Rusdial Marta
Prodi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau
Abstrak
Anak down syndrome banyak yang mampu berbicara dengan baik, namun dalam
menyampaikan kosa katanya masih kurang, pada umumnya mereka mengalami kesukaran
berpikir abstrak. Proses pembelajaran khususnya kognitif, aspek-aspek berpikir seperti
mengingat, memahami, membangkitkan, membedakan, menemukan dan menerapkan makna
yang terkandung dalam suatu pembelajaran sangat sulit dilakukan oleh anak down syndrome.
Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu metode puzzle, yang
membuat mereka tertarik, agar mereka merasa tidak ada paksaan, menerima materi dengan
mudah, tidak bosan, dengan metode tersebut dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Penanganan Kognitif Anak Down Syndrome
Melalui Metode Puzzle. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kajian pustaka yaitu menghubungkan penelitian dengan literatur yang ada dan mengisi
celah dalam penelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini
penggunaan metode puzzle dapat meningkatkan kognitif anak.
Abstract
Down syndrome children are able to speak well, but in delivering the vocabulary is still
lacking, they generally have difficulty thinking abstract. Learning process, especially
cognitive, thinking aspects such as remembering, understanding, evoking, differentiating,
finding and applying the meanings contained in a learning is very difficult to be done by the
child's Down syndrome. One of the media that can be used in learning that is the method of
puzzle, which makes them interested, so they feel no coercion, accept the material easily, not
bored, with these methods can improve cognitive abilities. The purpose of this study is to
describe Cognitive Handling of Down Syndrome Children Through Puzzle Method. The
research method used in this study is a literature review that links research with existing
literature and fill the gap in previous research. The results obtained in this study the use of
puzzle methods can improve the cognitive child.Keywords: Cognitive, Down syndrome ,
puzzle.
biasanya kromosom 21, yang tidak dapat Untuk mengatasi masalah yang ada
memisahkan diri selama meiosis sehingga maka seorang pendidik harus mampu
terjadi individu dengan 47 kromosom. menyiapkan media / alat bantu, agar mereka
Perkembangan tubuh dan kinerja otak akan dapat menerima dan dapat memahami,
berubah jika terdapat kromosom ekstra atau menggunakan contoh sederhana dan
tidak normal, dan itulah yang menjadi dilakukan dengan media tersebut. Dengan
penyebab down syndrome, keterbelakangan kegiatan ini diharapkan dapat
secara fisik dan mental, karena down menumbuhkan dan meningkatkan
sydrome merupakan salah satu penyebab kemampuan kognitifnya, dalam suasana
dari retaldasi mental, dimana anak-anak bermain yang menyenangkan.
yang mengalami keterbelakangan dalam
bahasa , berbicara, keterbelakangan mental PEMBAHASAN
diakibatkan oleh adanya gangguan pada A. Tinjauan Tentang Kognitif
system syaraf pusat dan dalam, terapi Secara umum kognitif diartikan
wicara kondisi ini disebut dengan disleksia, potensi intelektual yang terdiri dari tahapan:
biasanya mengalami kesulitan dalam hal- pengetahuan (knowledge), pemahaman
hal berhubungan dengan belajar karena (comprehention), penerapan (aplication),
kemampuan atensinya, metakognisi, analisa (analysis), sintesa (sinthesis),
mengingat, dan generelisasinya yang evaluasi (evaluation).Kognitif berarti
lambat dibandingkan dengan anak yang persoalan yang menyangkut kemampuan
normal. Down syndrome tidak bisa untuk mengembangkan kemampuan
disembuhkan, namun dengan dukungan dan rasional (akal). Teori kognitif lebih
perhatian yang maksimal, anak-anak menekankan bagaimana proses atau upaya
dengan down syndrome bisa tumbuh untuk mengoptimalkan kemampuan aspek
dengan bahagia. rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Kognitif merupakan proses berpikir Teori Jean Piaget (Suparno, 2011)
yaitu kemampuan individu untuk tentang perkembangan kognitif
menguhubungkan, menilai memberikan batasan kembali tentang
mempertimbangkan suatu kejadian atau kecerdasan, pengetahuan dan hubungan
peristiwa. Dengan kemampuan kognitif ini anak didik dengan lingkungannya.
maka anak di pandang sebagai individu Kecerdasan merupakan proses yang
yang secara aktif membangun sendiri berkesinambungan yang membentuk
pengetahuan mereka tentang dunia. struktur yang diperlukan dalam interaksi
Perkembangan kognitif merupakan salah terus menerus dengan lingkungan. Struktur
satu perkembangan manusia yang yang dibentuk oleh kecerdasan,
berkaitan dengan pengetahuan yakni semua pengetahuan sangat subjektif waktu masih
proses psikologis yang berkaitan dengan bayi dan masa kanak – kanak awal dan
bagaimana, individu mempelajari dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
memikirkan lingkungan menurut Piaget Piaget juga memberikan proses
dalam (Darsinah, 2011), menyebutkan pembentukan pengetahuan dari pandangan
bahwa kognitif adalah bagaimana anak yang lain, ia menguraikan pengalaman
beradaptasi dan menginterprestasikan objek fisik, yang merupakan abstraksi dari ciri –
dan kejadian-kejadian di sekitarnya. ciri dari obyek, pengalaman logis
matematis atau pengetahuan endogen
disusun melalui proses pemikiran anak
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 35
dipasangkan dengan bentuk cekung. Contoh anak dan tidak terlibat secara aktif
usaha anak menyesuaikan warna misalnya membantu anak menyusun puzzle.
warna merah dipasangkan dengan warna 4. Melatih koordinasi mata dan tangan.
merah. Contoh usaha anak menggunakan Anak belajar mencocokkan keeping-
logika, misalnya bagian gambar roda atau keping puzzle dan menyusunnya menjadi
kaki posisinya selalu berada di bawah. satu gambar. Ini langkah penting menuju
2. Meningkatkan Keterampilan Motorik pengembangan ketrampilan membaca.
Halus 5. Melatih logika
Keterampilan motorik halus (fine Membantu melatih logika anak.
motor skill) berkaitan dengan kemampuan Misalnya puzzle bergambar manusia. Anak
anak menggunakan otot-otot kecilnya dilatih menyimpulkan di mana letak kepala,
khususnya tangan dan jari-jari tangan. Anak tangan, dan kaki sesuai logika.
balita khususnya anak berusia kurang dari 6. Melatih kesabaran.
tiga tahun (batita) direkomendasikan Bermain puzzle membutuhkan
banyak mendapatkan latihan keterampilan ketekunan, kesabaran dan memerlukan
motorik halus. Dengan bermain puzzle waktu untuk berfikir dalam menyelesaikan
tanpa disadari anak akan belajar secara aktif tantangan.
menggunakan jari-jari tangannya. Supaya 7. Memperluas pengetahuan.
puzzle dapat tersusun membentuk gambar Anak akan belajar banyak hal,
maka bagian-bagian puzzle harus disusun warna, bentuk, angka, huruf. Pengetahuan
secara hati-hati. Perhatikan cara anak-anak yang diperoleh dari cara ini biasanya
memegang bagian puzzle akan berbeda mengesankan bagi anak dibandingkan yang
dengan caranya memegang boneka atau dihafalkan. Anak dapat belajar konsep
bola. Memengang dan meletakkan puzzle dasar, binatang, alam sekitar, buah-buahan,
mungkin hanya menggunakan dua atau tiga alfabet dan lain-lain. Tentu saja dengan
jari, sedangkan memegang boneka atau bola bantuan ibu dan ayah.
dapat dilakukan dengan mengempit di
ketiak (tanpa melibatkan jari tangan) atau KESIMPULAN
menggunakan kelima jari dan telapak Down syndrom adalah suatu kondisi
tangan sekaligus. keterbelakangan perkembangan fisik dan
3. Meningkatkan Keterampilan Sosial mental anak yang diakibatkan adanya
abnormalitas perkembangan kromosom.
Keterampilan sosial berkaitan
Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan
dengan kemampuan berinteraksi dengan sepasang kromosom untuk saling
orang lain. Puzzle dapat dimainkan secara memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
perorangan. Namun puzzle dapat pula Pada penderita down syndrom, kromosom
dimainkan secara kelompok. Permainan nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi),
yang dilakukan oleh anak-anak secara sehingga totalnya menjadi 47
kelompok akan meningkatkan interaksi kromosom. Down Syndrom merupakan satu
kerusakan atau cacat fisik bawaan yang
sosial anak. Dalam kelompok anak akan
disertai keterbelakangan mental, lidahnya
saling menghargai, saling membantu dan tebal dan retak-retak atau terbelah,
berdiskusi satu sama lain. Jika anak wajahnya datar ceper, dan matanya
bermain puzzle di rumah orang tua dapat miring, abnormalitas pada muka, tubuh
menemani anak untuk berdiskusi pendek, dagu atau mulut kecil, leher
menyelesaikan puzzlenya, tetapi sebaiknya pendek, kaki dan tangan terkadang
orang tua hanya memberikan arahan kepada bengkok, dan kelopak mata mempunyai
lipatan epikantus. Down Syndom dapat
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 41