuju - -
Jumlah 55 100%
77

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa


mengetahui bentuk tanda baca yang terdapat di dalam Al-Qur’an, hal ini
dibuktikan dari jawaban responden yang menjawab “Sangat Setuju” sebesar
63,6%, adapun yang menjawab “Setuju” sebesar 34,5%, yang menjawab
“Tidak Setuju” sebesar 1,8%, dan tidak ada responden yang menjawab
“Sangat Tidak Setuju”.
Tabel 44
Siswa Berusaha Membaca Al-Qur’an Sesuai Kaidah Ilmu Tajwid (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Selalu 20 36,4%
2 Sering 25 45,5%
3 Kadang-Kadang 9 16,4%
4 Tidak Pernah 1 1,8%
Jumlah 55 100%

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa sebagian siswa selalu


berusaha membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid (36,4%), sebagian
lagi menjawab sering berusaha membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu
tajwid (45,5%), sebagian kecil menjawab kadang-kadang membaca Al-
Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid (16,4%), dan sedikit sekali siswa yang
menyatakan tidak pernah berusaha membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu
tajwid (1,8%).
Hasil data di atas menyatakan bahwa kebanyakan para siswa akan
berusaha untuk membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid. Hal ini
membuktikan bahwa ada semangat yang besar dalam diri siswa untuk
memiliki kemampuan membaca Al-Qur’an dengan baik.
78

Tabel 45
Siswa Tidak Mengetahui Huruf Hijaiyah Dimulai Dari Hamzah (‫ )أ‬Sampai
Iya (‫ )ي‬Sehingga Guru Harus Menjelaskan Dari Awal (-)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 4 7,3%
2 Setuju 6 10,9%
3 Kurang Setuju 20 36,4%
4 Sangat Tidak Setuju 25 45,5%
Jumlah 55 100%

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jawaban para siswa mengenai


pengetahuan tentang huruf hijaiyah, terbukti sebagian para siswa
menyatakan sangat tidak setuju jika dikatakan mereka tidak mengetahui
huruf hijaiyah (45,5%), sebagian lagi menyatakan kurang setuju (36,4).
Namun, sedikit dari mereka yang menjawab setuju (10,9%), dan sangat
setuju (7,3%) apabila mereka dikatakan tidak memiliki kemampuan dalam
membaca Al-Qur’an. Hal ini membuktikan bahwa sebelum belajar
membaca Al-Qur’an lebih mendalam, mereka sudah memiliki persiapan
awal yakni sudah mengenal dan mengetahui huruf-huruf hijaiyah yang
dimulai dari hamzah (‫ )أ‬sampai iya (‫)ي‬
Tabel 46
Dengan adanya Modul Iqra’ Dari Jilid 1-6, Siswa Jadi Semangat Belajar Al-
Qur’an (+)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 40 72,7%
2 Setuju 13 23,6%
3 Tidak Setuju 2 3,6%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 55 100%
79

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dengan buku atau modul Iqro’
yang terdiri dari enam jilid membuat siswa semangat mengikuti pelajaran
Al-Qur’an, hal ini dibuktikan dengan jawaban para siswa yang menjawab
“Sangat Setuju” sebesar 72,7%, yang menjawab “Setuju” sebanyak 23,6%,
yang menjawab “Tidak Setuju” sebanyak 3,6%, dan tidak ada yang
menjawab sangat tidak setuju.
Data tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan adanya modul Iqra’
yang terdirin dari jilid 1 sampai 6, membuat mereka semakin semangat dan
senang dalam mengikuti pembelajaran membaca Al-Qur’an. Hal ini
menandakan bahwa lingkungan luar berupa sarana media Iqra’ bisa
dikatakan efektif.
Tabel 47
Dengan Kelas Yang Sejuk Dan Nyaman, Siswa Tetap Malas Mengikuti
Pelajaran Al-Qur’an (-)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 2 3,6%
3 Tidak Setuju 27 49,1%
4 Sangat Tidak Setuju 26 47,3%
Jumlah 55 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lingkungan kelas yang nyaman
membuat siswa menjadi semangat mengikuti pelajaran Al-Qur’an Hal ini
terbukti dari jawaban siswa yang menyatakan sangat tidak setuju apabila
siswa dikatakan malas belajar Al-Qur’an sekalipun suasana kelas sejuk dan
nyaman (47,3%), sebagian lagi menyatakan tidak setuju (49,1%). Namun,
hanya sedikit sekali dari siswa yang menyatakan tidak setuju jika dikatakan
malas belajar Al-Qur’an sekalipun suasana kelas sejuk dan nyaman (3,6%).
80

Tabel 48
Siswa Belajar Al-Qur’an Hanya Di Sekolah Saja, Tidak Belajar Di Tempat
Lain (-)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 0 0%
2 Setuju 2 3,6%
3 Tidak Setuju 18 32,7%
4 Sangat Tidak Setuju 35 63,6%
Jumlah 55 100%

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa banyak siswa yang menyatakan
sangat tidak setuju jika dikatakan mereka belajar Al-Qur’an hanya disekolah
saja dan tidak belajar ditempat lain misalnya Majlis Ta’lim atau TPQ
disekitar rumah mereka (63,6%), sebagian lagi menyatakan tidak setuju jika
dikatakan belajar Al-Qur’an hanya disekolah saja tidak ditempat lain
(32,7%) dan sedikit sekali siswa yang menyatakan setuju jika dikatakan
hanya disekolah saja mereka belajar membaca Al-Qur’an (3,6%). Dari hasil
jawaban responden dapat dijelaskan bahwa lingkungan sosial yang baik dan
mendukung maka akan memberikan pengaruh positif kepada siswa dalam
membaca Al-Qur’an. Maksudnya yaitu jika dilingkungan tempat tinggal
siswa ada sebuah tempat yang mengajarkan Al-Qur’an misalnya seperti
TPQ atau majelis ta’lim, maka siswa yang tinggal di daerah tersebut akan
ikut bergabung untuk belajar Al-Qur’an.
Tabel 49
Siswa Malas Membaca Al-Qur’an Walaupun Mereka Melihat Orang Tua
Sering Membaca Al-Qur’an (-)

No. Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase


1 Sangat Setuju 1 1,8%
2 Setuju 0 0%
3 Tidak Setuju 15 27,3%
81

4 Sangat Tidak Setuju 39 70,9%


Jumlah 55 100%

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jawaban siswa tentang siswa yang
malas membaca Al-Qur’an walaupun mereka melihat orang tua sering dan
rajin membaca Al-Qur’an. Dalam hal ini sebagian besar para siswa
menyatakan sangat tidak setuju jika dikatakan siswa tetap malas membaca
Al-Qur’an sekalipun mereka melihat orang tua di rumah rajin membaca Al-
Qur’an (70,9%), sebagian lagi menyatakan tidak setuju (27,3%) dan sangat
sedikit siswa yang menyatakan sangat setuju apabila mereka melihat orang
tua yang rajin membaca Al-Qur’an tetapi mereka tetap malas membaca Al-
Qur’an (1,8%).
Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa lingkungan luar yang
berasal dari keluarga memberikan pengaruh besar pada anak. Hasil tabel
diatas membuktikan bahwa orang tua yang sering membaca Alqur’an akan
memberikan contoh positif pada anak. Anak yang awalnya malas membaca
Al-Qur’an, tapi dengan melihat kedua orangtuanya rajin membaca Al-
Qur’an maka anak tersebut akan meniru kebiasaan orang tuanya untuk rajin
tadarus Al-Qur’an.

D. Analisis Data
Setelah diperoleh angka prosentase dari angket sebagaimana terlampir,
maka langkah selanjutnya yaitu mencari angka pengaruh antara variabel X
(Metode Iqra’) dan variabel Y (Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an)
dengan menggunakan rumus Product Moment sebagai berikut:
Tabel 50
Analisis Korelasi Variabel metode Iqra’ (X) dan Variabel Efektifitas
Pembelajaran Membaca Al-Qur’an (Y)
Responden X Y X2 Y2 XY
1
86 70 7396 4900 6020
2
85 70 7225 4900 5950
82

3
83 67 6889 4489 5561
4
83 70 6889 4900 5810
5
80 65 6400 4225 5200
6
85 62 7225 3844 5270
7
83 67 6889 4489 5561
8
85 70 7225 4900 5950
9
80 65 6400 4225 5200
10
84 69 7056 4761 5796
11
83 63 6889 3969 5229
12
83 67 6889 4489 5561
13
85 64 7225 4096 5440
14
86 72 7396 5184 6192
15
82 66 6724 4356 5412
16
88 68 7744 4624 5984
17
81 65 6561 4225 5265
18
82 66 6724 4356 5412
19
82 65 6724 4225 5330
20
83 65 6889 4225 5395
21
86 69 7396 4761 5934
22
84 71 7056 5041 5964
23
83 68 6889 4624 5644
24
86 67 7396 4489 5762
25
85 68 7225 4624 5780
26
81 63 6561 3969 5103
27
81 67 6561 4489 5427
28
86 68 7396 4624 5848
29
82 64 6724 4096 5248
30
83 66 6889 4356 5478
31
75 67 5625 4489 5025
32
79 67 6241 4489 5293
33
89 68 7921 4624 6052
34
85 66 7225 4356 5610
35
89 69 7921 4761 6141
83

36
83 64 6889 4096 5312
37
82 62 6724 3844 5084
38
84 69 7056 4761 5796
39
84 67 7056 4489 5628
40
82 64 6724 4096 5248
41
87 69 7569 4761 6003
42
81 67 6561 4489 5427
43
83 70 6889 4900 5810
44
77 64 5929 4096 4928
45
82 61 6724 3721 5002
46
83 68 6889 4624 5644
47
84 68 7056 4624 5712
48
80 67 6400 4489 5360
49
82 63 6724 3969 5166
50
79 65 6241 4225 5135
51
87 70 7569 4900 6090
52
74 61 5476 3721 4514
53
87 65 7569 4225 5655
54
74 62 5476 3844 4588
55
84 64 7056 4096 5376
Jumlah
4562 3654 378962 243144 303325

Untuk mengetahui korelasi antara variabel X dengan variabel Y, data di atas


akan diuji dengan menggunakan rumus product moment, yaitu:

rxy 
N  XY    X    Y 
 N X 2
   X    N Y   Y  
2 2 2

rxy 
55 x 303325   4562   3654 
 55 x 378962   4562  2
  55 x 243144   3654 
2

84

16682875  16669548
rxy 
 20842910  20811844   13372920  13351716 
13327
rxy 
 31066   21204 
13327
rxy 
658723464

13327
rxy 
25665 ,6
rxy  0 , 519
Dari perhitungan di atas diketahui bahwa korelasi antara efektifitas
pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK
Triguna Utama sebesar 0,519
Selanjutnya untuk menguji kebenaran / kepalsuan dari hipotesa yang telah
diajukan, dengan jalan membandingkan besarnya ”r” yang telah diperoleh di
dalam perhitungan (r hitung) dengan besarnya ”r” yang tercantum dalam tabel
”r” product moment. Dengan terlebih dahulu mencari ”df” (degrees of
freedom), yang rumusnya sebagai berikut:
df = N - nr
= 55 – 2
= 53
Setelah perhitungan dengan menggunakan rumus “df”, maka diperoleh ”df”
yaitu 53. Maka dapat dicari besarnya ”r” yang tercantum dalam tabel nilai ”r”
product moment, pada taraf signifikansi 5% dan taraf signifikansi 1%. Seperti
yang telah diketahui bahwa rxy = 0,519 dengan melihat tabel nilai ”r” product
moment pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 0,273 dan 1% sebesar 0,354.
Dengan demikian ”rxy” atau r hitung pada taraf signifikansi 5% dan taraf
signifikansi 1% lebih besar dari r tabel (0,519 > 0,273 dan 0,354), maka Ho
85

ditolak dan Ha disetujui atau diterima. Dengan demikian pada taraf signifikansi
5% dan 1% terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dengan
variabel Y.
Nilai indeks koefisien korelasi sebesar 0,519 ternyata terletak antara 0,40 –
0,70. Berdasarkan pedoman yang telah dikemukakan sebelumnya, dikatakan
bahwa Angka 0,519 dalam kategori tingkat korelasi yang tergolong sedang
atau cukup. Dengan demikian secara sederhana dapat diberikan kesimpulan
bahwa terdapat korelasi positif antara efektiitas pembelajaran membaca Al-
Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama.
Selanjutnya, untuk mengukur besarnya kontribusi atau sumbangan dari
variabel X terhadap variabel Y berdasarkan angka indeks korelasi (rxy) atau
“r” hitung sebesar = 0,519 tersebut diinterpretasikan “Berapa prosentase
variansi variabel pertama berasosiasi dengan variansi variabel kedua? Artinya,
berapa persen variansi penggunaan metode Iqra’ (Variabel X) berasosiasi
dengan variansi efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an (Variabel Y). Ini
dapat dihitung dengan menggunakan “Koefisien Determinasi” yakni
merupakan hasil kuadrat dari koefisien sederhana yang dinyatakan dengan
rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,5192 x 100%
= 0,26 x 100%
= 26 %
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui besar koefisien determinasi
yaitu 26% yang berarti bahwa penggunaan metode Iqra’ mempunyai pengaruh
sebesar 26% terhadap efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an.

E. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil analisa di atas dapat diinterpretasikan bahwa antara
efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode
Iqra’ di SMK Triguna Utama terdapat hubungan positif yang signifikan, dan
korelasi tersebut adalah korelasi yang sedang atau cukup.
86

Kontribusi hubungan efektifitas pembelajaran membaca Alqur’an dengan


menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat sebesar 26%.
Faktor keterkaitan yang diberikan dalam kategori sedang dan masih terdapat
74% faktor-faktor lain yang memiliki keterkaitan dengan efektifitas
pembelajaran membaca Al-Qur’an siswa di SMK Triguna Utama Ciputat.
Diantara faktor-faktor lain tersebut antara lain ialah pengaruh lingkungan
sekolah, motivasi dari dalam diri siswa, pengaruh dari sarana dan prasarana,
dan sebagainya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data, hasil penelitian dan pengujian hipotesis yang
telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dalam pelaksanaan proses kegiatan pembelajaran membaca Al-Qur’an
dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama ternyata
hasilnya efektif. Hal ini ditandai dengan hasil yang diperoleh dari
perhitungan perolehan koefisien korelasi sebesar 0, 519 yang berada pada
indeks korelasi pada taraf 0,40-0,70 yang menyatakan bahwa terdapat
korelasi yang sedang atau cukup antara efektifitas pembelajaran membaca
Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’. Keefektifan ini juga dapat
terwujud karena guru mampu melaksanakan program pembelajaran yang
sudah direncanakan dengan baik.
2. Dalam pelaksanaannya, guru selalu membuat perencanaann pembelajaran
dan mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan yang disesuaikan dengan
materi pelajaran Al-Qur’an, misalnya saja modul Iqra’, kartu huruf hjaiyah
dan sebagainya. Guru juga selalu mengadakan evaluasi membaca Al-Qur’an
kepada siswa secara bertahap, hal ini dilakukan oleh guru untuk mengetahui
sejauh mana kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an setelah mereka
mengikuti pembelajaran dan untuk mengetahui keefektifan dari metode yang
digunakan. Para siswa juga diajak untuk aktif dalam pembelajaran yakni
dengan menyimak bacaan temannya yang lain. Kegiatan ini dapat membuat

87
88

keadaan kelas menjadi lebih kondusif dan pembelajaran dapat berlangsung


efektif.
3. Adapun kendala-kendala yang dihadapi oleh guru Al-Qur’an dalam
pelaksanaan pembelajaran yaitu datang dari para siswa. Siswa terkadang
merasa jenuh mengikuti pembelajaran Al-Qur’an dan dalam kegiatan belajar
mengajar, siswa masih sering telat hadir di dalam kelas dan mereka tidak
membawa alat-alat pembelajaran. Diantara siswa juga masih ada yang belum
menyadari bahwa kemampuan membaca Al-Qur’an adalah suatu hal penting
yang harus dimiliki oleh setiap orang muslim.
B. Saran
Dengan terdapatnya hubungan yang signifikan antara pembelajaran
membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’, maka penulis
memberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi pimpinan SMK Triguna Utama Ciputat diharapkan senantiasa
memberikan motivasi dan pembinaan kepada guru Al-Qur’an agar guru
dapat menjalankan tugasnya dengan tetap semangat, amanah dan berusaha
untuk melaksanakan program pembelajaran Al-Qur’an yang lebih baik dan
bagi pimpinan sekolah diharapkan untuk lebih meningkatkan peraturan tata
tertib yang berlaku di sekolah.
2. Untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran membaca Al-Qur’an di
SMK Triguna Utama Ciputat, sudah seharusnya kepada guru Al-Qur’an
hendaknya meningkatkan kualitas cara mengajar dan dapat menguasai
berbagai macam metode, sehingga dalam kegiatan belajar mengajar para
siswa tidak merasa bosan dan jenuh.
3. Bagi para siswa di SMK Triguna Utama Ciputat yang mengikuti
pembelajaran Al-Qur’an agar dalam mengikuti pelaksanaan pembelajaran
dapat belajar dengan sungguh-sungguh dan lebih serius, sehingga mereka
dapat memperoleh kemampuan dalam membaca Al-Qur’an dengan mudah
dan para siswa diharapkan dapat lebih disiplin dalam mematuhi peraturan
sekolah, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat beralangsung efektif .
DAFTAR PUSTAKA

Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press,
Cet. I, 2002.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, Cet. XIII, 2006.

Azra, Azyumardi, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos,
Cet. I, 1998

Bahri, Syamsul, Cepat Pintar Membaca Menulis Al-qur‟an, Jakarta: Bumi


Aksara, 1993

Baaqi’, Abdul, Shahih Muslim, Juz I, Beirut: Dar al-fikr, Ma‟rifai Al-rak‟ataini
Allataini Kana, no. 54, 1995.

Darka, Ahmad, Bagaimana Mengajar Iqro‟ dengan Benar, Jakarta: CV. Tunas Utama,
Cet. I, 2009.

Departemen Agama RI, Al-qur‟an dan Terjemahannya, Semarang: Kumudasmoro


Grafindo, 1994.

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum 2004,


Standar Kompetensi Madarsah Tsanawiyah, Jakarta: t.p, 2004.

Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksaan Pendidikan Agama Islam Pada SD, Jakarta:
CV Multiyasa, Cet. VI, 1996.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, Cet. I, 1998.

Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka
Cipta, Cet. II, 2002.

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK, Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2006.

Echols, John M, dan Hasan Shadily, An-English-Indonesia Dictionary, Jakarta: PT.


Gramedia Pestaka Utama, Cet. XXIII, 1996.

Endang, “Efektifitas penggunaan metode Aba Ta Tsa dan Metode Iqra‟ dalam
pembelajaran Al-Qur‟an”, Skripsi Sarjana Strata I Pendidikan Agama Islam UIN

91
92

Syari Hidayatullah Jakarta, Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah


Jakarta, 2007.

Gunawan, Arif, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqro‟ Yang Mudah dan Menyenangkan,
Jakarta: Yayasan Wakaf Madani, Cet. I, 2008.

Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VIII, 2008.

Komari, “Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur‟an”, dari http://www.google.co.id, 8


Januari 2011

Majid, Abdul, Perencanaan Pembelajaran Standar Kompetensi Guru, Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya, Cet. III, 2007.

Mbeling, Santri, “Sejarah Singkat Penemuan Metode Qira‟ati”, dari


http://qiraati.wordpress.com, 8 Januri 2011

Muhaimin, dkk, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahnman Studi Kritis Pembaharuan


Pendidikan Islam, Pustaka Dinamika, Cet. I, 1999.

Paradigma Pendidikan Islam; Upaya mengefektifkan Pendidikan Agama


Islam di Sekolah, Bandung: PT. Rosdakarya, Cet. III, 2004.

Strategi Belajar Mengajar, Surabaya: CV. Citra Media, 1996.

Muhammad, Abu Abdillah, Shahih Bukhori, Juz III, Beirut: Dar al-Fikr, Khoirukum
man Ta‟allam Al-Qur‟an wa „Allamahu, no. 5.027, 1995.

Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. I, 1997.

Persepektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana


Prenada Media Group, Cet. I, 2009.

Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Cet. XVI, 2004.

Qur’an, Label “Macam-Macam Metode Pembelajaran Membaca Alqur’an”, dari


http://qashthaalhikmah.blogspot.com, 8 Januari 2011

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. VII, 2008.

Rasyad, Aminuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Uhamka Press, Cet.
IV, 2003.
93

Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan Masyarakat


dalam Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta: Kencana, Cet. III, 2007.

Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, Cet. I, 1999.

Sanjaya, Wina, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, Cet. I, 2008

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, Jakarta: Rineka


Cipta, Cet. VI, 2007.

Sudjana, Nana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Cet. III, 1991.

Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005.

Sukardi , Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi


Aksara, Cet. VII, 2009.

Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja


Rosdakarya, Cet. IX, 2004.

Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Cet. IX, 2007.

Tim Penyusun Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulm PBM, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. V, 1993

Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet.
XXIII, 2009.

Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I,
1991.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ANGKET PENELITIAN TENTANG
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MEMBACA
AL-QUR’AN DENGAN MENGGUNAKAN METODE IQRA’
DI SMK TRIGUNA UTAMA CIPUTAT
TAHUN AJARAN 2010/2011

Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
Tingkatan Bacaan :

Petunjuk Pengisian : Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c dan d
sesuai dengan pilihanmu.

 Pertanyaan-pertanyaan
1. Ketika membaca saya tidak mengeja bacaan, misalnya Alif fathah A, Ba
Fathah Ba, dan seterusnya
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
2. Guru tidak banyak menuntun bacaan namun sesekali hanya memberi contoh
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
3. Apabila ada bacaan yang tidak jelas, guru langsung memberikan penjelasan
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tudak Setuju
4. Guru menyimak bacaan siswa satu persatu secara bergantian
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
5. Buku/modul Iqra’ digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran
membaca Al-Qur’an
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
6. Ketika mengajar membaca, guru tidak berhadapan langsung dengan siswa
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
7. Saya tidak membaca 1 halaman penuh jika bacaan saya sudah lancar dan fasih
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
8. Guru memberikan reward pada siswa yang bagus bacaannya untuk menyimak
bacaan siswa yang lain
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
9. Ketika mengajar, guru mempraktekkan bacaan pada siswa dengan jelas dan
tidak banyak memberi penjelasan secara teori
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
10. Guru tidak memberikan kesempatan siswa untyuk menyimak bacaan siswa
yang lain
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
11. Karena simpelnya bentuk modul Iqra’, sehingga memudahkan saya untuk
membawanya dan membacanya dimanapun saya inginkan
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b.Setuju d. Sangat Tidak Setuju
12. Alasan modul Iqra’ digunakan oleh guru Al-Qur’an karena diawali dengan
materi yang mudah dan gampang
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. SangatTidak Setuju
13. Agar cepat naik pada jilid dan tingkatan yang lebih tinggi, saya menjadi rajin
mengikuti pelajaran Al-Qur’an
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
14. Guru menyemangati saya dengan memberikan modul Iqra’ yang beragam
warnanya, sehingga membuat saya tertarik untuk membacanya
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
15. Guru memberikan sanjungan dan pujian jika bacaan saya lancar dan benar
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
16. Guru selalu menganjurkan saya untuk menggunakan modul Iqra’ untuk awal
permulaan belajar Al-Qur’an
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
17. Guru tidak menegur ketika bacaan saya salah dan keliru
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
18. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan saya, maka guru mengacak dan
mencari bacaan yang sama dengan pokok bacaan saya. Misalnya saya baca A
dan Ba maka guru menunjuki huruf-huruf itu untuk saya baca
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
19. Guru menugaskan saya menulis huruf Arab setiap selesai membaca
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
20. Tulisan huruf Al-Qur’an saya menjadi bagus karena sering menulis
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
21. Guru selalu mengajak siswa untuk membaca shalawat setiap selesai
pembelajaran Al-Qur’an
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d.Tidak Pernah
22. Karena penyampaian guru tentang cerita-cerita Islami, saya jadi punya
pengetahuan tentang sejarah Islam
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
23. Ketika saya membaca, guru sering bermain tebak huruf hijaiyah
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
24. Guru Al-Qur’an tidak pernah mengadakan kuis interaktif masalah tajwid
dengan siswa dalam setiap pembelajaran Al-Qur’an di kelas.
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
25. Guru menegur siswa yang membuat gaduh di kelas dan memberikan hukuman
bagi yang melanggar
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
26. Guru mengingatkan siswa untuk rajin membaca Al-Qur’an agar bacaan Al-
Qur’an siswa menjadi semakin lancar dan bagus
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
27. Guru tidak memberikan penjelasan secara praktis, pada siswa yang memiliki
kesulitan membaca Al-Qur’an
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
28. Guru Al-Qur’an tidak memberikan evaluasi pada awal dan akhir pembelajaran
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
29. Guru memulai pembelajaran dengan hal-hal yang mudah difahami,
disesuaikan dengan kemampuan siswa
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
30. Guru menyiapkan peralatan mengajar yang disesuaikan dengan materi yang
akan diajarkan.
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
31. Guru tidak menggunakan metode Iqra’ dalam mengajar
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
32. Guru tidak mengajak siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
33. Saya memiliki semangat yang besar untuk mengikuti pembelajaran Al-Qur’an
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
34. Saya mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam belajar Al-Qur’an
misalnya modul Iqra’ dan buku panduan.
a.Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
35. Sebelum masuk kelas, saya melancarkan bacaan saya
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak
Setuju
36. Saya selalu melanggar aturan yang dibuat oleh guru, misalnya sering datang
terlambat, membuat gaduh di kelas, tidak mengulang-ulang bacaan dan
sebagainya.
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
37. Saya mengetahui bentuk tanda baca , seperti syakal dan syiddah
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
38. Saya berusaha membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
39. Saya tidak mengetahui huruf hijaiyah dimulai dari hamzah (‫ )أ‬sampai iya (‫) ي‬
sehingga guru harus menjelaskan dari awal
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
40. Dengan adanya modul Iqra’ dari jilid 1-6, saya jadi makin semangat belajar
Al-Qur’an
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
41. Dengan kelas yang sejuk dan nyaman, saya tetap malas mengikuti pelajaran
Al-Qur’an
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
42. Saya belajar Al-Qur’an hanya di sekolah saja tidak belajar ditempat yang lain
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
43. Saya malas membaca Al-Qur’an sekalipun saya melihat orang tua sering
membaca Al-Qur’an
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
Analisa Data Hasil Angket Penggunaan Metode Iqro' di SMK Triguna Utama Ciputat (Variabel X)

No. Nama Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 ∑X


1 Abdul Majid 4 4 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 4 4 2 4 4 1 4 4 4 3 3 4 86
2 Ahmad Fauzi.L 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 1 3 4 4 3 4 4 85
3 Ahmad Firdaus 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 83
4 Albaraka 4 4 2 4 3 4 2 4 4 4 4 4 4 2 1 3 4 4 4 4 4 4 3 3 83
5 Aldhi Aulia 4 4 2 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 2 1 4 4 3 4 2 3 80
6 Ananda Surya 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 1 4 4 3 2 3 4 85
7 Andika Yulianto 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 2 4 4 3 4 2 2 83
8 Anggoro Agung 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 3 4 1 4 3 4 4 2 4 85
9 Aprilianto. K 4 4 4 4 4 4 2 2 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 1 4 4 80
10 Ardi Wijayanto 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 4 2 3 2 84
11 Asih Wulandari 4 4 2 4 3 4 2 2 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 83
12 Bagus Purwandi 3 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 2 3 4 3 1 4 4 4 3 3 4 83
13 Bayu Purnomo 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 4 3 4 3 3 4 85
14 Buang. S 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 2 2 86
15 Candra Mas. BP 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4 3 2 3 4 3 4 4 4 3 4 3 1 3 82
16 Darsono 3 4 4 4 3 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 88
17 Debby Septia 4 4 4 3 4 4 3 3 4 2 4 3 3 2 4 4 3 1 4 4 4 3 3 4 81
18 Didit Handika 4 4 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 2 4 4 3 3 2 4 3 82
19 Dody Setianto 4 4 3 4 4 4 2 2 4 4 3 4 3 3 4 4 3 1 4 4 4 4 4 2 82
20 Edi Julianto 4 3 4 4 4 4 2 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 2 3 4 4 4 3 3 83
21 EvanWidiyanto 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 4 3 86
22 Febri Andrean 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 1 4 4 4 1 3 3 84
23 Fenti F. Astuti 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 2 4 3 3 4 4 1 3 3 83
24 Fikri Suryadi 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 1 86
25 Firgy. R 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 1 85
26 Guntur. W 3 4 4 4 4 3 4 2 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 1 2 3 81
27 Indra P.Tarigan 4 4 4 3 4 3 2 4 3 2 3 4 4 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 1 81
28 Indra Setiawan 4 2 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 86
29 Irfan Maulana 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3 1 4 1 82
30 Khairul. R 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 2 3 3 4 3 4 3 83
31 Kuat Rivaldi 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 4 3 4 3 2 4 1 75
32 M. Abdul Latif 3 4 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 4 4 4 3 2 4 4 4 4 3 4 3 79
33 M. Danil 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 2 3 4 89
34 M. Fauzan 4 4 2 4 4 4 3 4 2 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 85
35 M. Rifa'i. W 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 89
36 M. Rif'at. R 4 3 3 2 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 3 83
37 M. Yusuf 4 4 3 4 4 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 2 4 4 82
38 Nanda Rakasiwi 4 4 4 3 3 4 3 4 3 2 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 3 3 84
39 Nia Septiyani 4 4 3 3 4 4 3 3 4 1 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 84
40 Nur Atim 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 1 4 3 2 3 4 4 4 3 3 4 82
41 Pramantyo. N 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 2 4 3 87
42 Putri Winarti 3 4 4 3 3 1 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 81
43 Reza. F 4 4 2 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 1 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 83
44 Rico Ramadhan 4 4 4 4 3 4 1 4 1 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 3 2 1 4 77
45 Riki Darmawan 4 3 4 4 4 4 1 4 1 2 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 82
46 Rija Gumilar 3 4 4 2 4 4 1 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 2 4 4 83
47 Ririn Indriani 4 3 4 4 3 4 3 4 2 4 3 4 4 1 3 4 4 4 4 4 4 3 3 4 84
48 Septian Dwi. C 4 4 3 4 4 4 1 4 3 2 4 3 4 4 4 4 4 2 4 3 3 2 4 2 80
49 Setiawan 4 4 4 4 4 4 1 1 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 2 4 2 82
50 Soni Putra 3 3 3 4 4 4 1 3 4 4 2 4 3 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 2 79
51 Supardiana 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 2 87
52 Taufiq Hidayat 4 3 2 3 4 3 1 1 4 4 2 3 3 4 4 4 4 2 4 4 3 3 3 2 74
53 Yanwar Sapri. S 3 4 2 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 87
54 Yanna Tuhu. W 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 3 3 4 4 3 2 2 3 4 3 2 3 4 74
55 Yogha. P 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 2 84
Total 207 204 190 201 204 209 159 181 197 178 197 199 202 174 193 206 195 159 211 202 198 150 181 165 4562
No Nama Responden 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 ∑y
1 Abdul Majid 4 4 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 70
2 Ahmad Fauzi. L 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 70
3 Ahmad Firdaus 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 1 4 4 2 4 3 67
4 Albaraka 4 4 4 4 2 4 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 70
5 Aldhi Aulia 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 2 2 4 3 3 4 65
6 Ananda Surya 4 4 4 4 4 3 2 4 2 3 2 4 3 3 3 2 3 4 4 62
7 Andika Yulianto 4 4 4 4 3 2 4 3 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 3 67
8 Anggoro Agung. 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 4 2 3 4 4 4 4 70
9 Aprilianto. K 4 3 4 3 4 3 4 4 2 4 2 4 4 2 3 4 3 4 4 65
10 Ardi Wijayanto 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 69
11 Asih Wulandari 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 1 3 3 3 3 4 3 4 3 63
12 Bagus Purwandi 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 2 2 4 3 3 3 67
13 Bayu Purnomo 4 4 4 4 3 3 3 2 4 3 4 3 4 4 3 1 4 4 3 64
14 Buang Sungkowo 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 72
15 Candra Mas. BP 3 4 4 4 4 3 4 3 3 2 4 4 4 2 3 4 4 3 4 66
16 Darsono 4 4 4 4 4 4 4 3 2 4 1 4 3 4 4 4 3 4 4 68
17 Debby Septia 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 2 4 4 4 3 3 3 2 3 65
18 Didit Handika 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 2 4 4 2 4 4 3 4 1 66
19 Dody Setianto 3 3 4 4 4 3 4 3 4 3 2 4 3 3 3 4 3 4 4 65
20 Edi Julianto 4 2 4 3 4 4 3 3 1 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 65
21 EvanWidiyanto 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 69
22 Febri Andrean 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 71
23 Fenti Febri Astuti 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 3 3 2 4 4 4 4 68
24 Fikri Suryadi 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 4 3 4 4 1 4 4 3 67
25 Firgy. R 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 2 4 68
26 Guntur. W 4 2 4 3 3 4 3 3 3 4 2 4 4 3 3 3 3 4 4 63
27 Indra P.Tarigan 3 4 3 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 2 4 3 4 4 67
28 Indra Setiawan 4 1 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 68
29 Irfan Maulana 4 4 4 4 4 4 2 3 3 3 4 4 3 3 2 4 2 3 4 64
30 Khairul. R 4 2 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 1 4 4 3 66
31 Kuat Rivaldi 4 4 3 2 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3 3 3 4 4 67
32 M. Abdul Latif 4 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 1 3 3 4 4 67
33 M. Danil 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 2 4 1 4 4 4 4 68
34 M. Fauzan 4 4 4 4 4 4 1 4 3 4 1 4 4 2 4 4 4 4 3 66
35 M. Rifa'i. W 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 4 4 69
36 M. Rif'at. R 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 1 3 3 3 4 4 3 3 4 64
37 M. Yusuf 3 4 4 4 4 3 2 2 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 62
38 Nanda Rakasiwi 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 3 3 4 3 4 4 69
39 Nia Septiyani 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 4 67
40 Nur Atim 4 4 4 1 4 4 3 3 3 4 3 3 4 2 3 4 4 3 4 64
41 Pramantyo. N 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 69
42 Putri Winarti 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 4 67
43 Reza Firmansyah 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 3 3 4 70
44 Rico Hari.R 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 2 4 3 4 64
45 Riki Darmawan 3 4 4 4 3 2 3 3 3 4 4 3 4 3 1 4 3 3 3 61
46 Rija Gumilar 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 68
47 Ririn Indriani 4 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 1 4 4 4 3 4 4 4 68
48 Septian Dwi. C 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 1 4 3 4 67
49 Setiawan 3 4 4 4 2 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 3 63
50 Soni Putra 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 1 3 4 3 4 3 3 3 4 65
51 Supardiana 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 70
52 Taufiq Hidayat 4 4 3 3 2 4 3 4 4 4 1 3 4 3 1 4 3 3 4 61
53 Yanwar Sapri. S 3 4 4 4 4 3 1 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 65
54 Yanna Tuhu. W 3 4 4 4 2 3 3 4 3 4 1 3 3 4 3 3 3 4 4 62
55 Yogha P 4 4 4 3 4 4 1 3 4 4 1 4 3 3 3 4 3 4 4 64
20 20 21 20 19 19 18 18 18 20 15 19 19 17 17 19 18 19 20 365
Total 5 6 0 5 6 6 8 1 1 5 7 7 8 4 1 5 9 8 2 4
PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Drs. Mardias


Jabatan : Kepala Sekolah SMK Triguna Utama
Hari/Tanggal : Jum’at, 25 Februari 2011
Tempat : Ruang Kepala Sekolah
Waktu : 09.00 WIB s/d selesai

Pokok Pertanyaan
1. Sejak kapan pelajaran membaca Alqur’an diberlakukan di seolah ini?
Jawab: pelajaran membaca Alqur’an mulai diadakan dan dimasukkan ke
dalam muatan lokal sejak tahun 2005
2. Apa yang melatarbelakangi pelajaran membaca Alqur’an dijadikan sebagai
muatan lokal di sekolah ini?
Jawab: ada 2 alasan yang melatarbelakangi diadakannya pelajaran membaca
Alqur’an diantaranya yaitu:
a. Sebagai bentuk keprihatinan sekolah karena melihat anak-anak Islam
yang memang berlatar belakang Islam tapi tidak dapat membaca
Alqur’an dan belum bisa membaca bacaan shalat.
b. Diantara tujuan dalam shalat itu ialah mencegah perbuatan keji dan
munkar. Hal ini juga bersesuaian dengan tujuan yang diinginkan oleh
sekolah yaitu agar akhlak dan budi pekerti siswa menjadi baik dengan
mampunya para siswa membaca Alqur’an yang nantinya akan
diaplikasikan di dalam bacaan shalat. Dengan begitu jika shalatnya
baik maka akan baik pula seluruh perbuatan yang dilakukan para
siswa.
Oleh karena itu pelajaran membaca Alqur’an dipisahkan dari pelajaran
pendidikan agama Islam karena melihat kepentingan/urgensi yang ada
dalam membaca Alqur’an.
3. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah agar
pembelajaran membaca Alqur’an dapat terlaksana dengan efektif?
Jawab: diantaranya yaitu mushaf Alqur’an, modul Iqro’ (jilid 1 sampai 6),
media proyektor, OHP, LCD, dan sebagainya.
4. Apakah selama ini bapak sudah puas dengan pelaksanaan pembelajaran
membaca Alqur’an di sekolah ini?
Jawab: belum puas, karena saya merasa bahwa waktu yang disediakan masih
kurang untuk pelaksanaan pembelajaran ini, namun jika ditambahkan lagi
waktunya itu tidak memungkinkan karena akan banyak lagi jadwal yang akan
berubah.

Jakarta, 25 Februari 2011

Interviewer Interviewee

Lailatu Baroah Drs. Mardias


PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Drs. Robani, AR


Jabatan : Guru Alqur’an
Hari/Tanggal : Jum’at, 25 Februari 2011
Tempat : SMK Triguna Utama (Ruang Guru)
Waktu : 13.00 WIB s/d selesai

Pokok Pertanyaan
1. Sejak kapan Bapak bertugas sebagai guru Alqur’an di sekolah ini?
Jawab: Sejak tahun 2003 yakni ketika masuk pertengahan semester kedua
tepatnya pada tahun ajaran 2004/2005
2. Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran membaca Alqur’an di sekolah ini?
Jawab: Proses pembelajaran membaca Alqur’an dilaksanakan dengan
tetap mengacu pada petunjuk dan arah yang telah ditentukan dan
digariskandalam kurikulum. Keunggulan pembelajaran Alqur’an di
sekolah ini ialah pembelajaran dilakukan setiap hari di semua kelas X, XI
dan XII di SMK Triguna Utama dan merupakan salah satu dari muatan
lokal.
3. Apa saja penunjang yang menjadikan pembelajaran membaca Alqur’an di
sekolah ini terlaksana dengan baik?
Jawab: Diantara faktor yang menunjang pembelajaran ini antara lain yaitu
adanya dukungan besar dari pihak yayasan dan sekolah dengan
menyediaka berbagai macam sarana dan media yang diperlukan misalnya
mushaf Alqur’an, Modul Iqro’ dari jilid 1-6, kelas yang luas dan ber-AC,
musholla, Multimedia, LCD, dan Proyektor. Ditambah lagi dengan adanya
kerjasama dari para orang tua siswa yang mengontrol dan selalu
mengingatkan anak-anak mereka agar tidak lupa membawa alat alat yang
digunakan dalam pembelajaran membaca Alqur’an. Diantara faktor yang
lain yakni penggunaan metode yang disesuaikan dengan pembelajaran
Alqur’an dan berbagai macam strategi yang mendukungsehingga
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
4. Apa saja faktor yang menghambat terlaksananya pembelajaran membaca
Alqur’an di sekolah ini?
Jawab: Diantara faktor yang menghambat pembelajaran yakni datang dari
para siswa yang terkadang masih kurang semangat mengikuti pelajaran
membaca Alqur’an. Hal itu terjadi karena masih kurangnya kesadaran dari
para siswa tentang pentingnya memiliki kemampuan membaca Alqur’an.
5. Langakah apa saja yang Bapak lakukan untuk mengatasi hambatan
tersebut?
Jawab: Untuk mengatasi hambatan tersebut, saya sebagai guru Alqur’an
selalu memberi nasehat dan membangun semangat para siswa dengan
selalu memberikan sharing dan berbagi cerita, baik di dalam kelas maupun
di luar kelas. Dan memberikan tauladan dengan sikap-sikap yang baik
dalam interaksi sehari-hari.
6. Apa saja strategi yang Bapak lakukan dalam mengefektifkan pembelajaran
membaca Alqur’an dengan metode Iqro’?
Jawab: Strategi yang saya lakukan agar pembelajaran Alqur’an dengan
metode Iqro dapat efektif diantaranya yaitu dengan strategi tahsinul
kitabah dan shalawat atau bernyanyi. Setiap anak-anak selesai membaca di
hadapan guru, siswa diperintahkan untuk menulis bacaan mereka. Dan
dalam kegiatan pembelajaran setiap awal dan akhir pembelajaran selalu
bernyanyi dengan melantunkan shawalat.
7. Menurut Bapak, apakah metode Iqro’ yang digunakan telah memadai dan
efektif sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai?
Jawab: Menurut saya dengan metode iqro’ pembelajaran menjadi efektif
dan tujuan dapat tercapai. Hal ini terbukti dari kemampuan para siswa
yang telah mengikuti pembelajaran, yang awalnya mereka tidak dapat
membaca dan mengenal huru, namun setelah mengikuti pembelajaran
mereka mereka sedikit-sedikit sudah bisa membaca Alqur’an. Sekalipun
mereka belum mengenal secara teori tentang hukum bacaan tajwid, namun
mereka sudah mampu mempraktekkannya secara langsung ketika
membaca.
8. Berdasarkan metode pembelajaran yang dilakukan, apakah terdapat
perbedaan dari segi peningkatan kemampuan siswa sebelum
dilaksanakannya pembelajaran membaca Alqur’an dan sesudahnya?
Jawab: Jelasnya ada, itu kan dapat dilihat dari siswa yang sebelumnya
kurang dan tidak mampu membaca dan menulis huruf-huruf Alqur’an,
setelah mengikuti pembelajaran siswa mulai lancar membaca dan mampu
menulis huruf-huruf Alqur’an serta pengetahuannya menjadi bertambah.
9. Bagaimana perhatian kepala sekolah dalam pembelajaran membaca
Alqur’an?
Jawab: Kepala Sekolah sangat memberikan perhatian yang cukup besar
dalam pelaksanaan pembelajaran membaca Alqur’an, hal ini dibuktikan
dari penyediaan sarana dan media dari sekolah yang memadai sehingga
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

Jakarta, 25 Februari 2011

Interviewer Interviewee

Lailatu Baroah Drs. Robani, AR

Anda mungkin juga menyukai