SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk memenuhi syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam
OLEH
LAILATUL BAROAH
NIM : 106011000112
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya
sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.
Pernyataan ini dibuat sebagai salah satu syarat menempuh Ujian Munaqasah.
LAILATUL BAROAH
NIM. 106011000112
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah mencurahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Teriring pula shalawat serta salam kepada junjungan baginda Nabi
Muhammad SAW sebagai suri tauladan bagi seluruh manusia, beserta keluarga,
sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.
Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan
pada Fakultas Tarbiyah Jurusan Pendidikan Agama Islam di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis sadari, bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini sudah tentu
penulis banyak mengalami kesulitan. Hal ini karena keterbatasan dan kemampuan
yang belum sempurna. Namun, berkat adanya bantuan, motivasi, bimbingan, dari
berbagai pihak, syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat terselesaikan.
Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah penulis dalam kesempatan ini
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dari awal hingga terselesainya skripsi ini. Maka dengan ketulusan hati
yang paling dalam penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA selaku Dekan FITK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M. Ag selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam dan Bapak Drs. Sapiuddin Shiddiq, MA selaku Sekretaris Jurusan
Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terima kasih
atas waktu luang yang telah diberikan untuk memberikan pelayanan
yang terbaik kepada kami selaku mahasiswa.
3. Bapak Prof. Dr. H. Salman Harun dan Bapak H. Abdul Ghofur, MA
selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih tidak terkira untuk
kesediaannya berbagi ilmu, dan telah meluangkan waktunya kepada
ii
penulis untuk memberikan petunjuk dan pengarahan dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan sehingga penulis selesai dalam menyusun
skripsi ini.
4. Ibu Dra. Hj. Eri Rossatria, M. Ag selaku dosen penasehat akademik.
Terima kasih tidak terkira atas kesediannya memberikan saran dan
nasehatnya kepada penulis.
5. Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah banyak memberikan ilmunya kepada penulis selama
masa perkuliahan.
6. Pimpinan dan staf Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang
memberikan fasilitas dan kenyamanan kepada penulis dalam mencari
sumber-sumber yang dibutuhkan.
7. Kepala sekolah, guru dan semua staf di SMK Triguna Utama Ciputat
yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian khususnya
Bapak Drs. Robbani, AR selaku guru Alqur‘an yang selalu memberikan
arahan dan bimbingan kepada penulis dalam melakukan penelitian.
8. KH. Mahfudz Asirun selaku pimpinan pondok pesantren Al-Itqon dan
Ustj. Hj. Masyrifah selaku pimpinan asrama santri putri pondok
pesantren Al-Itqon dan para guru-guru. Terima kasih atas limpahan kasih
sayang dan ilmu yang sudah diberikan kepada penulis selama 6 tahun,
semoga menjadi manfaat dunia dan akhirat.
9. Bapak tercinta Amin dan Umi tersayang Holilah yang tulus ikhlas
mengorbankan dan mencurahkan perhatiannya untuk mendidik,
mengasuh serta memberikan motivasi yang tinggi kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Kakak tercinta Nurmayanti, S.Pd serta suami Jamalulail, S.HI dan adik-
adikku tersayang Raihanul Jannah, Maulana Yusuf, Aida Handayani,
dan Lukman Nul Hakim. Terima kasih atas do’a, semangat dan motivasi
yang selalu kalian berikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
iii
11. Teman-teman mahasiswa PAI FITK angkatan 2006 kelas C yang selalu
memberikan kenangan manis saat menjalani hari-hari kuliah, khususnya
untuk sahabatku Fera, Dasho, Dadut, Maria, Ikeng, Isma dan lesti.
Terima kasih atas kebersamaan kalian selama ini.
12. Muhammad Amin beserta keluarga, Siti Marqiyah, S.Pd.I, Ahmad
Ridwan Fauzi beserta istrinya dan Aisyah, S.Pd.I yang selalu membantu
dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
13. Siti Zubaedah, S.Ag beserta keluarga, bunda Joice dan bunda Dewi.
Terima kasih atas pengajaran pemahaman tarjamah Al-Qur’annya.
Semoga menjadi manfaat bagi penulis.
14. Kepada seluruh pihak yang telah memberikan kontribusinya dalam
skripsi ini yang tidak penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah penulis menghambakan diri dan
memohon pertolongan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita semua,
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Jika ada yang benar dalam
penulisan ini adalah semata-mata datangnya dari Allah apabila di dalamnya
terdapat suatu kesalahan, maka itu dari kekhilafan diri penulis sebagai hamba
Allah yang dhaif, mudah-mudahan maksud dan tujuan penulis dapat tercapai
sesuai dengan apa ya ng penulis harapkan dan cita-citakan. Amin.
Pada akhirnya, tiada yang lebih berarti selain menjadi pribadi yang berguna
bagi orang lain. ”Khoirunnas Anfa’uhum linnas”.
Lailatul Baroah
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ....................................................................................................vii
BAB I : PENDAHULUAN
A. .Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................ 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................. 6
D. Tujuan Penelitian ................................................................ 7
E. Manfaat Penelitian .............................................................. 8
v
E. Hipotesis Penelitian .............................................................42
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................88
B. Saran.....................................................................................89
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 90
LAMPIRAN-LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
1. .. Kisi-Kisi Kuesioner......................................................................................... 44
2. .. Kriteria Penilaian Angket ............................................................................... 45
3. .. Indeks Korelasi................................................................................................ 47
4. .. Sarana dan Prasarana SMK Triguna Utama.................................................... 49
5. .. Data Guru Tahun Ajaran 2009/2010 ............................................................. 50
6. .. Data Siswa SMK Triguna Utama Tahun Ajaran 2009/2011 .......................... 51
7. .. Dalam membaca siswa tidak mengeja bacaan ................................................ 54
8. .. Guru tidak banyak menuntun, namun sesekali hanya memberi contoh .......... 55
9. .. Apabila ada bacaan yang tidak jelas, guru langsung memberi penjelasan ..... 56
10. Guru menyimak bacaan siswa satu persatu ..................................................... 56
11. Buku/modul Iqra’ digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran
membaca Al-Qur’an ........................................................................................ 57
12. Ketika membaca siswa tidak langsung berhadapan dengan guru ................... 58
13. Siswa tidak membaca satu halaman jika bacaannya sudah fasih dan lancar .. 58
14. Guru memberikan reward pada siswa yang bagus bacaannya untuk menyimak
bacaan siswa yang lain .................................................................................... 59
15. Ketika mengajar guru mempraktekkan bacaan pada siswa dan tidak memberi
banyak penjelasan secara teori ........................................................................ 60
16. Guru tidak memberi kesempatan siswa untuk menyimak bacaan siswa yang
lain ................................................................................................................... 61
17. Karena simpelnya bentuk modul Iqra’, sehingga memudahkan siswa untuk
membawanya dan membacanya dimanapun siswa inginkan .......................... 61
18. Alasan modul Iqra’ digunakan karena materinya diawali dengan yang mudah
dan gampang ................................................................................................... 62
19. Agar cepat naik pada jilid yang lebih tinggi siswa menjadi rajin mengikuti
pelajaran .......................................................................................................... 63
20. Guru menyemangati siswa dengan memberikan modul Iqra’ yang beragam
warnanya sehingga membuat siswa tertarik untuk membacanya ................... 63
21. Guru memberikan sanjungan dan pujian jika bacaan siswa lancar ................. 64
vii
22. Guru selalu menganjurkan siswa untuk menggunakan modul Iqra’ untuk awal
permulaan belajar Al-Qur’an .......................................................................... 65
23. Guru tidak menegur siswa ketika bacaannya salah dan keliru ........................ 65
24. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa, maka guru mengacak
bacaan yang sama dengan pokok bacaan siswa misalnya siswa baca A dan
Bam aka guru menunjuki huru-huruf itu untuksiswa baca ............................. 66
25. Guru menugaskan siswa agar menulis setiap selesai membaca ...................... 66
26. Tulisan huruf Al-Qur’an (Arab) siswa menjadi bagus karena sering menulis
huruf Al-Qur’an .............................................................................................. 67
27. Guru selalu mengajak para siswa untuk membaca shalawat setiap selesai
pembelajaran membaca Al-Qur’an ................................................................. 68
28. Karena guru sering menyampaikan cerita-cerita Islami, siswa jadi memiliki
pengetahuan tentang sejarah Islam.................................................................. 68
29. Ketika siswa membaca, guru sering mengajak barmain tebak huru hijaiyah . 69
30. Guru Al-Qur’an tidak pernah mengadakan kuis interaktif masalah tajwid
dengan siswa dalam setiap pembelajaran Al-Qur’an di kelas ......................... 69
31. Guru menegur siswa yang membuat gaduh di kelas dan memberikan hukuman
bagi yang melanggar ....................................................................................... 70
32. Guru menganjurkan siswa untuk rajin membaca Al-Qur’an agar bacaan siswa
menjadi lancar dan bagus ................................................................................ 71
33. Guru tidak memberikan penjelasan secara praktis pada siswa yang memiliki
kesulitan membaca Al-Qur’an ........................................................................ 72
34. Guru Al-Qur’an tidak memberikan evaluasi pada awal dan akhir pembelajaran
......................................................................................................................... 73
35. Guru memulai pembelajaran dengan hal-hal yang mudah difahami,
disesuaikan dengan kemampuan siswa ........................................................... 73
36. Guru menyiapkan alat-alat mengajar yang disesuaikan dengan materi yang
akan diajarkan ................................................................................................. 74
37. Guru tidak menggunakan metode Iqra’ dalam pelaksanaan pembelajaran Al-
Qur’an ............................................................................................................. 74
38. Guru tidak mengajak siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran .................. 75
viii
39. Saya memiliki semangat yang besar untuk mengikuti pembelajaran Al-Qur’an
......................................................................................................................... 76
40. Siswa membawa alat-alat ketika belajar Al-Qur’an misalnya mushaf Al-
Qur’an, modul Iqra’ dan buku panduan .......................................................... 76
41. Sebelum masuk kelas siswa melancarkan bacaan Al-Qur’an ......................... 77
42. Siswa selalu melanggar aturan yang dibuat oleh sekolah dan guru, misalnya
sering dating terlambat, membuat gaduh di kelas, tidak mengulang-ulangi
bacaan dan sebagainya .................................................................................... 78
43. Siswa mengetahui bentuk tanda baca seperti syakal (harakat) dan syiddah ... 78
44. Siswa berusaha membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid .................... 79
45. Siswa tidak mengetahui huruf hijaiyah dimulai dari hamzah ( )أsampai iya ()ي
sehingga guru harus menjelaskan dari awal .................................................... 80
46. Dengan adanya buku /modul Iqra’ dari jilis 1 sampai 6, siswa jadi semangat
belajar Al-Qur’an ............................................................................................ 80
47. Dengan kelas yang sejuk dan nyaman, siswa tetap malas mengikuti pelajaran
Al-Qur’an ........................................................................................................ 81
48. Siswa belajar Al-Qur’an hanya di sekolah saja, tidak belajar di tempat lain .. 82
49. Siswa malas membaca Al-Qur’an walaupun mereka melihat orang tua sering
membaca Al-Qur’an ........................................................................................ 83
50. Analisis korelasi variabel metode Iqra’ dan variabel efektifitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an ........................................................................................ 84
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Semarang: Kumudasmoro
Grafindo, 1994), h. 425-426
1
2
Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa Allah SWT mengajar manusia
dengan perantara membaca. Setiap muslim harus bisa membaca Al-Qur’an
dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Sebagaimana dalam
surat Al-‘Alaq ayat pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW
adalah Iqra‟ yang artinya bacalah. Ayat tersebut menunjukkan bahwa
membaca sangat penting dalam kehidupan umat manusia. Dengan membaca
manusia terbebas dari buta huruf dan kebodohan yang memang tidak pantas
dimiliki oleh semua orang khususnya seorang muslim.
Dalam konteks Indonesia, pemerintah memberikan perhatiannya terutama
dalam kemampuan membaca Al-Qur’an dikalangan umat Islam dengan
mengeluarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Agama RI no.128/44 Tahun 1982 tentang peningkatan membaca Al-Qur’an
2
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya…, h. 1079
3
serta instruksi Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. 3 Tahun 1991 Tentang
Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an dikalangan umat Islam.3
Sejalan dengan hal tersebut sesuai muatan wajib kurikulum pendidikan
dasar dan menengah, pemerintah menyebutkan bahwa satuan pendidikan dasar
dan menengah harus menempatkan kemampuan membaca Al-Qur’an sebagai
salah satu kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik karena salah satu
manfaat dari membaca Al-Qur’an ialah akan mendapatkan syafa’at di hari
kiamat. Sebagaimana hadits rasulullah SAW:
3
Syamsul Bahri, Cepat Pintar Membaca Menulis Al-Qur‟an, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993),
h. 23
4
Abdul Baaqi’, Shahih Muslim, Juz I, (Beirut: Dar al-fikr, 1995), Ma‟rifai Al-rak‟ataini
Allataini Kana, no. 54, h. 553
5
Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Surabaya: CV. Citra Media, 1996), h. 99
4
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah pada umumnya mendeteksi, melacak, menjelaskan
aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau
masalah atau variabel yang akan diteliti. Terkait dengan latar belakang masalah
di atas, maka masalah yang berkaitan dengan efektifitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1. Faktor-faktor yang menghambat pembelajaran membaca Al-Qur'an di SMK
Triguna Utama Ciputat
2. Faktor-faktor yang mendukung pembelajaran membaca Al-Qur’an di SMK
Triguna Utama Ciputat
3. Efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode
Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat
b. Metode Iqra’
Metode Iqra’ adalah salah satu metode belajar mengajar Al-Qur’an
yang disusun secara sistematis dan praktis.6 Metode ini digunakan dalam
kegaiatan belajar mengajar Al-Qur’an. Dalam metode Iqra’ ada modul
yang terdiri dari 6 jilid dengan masing-masing jilid terdiri dari 32 s/d 33
halaman. Metode Iqra’ memiliki beberapa pedoman prinsip yang harus
digunakan dalam pengajaran, diantara prinsip-prinsip itu ialah prinsip
privatisasi, modul, CBSA, praktis, asistensi, variatif, komunikatif, bacaan
langsung, sistematis dan fleksibel. Penggunaan metode Iqra' dipilih
karena terdapat kemudahan dalam menggunakannya.
2. Perumusan Masalah
Kemampuan membaca Al-Qur’an dapat dikenali dari hasil belajar
peserta didik yang diasumsikan sebagai efek dari pembelajaran. Namun,
pembelajaran dapat efektif jika metode yang digunakan tepat guna. Metode
merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam
tercapainya tujuan pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar
membaca Al-Qur’an. Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan
masalah yang akan diteliti adalah ”Bagaimana efektifitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna
Utama Ciputat?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini antara lain ialah:
1. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an di SMK
Triguna Utama Ciputat.
2. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran Al-Qur’an dengan menggunakan
metode Iqra’ di SMK Triguna Utama Ciputat.
6
Arif Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra‟ Yang Mudah dan Menyenangkan,
(Jakarta: Yayasan Wakaf Madani, 2008), Cet. I, h. 11
8
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain ialah:
1. Untuk memberikan kontribusi teoritik berupa penyajian informasi ilmiah
untuk menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran membaca Al-Qur’an
dengan menggunakan metode Iqra’
2. Sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan sebagai
pembanding dalam penelitian-penelitian lebih lanjut yang sejenis,
3. Untuk menambah pemahaman bagi penulis dalam penerapan ilmu
pendidikan di dalam dunia nyata, khususnya dalam mengefektifitaskan
pembelajaran membaca Al-Qur’an .
BAB II
KAJIAN TEORI
1
M. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009),
h. 5
9
10
2
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. III, h. 99
3
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003),
Cet. IV, h. 14
4
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet.
VIII, h. 57
11
5
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya …, h. 132
6
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahnya …, h. 192-195
12
9
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 30
10
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional…, h. 5
11
Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, (Jakarta:
Logos, 1998), Cet.I, h. 167
14
Mendidik atau mengajar adalah tugas guru yang sangat luhur. Sehingga
sebagai pendidik seorang guru harus mempunyai kesenangan bekerjasama
dengan orang lain khususnya dengan peserta didik dan memiliki sifat sosial
yang besar. Diantara tugas guru yang lain, menurut Mahmud Yunus ialah:
12
Abu Abdillah Muhammad, Shahih Bukhori, juz III, (Beirut: Dar al-Fikr, 1995),
Khoirukum man Ta‟allam Al-Qur‟an wa „Allamahu, no. 5.027, h. 244
13
Muhaimin, dkk, Paradigma Pendidikan Islam Upaya mengefektifkan Pendidikan
Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Rosdakarya, 2004), Cet.3, h. 116
15
14
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, (Jakarta: Bumi Aksara,
1991), Cet.1, h. 53
15
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali…, h. 56
16
Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran Standar Kompetensi Guru, (Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. III, h. 124-125
16
17
Muhaimin, dkk, Kontroversi Pemikiran Fazlur Rahnman Studi Kritis Pembaharuan
Pendidikan Islam, (Pustaka Dinamika, 1999), Cet. I, h. 114
17
18
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali…, h. 64
19
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam I, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997),
Cet. I, h. 79
20
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet.I, h. 200
18
21
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 80
22
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam…, h. 82-83
19
23
Abudin Nata, Persepektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2009), Cet. I, h. 298
24
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran…, h. 98
25
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. 16, h. 72
26
Ngalim Purwanto, Imu Pendidikaan Teoritis dan Praktis…, h. 72
20
27
Ngalim Purwanto, Imu Pendidikaan Teoritis dan Praktis…, h. 73
28
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet.
I, h. 22
21
29
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2002), Cet. II, h. 6
30
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004), Cet. 9, h. 214
31
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar…, h. 6
22
32
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2007), Cet. IX, h. 40
23
33
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), Cet. VII, h. 239.
24
34
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat
Press, 2002), Cet. I, h. 40
35
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1995), Cet. 4, h. 652
36
Abuddin Nata, Persefektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran …, h. 176
25
37
Komari, “Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur‟an”, dari http://www.google.co.id.
8Januari 2011
38
Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksaan Pendidikan Agama Islam Pada SD,
(Jakarta: CV. Multiyasa, 1986), Cet. VI, h. 126
26
4) Tidak Variatif
Pada metode ini tidak disusun menjadi beberapa jilid buku,
melainkan hanya 1 jilid buku saja
5) Pemberian contoh yang Absolut
Seorang ustadz/ustadzah dalam memberikan bimbingan, terlebih
dahulu memberikan contoh kemudian santri mengikutinya, sehingga
santri tidak diperlukan untuk bersikap aktif.
c. Keunggulan dan Kelemahan yang Terdapat dalam Metode Qaidah
Baghdadiyah
Beberapa keunggulan metode Qaidah Baghdadiyah antara lain yaitu:
1) 30 huruf hijaiyah hampir selalu ditampilkan pada setiap langkah
secara utuh sebagai tema sentral, sehingga anak-anak mengetahui dan
hafal huruf hijaiyah tersebut
2) Pola bunyi dan susunan huruf (wazan) disusun secara rapi.
3) Keterampilan mengeja yang dikembangkan merupakan daya tarik
tersendiri.
4) Materi tajwid secara mendasar terintegrasi dalam setiap langkah.
5) Anak didik akan mudah dalam belajar karena sebelum diberikan
materi, santri sudah hafal huruf-huruf hijaiyah.
6) Anak didik yang lancar akan cepat melanjutkan pada materi
selanjutnya karena tidak menunggu orang lain.39
Beberapa kekurangan metode Qaidah baghdadiyah antara lain. yaitu:
1) Membutuhkan waktu yang lama karena harus menghafal huruf
hijaiyah dahulu dan cara membacanya harus dieja.
2) Santri kurang aktif karena harus mengikuti ustadz-ustadznya dalam
membaca.
40
3) Kurang variatif karena menggunakan satu jilid saja.
39
Komari, “Metode Pengajaran Baca Tulis Al-Qur‟an”…, 8 Januari 2011
40
Label Qur’an, “Macam-Macam Metode Pembelajaran Membaca Al-Qur‟an”, dari
http://qashthaalhikmah.blogspot.com, 8 Januari 2011.
27
2. Metode Qira’ati
a. Latar Belakang Munculnya Metode Qira’ati
Metode Qira'ati ditemukan oleh KH. Dahlan Salim Zarkasyi (w. 2001
M) dari Semarang, Jawa Tengah. Metode ini disebarkan sejak awal
1970-an. Sejak tahun1963, KH. Dachlan Salim .Zarkasyi adalah seorang
guru mengaji dan beliau suka mengamati keadaan kelas-kelas mengaji di
manapun beliau berkunjung. Sebagaimana biasa sebagai seorang guru
mengaji, beliau menggunakan kaedah yang biasa dikenali dengan
Muqaddam atau Turutan atau biasa juga disebut kaedah Baghdadiyah.
Hasil daripada pengalaman dan pengamatan beliau, anak-anak murid
yang beliau ajar ternyata sebahagian besar mereka hanya mampu
menghafal huruf bukan mengerti huruf. Dan jika dapat membaca pun
ternyata bacaannya tidak tartil seperti apa yang dikehendaki dalam
bacaan Al-Qur’an yang baik. Dan biasanya waktu bagi murid-murid
untuk menguasai bacaan tartil diperlukan waktu yang lama. Tidak puas
dengan hasil tersebut, beliau mencoba alternatif lain dengan membeli
buku-buku kaedah baca Al-Qur’an dan menelitinya dengan tujuan agar
dapat mencapai hasil yang lebih memuaskan.
Namun, setelah mengamati semua kaedah yang ada ternyata beliau
masih belum menemukan kepuasan. Beliau tidak yakin dengan kejayaan
kaedah-kaedah tersebut karena berbagai sebab, seperti menggunakan
contoh-contoh perkataan yang bukan dari bahasa Arab atau dari Al-
Qur’an bahkan ada yang berbunyi bahasa Indonesia atau bahasa Jawa.41
Karena tidak ditemukan buku yang dikehendaki, tercetuslah gagasan
untuk menyusun metode yang berbeda dengan metode-metode yang
sudah ada sebelumnya yakni metode Qira’ati. Dalam penyususnan
metode ini dibutuhka proses yang sangat panjang serta dilakukan dengan
penelitian, pengamatan, dan percobaan. Pada tahun 1970-an, buku
41
Santri Mbeling, “Sejarah Singkat Penemuan Metode Qira‟ati”, dari
http://qiraati.wordpress.com , 8 Januri 2011
28
Qiraati ditashih dan mendapatkan restu dari ulama besar Al-Qur'an yakni
K.H.Arwani Amin.
b. Sistem Pengajaran Metode Qira’ati
Secara umum metode pengajaran Qira'ati adalah :
1) Bacaan Langsung
Yang dimaksud bacaan langsung ialah bacaan tanpa di eja.
2) CBSA (cara belajar siswa aktif)
CBSA diartikan sebagai sistem belajar mengajar yang menekankan
pada siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna
memperoleh hasil belajar.
3) Privat
Siswa diharuskan berhadapan langsung pada guru, agar dapat
mengetahui bagaimana mengucapkan huruf-huruf sesuai kaidah
makhraj.
4) Modul
Yaitu siswa dalam menyelesaikan program qira’ati tergantung
kemampuan dan usahanya sendiri, tidak berdasarkan kemampuan
kelas atau temannya.
5) Variatif
c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Qiraati
Diantara keunggulan yang dimiliki metode Qira’ati ialah:
1) Anak didik walaupun belum mengenal tajwid tetapi sudah bisa
membaca Al-Qur'an secara tajwid. Karena belajar ilmu tajwid itu
hukumnya fardlu kifayah sedangkan membaca Al-Qur'an dengan
tajwidnya itu fardlu ain.
2) Dalam metode ini terdapat prinsip untuk guru dan anak didik. Prinsip-
prinsip yang di pegang oleh guru antara lain ialah Tiwagas (teliti,
waspada, dan tegas), dan Daktun (tidak boleh menuntun). Prinsip yang
harus di pegang oleh anak didik yaitu CBSA dan LCTB (lancar, cepat,
tepat, benar).
3) Pada metode ini setelah khatam meneruskan lagi bacaan gharib.
29
4) Anak didik yang sudah lulus 6 Jilid beserta ghoribnnya, setelah itu
santri akan mendapatkan syahadah.
Diantara kekurangan metode Qira’ati yaitu:
1) Bagi anak didik yang tidak lancar bacaannya maka akan lama
kelulusanna karena metode ini kelulusan tidak ditentukan oleh
bulan/tahun.
2) Metode ini hanya dapat diajarkan oleh para guru yang sudah pernah
ikut pelatihan Qira’ati dan memiliki syahadah/ ijazah Qira’at.
3) Metode ini kurang fleksibel karena metode ini hanya dapat diajarkan
pada tingkatan SD sampai perguruan tinggi, dan tidak dapat
diajarakan pada orang yang sudah tua.
3. Metode Iqra’
a. Latar belakang munculnya metode Iqra’
KH. As’ad Humam bersama kawan-kawannya yang dihimpun dalam
wadah Team Tadarus Angkatan Muda Masjid dan Mushalla (Team
Tadarus AMM) Yogyakarta, telah mencari bentuk baru bagi sistem
pengelolaan dan metode pembelajaran membaca Al-Qur’an. Setelah
melalui studi banding dan ujicoba, maka pada tanggal 21 Rajab 1408 H
(16 Maret 1988) didirikanlah Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA)
“AMM” Yogyakarta.
Setahun kemudian, tepatnya tanggal 16 Ramadhan 1409 H (23 April
1989) didirikan pula Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) “AMM”
Yogyakarta. Bersamaan dengan didirikannya TKA-TPA, KH. As’ad
Humam tekun menulis dan menyusun buku Iqra’ Cara Cepat Belajar
Membaca Al-Qur’an, yang kemudian lebih dikenal sebagai Metode Iqra‟.
Metode Iqra’ adalah sebuah metode pengajaran Al-Qur’an dengan
menggunakan buku Iqra’ yang terdiri dari enam jilid dan dapat
dipergunakan untuk balita sampai manula. 42 Metode Iqra’ semakin
42
Ahmad Darka, Bagaimana Mengajar Iqra‟ dengan Benar, (Jakarta: CV. Tunas
Utama, 2009), Cet. I, h. 13
30
5) Praktis
Yang dimaksud dalam prinsip ini ialah guru langsung memberi
contoh bacaannya, jadi tidak perlu banyak penjelasan karena tujuan
buku Iqra’ adalah bagaimana mengajarkan membaca dengan mudah
dan cepat, sehingga hal-hal yang bersifat teoritis diajarkan setelah
siswa mampu membaca Al-Qur’an. Dan dengan menggunakan buku
Iqra’ siswa lebih mudah untuk mempelajarinya karena mudah dibawa
kemana-mana dan buku Iqra’ mudah ditemukan di toko-toko terdekat.
6) Variatif
Materi Iqra’ disajikan dalam buku yang terdiri dari 6 jilid. Setiap
jilid diberi sampul yang berbeda dengan jilid lainnya dan diberi
warna-warni indah, sehingga menarik perhatian para siswa untuk
saling berlomba dalam mencapai warna-warni jilid berikutnya.
Mereka berlomba-lomba untuk cepat menyelesaikan satu buku dan
berganti dengan buku lainnya, sehingga hal ini dapat menghindari
kejenuhan para santri.
7) Komunikatif
Maksudnya yaitu guru tidak diam saja apabila siswa membaca
huruf atau kata dengan benar, akan tetapi guru memberikan sanjungan
atau penghargaan umpamanya dengan kata-kata: bagus, betul, pintar
dan sebagainya. Guru juga akan menegur siswa yang keliru bacannya
dengan kata-kata: Awas, Stop, Eee, dan sebagainya.43
8) Fleksibel
Metode Iqra’ dapat dipergunakan untuk berbagai tingkat usia, dari
mulai balita, TK, SD, SMP, SLTA dan dewasa. Berdasarkan sifat dan
karakteristik dari metode Iqra’ tersebut, tingkat keberhasilan dan
kemudahan dalam proses belajar mengajar membaca Al-Qur’an dapat
tercapai dengan baik. Disamping itu, siapapun yang sudah bisa
membaca Al-Qur`an pasti bisa mengajarkannya, bahkan yang baru
43
Arif Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra‟ Yang Mudah dan
Menyenangkan, (Jakarta: Yayasan Wakaf Madani, 2008), Cet. I, h. 14-15
32
tamat jilid 2 pun, bisa mengajar bagi yang baru jilid 1, sehingga bisa
menumbuhkan suasana asyik saling ajar mengajar.
9) Sistimatis
Maksudnya adalah buku Iqra’ yang terdiri dari enam jilid disusun
dari mulai materi yang mudah sampai materi yang sulit
10) Asistensi
Dalam sistem ini artinya Iqra’ diajarkan boleh menggunakan guru
bantu, sekalipun guru bantu itu diambil dari anak didik, dengan
catatan anak didik tersebut membacanya sudah bagus dan fasih. 44 Pola
privat yang bersiat individual memungkinkan secara optimal taraf
perkembangan siswa. Begitu juga pola CBSA, pola modul dan pola
lainnya sangat memungkinkan siswa belajar membaca Al-Qur’an
dengan cepat dan optimal.
Demikianlah 10 prinsip yang dapat digunakan dalam mengajar
membaca Al-Qur’an dengan metode Iqra’, karena prinsip-prinsip
tersebut dapat menjadi salah satu tolak ukur untuk melihat efektfinya
pembelajaran membaca Al-Qur’an selain faktor- faktor yang lain.
c. Metode Penunjang Buku Iqra’
Dalam buku Iqra’ telah terdapat 10 sifat prinsip keunggulan, maka
tidak menutup kemungkinan dalam mengajarkan Iqra’ terus
dikembangkan melalui beberapa kreatifitas dan improvisasi diantaranya
yaitu:
1) Metode Menyanyi/Shalawat
Menyanyi merupakan rekreasi batin yang indah, para siswa akan
hanyut dalam nyanyian yang indah. Mereka akan merasa senang dan
tidak merasa dibebani sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi
gembira dan menyenangkan
2) Metode Cerita
Cerita merupakan media efektif untuk menanamkan nilai-nilai yang
luhur, yang bersumber dari nilai akidah/tauhid dan nilai akhlak. Nilai-
44
Ahmad Darka, Bagaimana Mengajar Iqra‟ dengan Benar…, h. 14
33
nilai ini diharapkan dapat membentuk karakter anak sesuai dengan apa
yang diceritakan.
3) Metode Bermain
Dunia anak adalah dunia bermain maka bermainlah dengan mereka
dengan penuh kegembiraan karena mereka merupakan sosok manusia
yang kaya akan imajinasi (khayalan).
4) Metode Random (Acak)
Dalam metode ini guru mengajarkan pokok-pokok bahasan,
kemudian guru mengacak/ mencari kalimat atau contoh yang sama
dengan pokok bahasan dengan tujuan supaya siswa lebih faham.
5) Metode Tahsinul Kitabah
Tahsinul Kitabah yaitu menulis bagus, benar dan indah yang
disesuaikan dengan kemampuan siswa. Menulis merupakan
pendamping membaca buku Iqra’ dan juga sebagai sarana untuk
melatih serta membiasakan siswa menulis angka atau huruf Al-
Qur’an. Selain itu, menulis berfungsi untuk menertibkan dan
menenangkan siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.45
Dari pemaparan di atas mengenai metode yang dapat menunjang dan
membantu efektifnya pengajaran Iqra’, maka guru dianjurkan dapat
menggunakan beberapa metode penunjang tersebut agar tujuan dalam
pembelajaran Al-Qur’an dapat tercapai dengan mudah.
d. Klasifikasi Kemampuan Siswa dalam Membaca Buku Iqra’
Dalam membaca buku Iqra’, kompetensi atau kemampuan siswa
terbagi dalam tiga kategori, diantaranya yaitu:
1) Siswa Daya Tangkap Cepat
Siswa kelompok ini mempunyai ciri-ciri yakni konsentrasi sangat
baik, pengucapan jelas, dan cepat memahami pelajaran. Bagi siswa
seperti ini boleh diloncat-loncatkan dalam bacannaya tidak perlu utuh
satu halaman.
45
Arif Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra‟…, h. 18-24
34
46
Arif Gunawan, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqra‟…, h. 25-26
47
Ahmad Darka, Bagaimana Mengajar Iqro‟ dengan Benar…,h. 13
35
48
John M Echols dan Hasan Shadily, An-English-Indonesia Dictionary, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 1996), Cet. XXIII, h. 207
49
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Balai Pustaka, 1998), Cet. I, h. 284
50
G. B Yuwono, Pedoman Umum Ejaan Indonesia yang Telah Disempurnakan,
(Surabaya: Indah, 1987), Cet. I, h. 39
51
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004…, h. 90
36
52
E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004…, h. 119-120
53
Madya, Eko Susilo, Dasar-Dasar Pendidikan, (Semarang: Effhar Offsetm 1990),
Cet. I, h. 63
38
mengajar yang berisi sepuluh (10) kriteria efektifitas mengajar yang perlu
diperhatikan oleh para pengajar, diantaranya yaitu:
1. Persiapan seperti peralatan mengajar, buku pegangan dan sebagainya
2. Sikap guru harus berwibawa dan suara di dalam harus jelas
3. Perumusan kompetensi dasar harus dinyatakan secara konkrit
4. Bahan pelajaran harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai
5. Menguasai bahan pelajaran
6. Penguasaan situasi kelas
7. Pilihan dan pelaksanaan metode mengajar
8. Penggunaan alat pengajaran
9. Jalan pengajkaran atau proses pengajaran haruslah efektif dan efisien
10. Teknik evaluasi yang harus disesuaikan dengan perubahan tingkah laku
murid yang diharapkan.54
Menurut Nana Sudjana, indikator-indikator efektifitas pembelajarn meliputi:
1. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum
2. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh guru
3. Keterlaksanaan program pembelajaran oleh siswa
4. Interaksi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa
5. Keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran
6. Motivasi siswa meningkat
7. Keterampilan dan kemampuan guru dalam menyampaikan materi
8. Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa.55
Sedangkan indikator-indikator efektifitas dalam pembelajaran Al-Qur’an
adalah:
1. Anak didik dapat membaca Al-Qur’an dengan cepat dan bertajwid
2. Siswa mampu membaca Al-Qur’an dengan baik dalam waktu 7 bulan
3. Siswa mampu membaca Al-Qur’an tanpa ditunjuk dalam waktu yang
singkat.56
54
Tim Penyusun Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik
Metodik Kurikulm PBM, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), Cet. V, h. 164-166
55
Nana Sudjana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 1991), Cet. III, h. 60-63
39
D. Kerangka Berpikir
Kegiatan pembelajaran membaca Al-Qur’an dapat dipandang sebagai suatu
proses selama siswa mengalami pengalaman-pengalaman pendidikan untuk
mencapai suatu tujuan belajar (hasil belajar) yaitu memiliki kemampuan
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, sedangkan untuk mencapai
kemampuan yang diharapkan diperlukan suatu dukungan pembelajaran yang
berkualitas. Makin berkualitas pembelajaran yang dilakukan, maka tingkat
keberhasilannya akan semakin tinggi. Sebaliknya, makin rendahnya kualitas
pembelajaran yang dilakukan, maka tingkat keberhasilannya tidak akan
memuaskan.
Efektifitas adalah tercapainya atau terlaksananya suatu tujuan yang sudah
direncanakan atau diinginkan sebelumnya. Keberhasilan dalam proses belajar
mengajar tidak terlepas dari pengaruh metode. Metode diartikan sebagai suatu
cara yang sistematis yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi
pelajaran agar tercapainya tujuan dari suatu pembelajaran dan merupakan dasar
yang paling meyakinkan demi meningkatkan motivasi siswa.
56
Endang, “Efektifitas penggunaan metode Aba Ta Tsa dan Metode Iqra‟ dalam
pembelajaran Al-Qur‟an”, Skripsi Sarjana Strata I Pendidikan Agama Islam UIN Syari
Hidayatullah Jakarta, (Jakarta: Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
s2007), h. 22
40
E. Hipotesis Penelitian
Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu preposisi atau anggapan yang
mungkin benar dan sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan
penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini terdapat hipotesis alternatif (Ha)
dan hipotesis nol (Ho). Adapun rumusan kedua hipotesis tersebut adalah
sebagai berikut:
Ha: Adanya hubungan yang signifikan antara efektifitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’
Ho: Tidak adanya hubungan yang signifikan antara efektifitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah obyek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian”.1 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang dijadikan
sebagai acuan dalam pengamatan, guna memperoleh data dan kesimpulan
empiris mengenai kegiatan pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan
menggunakan metode Iqra’. Variabelnya antara lain yaitu:
1. Variabel X (variabel yang mempengaruhi) yaitu metode Iqra’
2. Variabel Y (Variabel yang dipengaruhi) yaitu efektifitas pembelajaran
membaca Al-Qur’an.
1
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2006), Cet. 13, h. 118.
41
42
C. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data, fakta dan informasi yang akan menggambarkan
dan menjelaskan permasalahan tentang efektifitas pembelajaran membaca Al-
Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’. Penulis menggunakan penelitian
kuanitatif dengan metode deskriptif analisis.
Menurut Margono dalam bukunya Metodologi Penelitian Pendidikan
menyatakan bahwa ”Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menemukan
keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui”.2
Di dalam metode deskriptif analisis terdapat upaya untuk menggambarkan
dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya. Dengan tujuan utama
yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau
subjek yang diteliti secara tepat. 3
2
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2007), Cet. VI, h. 105.
3
Sukardi , Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), Cet. VII, h. 157.
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian ..., h. 134.
43
Tabel 1
Kisi-Kisi Kuesioner
Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an dengan Menggunakan
Metode Iqra’
No Item
Variabel Dimensi Indikator Total
(+) (-)
Metode Iqra’ 1. Prinsip- a. Bacaan langsung 1 - 1
Prinsip Iqra’ b. CBSA 2, 3 - 2
c. Privatisasi 4 6 2
d. Modul 5, 7 - 2
e. Asistensi 8 10 2
f. Praktis 9, 11 - 2
g. Sistematis 12,13 - 2
h. Variatif 14 - 1
i. Komunikatif 15 17 2
j. Fleksibel 16 - 1
2. Metode a. Random (acak) 18 - 1
Penunjang b. Tahsin al-kitabah 19,20 - 2
Iqra’ c. Menyanyi/ shalawat 21 - 1
d. Bercerita 22 - 1
e. Bermain 23 24 2
Efektifitas 1. Aspek Guru a. Memberikan perhatian 25,26 27,28 4
Pembelajaran kepada siswa
Membaca Al- b. Mengelola proses 29,30 31,32 4
Qur’an pembelajaran
2. Aspek a. Memiliki persiapan 33,34 36 4
Murid untuk mengikuti 35
pembelajaran
b. Memiliki pengetahuan 37,38 39 3
dasar dalam membaca
45
Al-Qur’an
3. Lingkungan a. Lingkungan luar atau 40 41 2
dalam
b. Lingkungan sosial - 42,43 2
Jumlah 30 13 43
3. Koding,
Teknik ini digunakan penulis untuk mengklasifikasikan jawaban-jawaban
para responden menurut macam-macamnya.
46
4. Tabulating
Tahap selanjutnya yaitu pengolahan data dengan memindahkan jawaban
responden yang terdapat di dalam angket ke dalam format yang telah
tersusun rapi dan rinci dalam bentuk tabel.
Tabel 3
Indeks Korelasi
(rxy) Interpretasi
0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, akan tetapi
sangat lemah atau sangat rendah. Sehingga korelasi itu diabaikan
(dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dengan variabel Y
0.20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah
atau rendah
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang
atau cukup
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau
tinggi
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat
kuat atau sangat tinggi
48
49
Tabel 6
Data siswa SMK Triguna Utama tahun ajaran 2009/2011
Jumlah siswa Jumlah Akhir
Jumlah Keluar Masuk
Kelas Jurusan Awal Bulan Bulan Jumlah Keterangan
Kelas
L P L P L P L P
Akutansi 1 11 26 11 26 37
Perkantoran 2 15 53 15 53 68
I Listrik 2 69 69 0 69
11 kelas
Mesin 1 48 48 0 48
Otomotif 5 232 1 232 1 233
Jumlah siswa kelas I 455
Akutansi 1 8 22 8 22 30
Perkantoran 1 10 26 10 26 36
II Listrik 1 42 42 0 42
8 kelas
Otomotif 4 160 160 0 160
Mesin 1 37 37 0 37
Jumlah siswa kelas II 305
Listrik 2 66 66 0 66
III Otomotif 3 129 1 129 1 130
6 kelas
Mesin 1 43 43 0 43
Jumlah siswa kelas III 239
Jumlah 25 870 129 0 0 0 0 870 129 999
kendala yang lain ialah timbul dari para siswa. Terkadang siswa datang
terlambat dan tidak membawa alat-alat pembelajaran misalnya modul Iqra’
dan buku pedoman yang digunakan dalam pembelajaran dan ada juga para
siswa yang tidak melancarkan bacaaan sebelum masuk ke dalam kelas.
2. Siswa (peserta didik)
Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini ialah siswa kelas X yang
bacaannya masih Iqra’ jilid 1-6. Dalam kegiatan belajar di kelas, siswa
harus membawa modul Iqro’ dan buku panduan, siswa harus melancarkan
bacaan sebelum menghadap guru, seselai membaca siswa diharuskan
menuliskan bacaannya ke dalam buku tulis. Bagi siswa yang tidak
membaca, menulis dan membawa buku panduan maka akan dikenakan
sanksi berupa menulis kalimat Istigfar.
3. Metode
Dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan guru Al-Qur’an
bahwa metode yang digunakan dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an
ialah metode Iqra’. Menurut guru Al-Qur’an yakni Drs. Robbani, AR
menyatakan bahwa metode Iqra’ lah yang masih sesuai digunakan dalam
membaca Al-Qur’an karena dalam metode tersebut ada beberapa prinsip
mendasar yang dapat memudahkan para siswa untuk mampu membaca Al-
Qur’an dengan mudah. Diantara prinsip-prinsip tersebut ialah privatisasi,
CBSA, asistensi, modul, praktis, komunikatif, fleksibel, variatif, bacaan
langsung dan sistematis. Bapak Robbani juga menambahkan bahwa untuk
menunjang keefektifan metode Iqra’, perlu ditambah lagi beberapa metode
sebagai penunjangnya, diantaranya yaitu:
a. Metode menulis
b. Metode bernyanyi/ bershalawat, dan sebagainya.
Selain metode-metode yang telah disebutkan di atas, guru Al-Qur’an juga
memberikan contoh teladan yang baik seperti halnya bertingkah laku dan
berpakaian yang sopan, bertutur kata yang baik serta pembiasaan shalat
berjamaah.
53
C. Deskripsi Data
Data-data penelitian tentang efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an
dengan menggunakan metode Iqra’ diperoleh melalui Observasi, wawancara,
dan angket. Adapun observasi yang dilakukan yakni dengan mengikuti
kegiatan pembelajaran secara langsung di dalam kelas selama 1 bulan. Adapun
wawancara yang penulis lakukan yaitu dengan Kepala Sekolah dan Guru Al-
Qur’an. Sedangkan angket diberikan kepada siswa kelas X yang mengikuti
pelajaran membaca Al-Qur’an yang tingkatnya masih membaca Iqra’.
Jumlah siswa yang dijadikan objek dalam penelitian ini sebanyak 443 siswa
yang terdiri dari kelas X AP, X AK, X Otomotif dan X Elektro. Dari jumlah
443 siswa, penulis mengambil sampel penelitian sebesar 12% dari jumlah
tersebut. Maka diperoleh hasil 55 siswa yang menjadi sampel penelitian ini.
Kemudian, penulis memberikan angket kepada tiap responden dengan
jumlah item pertanyaan sebanyak 43 butir. Butir soal tersebut terdiri dari 24
soal untuk pertanyaan variabel X dan 19 soal untuk pertanyaan variabel Y.
Setelah data diperoleh dari hasil angket yang telah disebarkan kepada
responden, maka langkah selanjutnya yaitu menghitung hasil angket dengan
mencari angka prosentase. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari
F
angka prosentase tersebut adalah: P x100 %
N
54
Data-data dalam angket diolah dalam bentuk tabel dan kemudian dianalisis
sebagai berikut:
Data tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa ketika
membaca tidak mengeja bacaannya (76,4%) dan sebagian lagi dari para
siswa mengatakan setuju jika dalam membaca mereka tidak mengeja bacaan
(23,6%).
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa
sudah mampu membaca kalimat-kalimat Al-Qur’an yang terdapat di dalam
modul iqra’ dengan tidak mengeja. Dengan cara ini maka waktu
pembelajaran akan lebih efisien karena guru Al-Qur’an tidak perlu lagi
mengajarkan satu persatu huruf kepada para siswa ketika mereka membaca.
Hal ini juga menunjukkan bahwa prinsip metode Iqra’ yakni tidak mengeja
dalam membaca sudah diaplikasikan dengan baik.
Tabel 8
Guru Tidak Banyak Menuntun Namun Sesekali Hanya Memberi
Contoh (+)
2 Setuju 14 25,5%
3 Tidak Setuju 1 1,8%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 55 100%
Dari tabel 8 diatas dapat diketahui bahwa hampir setengah dari jumlah
siswa menjawab sangat setuju jika guru tidak banyak menuntun ketika
mengajar (72,7%), sebagian lagi mengatakan setuju bahwa ketika membaca,
guru tidak banyak menuntun (25,5%) dan sebagian kecil dari jawaban siswa
merasa tidak setuju bahwa guru tidak banyak menuntun bacaan (1,8%).
Berdasarkan hasil jawaban siswa di atas dapat diketahui bahwa ketika
mengajar membaca Al-Qur’an, guru tidak banyak menuntun siswa dan
hanya sesekali memberi contoh bacaan kepada siswa ketika mereka tidak
bisa membacanya. Dengan hal ini siswa merasa diberi kesempatan berpikir
sendiri ketika membaca Al-Qur’an dan bisa lebih percaya diri untuk
mengekspolarikan kemampuannya dalam membaca Al-Qur’an. Namun,
walaupun guru tidak banyak menuntun ketika siswa membaca, guru tetap
memperhatikan bacaan para siswa ketika mereka salah atau tidak bisa dalam
membaca sebuah kalimat. Hal ini menunjukkan bahwa prinsip dalam
metode Iqra’ sudah dilaksanakan.
Tabel 9
Apabila Ada Bacaan yang Tidak Jelas, Guru Langsung Memberikan
Penjelasan (+)
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa banyaknya jawaban siswa yang
menjawab selalu sebanyak 69,1%, jawaban sering sebanyak 27,3%, kadang-
kadang sebesar 3,6%.
Berdasarkan hasil jawaban para siswa di atas bahwa dalam kegiatan
pembelajaran membaca Al-Qur’an, guru Al-Qur’an sudah mempraktekkan
prinsip privatisasi yakni guru menyimak bacaan siswa satu persatu. Hal ini
terbukti dari sebagian besar siswa yang menjawab selalu bahwa dalam
mengajar guru menyimak bacaan siswa satu persatu. Dengan cara ini, guru
Al-Qur’an dapat mengajarkan dan mempraktekkan bacaan Al-Qur’an secara
langsung kepada para siswa.
Tabel 11
Buku/Modul Iqra’ Digunakan Oleh Guru dan Siswa dalam Pembelajaran
Membaca Al-Qur’an (+)
1 Selalu 39 70,9%
2 Sering 16 36,4%
3 Kadang-Kadang 0 0%
4 Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 55 100%
Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden siswa
menjawab selalu (70,9%) dan sebagiannya lagi menjawab sering
menggunakan buku Iqro’ (36,4%) dan tidak ada responden yang menjawab
kadang-kadang dan tidak pernah.
Berdasarkan hasil jawaban responden di atas dapat dijelaskan dalam
pelaksanaan pembelajaran Al-Qur’an guru dan siswa menggunakan modul
Iqra’ dari jilid 1-6. Hal ini dapat menunjukkan bahwa pembelajaran
membaca Al-Qur’an dapat terbantu dengan adanya buku/modul Iqro’
sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan baik serta para siswa juga
dapat mudah berlatih membaca sendiri dimanapun mereka inginkan.
Tabel 12
Ketika Mengajar Membaca, Guru Tidak Berhadapan Langsung dengan
Siswa (-)
lagi memberikan jawaban tidak setuju (14,5%) dan sebagian kecil para
siswa menjawab setuju dan sangat setuju (1,8%).
Dari hasil jawaban di atas menjelaskan bahwa ketika belajar membaca
Al-Qur’an, guru selalu berhadapan dengan para siswa secara langsung.
Kemungkinan hal ini dilakukan agar siswa terhindar dari kesalahan
pemahaman dan cara melafazkan kalimat-kalimat Al-Qur’an yang kurang
tepat. Hasil tabel di atas juga menggambarkan bahwa prinsip privatisasi
yang terdapat di dalam metode Iqra’ sudah dilaksanakan dengan efektif.
Tabel 13
Siswa tidak membaca satu halaman jika bacaannya sudah fasih dan
lancar (+)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa siswa yang menjawab sangat setuju
sebanyak 32,7%, yang menjawab setuju sebanyak 36,4%, yang menjawab
tidak setuju sebanyak 18,2% dan yang menjawab sangat tidak setuju”
sebanyak 12,7%.
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran membaca Al-Qur’an, sebagian para siswa bisa lebih cepat
naik pada jilid yang lebih tinggi dengan waktu yang cepat. Karena jika para
siswa sudah fasih bacaannya, mereka hanya membaca sebagian kalimat saja
dari satu halaman yang ada di dalam modul Iqra’.
59
Tabel 14
Guru Memberikan Reward Pada Siswa yang Bagus Bacaannya Untuk
Menyimak bacaan Siswsa yang Lain (+)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ketika mengajar guru tidak banyak
memberikan penjelasan secara teori tetapi ketika ingin menjelaskan guru
langsung memberi contoh secara praktis. Hal ini dibuktikan dari sebagian
besar siswa menjawab selalu (69,1%), sebagian lagi menjawab sering
(23,6%) dan sebagian kecil menjawab kadang-kadang dan tidak pernah
(3,6%).
Berdasarkan hasil jawaban siswa di atas dapat dijelaskan bahwa dalam
mengajarkan Al-Qur’an, guru lebih banyak memberikan penjelasan materi
secara praktis daripada teori. Mungkin dengan cara mengajar seperti ini
siswa diharapkan lebih awal mampu untuk bisa mengenal huruf dan cara
melafazkannya sesuai aturan ilmu tajwid. Materi teori bisa didapatkannya
setelah mereka sudah bisa melafazkan kalimat-kalimat Al-Qur’an dengan
baik dan fasih.
Tabel 16
Guru Tidak Memberi Kesempatan Siswa Untuk Menyimak Bacaan Siswa
Yang Lain (-)
Dari tabel 16 di atas tentang kesempatan yang tidak diberikan oleh guru
kepada para siswa untuk menyimak bacaan siswa yang lain. Dalam tabel
didapatkan hasil jawaban siswa yang menyatakan sangat setuju sebanyak
(3,6%), menyatakan setuju (16,4%), menyatakan tidak pernah (32,7%) dan
yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 47,3%. Berdasarkan data di
61
2 Setuju 21 38,2%
3 Tidak Setuju 0 0%
4 Sangat Tidak Setuju 0 0%
Jumlah 55 100%
2 Sering 9 12,7%
3 Kadang-Kadang 0 0%
4 Tidak Pernah 0 0%
Jumlah 55 100%
Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan adanya tugas menulis
huruf Arab (AlQur’an) yang diberikan oleh guru, siswa merasa tulisan
mereka menjadi indah dan bagus karena terbiasa menulis. Hal ini dibuktikan
dari hasil jawaban responden 63,6% yang menjawab “Sangat Setuju”,
36,6% yang menjawab “Setuju”, dan tidak ada responden yang menjawab
Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju”.
67
Tabel 27
Guru Selalu Mengajak Para Siswa Untuk Membaca Shalawat Setiap zSelesai
Pembelajaran Membaca Al-Qur’an (+)
Dari tabel di atas tentang kegiatan siswa dalam belajar Al-Qur’an yakni
dengan bershalawat dan bernyanyi. Sebagian siswa menjawab sangat setuju
jika dalam kegiatan belajar Al-Qur’an di isi juga dengan membaca shalawat
(60%) dan sebagiannya lagi menjawab setuju jika dikatakan bahwa dalam
kegiatan belajar Al-Qur’an selain membaca Al-Qur’an juga diisi dengan
membaca shalawat (40%). Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan
bahwa selain guru mengajarkan para siswanya membaca Al-Qur’an, guru
juga membiasakan para siswa untuk selalu membaca shalawat. Tujuannya
agar para siswa dapat selalu ingat dan mencintai Rasulullah.
Tabel 28
Karena Guru Sering Menyampaikan Cerita-Cerita Islami, Siswa Jadi
Memiliki Pengetahuan Tentang Sejarah Islam (+)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa guru sering menceritakan kisah-
kisah Islami kepada para siswa agar mereka dapat mengambil tauladan yang
68
baik dari kisah-kisah tersebut. Hal ini dibuktikan dari hasil jawaban
responden yang menjawab “Sangat Setuju” sebesar 18,2%, yang menjawab
“Setuju” sebesar 45,4%, yang menjawab “Tidak Setuju” sebesar 27,3%, dan
yang menjawab “Sangat Tidak Setuju” sebesar 9,1%.
Tabel 29
Ketika Siswa Membaca, Guru Sering Mengajak Bermain Tebak Huruf
Hijaiyah (+)
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar dari para siswa
menjawab sangat setuju apabila di dalam kelas terjadi kegaduhan maka guru
langsung menegur dan memberikan hukuman bagi yang melanggar tata
tertib di kelas (72,7%), dan sebagiannya lagi menjawab setuju (27,3%).
70
2 Setuju 1 1,8%
3 Tidak Setuju 8 14,5%
4 Sangat Tidak Setuju 46 83,6%
Jumlah 55 100%
Dari tabel di atas tentang tidak adanya bantuan secara praktek dari guru
kepada siswa yang memiliki kesulitan membaca Al-Qur’an. Hal ini dapat
dilihat bahwa tidak ada siswa yang menjawab sangat setuju tentang hal
diatas. Ada satu orang siswa yang menjawab setuju tentang guru yang tidak
memberi bantuan kepada siswa yang sulit membaca Al-Qur’an (1,8%).
Namun, ada sebagian besar dari siswa yang menjawab sangat tidak setuju
kalau murid yang sulit membaca Al-Qur’an tidak dibantu oleh guru dengan
penjelasan secara praktis (83,6%) dan sebagia lagi menjawab tidak setuju
(14,5%).
Berdasarkan keterangan data di atas dapat dijelaskan bahwa betapa
pedulinya guru kepada para siswanya, guru memberikan bantuan berupa
pengajaran di kelas ataupun di luar kelas pada siswa yang belum bisa
membaca Al-Qur’an.
Tabel 34
Guru Al-Qur’an Tidak Memberikan Evaluasi Pada Awal dan Akhir
Pembelajaran (-)
Dari hasil tabel di atas tentang guru Al-Qur’an yang tidak memberikan
evaluasi pada awal dan akhir pembelajaran. Hal tersebut dapat dijelaskan
bahwa sebagian besar para siswa menganggap guru selalu memberikan
72
eveluasi setiap pembelajaran, hal ini sesuai dengan jawaban mereka yang
menjawab sangat tidak setuju (76,4%), sebagiannya lagi menjawab tidak
setuju (20%). Namun, ada sedikit dari siswa yang mengatakan bahwa guru
tidak memberikan nilai setiap pelajaran selesai, hal ini sesuai dengan
jawaban mereka yang mengatakan sangat setuju dan setuju (1,8).
Tabel 35
Guru memulai pembelajaran Dengan Hal-Hal Yang Mudah Difahami,
Disesuaikan Dengan Kemampuan Siswa(+)
2 Setuju 4 7,3%
3 Tidak Setuju 30 54,6%
4 Sangat Tidak Setuju 21 38,1%
Jumlah 55 100%
Dari tabel di atas tentang guru yang tidak mengajak siswa untuk aktif
dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilihat hasilnya bahwa responden
yang menjawab “Sangat Tidak Setuju” hanya 38,1%, yang menjawab
“Tidak Setuju” sebesar 54,6%, yang menjawab “Setuju” hanya 7,3 %, dan
tidak ada responden yang menjawab “Sangat Setuju”. Hal ini membuktikan
bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran guru mengajak para siswanya untuk
aktif dan perperan dalam proses belajar mengajar.
Tabel 39
Saya Meniliki Semangat Yang Besar Untuk Mengikuti Pembelajaran
Al-Qur’an (+)
Pada tabel 39 di atas tentang para siswa yang memiliki semangat yang
besar untuk mengikuti pembelajarn Al-Qur’an. Dalam hal ini sebagian
siswa menjawab sangat setuju jika dikatakan mereka semangat mengikuti
pembelajaran Al-Qur’an (41,8%), sebagian lagi menyatakan setuju (49,1%).
Namun, ada sebagian kecil dari para siswa menyatakan tidak setuju jika
dikatakan bahwa mereka memiliki semangat yang besar dalam mengikuti
pembelajaran Al-Qur’an (5,5%) dan sedikit siswa yang menyatakan sangat
tidak setuju (3,6%).
75
Tabel 40
Siswa Mempersiapkan Alat-Alat Yang Diperlukan Dalam Belajar
Al-Qur’an, misalnya: modul Iqra’ dan buku panduan (+)
Tabel 45
Siswa Tidak Mengetahui Huruf Hijaiyah Dimulai Dari Hamzah ( )أSampai
Iya ( )يSehingga Guru Harus Menjelaskan Dari Awal (-)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa dengan buku atau modul Iqro’
yang terdiri dari enam jilid membuat siswa semangat mengikuti pelajaran
Al-Qur’an, hal ini dibuktikan dengan jawaban para siswa yang menjawab
“Sangat Setuju” sebesar 72,7%, yang menjawab “Setuju” sebanyak 23,6%,
yang menjawab “Tidak Setuju” sebanyak 3,6%, dan tidak ada yang
menjawab sangat tidak setuju.
Data tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan adanya modul Iqra’
yang terdirin dari jilid 1 sampai 6, membuat mereka semakin semangat dan
senang dalam mengikuti pembelajaran membaca Al-Qur’an. Hal ini
menandakan bahwa lingkungan luar berupa sarana media Iqra’ bisa
dikatakan efektif.
Tabel 47
Dengan Kelas Yang Sejuk Dan Nyaman, Siswa Tetap Malas Mengikuti
Pelajaran Al-Qur’an (-)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa lingkungan kelas yang nyaman
membuat siswa menjadi semangat mengikuti pelajaran Al-Qur’an Hal ini
terbukti dari jawaban siswa yang menyatakan sangat tidak setuju apabila
siswa dikatakan malas belajar Al-Qur’an sekalipun suasana kelas sejuk dan
nyaman (47,3%), sebagian lagi menyatakan tidak setuju (49,1%). Namun,
hanya sedikit sekali dari siswa yang menyatakan tidak setuju jika dikatakan
malas belajar Al-Qur’an sekalipun suasana kelas sejuk dan nyaman (3,6%).
80
Tabel 48
Siswa Belajar Al-Qur’an Hanya Di Sekolah Saja, Tidak Belajar Di Tempat
Lain (-)
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa banyak siswa yang menyatakan
sangat tidak setuju jika dikatakan mereka belajar Al-Qur’an hanya disekolah
saja dan tidak belajar ditempat lain misalnya Majlis Ta’lim atau TPQ
disekitar rumah mereka (63,6%), sebagian lagi menyatakan tidak setuju jika
dikatakan belajar Al-Qur’an hanya disekolah saja tidak ditempat lain
(32,7%) dan sedikit sekali siswa yang menyatakan setuju jika dikatakan
hanya disekolah saja mereka belajar membaca Al-Qur’an (3,6%). Dari hasil
jawaban responden dapat dijelaskan bahwa lingkungan sosial yang baik dan
mendukung maka akan memberikan pengaruh positif kepada siswa dalam
membaca Al-Qur’an. Maksudnya yaitu jika dilingkungan tempat tinggal
siswa ada sebuah tempat yang mengajarkan Al-Qur’an misalnya seperti
TPQ atau majelis ta’lim, maka siswa yang tinggal di daerah tersebut akan
ikut bergabung untuk belajar Al-Qur’an.
Tabel 49
Siswa Malas Membaca Al-Qur’an Walaupun Mereka Melihat Orang Tua
Sering Membaca Al-Qur’an (-)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jawaban siswa tentang siswa yang
malas membaca Al-Qur’an walaupun mereka melihat orang tua sering dan
rajin membaca Al-Qur’an. Dalam hal ini sebagian besar para siswa
menyatakan sangat tidak setuju jika dikatakan siswa tetap malas membaca
Al-Qur’an sekalipun mereka melihat orang tua di rumah rajin membaca Al-
Qur’an (70,9%), sebagian lagi menyatakan tidak setuju (27,3%) dan sangat
sedikit siswa yang menyatakan sangat setuju apabila mereka melihat orang
tua yang rajin membaca Al-Qur’an tetapi mereka tetap malas membaca Al-
Qur’an (1,8%).
Berdasarkan data di atas dapat dijelaskan bahwa lingkungan luar yang
berasal dari keluarga memberikan pengaruh besar pada anak. Hasil tabel
diatas membuktikan bahwa orang tua yang sering membaca Alqur’an akan
memberikan contoh positif pada anak. Anak yang awalnya malas membaca
Al-Qur’an, tapi dengan melihat kedua orangtuanya rajin membaca Al-
Qur’an maka anak tersebut akan meniru kebiasaan orang tuanya untuk rajin
tadarus Al-Qur’an.
D. Analisis Data
Setelah diperoleh angka prosentase dari angket sebagaimana terlampir,
maka langkah selanjutnya yaitu mencari angka pengaruh antara variabel X
(Metode Iqra’) dan variabel Y (Efektifitas Pembelajaran Membaca Al-Qur’an)
dengan menggunakan rumus Product Moment sebagai berikut:
Tabel 50
Analisis Korelasi Variabel metode Iqra’ (X) dan Variabel Efektifitas
Pembelajaran Membaca Al-Qur’an (Y)
Responden X Y X2 Y2 XY
1
86 70 7396 4900 6020
2
85 70 7225 4900 5950
82
3
83 67 6889 4489 5561
4
83 70 6889 4900 5810
5
80 65 6400 4225 5200
6
85 62 7225 3844 5270
7
83 67 6889 4489 5561
8
85 70 7225 4900 5950
9
80 65 6400 4225 5200
10
84 69 7056 4761 5796
11
83 63 6889 3969 5229
12
83 67 6889 4489 5561
13
85 64 7225 4096 5440
14
86 72 7396 5184 6192
15
82 66 6724 4356 5412
16
88 68 7744 4624 5984
17
81 65 6561 4225 5265
18
82 66 6724 4356 5412
19
82 65 6724 4225 5330
20
83 65 6889 4225 5395
21
86 69 7396 4761 5934
22
84 71 7056 5041 5964
23
83 68 6889 4624 5644
24
86 67 7396 4489 5762
25
85 68 7225 4624 5780
26
81 63 6561 3969 5103
27
81 67 6561 4489 5427
28
86 68 7396 4624 5848
29
82 64 6724 4096 5248
30
83 66 6889 4356 5478
31
75 67 5625 4489 5025
32
79 67 6241 4489 5293
33
89 68 7921 4624 6052
34
85 66 7225 4356 5610
35
89 69 7921 4761 6141
83
36
83 64 6889 4096 5312
37
82 62 6724 3844 5084
38
84 69 7056 4761 5796
39
84 67 7056 4489 5628
40
82 64 6724 4096 5248
41
87 69 7569 4761 6003
42
81 67 6561 4489 5427
43
83 70 6889 4900 5810
44
77 64 5929 4096 4928
45
82 61 6724 3721 5002
46
83 68 6889 4624 5644
47
84 68 7056 4624 5712
48
80 67 6400 4489 5360
49
82 63 6724 3969 5166
50
79 65 6241 4225 5135
51
87 70 7569 4900 6090
52
74 61 5476 3721 4514
53
87 65 7569 4225 5655
54
74 62 5476 3844 4588
55
84 64 7056 4096 5376
Jumlah
4562 3654 378962 243144 303325
rxy
N XY X Y
N X 2
X N Y Y
2 2 2
rxy
55 x 303325 4562 3654
55 x 378962 4562 2
55 x 243144 3654
2
84
16682875 16669548
rxy
20842910 20811844 13372920 13351716
13327
rxy
31066 21204
13327
rxy
658723464
13327
rxy
25665 ,6
rxy 0 , 519
Dari perhitungan di atas diketahui bahwa korelasi antara efektifitas
pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK
Triguna Utama sebesar 0,519
Selanjutnya untuk menguji kebenaran / kepalsuan dari hipotesa yang telah
diajukan, dengan jalan membandingkan besarnya ”r” yang telah diperoleh di
dalam perhitungan (r hitung) dengan besarnya ”r” yang tercantum dalam tabel
”r” product moment. Dengan terlebih dahulu mencari ”df” (degrees of
freedom), yang rumusnya sebagai berikut:
df = N - nr
= 55 – 2
= 53
Setelah perhitungan dengan menggunakan rumus “df”, maka diperoleh ”df”
yaitu 53. Maka dapat dicari besarnya ”r” yang tercantum dalam tabel nilai ”r”
product moment, pada taraf signifikansi 5% dan taraf signifikansi 1%. Seperti
yang telah diketahui bahwa rxy = 0,519 dengan melihat tabel nilai ”r” product
moment pada taraf signifikansi 5% adalah sebesar 0,273 dan 1% sebesar 0,354.
Dengan demikian ”rxy” atau r hitung pada taraf signifikansi 5% dan taraf
signifikansi 1% lebih besar dari r tabel (0,519 > 0,273 dan 0,354), maka Ho
85
ditolak dan Ha disetujui atau diterima. Dengan demikian pada taraf signifikansi
5% dan 1% terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X dengan
variabel Y.
Nilai indeks koefisien korelasi sebesar 0,519 ternyata terletak antara 0,40 –
0,70. Berdasarkan pedoman yang telah dikemukakan sebelumnya, dikatakan
bahwa Angka 0,519 dalam kategori tingkat korelasi yang tergolong sedang
atau cukup. Dengan demikian secara sederhana dapat diberikan kesimpulan
bahwa terdapat korelasi positif antara efektiitas pembelajaran membaca Al-
Qur’an dengan menggunakan metode Iqra’ di SMK Triguna Utama.
Selanjutnya, untuk mengukur besarnya kontribusi atau sumbangan dari
variabel X terhadap variabel Y berdasarkan angka indeks korelasi (rxy) atau
“r” hitung sebesar = 0,519 tersebut diinterpretasikan “Berapa prosentase
variansi variabel pertama berasosiasi dengan variansi variabel kedua? Artinya,
berapa persen variansi penggunaan metode Iqra’ (Variabel X) berasosiasi
dengan variansi efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an (Variabel Y). Ini
dapat dihitung dengan menggunakan “Koefisien Determinasi” yakni
merupakan hasil kuadrat dari koefisien sederhana yang dinyatakan dengan
rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,5192 x 100%
= 0,26 x 100%
= 26 %
Dari hasil perhitungan di atas dapat diketahui besar koefisien determinasi
yaitu 26% yang berarti bahwa penggunaan metode Iqra’ mempunyai pengaruh
sebesar 26% terhadap efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an.
E. Interpretasi Data
Berdasarkan hasil analisa di atas dapat diinterpretasikan bahwa antara
efektifitas pembelajaran membaca Al-Qur’an dengan menggunakan metode
Iqra’ di SMK Triguna Utama terdapat hubungan positif yang signifikan, dan
korelasi tersebut adalah korelasi yang sedang atau cukup.
86
87
88
Arief, Armai. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press,
Cet. I, 2002.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka
Cipta, Cet. XIII, 2006.
Azra, Azyumardi, Esei-Esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos,
Cet. I, 1998
Baaqi’, Abdul, Shahih Muslim, Juz I, Beirut: Dar al-fikr, Ma‟rifai Al-rak‟ataini
Allataini Kana, no. 54, 1995.
Darka, Ahmad, Bagaimana Mengajar Iqro‟ dengan Benar, Jakarta: CV. Tunas Utama,
Cet. I, 2009.
Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksaan Pendidikan Agama Islam Pada SD, Jakarta:
CV Multiyasa, Cet. VI, 1996.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, Cet. I, 1998.
Djamarah, Syaiful Bahri, Guru dan Anak Didik, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka
Cipta, Cet. II, 2002.
Endang, “Efektifitas penggunaan metode Aba Ta Tsa dan Metode Iqra‟ dalam
pembelajaran Al-Qur‟an”, Skripsi Sarjana Strata I Pendidikan Agama Islam UIN
91
92
Gunawan, Arif, Rahasia Sukses Mengajar Buku Iqro‟ Yang Mudah dan Menyenangkan,
Jakarta: Yayasan Wakaf Madani, Cet. I, 2008.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VIII, 2008.
Muhammad, Abu Abdillah, Shahih Bukhori, Juz III, Beirut: Dar al-Fikr, Khoirukum
man Ta‟allam Al-Qur‟an wa „Allamahu, no. 5.027, 1995.
Nata, Abudin, Filsafat Pendidikan Islam I, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, Cet. I, 1997.
Purwanto, Ngalim, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Cet. XVI, 2004.
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, Cet. VII, 2008.
Rasyad, Aminuddin, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Uhamka Press, Cet.
IV, 2003.
93
Sabri, Alisuf, Ilmu Pendidikan, Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya, Cet. I, 1999.
Sudjana, Nana, Penilaian Proses Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Cet. III, 1991.
Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2005.
Tafsir, Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
Cet. IX, 2007.
Tim Penyusun Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktik Metodik
Kurikulm PBM, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet. V, 1993
Usman, Moh. Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet.
XXIII, 2009.
Zainuddin, dkk, Seluk Beluk Pendidikan dari Al-Ghazali, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. I,
1991.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ANGKET PENELITIAN TENTANG
EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN MEMBACA
AL-QUR’AN DENGAN MENGGUNAKAN METODE IQRA’
DI SMK TRIGUNA UTAMA CIPUTAT
TAHUN AJARAN 2010/2011
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin :
Tingkatan Bacaan :
Petunjuk Pengisian : Berilah tanda silang (x) pada salah satu huruf a, b, c dan d
sesuai dengan pilihanmu.
Pertanyaan-pertanyaan
1. Ketika membaca saya tidak mengeja bacaan, misalnya Alif fathah A, Ba
Fathah Ba, dan seterusnya
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
2. Guru tidak banyak menuntun bacaan namun sesekali hanya memberi contoh
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
3. Apabila ada bacaan yang tidak jelas, guru langsung memberikan penjelasan
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tudak Setuju
4. Guru menyimak bacaan siswa satu persatu secara bergantian
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
5. Buku/modul Iqra’ digunakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran
membaca Al-Qur’an
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
6. Ketika mengajar membaca, guru tidak berhadapan langsung dengan siswa
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
7. Saya tidak membaca 1 halaman penuh jika bacaan saya sudah lancar dan fasih
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
8. Guru memberikan reward pada siswa yang bagus bacaannya untuk menyimak
bacaan siswa yang lain
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
9. Ketika mengajar, guru mempraktekkan bacaan pada siswa dengan jelas dan
tidak banyak memberi penjelasan secara teori
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
10. Guru tidak memberikan kesempatan siswa untyuk menyimak bacaan siswa
yang lain
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
11. Karena simpelnya bentuk modul Iqra’, sehingga memudahkan saya untuk
membawanya dan membacanya dimanapun saya inginkan
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b.Setuju d. Sangat Tidak Setuju
12. Alasan modul Iqra’ digunakan oleh guru Al-Qur’an karena diawali dengan
materi yang mudah dan gampang
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. SangatTidak Setuju
13. Agar cepat naik pada jilid dan tingkatan yang lebih tinggi, saya menjadi rajin
mengikuti pelajaran Al-Qur’an
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
14. Guru menyemangati saya dengan memberikan modul Iqra’ yang beragam
warnanya, sehingga membuat saya tertarik untuk membacanya
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
15. Guru memberikan sanjungan dan pujian jika bacaan saya lancar dan benar
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
16. Guru selalu menganjurkan saya untuk menggunakan modul Iqra’ untuk awal
permulaan belajar Al-Qur’an
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
17. Guru tidak menegur ketika bacaan saya salah dan keliru
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
18. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan saya, maka guru mengacak dan
mencari bacaan yang sama dengan pokok bacaan saya. Misalnya saya baca A
dan Ba maka guru menunjuki huruf-huruf itu untuk saya baca
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
19. Guru menugaskan saya menulis huruf Arab setiap selesai membaca
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
20. Tulisan huruf Al-Qur’an saya menjadi bagus karena sering menulis
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
21. Guru selalu mengajak siswa untuk membaca shalawat setiap selesai
pembelajaran Al-Qur’an
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d.Tidak Pernah
22. Karena penyampaian guru tentang cerita-cerita Islami, saya jadi punya
pengetahuan tentang sejarah Islam
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
23. Ketika saya membaca, guru sering bermain tebak huruf hijaiyah
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
24. Guru Al-Qur’an tidak pernah mengadakan kuis interaktif masalah tajwid
dengan siswa dalam setiap pembelajaran Al-Qur’an di kelas.
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
25. Guru menegur siswa yang membuat gaduh di kelas dan memberikan hukuman
bagi yang melanggar
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
26. Guru mengingatkan siswa untuk rajin membaca Al-Qur’an agar bacaan Al-
Qur’an siswa menjadi semakin lancar dan bagus
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
27. Guru tidak memberikan penjelasan secara praktis, pada siswa yang memiliki
kesulitan membaca Al-Qur’an
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
28. Guru Al-Qur’an tidak memberikan evaluasi pada awal dan akhir pembelajaran
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
29. Guru memulai pembelajaran dengan hal-hal yang mudah difahami,
disesuaikan dengan kemampuan siswa
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
30. Guru menyiapkan peralatan mengajar yang disesuaikan dengan materi yang
akan diajarkan.
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
31. Guru tidak menggunakan metode Iqra’ dalam mengajar
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
32. Guru tidak mengajak siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
33. Saya memiliki semangat yang besar untuk mengikuti pembelajaran Al-Qur’an
a. Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
34. Saya mempersiapkan alat-alat yang diperlukan dalam belajar Al-Qur’an
misalnya modul Iqra’ dan buku panduan.
a.Selalu c. Kadang-Kadang
b. Sering d. Tidak Pernah
35. Sebelum masuk kelas, saya melancarkan bacaan saya
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak
Setuju
36. Saya selalu melanggar aturan yang dibuat oleh guru, misalnya sering datang
terlambat, membuat gaduh di kelas, tidak mengulang-ulang bacaan dan
sebagainya.
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
37. Saya mengetahui bentuk tanda baca , seperti syakal dan syiddah
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
38. Saya berusaha membaca Al-Qur’an sesuai kaidah ilmu tajwid
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
39. Saya tidak mengetahui huruf hijaiyah dimulai dari hamzah ( )أsampai iya () ي
sehingga guru harus menjelaskan dari awal
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
40. Dengan adanya modul Iqra’ dari jilid 1-6, saya jadi makin semangat belajar
Al-Qur’an
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
41. Dengan kelas yang sejuk dan nyaman, saya tetap malas mengikuti pelajaran
Al-Qur’an
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d. Sangat Tidak Setuju
42. Saya belajar Al-Qur’an hanya di sekolah saja tidak belajar ditempat yang lain
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
43. Saya malas membaca Al-Qur’an sekalipun saya melihat orang tua sering
membaca Al-Qur’an
a. Sangat Setuju c. Tidak Setuju
b. Setuju d.Sangat Tidak Setuju
Analisa Data Hasil Angket Penggunaan Metode Iqro' di SMK Triguna Utama Ciputat (Variabel X)
Pokok Pertanyaan
1. Sejak kapan pelajaran membaca Alqur’an diberlakukan di seolah ini?
Jawab: pelajaran membaca Alqur’an mulai diadakan dan dimasukkan ke
dalam muatan lokal sejak tahun 2005
2. Apa yang melatarbelakangi pelajaran membaca Alqur’an dijadikan sebagai
muatan lokal di sekolah ini?
Jawab: ada 2 alasan yang melatarbelakangi diadakannya pelajaran membaca
Alqur’an diantaranya yaitu:
a. Sebagai bentuk keprihatinan sekolah karena melihat anak-anak Islam
yang memang berlatar belakang Islam tapi tidak dapat membaca
Alqur’an dan belum bisa membaca bacaan shalat.
b. Diantara tujuan dalam shalat itu ialah mencegah perbuatan keji dan
munkar. Hal ini juga bersesuaian dengan tujuan yang diinginkan oleh
sekolah yaitu agar akhlak dan budi pekerti siswa menjadi baik dengan
mampunya para siswa membaca Alqur’an yang nantinya akan
diaplikasikan di dalam bacaan shalat. Dengan begitu jika shalatnya
baik maka akan baik pula seluruh perbuatan yang dilakukan para
siswa.
Oleh karena itu pelajaran membaca Alqur’an dipisahkan dari pelajaran
pendidikan agama Islam karena melihat kepentingan/urgensi yang ada
dalam membaca Alqur’an.
3. Apa saja sarana dan prasarana yang disediakan oleh sekolah agar
pembelajaran membaca Alqur’an dapat terlaksana dengan efektif?
Jawab: diantaranya yaitu mushaf Alqur’an, modul Iqro’ (jilid 1 sampai 6),
media proyektor, OHP, LCD, dan sebagainya.
4. Apakah selama ini bapak sudah puas dengan pelaksanaan pembelajaran
membaca Alqur’an di sekolah ini?
Jawab: belum puas, karena saya merasa bahwa waktu yang disediakan masih
kurang untuk pelaksanaan pembelajaran ini, namun jika ditambahkan lagi
waktunya itu tidak memungkinkan karena akan banyak lagi jadwal yang akan
berubah.
Interviewer Interviewee
Pokok Pertanyaan
1. Sejak kapan Bapak bertugas sebagai guru Alqur’an di sekolah ini?
Jawab: Sejak tahun 2003 yakni ketika masuk pertengahan semester kedua
tepatnya pada tahun ajaran 2004/2005
2. Bagaimana pelaksanaan Pembelajaran membaca Alqur’an di sekolah ini?
Jawab: Proses pembelajaran membaca Alqur’an dilaksanakan dengan
tetap mengacu pada petunjuk dan arah yang telah ditentukan dan
digariskandalam kurikulum. Keunggulan pembelajaran Alqur’an di
sekolah ini ialah pembelajaran dilakukan setiap hari di semua kelas X, XI
dan XII di SMK Triguna Utama dan merupakan salah satu dari muatan
lokal.
3. Apa saja penunjang yang menjadikan pembelajaran membaca Alqur’an di
sekolah ini terlaksana dengan baik?
Jawab: Diantara faktor yang menunjang pembelajaran ini antara lain yaitu
adanya dukungan besar dari pihak yayasan dan sekolah dengan
menyediaka berbagai macam sarana dan media yang diperlukan misalnya
mushaf Alqur’an, Modul Iqro’ dari jilid 1-6, kelas yang luas dan ber-AC,
musholla, Multimedia, LCD, dan Proyektor. Ditambah lagi dengan adanya
kerjasama dari para orang tua siswa yang mengontrol dan selalu
mengingatkan anak-anak mereka agar tidak lupa membawa alat alat yang
digunakan dalam pembelajaran membaca Alqur’an. Diantara faktor yang
lain yakni penggunaan metode yang disesuaikan dengan pembelajaran
Alqur’an dan berbagai macam strategi yang mendukungsehingga
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
4. Apa saja faktor yang menghambat terlaksananya pembelajaran membaca
Alqur’an di sekolah ini?
Jawab: Diantara faktor yang menghambat pembelajaran yakni datang dari
para siswa yang terkadang masih kurang semangat mengikuti pelajaran
membaca Alqur’an. Hal itu terjadi karena masih kurangnya kesadaran dari
para siswa tentang pentingnya memiliki kemampuan membaca Alqur’an.
5. Langakah apa saja yang Bapak lakukan untuk mengatasi hambatan
tersebut?
Jawab: Untuk mengatasi hambatan tersebut, saya sebagai guru Alqur’an
selalu memberi nasehat dan membangun semangat para siswa dengan
selalu memberikan sharing dan berbagi cerita, baik di dalam kelas maupun
di luar kelas. Dan memberikan tauladan dengan sikap-sikap yang baik
dalam interaksi sehari-hari.
6. Apa saja strategi yang Bapak lakukan dalam mengefektifkan pembelajaran
membaca Alqur’an dengan metode Iqro’?
Jawab: Strategi yang saya lakukan agar pembelajaran Alqur’an dengan
metode Iqro dapat efektif diantaranya yaitu dengan strategi tahsinul
kitabah dan shalawat atau bernyanyi. Setiap anak-anak selesai membaca di
hadapan guru, siswa diperintahkan untuk menulis bacaan mereka. Dan
dalam kegiatan pembelajaran setiap awal dan akhir pembelajaran selalu
bernyanyi dengan melantunkan shawalat.
7. Menurut Bapak, apakah metode Iqro’ yang digunakan telah memadai dan
efektif sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai?
Jawab: Menurut saya dengan metode iqro’ pembelajaran menjadi efektif
dan tujuan dapat tercapai. Hal ini terbukti dari kemampuan para siswa
yang telah mengikuti pembelajaran, yang awalnya mereka tidak dapat
membaca dan mengenal huru, namun setelah mengikuti pembelajaran
mereka mereka sedikit-sedikit sudah bisa membaca Alqur’an. Sekalipun
mereka belum mengenal secara teori tentang hukum bacaan tajwid, namun
mereka sudah mampu mempraktekkannya secara langsung ketika
membaca.
8. Berdasarkan metode pembelajaran yang dilakukan, apakah terdapat
perbedaan dari segi peningkatan kemampuan siswa sebelum
dilaksanakannya pembelajaran membaca Alqur’an dan sesudahnya?
Jawab: Jelasnya ada, itu kan dapat dilihat dari siswa yang sebelumnya
kurang dan tidak mampu membaca dan menulis huruf-huruf Alqur’an,
setelah mengikuti pembelajaran siswa mulai lancar membaca dan mampu
menulis huruf-huruf Alqur’an serta pengetahuannya menjadi bertambah.
9. Bagaimana perhatian kepala sekolah dalam pembelajaran membaca
Alqur’an?
Jawab: Kepala Sekolah sangat memberikan perhatian yang cukup besar
dalam pelaksanaan pembelajaran membaca Alqur’an, hal ini dibuktikan
dari penyediaan sarana dan media dari sekolah yang memadai sehingga
pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
Interviewer Interviewee