Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ANTIHIPERTENSI
DOSEN : MUJTAHID BIN ABD. KADIR,M.Farm.,Apt

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. ARFIANI
2. DEWI PRATIWI
3. NURKHALIFAH MAWADDAH
4. MONIKA FATIMAH
5. NEDYA TIARA PUTRI
6. VENDERIKA LAMAWURAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KADIRI


PRODI DIV KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas bimbingan
Nya semata kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Makalah ini
ditulis sebagai salah satu tugas mata kuliah Farmakologi semester viii yang ditugaskan oleh
dosen mata kuliah dengan tujuan Mahasiswa mampu menjelaskan mengenai pengembangan
konsep dan prosedur pelayanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat.

Sebagai seorang bidan yang akan menjadi pemberi layanan kesehatan penting untuk
memahami dengan baik konsep pelayanan kesehatan dan prosedur nya di berbagai tingkat
pelayanan. Diharapkan setelah membahas makalah ini lewat presentasi dan diskusi
mahasiswa akan memiliki wawasan yang lebih mendalam tentang tenaga konsep dan
prosedur pelayanan kesehatan serta pendekatan-pendekatan yang perlu untuk mempermudah
dan memperlancar pelaksanaan kerja di pusat pelayanan kesehatan.

Kediri, Maret 2019

Kelompok III

II
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................... .i
KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah……. .......................................................................... ..1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................3
2.1 Pengertian Hipertensi ........................................................................3
2.2 Hipertensi dalam Kehamilan.............................................................3
2.3 Obat Antihipertensi yang Aman bagi Ibu Hamil ..............................4
2.4 Pengobatan Hipertensi pada Ibu Hamil ............................................6
2.5 Obat Antihipertensi yang tidak aman bagi Ibu Hamil ......................8
BAB III PENUTUP .....................................................................................12
3.1 Kesimpulan ......................................................................................12
3.2 Saran ................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

III
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan
satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Di Indonesia
mortalitas dan morbidotas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal ini
disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas , juga oleh perawatan dalam persalina masih
ditangani oleh petugas nonmedik dan system rujukan yang belum sempurna. Hipertensi
dalam kehamilan dapat dialami oleh setiap lapisan ibu hamil sehingga pengetahuan
tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus banar-benar dipahami oleh semua
tenaga medic baik pusat maupun daerah.
1.1.1.1.1 Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan
pengaruh pada janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar ke janin
tergantung dari bagaimana obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi,
metabolisme, dan ekskresi (pengeluaran sisa obat). Penyerapan obat dapat melalui
saluran cerna, saluran napas, kulit, atau melalui pembuluh darah (suntikan
intravena). Hipertensi dalam kehamilan dapat dialami oleh setiap lapisan ibu hamil
sehingga pengetahuan tentang pengelolaan hipertensi dalam kehamilan harus banar-benar
dipahami oleh semua tenaga medis baik pusat maupun daerah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian hipertensi?
2. Apa hipertensi dalam kehamilan?
3. Apa saja obat antihipertensi yang aman bagi ibu hamil?
4. Apa saja obat antihipertensi yang tidak aman bagi ibu hamil?
5. Bagaimana pengobatan hipertensi pada ibu hamil?

1
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hipertensi.
2. Untuk mengetahui hipertensi dalam kehamilan.
3. Untuk mengetahui obat antihipertensi yang aman bagi ibu hamil.
4. Untuk mengetahui obat antihipertensi yang tidak aman bagi ibu hamil.
5. Untuk mengetahui pengobatan hipertensi pada ibu hamil.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih
dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih dan diukur lebih dari satu kali kesempatan.
Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure (JNC) VII mengklasifikasikan tekanan darah untuk usia 18 tahun ke atas
menjadi empat kelompok berdasarkan tekanan darah Sistolik/Diastolik yaitu:
 tekanan darah normal (<120/<80)
 prehipertensi (120-139/80-89)
 hipertensi tingkat 1 (140-159/90-99)
 hipertensi tingkat 2 (≥160/≥100).
Pasien yang tekanan darahnya berada dalam kategori prehipertensi memiliki risiko
dua kali lebih besar untuk terkena hipertensi dibanding dengan orang yang tekanan
darahnya lebih.

2.2 Hipertensi Pada Kehamilan


a. Pengertian Hipertensi Pada Kehamilan
Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan
angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur
tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital
lainnya. Hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic ≥ 140/90 mmHg.
Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan dua kali selang empat jam.
Kenaikan tekanan darah sistolik ≤30 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak
dipakai lagi.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seseorang bisa dikatakan
penderita hipertensi apabila tekanan darah sistolik sama atau lebih dari 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik sama atau lebih tinggi dari 90 mmHg. Resiko hipertensi semakin
meningkat pada usia 50-an keatas, hampir 90% kasus hipertensi tidak diketahui

3
penyebabnya sebenarnya, sebagian besar hipertensi tidak memberikan gejala
(asistomatis), hipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala dan tanda.
Hal inilah mengapa sangat penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah
secara rutin. Hanya pemeriksaan tekanan darah tinggi dengan menggunakan alat
pemeriksa tekanan darah tinggi diagnosa hipertensi dapat ditegakkan.
b. Penyebab Dan Dampak Hipertensi Pada Kehamilan
Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belumdiketahui dengan jelas.
Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan tapi tidak
satupun teori yang dianggap mutlak dikatakan benar seperti teori genetik dan adptasi
kardiovaskular, teori defisiensi gizi dan lain-lain. Penggunaan obat-obatan seperti
golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat
antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan
darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya
peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman
yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan
terjadinya tekanan darah tinggi.

2.3 Obat Antihipertensi Yang Aman Bagi Ibu Hamil


a. Metildopa
Metildopa merupakan obat pilihan utama untuk hipertensi kronik parah pada
kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang dapat menstabilkan aliran darah
uteroplasenta dan hemodinamik janin. Obat ini termasuk golongan α2-agonis sentral yang
mempunyai mekanisme kerja dengan menstimulasi reseptor α2-adrenergik di otak.
Stimulasi ini akan mengurangi aliran simpatik dari pusat vasomotor di otak.
Pengurangan aktivitas simpatik dengan perubahan parasimpatik akan menurunkan
denyut jantung, cardiac output, resistensi perifer, aktivitas renin plasma, dan refleks
baroreseptor. Metildopa aman bagi ibu dan anak, dimana telah digunakan dalam jangka
waktu yang lama dan belum ada laporan efek samping pada pertumbuhan dan
perkembangan anak. Metildopa memiliki faktor resiko B pada kehamilan.

4
Nama Dagang :
 Dopamet (Alpharma) tablet salut selaput 250 mg,
 Medopa (Armoxindo) tablet salut selaput 250 mg,
 Tensipas (Kalbe Farma) tablet salut selaput 125 mg, 250 mg,
 Hyperpax (Soho) tablet salut selaput 100 mg
o Indikasi :
Hipertensi, bersama dengan diuretika, krisis hipertensi jika tidak diperlukan efek
segera.
o Kontraindikasi :
Depresi, penyakit hati aktif, feokromositoma, porfiria, dan hipersensitifitas
Efek samping : mulut kering, sedasi, depresi, mengantuk, diare, retensi cairan,
kerusakan hati, anemia hemolitika, sindrom mirip lupus eritematosus,
parkinsonismus, ruam kulit, dan hidung tersumbat
o Dosis dan aturan pakai :
Oral 250mg 2 kali sehari setelah makan, dosis maksimal 4g/hari, infus intravena
250-500 mg diulangi setelah enam jam jika diperlukan.
b. Labetalol
Labetalol merupakan antihipertensi non kardioselektif yang memiliki kerja
penghambat beta lebih dominan dibandingkan antagonis alfa. Melalui penggunaan
labetalol, tekanan darah dapat diturunkan dengan pengurangan tahanan sistemik vaskular
tanpa perubahan curah jantung maupun frekuensi jantung yang nyata sehingga hipotensi
yang terjadi kurang disertai efek takikardia. Selain itu, labetalol juga dapat melakukan
blokade terhadap efek takikardia neonates yang disebabkan oleh terapi beta bloker pada
ibu. Sehingga labetalol dapat dikatakan sebagai obat alternative yang lebih aman dan
efektif diberikan pada kehamilan.Pemberian labetalol dapat secara oral maupun injeksi
bolus intravena.
Dosis :
Oral harian labetalol berkisar dari 200-2400 mg/hari dengan dosis awal 2 x 100
mg. Dosis pemeliharaan biasanya 2 x 200-400 mg/hari. Akan tetapi pada pasien
dengan hipertensi gawat, dosis dapat mencapai 1,2 hingga 2,4 gram/hari.

5
Labetalol sebagai suntikan bolus intravena secara berulang-ulang 20-80 mg untuk
mengobati hipertensi gawat. Mabie, dkk (1987) memberikan labetalol 10 mg IV sebagai
dosis awal. Apabila tekanan darah tidak berkurang dalam waktu 10 menit, pasien diberi
20 mg. Dalam 10 menit berikutnya adalah 40 mg yang diikuti 40 mg dan kemudian 80
mg apabila belum tercapai respon yang bermanfaat. Sedangkan The Working Group
(2000)merekomendasikan bolus 20 mg IV sebagai dosis awal. Apabila tidak efektif
dalam 10 menit, dosis dilanjutkan dengan 40 mg, kemudian 80 mg setiap 10 menit,
hingga dosis total sebanyak 220 mg.
Efek samping :
Kelelahan, lemah, sakit kepala, diare, edema, mata kering, gatal pada kulit kepala
dan seluruh tubuh serta susah tidur. Hipotensi postural juga dapat terjadi akan
tetapi sangat jarang.

2.4 Pengobatan Hipertensi Pada Ibu Hamil


Banyak sekali tipe obat berbeda yang dapat digunakan untuk pengobatan tekanan darah
tinggi (hipertensi) yang disebut dengan antihypertensive medicines (obat-obat anti
hipertensi). Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi tekanan darah dan
mengembalikannya pada ukuran normal dengan obat-obat yang mudah di konsumsi, tersedia,
jumlahnya sedikit mungkin, jika memungkinkan tanpa ada efek samping. Tujuan pengobatan
tersebut hampir selalu tercapai pada pengobatan hipertensi. Jika tekanan darah tinggi hanya
bisa di kendalikan dengan obat-obatan medis, maka perlu mengkonsumsi obat-obatan itu
untuk sisa hidup. Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat memberikan
pengaruh pada janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar ke janin
tergantung dari bagaimana obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi,
metabolisme, dan ekskresi (pengeluaran sisa obat). Penyerapan obat dapat melalui saluran
cerna, saluran napas, kulit, atau melalui pembuluh darah (suntikan intravena). Kehamilan
sendiri mengganggu penyerapan obat karena lebih lamanya pengisian lambung yang
dikarenakan peningkatan hormon progesteron. Volume distribusi juga meningkat selama
kehamilan, estrogen dan progesteron mengganggu aktivitas enzim dalm hati sehingga
berpengaruh dalam metabolisme obat. Ekskresi oleh ginjal juga meningkat selama
kehamilan.

6
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pengobatan hipertensi kehamilan maka perlu
diketahui mekanisme pengobatan hipertensi secara umum, sebab pengobatan hipertensi
secara umum tidak jauh beda dengan pengobata hipertensi pada kehamilan, tapi
pada absorpsi obat dan dampak pengobatan dan hipertensi itu sendiri pada janinnya. Jenis-
jenis obat anti hipertensi (tekanan darah tinggi).
a. Diuretics
obat-obat jenis ini membantu tubuh untuk meniadakan tubuh dari cairan dan sodium yang
berlebihan sehingga pembuluh darah tidak terlalu berat bekerja karena terlalu banyaknya
cairan dalam tubuh.
b. ACE inhibitor bekerja dengan mencegah suatu bahan kimia dalam darah, angiotensin I, dari
yang diubah menjadi suatu zat yang meningkatkan retensi garam dan air dalam tubuh. Obat
ini juga membuat pembuluh darah rileks, yang selanjutnya mengurangi tekanan darah.
Obat ini bertindak pada langkah selanjutnya dalam proses yang sama yang ACE inhibitor
mempengaruhi. Seperti inhibitor ACE, mereka menurunkan tekanan darah dengan pembuluh
relaxingblood. Beta blockers mempengaruhi respon tubuh terhadap impuls saraf tertentu. Hal
ini, pada gilirannya, menurunkan tingkat kekuatan dan kontraksi jantung, yang menurunkan
tekanan darah.
c. Dilator Pembuluh darah (vasodilator)
 Hydralazine (Apresoline)
 Minoxidil (Loniten)
Obat ini menurunkan tekanan darah dengan relaksasi otot-otot di dinding pembuluh darah
d. Kalsium channel blockers :
 Amlopidine (Norvasc)
 Diltiazem (Cardizem)
 Isradipine (DynaCirc)
 Nifedipin (Adalat, Procardia)
 Obat verapamil (Calan, Isoptin, Verelan).
Obat ini memperlambat gerakan kalsium ke dalam sel pembuluh darah, ini menenangkan
pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah. Obat ini mengontrol tekanan darah dengan
menghilangkan kelebihan garam dan air dari tubuh.

7
e. Saraf blocker :
 Methyldopa alpha (Aldomet)
 Clonidine (Catapres)
 Guanabenz (Wytensin)
 Guanadrel (Hylorel)
 Guanethidine (Ismelin)
 Prazosin (Minipress)
 Derivatif rauwolfia (reserpin)
 Terazosin (Hytrin)
Obat ini kontrol impuls saraf di sepanjang jalur saraf tertentu. Hal ini memungkinkan
vesselsto darah rileks dan menurunkan tekanan darah.
Prinsip pengobatan hipertensi mengurangi besarnya desakan isi pembuluh terhadap dinding
arteri dengan cara:
 mengurangi besarnya isi volume darah
 membuat pembuluh darah lebih rileks, tidak spasme/kejang
 melebarkan pembuluh darah.
Akibat yang ditimbulkan oleh hipertensi
 hipertropi otot jantung akibat dari hiperfungsi
 penebalan dinding pembuluh darah, (arteriosklerosis) karena usaha menahan naiknya
tekanan pada dinding pembuluh.
Meningkatnya fragilitas pembuluh darah, sehingga rentang terjadi rupture dan perdarahan
pada otak maupun organ lain. Uraian diatas merupakan jenis obat yang digunakan pada
pengidap hipertensi secara umum, namun tidak semua dari jenis obat diatas dapat digunakan
pada ibu hamil, karena memikirkan keadaan janin yang dikandung.

2.5 Obat Antihipertensi Yang Tidak Aman Bagi Ibu Hamil


a. TABLET HYDROCLOROTHIAZIDE ( HTC )
Golongan obat antihipertnsi ini merupakan obat antihipertensi yang prosesnya melalui
pengeluaran cairan tubuh via urin. Golongan antihipertensi ini cukup cepat menurunkan
tekanan darah namun dengan prosesnya yang melalui pengeluaran cairan, ada
kemungkinan besar potassium ( kalium ) terbuang.

8
 Sediaan obat : Tablet
 Mekanisme kerja : mendeplesi (mengosongkan) simpanan natrium sehingga
volume darah, curah jantung dan tahanan vaskuler perifer menurun. Dan
menghambat reabsorpsi natrium dan klorida dalam pars asendens ansa henle tebal
dan awal tubulus distal. Hilangnya K+, Na+, dan Cl- menyebabkan peningkatan
pengeluaran urin 3x. Hilangnya natrium menyebabkan turunnya GFR.
 Farmakokinetik : diabsorbsi dengan baik oleh saluran cerna. Didistribusi
keseluruh ruang ekstrasel dan hanya ditimbun dalam jaringan ginjal.
 Indikasi : digunakan untuk mengurangi udema akibat gagal jantung, cirrhosis hati,
gagal ginjal kronis, hipertensi, Obat awal yang ideal untuk hipertensi, edema
kronik, hiperkalsuria idiopatik. Digunakan untuk menurunkan pengeluaran urin
pada diabetes inspidus (GFR rendah menyebabkan peningkatan reabsorpsi dalam
nefron proksimal, hanya berefek pada diet rendah garam)
 Kontraindikasi : hypokalemia, hypomagnesemia, hyponatremia, hipertensi pada
kehamilan, hiperurisemia, hiperkalsemia, oliguria, anuria, kelemahan, penurunan
aliran plasenta, alergi sulfonamide, gangguan saluran cerna.
 Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
Dosis :
 Dewasa 25 – 50 mg/hr
 Anak 0,5 – 1,0 mg/kgBB/ 12 – 24 jam
b. FUROSEMIDE
 Nama paten : Cetasix, farsix, furostic, impungsn, kutrix, Lasix, salurix, uresix.
 Sediaan obat : Tablet, capsul, injeksi.
 Mekanisme kerja : mengurangi reabsorbsi aktif NaCl dalam lumen tubuli ke
dalam intersitium pada ascending limb of henle dan menghambat reabsorpsi
klorida dalam pars asendens ansa henle tebal. K+ banyak hilang ke dalam urin.
 Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan
hipertensi. Juga edema, edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan.
Kadangkala digunakan untuk menurunkan kadar kalium serum.Edema paru akut,
edema yang disebabkan penyakit jantung kongesti, sirosis hepatis, nefrotik
sindrom, hipertensi.

9
 Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui
 Efek samping : pusing. Lesu, kaku otot, hipotensi, mual, diare. Hiponatremia,
hipokalemia, dehidrasi, hiperglikemia, hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas,
alergi sulfonamide, hipomagnesemia, alkalosis hipokloremik, hipovolemia.
 Interaksi obat : indometasin menurunkan efek diuretiknya, efek ototoksit
meningkat bila diberikan bersama aminoglikosid. Tidak boleh diberikan bersama
asam etakrinat. Toksisitas silisilat meningkat bila diberikan bersamaan.
 Tingkat Keamanan Menurut FDA : Katagori C
 Dosis : Dewasa 40 mg/hr Anak 2 – 6 mg/kgBB/hr
c. DILTIAZEM (KALSIUM ANTAGONIS)
 Nama paten : Farmabes, Herbeser, Diltikor.
 Sediaan obat : Tablet, kapsul
 Mekanisme kerja : menghambat asupan, pelepasan atau kerja kalsium
melalui slow cannel calcium.
 Indikasi : hipertensi, angina pectoris, MCI, penyakit vaskuler perifer.
 Kontraindikasi : wanita hamil dan menyusui, gagal jantung.
 Efek samping : bradikardia, pusing, lelah, edema kaki, gangguan saluran cerna.
 Interaksi obat : menurunkan denyut jantung bila diberikan bersama beta bloker.
Efek terhadap konduksi jantung dipengaruhi bila diberikan bersama amiodaron
dan digoksin. Simotidin meningkatkan efeknya.
Dosis : 3 x 30 mg/hr sebelum makan
 Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
d. NIFEDIPIN (ANTAGONIS KALSIUM)
 Nama paten : Adalat, Carvas, Cordalat, Coronipin, Farmalat, Nifecard, Vasdalat.
 Sediaan obat : Tablet, kaplet
 Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vaskuler perifer, menurunkan spasme
arteri coroner.
 Indikasi : hipertensi, angina yang disebabkan vasospasme coroner, gagal jantung
refrakter.
 Kontraindikasi : gagal jantung berat, stenosis berat, wanita hamil dan menyusui.

10
 Efek samping : sakit kepala, takikardia, hipotensi, edema kaki.
 Interaksi obat : pemberian bersama beta bloker menimbulkan hipotensi berat atau
eksaserbasi angina. Meningkatkan digitalis dalam darah. Meningkatkan waktu
protombin bila diberikan bersama antikoagulan. Simetidin meningkatkan
kadarnya dalam plasma.
DOSIS : 3 X 10 MG/HR
 Tingkat Keamanan Menurut FDA : Kategori C
e. RAMIPRIL
 Nama paten : Triatec
 Sediaan obat : Tablet
 Mekanisme kerja : menghambat enzim konversi angiotensin sehingga perubahan
angiotensin I menjadi angiotensin II terganggu, mengakibatkan menurunnya
aktivitas vasopressor dan sekresi aldosterone.
 Indikasi : hipertensi
 Kontraindikasi : penderita dengan riwayat angioedema, hipersensivitas. Hati –
hati pemberian pada wanita hamil dan menyusui.
 Dosis : awal 2,5 mg/hr
 Tingkat keamanan obat menurut (FDA) : kategori C pada kehamilan trimester
satu, dan kategori D pada trimester dua dan tiga .namun obat tersebut berpotensi
menyebabkan tetatogenik.
 Efek samping : batuk, pusing, sakit kepala, rasa letih, nyeri perut, bingung, susah
tidur.
 Interaksi obat : hipotensi bertambah bila diberikan bersama diuretika.
Indometasin menurunkan efektivitasnya. Intoksitosis litiumm meningkat.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih
dan tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih dan diukur lebih dari satu kali
kesempatan. Banyak sekali tipe obat berbeda yang dapat digunakan untuk pengobatan
tekanan darah tinggi (hipertensi) yang disebut dengan antihypertensive medicines (obat-
obat anti hipertensi). Apapun yang seorang wanita hamil makan atau minum dapat
memberikan pengaruh pada janinnya. Seberapa banyak jumlah obat yang akan terpapar
ke janin tergantung dari bagaimana obat tersebut diabsorpsi (diserap), volume distribusi,
metabolisme, dan ekskresi (pengeluaran sisa obat).Obat hypertensi yang aman bagi ibu
hamil ada dua golongan yaitu α-Metildopa dan labetalol. Adapun obat yang tidak aman
bagi ibu hamil seperti tablet hydroclorothiazide dilitiazem, furosemide, ramipril,
nifedipin, dsb.

3.2 Saran
Untuk menghindari terjadinya hipertensi, maka sebaiknya ibu hamil rutin
memeriksakan kesehatannya kepada petugas kesehatan agar dapat mencegah hipertensi
atau penyakit lainnya dan mengkonsumsi obat hipertensi secara teratur. Kemudian untuk
selaku petugas medis sebaiknya memberi contoh masyarakat untuk menerapkan perilaku
hidup bersih dan sehat, dan juga tidak mengkonsumsi makanan sembarangan yang belum
teruji kesehatannya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Alwi idrus.2012. Tatalaksana holistik penyakit kardiovaskuler.jakarta : pusat penerbitan
ilmu penyakit dalam FKUI.
Anonim, 2007, ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia) Volume 42, Ikatan Sarjana
Farmasi Indonesia, Jakarta
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, hal 47-74, 83-90,
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dipiro, Josep T, 1997 Pharmacotherapy Pathophysiologic Approach, Appleton and
Lacy, C.F., et all, 2006, Drug Information Hanbook 14th edition,
Syarif amir.SKM.Spkf.dkk.2007.farmakologi dan terapi.ed.V.jakarta : badan penerbit
FKUI.

13

Anda mungkin juga menyukai