Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Zakat adalah salah satu rukun Islam yang merupakan kewajiban agama
yang dibebankan atas harta kekayaan seseorang menurut aturan agama. Zakat
bukanlah pajak yang merupakan sumber pendapatan utama negara dan maka
dari itu keduanya harus dibedakan. Perkataan zakat disebut sebanyak 82 kali
dalam al-Qur’an. Ini menunjukan pentingnya lembaga zakat itu. Lembaga zakat
sangat penting dalam menyusun kehidupan yang humanis dan harmonis.
Seiring dengan perkembangan zaman, hal-hal yang berkaitan dengan zakat pun
ikut mengalami perkembangan, dari instrumennya, muzakki dan mustahiqnya
pun mengalami transformasi yang membutuhkan pembahasan lebih detail.
Karena apa yang telah dirumuskan oleh ulama terdahulu dirasa sudah tidak
sesuia dengan perkembangan zaman yang ada.
Di Indonesia telah mengenal wakaf baik setelah Islam masuk maupun
sebelum Islam masuk. Di tanah jawa, lembaga-lembaga wakaf telah dikenal
pada masa Hindu-Buddha yaitu dengan istilah Sima dan Dharma. Akan tetapi
lembaga tersebut tidak persis sama dengan lembaga wakaf dalam hukum Islam.
Dan peruntukannya hanya pada bidang tanah hutan saja atau berupa tanah saja.
Umumnya, wakaf yang dikenal pada masa sebelum Islam atau oleh agama-
agama lain diluar Islam hampir sama dengan Islam, yaitu untuk peribadatan.
Dengan kata lain lambaga wakaf telah dikenal oleh masyarakat pada peradaban
yang cukup jauh dari masa sekarang. Namun tujuan utama dari wakafnya yang
berbeda-beda (untuk mendapat pahala, hanya untuk masyarakat umum, dll).
Sedangkan setelah masuknya Islam istilah wakaf mulai dikenal.

2. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dan dasar hokum dari zakat?
2) Bagaimana pengelolaan zakat?
3) Apa pengertian dan dasar hukum wakaf?
4) Bagaimana cara pengelolaan wakaf?
3. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian zakat dan wakaf
2) Untuk mengetahui dasar hukum zakat dan wakaf
3) Untuk mengetahui pengelolaan zakat
4) Untuk mengetahui pengelolaan wakaf
4. Manfaat
1. Membuat kita memahami pengertian zakat dan wakaf
2. Mengetahui pembagian zakat dan wakaf
3. Mengetetahui pengelolaan zakat dan wakaf

Page | 1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Zakat
Zakat merupakan salah satu pilar dalam islam karena termasuk
dalam instrument atau rukun islam, zakat menurut bahasa berarti ‫التطهير‬
(mensucikan) dan ‫( النماء‬tumbuh), sedangkan secara syara’ zakat adalah
suatu istilah untuk barang yang wajib dikeluarkan seseorang atas harta
bendanya dengan syarat-syarat tertentu serta harus didistribusikan untuk
kelompok-kelompok tertentu.
Zakat dapat dikenakan kepada seseorang jika sudah memenuhi
beberapa ketentuan: 1. Islam, 2. Merdeka, 3. Harta milku al-tam, 4. Sudah
mencapai nisab, 5. Mencapai haul (setahun penuh) kecuali untuk zakat
pertanian. Zakat sendiri terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Zakat fitrah
Zakat fitrah merupakan zakat yang diwajibkan pada semua orang
muslim sehingga zakat fitrah juga disebut zakat badan, yang
bertujuan untuk memfitrahkan (mensucikan) sho`im (orang yang
berpuasa) dari kotoran rohani atau sebagai penambal kekurangan
saat berpuasa, bahkan ada yang menggambarkan puasa ramadlan
dan zakat fitrah itu seperti sholat dan sujud sahwi, dimana hal satu
menjadi pengisi kekurangan dalam hal lainnya.
Pada zakat fitrah tak mengenal nishab dan haul, karena syarat
wajib pada zakat fitrah cukup ketika muzakki mempunyai
kelebihan dari kebutuhannya dan orang-orang dalam
tanggungannya pada malam hari raya dan esoknya.Pembayarannya
dengan menggunakan makanan pokok yang ada dalam wilayah
muzakki, sedangkan waktu pembayaranya adalah sebelum
datangnya fajar hari raya idul fitri.
b. Zakat mal

Page | 2
Zakat mal diwajibkan oleh Allah pada tahun ke 2 H, zakat mal
sendiri terbagi menjadi beberapa macam, diantaranya: zakat emas
perak, zakat ternak, zakat pertanian, zakat tijarah (perdagangan)
dan lain-lain.

2. Dasar Hukum Zakat

Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima, yang disyariatkan
pada tahun kedua dari hijriyah, yang wajib dikeluarkan (dibayar) oleh orang
islam yang memiliki kemampuan dan kecukupan yang lebih. adapun dalil
untuk zakat itu sendiri terdapat dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 43:

َ‫الر ِك ِع ۡين‬ َّ ‫ص ٰلوة َ َو ٰاتُوا‬


ّٰ ‫الز ٰكوة َ َو ۡار َكعُ ۡوا َم َع‬ َّ ‫َواَقِ ۡي ُموا ال‬
"Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta
orang-orang yang ruku' " (Al-Baqarah : 43)

Dan surat Al-Hajj ayat 41:


ؕ‫ف َونَ َه ۡوا َع ِن ۡال ُم ۡنك َِر‬
ِ ‫الز ٰكوة َ َواَ َم ُر ۡوا ِب ۡال َمعۡ ُر ۡو‬
َّ ‫ص ٰلوة َ َو ٰات َُوا‬ ِ ‫ا َ لَّ ِذ ۡينَ ا ِۡن َّم َّكنّٰ ُه ۡم فِى ۡاۡلَ ۡر‬
َّ ‫ض اَقَا ُموا ال‬
‫َو ِ ّّٰلِلِ َعاقِبَةُ ۡاۡلُ ُم ۡو ِر‬
"[yaitu] orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka
di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang,
menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma’ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali
segala urusan" (Al-Hajj : 41)

3. Pengelolaan Zakat
1. Pengertian
Pengeloaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian
serta pendayagunaan zakat (pasal 1 angka 1 undang-undang).
Jadi, dalam pengelolaan zakat dapat dipikirkan cara-cara pelaksanaannya
dengan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tujuan zakat ialah
meningkatkan taraf hidup anggota masyarakat yang lemah ekonomi dan

Page | 3
mempercepat kemajuan agama Islam menuju tercapainya masyarakat yang
adil, maju dan makmur diridhoi oleh Allah SWT.
Apabila tidak mencukupi dana yang dikumpulkan melalui zakat (2,5 kg)
maka Islam memberikan pemungutan tambahan terhadap harta kekayaan
masyarakat. Seperti yang ditegaskan oleh hadits Nabi Muhammad
ِ ‫الزكَا ِة َحقًّا ِس َوى ال َما ِل‬.
َّ ‫فى‬
‫إن‬ َّ

Artinya : Sesungguhnya didalam harta kekayaan itu ada selain


zakat
Pada intinya Islam membukakan pintu kesejahteraan pemerataan ekonomi
menuju ke masyarakat yang adil dan makmur. Disini selain harta kekayaan
disalurkan untuk zakat, harta itu bisa disalurkan misalnya lewat shadaqah
dan infaq.
2. Asas Pengelolaan

Pengelolaan zakat berasaskan iman dan takwa, keterbukaan dan kepastian


hukum sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (pasal 4
undang-undang).
3. Tujuan pengelolaan
Tujuan pengelolaan zakat adalah:
a) Meningkatkan pelayanan dalam menunaikan zakat, sesuai dengan
tuntutan zaman.
b) Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
c) Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat (pasal 5 undang-
undang).

4. Badan Pengelolaan Zakat

Berdasarkan pasal 6, 7, 8, 9, 10 UU No. 38 Tahun 1999 . Pasal 1


s.d. pasal 12, pasal 21, 22, 23 dan 24 KMA No. 581 tahun 1999, organisasi
pengelolaan zakat dapat dilakukan oleh Badan Amil Zakat (BAZ) dan
Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZ dan LAZ mempunyai tugas pokok
mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunaan zakat sesuai
dengan ketentuan agama. Dalam melaksanakan tugasnya LAZ dan BAZ
bertanggung jawab kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya (pasal
8 dan 9 undang-undang jo. Pasal 1 KMA).

1) Badan Amil Zakat (BAZ)

Page | 4
BAZ adalah organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh
pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas
mengumpulkan, mendistribusikan, mendayagunaan zakat sesuai dengan
ketentuan agama. Badan Amil Zakat meliputi BAZ Nasional, BAZ
Propinsi, BAZ Kabupaten/Kota, BAZ Kecamatan.
Badan Amil Zakat terdiri atas ulama, kaum cendekia, tokoh
masyarakat, tenaga professional dan wakil pemerintah. Mereka harus
memenuhi persyaratan-persyaratan antara lain : memiliki sifat amanah,
adil, berdedikasi, professional dan berintergritas tinggi. Masa tugas
pelaksanaannya selama tiga tahun.

a) Tanggung jawab, wewenang dan tata kerja BAZ meliputi :


a. Ketua badan pelaksana BAZ bertindak dan bertanggung jawab
untuk dan atas nama Badan Amil Zakat baik ke dalam maupun keluar.
b. Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing BAZ menerapkan
prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di lingkungan masing-
masing, serta melakukan konsultasi dan memberikan informasi antar BAZ
di semua tingkatan.
c. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan BAZ bertanggung
jawab mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan
bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan.
d. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan BAZ wajib
mengikuti dan mematuhi ketentuan serta bertanggung jawab kepada atasan
masing-masing dan menyampaikan berkala tepat pada waktunya.
e. Setiap kepala divisi/bidang/seksi/urusan BAZ menyampaikan
laporan dengan kepala BAZ melalui sekretaris, dan sekretaris menampung
laporan-laporan tersebut serta menyusun laporan-laporan berkala BAZ.
f. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan BAZ wajib diolah dan
digunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk
memberikan arahan kepada bawahannya.
g. Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi
BAZ dibantu oleh kepala satuan organisasi di bawahnya dan dalam rangka
pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan
rapat bekala.
h. Dalam melaksanakan tugasnya BAZ memberikan laporan tahunan
kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya.

b) Pembentukan dan Tempat Kedudukan Badan Amil Zakat

1. Tingkat Nasional dibentuk oleh Presiden dan usul Menteri


Agama. BAZ Nasional berkedudukan di Ibu Kota Negara.

2. Tingkat Propinsi dibentuk oleh Gubernur dan usul Kantor


Wilayah Departemen Agama Propinsi. BAZ Propinsi
berkedudukan di ibu kota Propinsi,

Page | 5
3. Tingkat Kabupaten/Kota dibentuk oleh Bupati/Walikota dan
Departemen Agama Kabupaten/Kota. Berkedudukan di ibu kota
Kabupaten/Kota.

4. Tingkat Kecamatan dibentuk oleh camat atau usul Kantor Kepala


Kantor Urusan Agama Kecamatan. Berkedudukan ibu kota
Kecamatan.

c) Susunan Badan Amil Zakat

Susunan BAZ disemua tingakatannya sama yaitu : Dewan


Pertimbangan, Komisi Pengawas dan Badan Pelaksana.

d) Tugas Badan Amil Zakat

Tugas BAZ dari Nasional sampai Kecamatan sebagai berikut :


i. Menyelenggarakan tugas administratif dan teknis
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
ii. Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan untuk
penyusunan rencana pengelolaan zakat.
iii. Menyelenggarakan bimbingan di bidang pengelolaan,
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat.
iv. Melaksanakan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat, menyusun rencana dan program
pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan
dan pengembangan pengelolaan zakat. (tingkat
Kabupaten/Kota dan Kecamatan)
v. Menyelenggarakan tugas penelitian dan pengembangan,
komunikasi informasi, dan edukasi pengelolaan zakat. (tingkat
Nasional dan propinsi)

2) Lembaga Amil Zakat (LAZ)

a. Pengertian dan Kedudukan Lembaga Amil Zakat

Lembaga Amil Zakat adalah intitusi pengelolaan zakat yang


sepenunya dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang
bergerak di bidang da’wah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat
Islam. Lembaga Amil Zakat dikukuhkan, dibina dan dilindung pemerintah.
Dalam melaksanakan tugasnya LAZ memberikan laporan kepada
pemerintah sesuai dengan tingkatannya (pasal 31 KMA).
b. Pengukuhan Lembaga Amil Zakat
Pengukuhan LAZ dilakukan oleh pemerintah atas usul LAZ yang
telah memenuhi persyaratan. Pengukuhan dilaksanakan setelah

Page | 6
terlebih dahulu dilakukan penelitian persyaratan. Pengukuhan
dapat dibatalkan apabila LAZ tersebut tidak lagi memenuhi
persyaratan.

c. Syarat-syarat Lembaga Amil Zakat


Lembaga Amil Zakat yang diusulkan kepada pemerintah untuk
mendapat pengukuhan, harus memenuhi syarat-syarat sebagi
berikut (pasal 22 KMA) :
1. Berbadan hukum;
2. Memiliki data muzaki dan mustahiq;
3. Memiliki program kerja;
4. Memiliki pembukuan;
5. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit.

4. Pengertian Wakaf
i. Pengertian Wakaf
Secara etimologi, wakaf berasal dari perkataan Arab “waqf” yang berarti
pada dasarnya berarti menahan, berhenti, atau diam. Sebagai satu istilah
dalam syariah Islam, wakaf dapat diartkan sebagai penahanan hak milik atas
materi benda untuk tujuan menyedekahkan manfaat. Jadi dapat disimpulkan
bahwa wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat atau harta yang
diwakafkan kepada orang yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan
ajaran agama Islam.

ii. Syarat Wakaf


Sebelum berlanjut ke syarat wakaf, ada beberapa rukun wakaf yang harus
Anda penuhi sebelum memberikan wakaf, berikut ulasannya.

1. Orang yang berwakaf

Adapun orang yang mau mewakfkan hartanya harus memiliki


beberapa syarat sebagai berikut ini :
 Memiliki kuasa penuh atas harta yang akan diwakafkan.
 Berakal sehat
 Baligh
 Mampu bertindak secara hokum

2. Benda yang diwakafkan
Dan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh benda yang akan
diwakafkan.
 Barang yang diwakafkan adalah barang berharga.
 Pasti diketahui kadarnya

Page | 7
 Harta yag diwakafkan memiliki pemilik.
 Harta itu harus harta sendiri yang tidak memakan harta milik orang
lain.
3. Orang yang menerima wakaf
Ada beberapa kriteria atau syarat untuk orang yang akan menerima wakaf
diantaranya adalah muslim, orang yang berhak menerima wakaf, orang
bodoh atau budak, dan untuk kepentingan agama Islam.

4. Ikrar wakaf
Sedangkan untuk ikrar wakaf harus diucapkan oleh orang yang ingin
mewakafkan hartanya dengan mengucapkan ikrar wakaf secara tegas,
mengerti maksudya dan bisa didengar oleh saksi.

5. Saksi
Dan saksi dalam wakaf pun memiliki syarat seperti sehat, muslim, berakal,
baligh dan mengerti mengenai hukum wakaf.

iii. Macam-Macam Wakaf


Adapun beberapa macam wakaf yang perlu kalian ketahui, sebagai berikut.

1. Wakaf ahli
Untuk jenis yang pertama, adalah wakaf yang diperuntukkan bagi
kepentingan dan jaminan sosial dalam lingkungan keluarga atau kerabat
sendiri.

2. Wakaf khairi
Sedangkan untuk wakaf jenis kedua adalah yang bertujuan untuk
kepentingan umum dan penggunaannya benar-benar untuk beribadah pada
Allah.

iv. Tujuan Wakaf


Ada beberapa tujuan wakaf yang bermanfaat untuk kaum muslim dan
agama Islam yaitu.

1. Memperbanyak harta untuk kemaslahatan umum dan khusus sehingga


menjadikan pebuatan manusia tidak terpotong pahalanya hingga kematian
datang.
2. Pemberian wakaf itu merupakan sumber dari bersihnya hati yang tidak
dicampuri oleh keraguan-keraguan, karena hal itu merupakan bukti danya
kebaikan dan kedemawanan seseorang dengan rasa tulus dan ikhlas.

Page | 8
3. Memperluas semua jalan yang bersumber pada kecintaan orang yang
memberikan harta.

v. Fungsi Wakaf
Wakaf berfungsi untuk mewujudkan potensi dan manfaat ekonomis harta
benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan
kesejahteraan umum.

5. Dasar Hukum Wakaf

Menurut Al-Quran

Secara umum tidak terdapat ayat al-Quran yang menerangkan konsep wakaf
secara jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka dasar
yang digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini
didasarkan pada keumuman ayat-ayat al-Quran yang menjelaskan tentang
infaq fi sabilillah.Di antara ayat-ayat tersebut antara lain:

“Hai orang-orang yang beriman! Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian


dari hasil usaha kamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang Kami
keluarkan dari bumi untuk kamu.” (Q.S. al-Baqarah (2): 267)

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum


kamu menafkahkan sebagian dari apa yang kamu cintai.” (Q.S. Ali Imran
(3): 92)

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang


menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih
yang menumbuhkan tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi sesiapa yang Dia kehendaki, dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah (2):
261)

Menurut Hadis

Di antara hadis yang menjadi dasar dan dalil wakaf adalah hadis yang
menceritakan tentang kisah Umar bin al-Khaththab ketika memperoleh
tanah di Khaibar. Setelah ia meminta petunjuk Nabi tentang tanah tersebut,
Nabi menganjurkan untuk menahan asal tanah dan menyedekahkan
hasilnya.

Hadis tentang hal ini secara lengkap adalah; “Umar memperoleh tanah di
Khaibar, lalu dia bertanya kepada Nabi dengan berkata; Wahai Rasulullah,
saya telah memperoleh tanah di Khaibar yang nilainya tinggi dan tidak
pernah saya peroleh yang lebih tinggi nilainya dari padanya. Apa yang

Page | 9
baginda perintahkan kepada saya untuk melakukannya? Sabda Rasulullah:
“Kalau kamu mau, tahan sumbernya dan sedekahkan manfaat atau
faedahnya.” Lalu Umar menyedekahkannya, ia tidak boleh dijual, diberikan,
atau dijadikan wariskan. Umar menyedekahkan kepada fakir miskin, untuk
keluarga, untuk memerdekakan budak, untuk orang yang berperang di jalan
Allah, orang musafir dan para tamu. Bagaimanapun ia boleh digunakan
dengan cara yang sesuai oleh pihak yang mengurusnya, seperti memakan
atau memberi makan kawan tanpa menjadikannya sebagai sumber
pendapatan.”

Hadis lain yang menjelaskan wakaf adalah hadis yang diceritakan oleh
imam Muslim dari Abu Hurairah. Nas hadis tersebut adalah; “Apabila
seorang manusia itu meninggal dunia, maka terputuslah amal perbuatannya
kecuali dari tiga sumber, yaitu sedekah jariah (wakaf), ilmu pengetahuan
yang bisa diambil manfaatnya, dan anak soleh yang mendoakannya.”

Selain dasar dari al-Quran dan Hadis di atas, para ulama sepakat (ijma’)
menerima wakaf sebagai satu amal jariah yang disyariatkan dalam Islam.
Tidak ada orang yang dapat menafikan dan menolak amalan wakaf dalam
Islam karena wakaf telah menjadi amalan yang senantiasa dijalankan dan
diamalkan oleh para sahabat Nabi dan kaum Muslimim sejak masa awal
Islam hingga sekarang.

Dalam konteks negara Indonesia, amalan wakaf sudah dilaksanakan oleh


masyarakat Muslim Indonesia sejak sebelum merdeka. Oleh karena itu pihak
pemerintah telah menetapkan Undang-undang khusus yang mengatur tentang
perwakafan di Indonesia, yaitu Undang-undang nomor 41 tahun 2004 tentang
Wakaf. Untuk melengkapi Undang-undang tersebut, pemerintah juga telah
menetapkan Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Undang-undang nomor 41 tahun 2004.

6. Pengelolaan Wakaf

Untuk mengelola harta wakaf maka dibutuhkan pengelola atau


dalam fiqh disebut dengan nadzir. Nadzir berasal dari kata kerja bahasa
Arab nadzara-yandzuru nadzaran yang mempunyai arti, menjaga,
memelihara, mengelola dan mengawasif. Adapun nadzir adalah isim fa'il
dari kata nadzir yang kemudian dapat diartikan dalam bahasa Indonesia
dengan pengawas (penjaga). Sedangkan nadzir wakaf atau biasa disebut
nadzir adalah orang yang diberi tugas untuk mengelola wakaf.
Nadzir wakaf adalah orang atau badan hukum yang memegang
amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai dengan wujud
dan tujuan wakaf tersebut.[3]Sedangkan menurut undang-undang nomor

Page | 10
41 tahun 2004 pasal 1 ayat (4) tentang wakaf menjelaskan bahwa Nadzir
adalah pihak yang menerima hartabenda wakaf dari wakif untuk dikelola
dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
a. Badan Wakaf Indonesia
Untuk mengelola wakaf di Indonesia secara profesional, yang
pertama-tama adalah pembentukan suatu badan atau lembaga yang
mengkordinasi secara nasional bernama Badan Wakaf Indonesia. (BWI).
Badan Wakaf Indonesia di berikan tugas mengembangkan wakaf secara
produktif dengan membina Nazhir wakaf (pengelola wakaf) secara nasional,
sehingga wakaf dapat berfungsi untuk meningkatkan taraf hidup
masyarakat. Dalam pasal 47 ayat 2 disebutkan bahwa Badan Wakaf
Indonesia bersifat independent, dan pemerintah sebagai fasilitator. Tugas
utama badan ini adalah memberdayaan wakaf melalui fungsi pembinaan,
baik wakaf benda bergerak maupun benda yang bergerak yang ada di
Indonesia sehingga dapat memberdayakan ekonomi umat.
Badan Wakaf Indonesia ini mempunyai tugas:
a. Melakukan pembinaan terhadap Nadzir dalam mengelola dan
mengembangkan harta wakaf
b. Melakukan pengelolaan dan pengembangan harta wakaf berskala
nasional dan internasional
c. Memberikan persetujuan dan/atau izin atas perubahan peruntukan
dan status harta benda wakaf
d. Memberhentikan dan mengganti Nadzir
e. Memberikan persetujuan atas penukaran harta benda wakaf, dan
f. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam
penyusunan kebijakan di bidang perwakafan. [5]
Disamping memiliki tugas-tugas konstitusional, BWI harus
menggarap wilayah tugas:
a. Merumuskan kembali fikh wakaf baru diIndonesia, agar wakaf
dapat dikelola lebih praktis, fleksibel dan modern tanpa kehilangan
wataknya sebagai lembaga Islam yang kekal.
b. Membuat kebijakan dan strategi pengelolaan wakaf produktif,
mensosialisasikan bolehnya wakaf benda-benda bergerak dan
sertifikat tunai kepada masyarakat.
c. Menyusun dan mengusulan kepada pemerintah regulasi bidang
wakaf kepada pemerintah.

Agar pengelolaan wakaf dapat berjalan dengan optimal maka ada


persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengelola wakaf (nadzir) ataupun
dalam pengelolaannya.

Page | 11
Dalam UU NO 41 Tahun 2004 tentang wakaf disebutkan bahwa syarat-
syar pengelola wakaf yaitu :
1. Nadzir Perseorangan
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a hanya dapat menjadi Nazhir
apabila memenuhi persyaratan:
a. warga negara Indonesia;
b. beragama Islam;
c. dewasa;
d. amanah;
e. mampu secara jasmani dan rohani; dan
f. tidak terhalang melakukan perbuatan hukum

2. Organisasi
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b hanya dapat menjadi Nadzir
apabila memenuhi persyaratan :
a. pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan
nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1); dan
b. organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan,
kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam
4. Badan Hukum
Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c hanya dapat menjadi Nazhir
apabila memenuhi persyaratan:
a. penguruS badan hukum yang bersangkutan memenuhi persyaratan
nazhir perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ); dan
b. badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan
perundang.undangan yang berlaku; dan
c. badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial,
pendidikan, kemasyarakatan, dan/atau keagamaan Islam.
Dalam UU NO 41 Tahun 2004 disebutkan pula mengenai syarat-syarat
pengelolaan wakaf yaitu:
a. Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf
sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya.(Pasal 42)
b. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh Nazhir
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan prinsip
syariah.
c. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara produktif.
d. Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf yang
dimaksud pada ayat (1) diperlukan penjamin, maka digunakan lembaga
penjamin syariah.

Page | 12
e. Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, Nazhir
dilarang melakukan perubahan peruntukan harta benda wakaf kecuali atas
dasar izin tertuli dari Badan Wakaf Indonesia.(Pasal 44).

Page | 13
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Manusia sebagai penguasa di muka bumi ini diberi titipan oleh
Allah berupa materi. Kerakusan dan ketamakan manusia terhadap harta
(materi) menghilangkan etika martabat manusia. Untuk membawa
martabat manusia menjadi lebih baik maka Allah menciptakan syariat
yaitu dengan adanya zakat. Allah juga memberikan ilmu pengetahuan
zakat kepada mereka tentang cara pengelolaan zakat sehingga
mensejahterakan umat manusia disemua kalangan. Dalam pengelolaan
(manajemen) zakat tentunya ada sebuah lembaga atau organisasi yaitu
Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang memiliki
fungsi masing-masing untuk menjalankan tugasnya.
Wakaf hukumnya sunah. Rukun wakaf terdiri dari wakif, maukuf
lahu, maukuf, lafal/sighat wakuf. Wakaf memliki syarat-syarat bagi
pewakaf, salah satunya yaitu pewakaf boleh menentukan apa saja
syarat yang ia inginkan dalam wakafnya. Dalam kekuasaan wakaf bahwa
wali wakaf adalah harus orang yang berakal sehat.baligh, pandai
menggunakan harta, dan bisa di percaya. bahkan mensyaratkan ia harus
adil dan mempunyai sifat amanat dan bisa dipercaya. di tambah dengan
kemampuan mengelola wakaf secara sempurna.
Barang wakaf tidak boleh diberikan, dijual atau dibagikan. maka
barang yang diwakafkan tidak boleh diganti. namun persoalannya akan
lain jika misalnya barang wakaf itu tadi sudah tidak bisa dimanfaatkan,
kecuali dengan memperhitungkan harga atau nilai jual setelah barang
tersebut dijual. artinya hasil jualnya dibelikan gantinya. dalam keadaan
seperti ini mengganti barang wakaf diperbolehkan.

2. Penutup
Alhamdulillah sekian kiranya paparan makalah dari saya, banyak
kesalahan baik dari segi penulisan ataupun referensi dan materi-materi
lainnya. Saya berharap Allah SWT.memberikan ampunan kepada saya
dan kepada pembaca sudi kiranya memberikan kritik dan saran dari
makalah ini.

Page | 14
DAFTAR PUSTAKA

Fahmi, Labib. “Zakat dan Wakaf serta Lembaga.” Labib Fahmi07. 6 April
2014.<http://labibfahmi07.blogspot.co.id/2015/04/zakat-dan-
wakaf-serta-lembaga.html ;

Lova, Sava. “Makalah Lengkap Pengelolaan Zakat.” Menulis Makalah. 21


April 2016.<http://menulis-
makalah.blogspot.co.id/2016/04/makalah-lengkap-pengelolaan-
zakat-di.html ;

Azen, Bara. . “Penglolaan Zakat.” Zentadacon. 12 Juni 2013.


<https://zentadacon.wordpress.com/makulzen/pengelolaan-
zakat/ ;

Rahayu, Tedi Atep. “Contoh Susunan Makalah Lengkap yang Baik dan
Benar. Contoh Makalad Docx. 15 Februari
2015.<https://contohmakalahdocx.blogspot.com/2015/02/contoh
-susunan-makalah-lengkap-yang-baik-dan-benar.html ;

Page | 15

Anda mungkin juga menyukai