Anda di halaman 1dari 10

Volume 1 Issue 1 (2017) Pages 32 – 41

Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini


DOI: 10.31004/obsesi.v1i1.29

Penanganan Kognitif Down Syndrome melalui Metode Puzzle pada Anak


Usia Dini

Rusdial Marta
Prodi PGSD Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai Riau

Abstrak
Anak down syndrome banyak yang mampu berbicara dengan baik, namun dalam
menyampaikan kosa katanya masih kurang, pada umumnya mereka mengalami kesukaran
berpikir abstrak. Proses pembelajaran khususnya kognitif, aspek-aspek berpikir seperti
mengingat, memahami, membangkitkan, membedakan, menemukan dan menerapkan makna
yang terkandung dalam suatu pembelajaran sangat sulit dilakukan oleh anak down syndrome.
Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu metode puzzle, yang
membuat mereka tertarik, agar mereka merasa tidak ada paksaan, menerima materi dengan
mudah, tidak bosan, dengan metode tersebut dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan Penanganan Kognitif Anak Down Syndrome
Melalui Metode Puzzle. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kajian pustaka yaitu menghubungkan penelitian dengan literatur yang ada dan mengisi
celah dalam penelitian sebelumnya. Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini
penggunaan metode puzzle dapat meningkatkan kognitif anak.

Kata kunci : Kognitif, Down syndrome, puzzle

Abstract
Down syndrome children are able to speak well, but in delivering the vocabulary is still
lacking, they generally have difficulty thinking abstract. Learning process, especially
cognitive, thinking aspects such as remembering, understanding, evoking, differentiating,
finding and applying the meanings contained in a learning is very difficult to be done by the
child's Down syndrome. One of the media that can be used in learning that is the method of
puzzle, which makes them interested, so they feel no coercion, accept the material easily, not
bored, with these methods can improve cognitive abilities. The purpose of this study is to
describe Cognitive Handling of Down Syndrome Children Through Puzzle Method. The
research method used in this study is a literature review that links research with existing
literature and fill the gap in previous research. The results obtained in this study the use of
puzzle methods can improve the cognitive child.Keywords: Cognitive, Down syndrome ,
puzzle.

Keywords: Cognitive, Down syndrome, puzzles

@Jurnal Obsesi Prodi PG-PAUD FIP UPTT 2017


 Corresponding author :
Address : Jalan Sungai Kampar 32 Bangkinang Kab. Kampar ISSN 2356-1327 (Media Cetak)
Email : dial.fredo90@gmail.com ISSN 2549-8959 (Media Online)
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 33

PENDAHULUAN proses pembelajaran karena kelainan fisik,


Pendidikan anak usia dini (PAUD) emosional, mental, sosial atau memiliki
adalah pendidikan sebelum jenjang potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
pendidikan dasar, yang merupakan suatu Menurut Undang – Undang perlindungan
upaya pembinaan yang ditujukan pada anak anak yaitu anak mempunyai hak untuk
usia lahir sampai usia enam tahun yang tumbuh dan berkembang, bermain,
dilakukan melalui pemberian ransangan beristirahat, berekreasi, dan belajar dalam
pendidikan untuk membantu pertumbuhan suatu pendidikan termasuk anak
dan perkembangan jasmani dan rohani agar berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak
anak memiliki kesiapan dalam dalam yang secara signifikan mengalami kelainan
pendidikan lebih lanjut. PAUD dititik / penyimpangan (fisik), mental, inteletual,
beratkan pada pertumbuhan dan sosial dan emosional dalam proses
perkembangan fisik, kecerdasan sosial perkembangannya. ABK merupakan istilah
emosional, untuk memenuhi hak belajar untuk / menggantikan kata anak luar biasa
anak, kegiatan pembelajaran dilakukan (ALB).
dalam keadaan menyenangkan, kognitif, Down syndrome salah satu ABK
dan memungkinkan anak menjadi yang mana merupkan suatu kondisi
termotivasi dan antusias (Hasan, 2011) . keterbelakangan perkembangan fisik dan
PAUD diselenggarakan bertujuan mental pada anak yang disebabkan adanya
untuk membentuk anak berkualitas, abnormalitas perkembangan kromosom
sehingga memiliki kesiapan yang optimal di menurut (L, Batshaw, n.d.) dalam (Menurut
dalam memasuki pendidikan dasar serta Bandi:1992) anak cacat mental pada
mengarungi kehidupan dimasa dewasa, umumnya mempunyai kelainan yang lebih
sebagaimana dalam pasal 28 Undang- dibandingkan cacat lainnya, terutama
undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor intelegensinya. Hampir semua kemampuan
20 Tahun 2003 ayat 1 dinyatakan termasuk kognitif anak cacat mental mengalami
anak usia dini adalah anak yang masuk kelainan seperti lambat belajar, kemampuan
rentang usia 0 – 6 tahun. Keseriusan mengatasi masalah, kurang dapat
pemerintah dalam memberikan dukungan mengadakan hubungan sebab akibat,
terhadap pembelajaran untuk anak usia dini sehingga penampilan sangat berbeda
melalui Keprse no 36 tahun 1999 tanggal dengan anak lainnya. Anak cacat mental
25 agustus 1990 telah melakukan retivitasi ditandai dengan lemahnya kontrol motorik,
konvensi tentang hak – hak anak kurang kemampuannya untuk mengadakan
(convention on the right of child) yang koordinasi, tetapi dipihak lain dia masih
diantaranya menyatakan bahwa, setiap anak bisa dilatih untuk mencapai kemampuan
berhak memperoleh perlindungan, sampai ke titik normal. Tanda-tanda lainnya
perawatan memperoleh perlindungan, seperti membaca buku ke dekat mata, mulut
perawatan dan pedidikan. selalu terbuka untuk memahami sesuatu
Dalam Undang - Undang pengertian memerlukan waktu yang lama,
Republik Indonesia dikemukan tentang mempunyai kesulitan sensoris, mengalami
sistem pendidikan Nasional No 20 tahun hambatan berbicara dan perkembangan
2003 dalam pasal 32 ayat 1, bahwa verbalnya.
pendidikan khusunya merupakan Sejalan dengan (Gunarhadi, 2005)
pendidikan bagi peserta didik yang down syndrome merupakan suatu kumpulan
memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti gejala akibat dari abnormalitas kromosom,
34 | Penanganan Kognitif Down Syndrome melalui Metode Puzzle pada Anak Usia Dini

biasanya kromosom 21, yang tidak dapat Untuk mengatasi masalah yang ada
memisahkan diri selama meiosis sehingga maka seorang pendidik harus mampu
terjadi individu dengan 47 kromosom. menyiapkan media / alat bantu, agar mereka
Perkembangan tubuh dan kinerja otak akan dapat menerima dan dapat memahami,
berubah jika terdapat kromosom ekstra atau menggunakan contoh sederhana dan
tidak normal, dan itulah yang menjadi dilakukan dengan media tersebut. Dengan
penyebab down syndrome, keterbelakangan kegiatan ini diharapkan dapat
secara fisik dan mental, karena down menumbuhkan dan meningkatkan
sydrome merupakan salah satu penyebab kemampuan kognitifnya, dalam suasana
dari retaldasi mental, dimana anak-anak bermain yang menyenangkan.
yang mengalami keterbelakangan dalam
bahasa , berbicara, keterbelakangan mental PEMBAHASAN
diakibatkan oleh adanya gangguan pada A. Tinjauan Tentang Kognitif
system syaraf pusat dan dalam, terapi Secara umum kognitif diartikan
wicara kondisi ini disebut dengan disleksia, potensi intelektual yang terdiri dari tahapan:
biasanya mengalami kesulitan dalam hal- pengetahuan (knowledge), pemahaman
hal berhubungan dengan belajar karena (comprehention), penerapan (aplication),
kemampuan atensinya, metakognisi, analisa (analysis), sintesa (sinthesis),
mengingat, dan generelisasinya yang evaluasi (evaluation).Kognitif berarti
lambat dibandingkan dengan anak yang persoalan yang menyangkut kemampuan
normal. Down syndrome tidak bisa untuk mengembangkan kemampuan
disembuhkan, namun dengan dukungan dan rasional (akal). Teori kognitif lebih
perhatian yang maksimal, anak-anak menekankan bagaimana proses atau upaya
dengan down syndrome bisa tumbuh untuk mengoptimalkan kemampuan aspek
dengan bahagia. rasional yang dimiliki oleh orang lain.
Kognitif merupakan proses berpikir Teori Jean Piaget (Suparno, 2011)
yaitu kemampuan individu untuk tentang perkembangan kognitif
menguhubungkan, menilai memberikan batasan kembali tentang
mempertimbangkan suatu kejadian atau kecerdasan, pengetahuan dan hubungan
peristiwa. Dengan kemampuan kognitif ini anak didik dengan lingkungannya.
maka anak di pandang sebagai individu Kecerdasan merupakan proses yang
yang secara aktif membangun sendiri berkesinambungan yang membentuk
pengetahuan mereka tentang dunia. struktur yang diperlukan dalam interaksi
Perkembangan kognitif merupakan salah terus menerus dengan lingkungan. Struktur
satu perkembangan manusia yang yang dibentuk oleh kecerdasan,
berkaitan dengan pengetahuan yakni semua pengetahuan sangat subjektif waktu masih
proses psikologis yang berkaitan dengan bayi dan masa kanak – kanak awal dan
bagaimana, individu mempelajari dan menjadi objektif dalam masa dewasa awal.
memikirkan lingkungan menurut Piaget Piaget juga memberikan proses
dalam (Darsinah, 2011), menyebutkan pembentukan pengetahuan dari pandangan
bahwa kognitif adalah bagaimana anak yang lain, ia menguraikan pengalaman
beradaptasi dan menginterprestasikan objek fisik, yang merupakan abstraksi dari ciri –
dan kejadian-kejadian di sekitarnya. ciri dari obyek, pengalaman logis
matematis atau pengetahuan endogen
disusun melalui proses pemikiran anak
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 35

didik. Sruktur tindakan, operasi kongkrit b. Tahap pra-operasional (2-7 tahun)


dan operasai formal dibangun dengan jalan Pada tingkat ini, anak telah
logis – matematis. menunjukkan aktivitas kognitif dalam
Perkembangan kognitif merupakan menghadapi berbagai hal diluar dirinya.
pertumbuhan berfikir logis dari masa bayi Aktivitas berfikirnya belum mempunyai
hingga dewasa, menurut Piaget sistem yang teroganisasikan. Anak sudah
perkembangan yang berlangsung melalui dapat memahami realitas di lingkungan
empat tahap dan kita semua akan melalui dengan menggunakan tanda –tanda dan
keempat tahap tersebut, meskipun mungkin simbol. Cara berpikir anak pada pertingkat
setiap tahap dilalui dalam usia berbeda. ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten,
Setiap tahap dimasuki ketika otak kita dan tidak logis. Hal ini ditandai dengan ciri-
sudah cukup matang untuk memungkinkan ciri: 1. Transductive reasoning, yaitu cara
logika jenis baru atau operasi. Menurut berfikir yang bukan induktif atau deduktif
(Jarvis, 2011), Semua manusia melalui tetapi tidak logis 2. Ketidak jelasan
setiap tingkat, tetapi dengan kecepatan yang hubungan sebab-akibat, yaitu anak
berbeda, jadi mungkin saja seorang anak mengenal hubungan sebab akibat secara
yang berumur 6 tahun berada pada tingkat tidak logis 3. Animisme, yaitu menganggap
operasional konkrit, sedangkan ada seorang bahwa semua benda itu hidup seperti
anak yang berumur 8 tahun masih pada dirinya 4. Artificialism, yaitu kepercayaan
tingkat pra-operasional dalam cara berfikir. bahwa segala sesuatu di lingkungan itu
Namun urutan perkembangan intelektual mempunyai jiwa seperti manusia 5.
sama untuk semua anak, struktur untuk Perceptually bound, yaitu anak menilai
tingkat sebelumnya terintegrasi dan sesuatu berdasarkan apa yang dilihat atau di
termasuk sebagai bagian dari tingkat- dengar 6. Mental experiment yaitu anak
tingkat berikutnya. (Suryo, 2011). mencoba melakukan sesuatu untuk
a. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun) menemukan jawaban dari persoalan yang
Sepanjang tahap ini mulai dari lahir dihadapinya 7. Centration, yaitu anak
hingga berusia dua tahun, bayi belajar memusatkan perhatiannya kepada sesuatu
tentang diri mereka sendiri dan dunia ciri yang paling menarik dan mengabaikan
mereka melalui indera mereka yang sedang ciri yang lainnya Egosentrisme, yaitu anak
berkembang dan melalui aktivitas motor. ( melihat dunia lingkungannya menurut
Diane, E. Papalia, Sally Wendkos Old and kehendak dirinya. (Surya, 2003).
Ruth Duskin Feldman : 2008). Aktivitas c. Tahap Operasional Konkrit (7-12
kognitif terpusat pada aspek alat dria tahun)
(sensori) dan gerak (motor), artinya dalam Pada tahap ini, anak sudah cukup
peringkat ini, anak hanya mampu matang untuk menggunakan pemikiran
melakukan pengenalan lingkungan dengan logika atau operasi, tetapi hanya untuk
melalui alat drianya dan pergerakannya. objek fisik yang ada saat ini. Dalam tahap
Keadaan ini merupakan dasar bagi ini, anak telah hilang kecenderungan
perkembangan kognitif selanjutnya, terhadap animism dan articialisme.
aktivitas sensori motor terbentuk melalui Egosentrisnya berkurang dan
proses penyesuaian struktur fisik sebagai kemampuannya dalam tugas-tugas
hasil dari interaksi dengan lingkungan. konservasi menjadi lebih baik. Namun,
(Surya, 2003). tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-
anak pada tahap operasional kongkrit
36 | Penanganan Kognitif Down Syndrome melalui Metode Puzzle pada Anak Usia Dini

masih mengalami kesulitan besar dalam 1. Fisik


menyelesaikan tugas-tugas logika. (Matt Interaksi antara individu dan dunia luat
Jarvis : 2011). Sebagai contoh anak-anak merupakan sumber pengetahuan baru,
yang diberi tiga boneka dengan warna tetapi kontak dengan dunia fisik itu
rambut yang berlainan (edith, susan dan tidak cukup untuk mengembangkan
lily), tidak mengalami kesulitan untuk pengetahuan kecuali jika intelegensi
mengidentifikasikan boneka yang individu dapat memanfaatkan
berambut paling gelap. Namun ketika pengalaman tersebut.
diberi pertanyaan, “rambut edith lebih 2. Kematangan
terang dari rambut susan. Rambut edith Kematangan sistem syaraf menjadi
lebih gelap daripada rambut lily. Rambut penting karena memungkinkan anak
siapakah yang paling gelap?”, anak-anak memperoleh manfaat secara maksimum
pada tahap operasional kongkrit dari pengalaman fisik. Kematangan
mengalami kesulitan karena mereka belum membuka kemungkinan untuk
mampu berpikir hanya dengan perkembangan sedangkan kalau kurang
menggunakan lambing-lambang. hal itu akan membatasi secara luas
prestasi secara kognitif. Perkembangan
d. Tahap Operasional Formal (12 berlangsung dengan kecepatan yang
tahun ketas) berlainan tergantung pada sifat kontak
Pada umur 12 tahun keatas, timbul dengan lingkungan dan kegiatan belajar
periode operasi baru. Periode ini anak dapat sendiri.
menggunakan operasi-operasi konkritnya 3. Pengaruh sosial
untuk membentuk operasi yang lebih Lingkungan sosial termasuk peran
kompleks. ( Matt Jarvis : 2011). Kemajuan bahasa dan pendidikan, pengalaman
pada anak selama periode ini ialah ia tidak fisik dapat memacu atau menghambat
perlu berpikir dengan pertolongan benda perkembangan kognitifnya.
atau peristiwa konkrit, ia mempunyai
kemampuan untuk berpikir abstrak. Anak- B. Tinjauan Tentang Down Syndrome
anak sudah mampu memahami bentuk Down Syndrome adalah suatu
argumen dan tidak dibingungkan oleh sisi kondisi keterbelakangan perkembangan
argumen dan karena itu disebut operasional fisik dan mental pada anak yang disebabkan
formal. adanya abnormalitas perkembangan
Sejalan dengan itu apabila kita lihat kromosom. (cuncha: 1992). Ahli pertama
dari aspek tenaga pendidik misalnya. yang mengidentifikasikan gangguan ini
Seorang guru diharuskan memiliki adalah John Langdon Down. Berdasarkan
kompetensi bidang kognitif. Artinya hasil penelitian bahwa terjadi mutasi gen
seorang guru harus memiliki kemampuan pada kromosom 21, dimana terdapat
intelektual, seperti penguasaan materi tambahan bagian pada kromosom tersebut.
pelajaran, pengetahuan mengenai cara Jadi Sindrome Down adalah suatu keadaan
mengajar, pengetahuan cara menilai siswa fisik yang disebabkan oleh mutasi gen
dan sebagainya. Adapun faktor yang ketika anak berada dalam kandungan.
berpengaruh dalam perkembangan Kognitif, Menurut (Chaplin, 1991), down
yaitu : syndrome adalah satu kerusakan atau cacat
fisik bawaan yang disertai keterbelakangan
mental, lidahnya tebal, dan retak-retak atau
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 37

terbelah, wajahnya datar ceper, dan Adapun karakteristik Anak Down


matanya miring. Sedangkan menurut syndrome Gejala yang muncul dapat
(Kartono, 1987), down syndrome adalah bervariasi, mulai dari yang tidak tampak
suatu bentuk keterbelakangan mental, sama sekali, tampak minimal sampai
disebabkan oleh satu kromosom tembahan. muncul tanda yang khas : Penderita dengan
IQ anak down syndrome biasanya dibawah tanda khas sangat mudah dikenali dengan
50, sifat-sifat atau ciri-ciri fisiknya adalah adanya penampilan fisik yang menonjol
berbeda, ciri-ciri jasmaniahnya sangat berupa bentuk kepala yang relatif kecil dari
mencolok, salah satunya yang paling sering normal (microchephaly) dengan bagian
diamati adalah matanya yang serong ke (anteroposterior) kepala mendatar,
atas. Sedangkan, dari segi sitologi, down penderita down syndrome mempunyai paras
syndrome dapat dibedakan menjadi 2 tipe, muka yang hampir sama seperti muka
yaitu: orang Mongol. Pada bagian wajah biasanya
1. Down Sindrome Triplo-21 atau Trisomi tampak sela hidung yang datar. Pangkal
21, sehingga penderita memiliki 47 hidungnya pendek. Jarak diantara 2 mata
kromosom. Penderita laki-laki= jauh dan berlebihan kulit di sudut dalam.
47,xy,+21, sedangkan perempuan= Ukuran mulut adalah kecil dan ukuran lidah
47,xx,+21. Kira-kira 92,5% dari semua yang besar menyebabkan lidah selalu
kasus syndrome down tergolong dalam terjulur. Mulut yang mengecil dan lidah
tipe ini, yang menonjol keluar (macroglossia).
2. Down Sindrome Translokasi, yaitu Pertumbuhan gigi lambat dan tidak teratur
peristiwa terjadinya perubahan struktur serta otot yang lemah (hypotomus) ;
kromosom, disebabkan karena suatu mengakibatkan pertumbuhan terganggu
potongan kromosom bersambungan (terlambat dalam proses berguling,
dengan potongan kromosom lainnya merangkak, berjalan, berlari dan berbicara)
yang bukan homolog-nya (Suryo, 2011). Sejalan dengan ciri ciri dari down
Kesimpulan yang diperoleh dari sindrom Adapun gejala-gejalanya yang
berbagai definisi di atas adalah Down dapat dilihat yaitu: 1. Anak-anak yang
Syndrom merupakan suatu kondisi menderita kelainan ini umumnya lebih
keterbelakangan mental dan fisik yang pendek dari anak yang umurnya sebaya, 2.
disebabkan oleh kelainan kromosom. Anak Kepandaiannya lebih rendah dari normal,
yang mengalami down syndrome, biasanya 3.Lebar tengkorak kepala pendek, mata
memiliki IQ di bawah 50. sipit dan turun, dagu kecil yang mana lidah
Gambar kromosom anak Down kelihatan menonjol keluar dan tangan lebar
Syndrom dengan jari-jari pendek, 4. Pada beberapa
orang, mempunyai kelaianan jantung
bawaan. Juga sering ditemukan kelainan
saluran pencernaan seperti atresia esofagus
(penyumbatan kerongkongan) dan atresia
duodenum, jugaa memiliki resiko tinggi
menderita leukimia limfositik akut.Dengan
gejala seperti itu anak dapat mengalami
komplikasi retardasi mental, kerusakan hati,
bawaan, kelemahan neurosensori, infeksi
saluran nafas berulang, kelainan GI.
38 | Penanganan Kognitif Down Syndrome melalui Metode Puzzle pada Anak Usia Dini

C. Tinjauan Tentang Metode Puzzle mengakibatkan peserta didik mempelajari


Menurut Burhanudin, teori belajar mata pelajaran atau sesuatu dengan cara
yang ada salah satunya tentang Bakat – yang lebih efektif dan efisien untuk
Pengalaman. Menurut teori Perkembangan menunjang keberhasilannya.
jiwa anak sangat ditentukan dari bakat dan Bermain adalah cara belajar yang
potensi yang dimilikinya ataupun efektif pada anak usia dini (Fauziddin,
perkembangan jiwa anak dapat ditempa dari 2014), diantaranya bermain dengan
pengalaman-pengalaman saat anak memanfaatkan media. Salah satu media
menjalani proses kehidupannya. pembelajaran yang dapat digunakan yaitu
(Burhanuddin, 2003) Teori ini memberikan Puzzle. Secara umum media games puzzle
gambaran pembelajaran yang baik tidak akan memberikan manfaat baik bagi siswa,
sekedar transfer ilmu ke anak didik melalui sebagaimana fungsi berbagai media diluar
ceramah yang akhirnya terjadi verbalisme sekolah bagi para pelajar tentunya sebagai
dan pembelajaran monoton namun dapat bahan tambahan pengetahuan yang tidak
dipadukan dengan pembelajaran yang mereka dapat di sekolah. Oleh sebab itu
memberikan pengalaman kepada siswa guru harus memiliki pengetahuan dan
untuk melakukan sesuatu dalam pemahaman mengenai media yang cukup
menemukan jawaban dari permasalahan dan bervariasi. Puzzle secara bahasa
tema pembelajaran dan memperoleh indonesia diartikan sebagai tebakan.
pengetahuan secara maksimal. Tebakan adalah sebuah masalah atau
Dengan teori di atas bahwa "enigma" yang diberikan sebagai hiburan;
pembelajaran bukan sekedar transfer ilmu, yang biasanya ditulis, atau dilakukan.
namun untuk peningkatan kemampuan Banyak tebakan berakar dari masalah
peserta didik. Pembelajaran yang baik matematika dan logistik serius lainnya,
adalah untuk peningkatan kemampuan- seperti masalah catur, diambil dari
kemampuan yang dimiliki peserta didik permainan papan. Lainnya lagi dibuat
setelah ia menerima pengalaman hanya sebagai pengetesan atau godaan otak.
belajarnya. Upaya ini dipengaruhi oleh Pelajaran resmi tebakan disebut
beberapa faktor, antara lain faktor internal, enigmatologi (http://www.wikipedia.org)
misalnya: kesehatan peserta didik, Games Puzzle merupakan bentuk
intelegensi, sikap, bakat, minat dan permainan yang menantang daya kreatifitas
motivasi; faktor eksternal, misalnya: dan ingatan siswa lebih mendalam
lingkungan keluarga, sekolah, dan keadaan dikarenakan munculnya motivasi untuk
cuaca, faktor pendekatan belajar (strategi, senantiasa mencoba memecahkan masalah,
metode, dan media pembelajaran). Jadi namun tetap menyenangkan sebab bisa di
tinggi rendahnya hasil belajar peserta didik, ulang-ulang. Tantangan dalam permainan
tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat ini akan selalu memberikan efek ketagihan
intelegensi peserta didik, tetapi juga untuk selalu mencoba, mencoba dan terus
dipengaruhi oleh faktor lain diantaranya mencoba hingga berhasil. Bermain dapat
karena pendekatan, metode atau juga media memberikan kesempatan kepada anak untuk
pembelajaran yang digunakan. Karena pada berfikir dan bertindak imajinatif serta penuh
dasarnya pembelajaran adalah suatu proses daya khayal yang erat hubungannya dengan
membelajarkan, dalam arti peserta didik perkembangan kreatifitas anak. Proses
adalah pembelajar, pelaku atau subjek kemerdekaan anak akan memberi
pembelajaran. Dalam kegiatan ini akan kemampuan lebih pada anak untuk
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 39

mengembangkan fikirannya mendapatkan b. Jigsaw puzzle, yakni puzzle yang berupa


kesenangan dan kemenangan dari bentuk beberapa pertanyaan untuk dijawab
permainan tersebut. Ambisi untuk kemudian dari jawaban itu diambil huruf-
memenangkan permainan tersebut akan huruf pertama untuk dirangkai menjadi
memberikan nilai optimalisasi gerak dan sebuah kata yang merupakan jawaban
usaha anak, sehingga akan terjadi kompetisi pertanyaan yang paling akhir.
yang fair dan beragam dari anak. c. The thing puzzle, yakni puzzle yang
Berdasarkan standar yang berupa deskripsi kalimat-kalimat yang
ditetapkan di atas, maka proses berhubungan dengan gambar-gambar benda
pembelajaran yang dilakukan antara peserta untuk dijodohkan.
didik dengan pendidik seharusnya harus d. The letter(s) readiness puzzle, yakni
meninggalkan cara-cara dan model yang puzzle yang berupa gambar-gambar disertai
konvensional sehingga dapat mencapai dengan huruf-huruf nama gambar tersebut,
tujuan pembelajaran secara efektif dan tetapi huruf itu belum lengkap.
efisien. Kenyataan saat ini, banyak diantara e. Crosswords puzzle, yakni puzzle yang
pendidik di kota bandung yang masih berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus
melaksanakan proses pembelajaran secara dijawab dengan cara memasukan jawaban
konvensional bahkan diantaranya belum tersebut ke dalam kotak-kotak yang tersedia
menguasai teknologi informasi seperti baik secara horizontal maupun vertikal.
komputer dan internet. Beberapa manfaat bermain puzzle
Menurut (Adenan:1989) dinyatakan bagi anak-anak banyak disebutkan oleh
bahwa “puzzle dan games adalah materi pakar anak sebagaimana dijelaskan dalam
untuk memotivasi diri secara nyata dan web duniaanakcerdas.com” di akses tanggal
merupakan daya penarik yang kuat. Puzzle 11 April 2017 antara lain:
dan games untuk memotivasi diri karena 1. Meningkatkan Keterampilan Kognitif
hal itu menawarkan sebuah tantangan yang Keterampilan kognitif (cognitive
dapat secara umum dilaksanakan dengan skill) berkaitan dengan kemampuan untuk
berhasil”. Sedangkan menurut (Hadfield, belajar dan memecahkan masalah. Puzzle
1986), puzzle adalah pertanyaan-pertanyaan adalah permainan yang menarik bagi anak
atau masalah yang sulit untuk dimengerti balita karena anak balita pada dasarnya
atau dijawab”. Sedangkan (Tarigan :1986) menyukai bentuk gambar dan warna yang
menyatakan bahwa „pada umumnya para menarik. Dengan bermain puzzle anak akan
siswa menyukai permaianan dan mereka mencoba memecahkan masalah yaitu
dapat memahami dan melatih cara menyusun gambar. Pada tahap awal
penggunaan kata-kata, puzzle, crosswords mengenal puzzle, mereka mungkin
puzzle, anagram dan palindron‟. mencoba untuk menyusun gambar puzzle
Berikut ini ada beberapa jenis dengan cara mencoba memasang-
puzzle yang dapat digunakan untuk masangkan bagian-bagian puzzle tanpa
meningkatkan kemampuan memahami petunjuk. Dengan sedikit arahan dan
kosakata: contoh, maka anak sudah dapat
a. Spelling puzzle, yakni puzzle yang terdiri mengembangkan kemampuan kognitifnya
dari gambar-gambar dan huruf-huruf acak dengan cara mencoba menyesuaikan
untuk dijodohkan menjadi kosakata yang bentuk, menyesuaikan warna, atau logika.
benar. Contoh usaha anak menyesuaikan bentuk
misalnya bentuk cembung harus
40 | Penanganan Kognitif Down Syndrome melalui Metode Puzzle pada Anak Usia Dini

dipasangkan dengan bentuk cekung. Contoh anak dan tidak terlibat secara aktif
usaha anak menyesuaikan warna misalnya membantu anak menyusun puzzle.
warna merah dipasangkan dengan warna 4. Melatih koordinasi mata dan tangan.
merah. Contoh usaha anak menggunakan Anak belajar mencocokkan keeping-
logika, misalnya bagian gambar roda atau keping puzzle dan menyusunnya menjadi
kaki posisinya selalu berada di bawah. satu gambar. Ini langkah penting menuju
2. Meningkatkan Keterampilan Motorik pengembangan ketrampilan membaca.
Halus 5. Melatih logika
Keterampilan motorik halus (fine Membantu melatih logika anak.
motor skill) berkaitan dengan kemampuan Misalnya puzzle bergambar manusia. Anak
anak menggunakan otot-otot kecilnya dilatih menyimpulkan di mana letak kepala,
khususnya tangan dan jari-jari tangan. Anak tangan, dan kaki sesuai logika.
balita khususnya anak berusia kurang dari 6. Melatih kesabaran.
tiga tahun (batita) direkomendasikan Bermain puzzle membutuhkan
banyak mendapatkan latihan keterampilan ketekunan, kesabaran dan memerlukan
motorik halus. Dengan bermain puzzle waktu untuk berfikir dalam menyelesaikan
tanpa disadari anak akan belajar secara aktif tantangan.
menggunakan jari-jari tangannya. Supaya 7. Memperluas pengetahuan.
puzzle dapat tersusun membentuk gambar Anak akan belajar banyak hal,
maka bagian-bagian puzzle harus disusun warna, bentuk, angka, huruf. Pengetahuan
secara hati-hati. Perhatikan cara anak-anak yang diperoleh dari cara ini biasanya
memegang bagian puzzle akan berbeda mengesankan bagi anak dibandingkan yang
dengan caranya memegang boneka atau dihafalkan. Anak dapat belajar konsep
bola. Memengang dan meletakkan puzzle dasar, binatang, alam sekitar, buah-buahan,
mungkin hanya menggunakan dua atau tiga alfabet dan lain-lain. Tentu saja dengan
jari, sedangkan memegang boneka atau bola bantuan ibu dan ayah.
dapat dilakukan dengan mengempit di
ketiak (tanpa melibatkan jari tangan) atau KESIMPULAN
menggunakan kelima jari dan telapak Down syndrom adalah suatu kondisi
tangan sekaligus. keterbelakangan perkembangan fisik dan
3. Meningkatkan Keterampilan Sosial mental anak yang diakibatkan adanya
abnormalitas perkembangan kromosom.
Keterampilan sosial berkaitan
Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan
dengan kemampuan berinteraksi dengan sepasang kromosom untuk saling
orang lain. Puzzle dapat dimainkan secara memisahkan diri saat terjadi pembelahan.
perorangan. Namun puzzle dapat pula Pada penderita down syndrom, kromosom
dimainkan secara kelompok. Permainan nomor 21 tersebut berjumlah tiga (trisomi),
yang dilakukan oleh anak-anak secara sehingga totalnya menjadi 47
kelompok akan meningkatkan interaksi kromosom. Down Syndrom merupakan satu
kerusakan atau cacat fisik bawaan yang
sosial anak. Dalam kelompok anak akan
disertai keterbelakangan mental, lidahnya
saling menghargai, saling membantu dan tebal dan retak-retak atau terbelah,
berdiskusi satu sama lain. Jika anak wajahnya datar ceper, dan matanya
bermain puzzle di rumah orang tua dapat miring, abnormalitas pada muka, tubuh
menemani anak untuk berdiskusi pendek, dagu atau mulut kecil, leher
menyelesaikan puzzlenya, tetapi sebaiknya pendek, kaki dan tangan terkadang
orang tua hanya memberikan arahan kepada bengkok, dan kelopak mata mempunyai
lipatan epikantus. Down Syndom dapat
Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2017, 1(1), 2017 | 41

dicegah dengan melakukan pemeriksaan


kromosom melalui amniocentesis bagi para UCAPAN TERIMA KASIH
ibu hamil terutama pada bulan-bulan awal Terima kasih penulis ucapkan
kehamilan, dianataranya yaitu Pemeriksaan kepada Tim Editor E-Journal Obsesi yang
fisik penderita, Chorionic Villus Sampling sudah memberikan kesempatan sehingga
(CVS) Chorionic Villus Sampling jurnal ini siap untuk diterbitkan, tidak lupa
(CVS), pemeriksaan kromosom pula saya ucapkan rangkaian terima kasih
Ekokardiogram (ECG), Ultrasonografi yang sebesar besarnya kepada reviewer
(USG), Pemeriksaan darah (Percutaneus yang sudah mau meluangkan waktunya
Umbilical Blood Sampling), untuk meriview serta memberikan banyak
dan Amniosentesis. Untuk membantu masukan sehingga jurnal ini lebih
mempercepat kemajuan pertumbuhan dan sempurna. Untuk semua teman sejawat
perkembangan anak, penderita ini bisa dosen dosen Universitas Pahlawan Tuanku
dilatih dan dididik menjadi manusia yang Tambusai yang telah memberikan semangat
mandiri untuk bisa melakukan semua dalam penulisan ini sehingga penulis dapat
keperluan pribadinya sehari-hari seperti menyelesaikan tepat pada waktunya.
berpakaian dan buang air, walaupun
kemajuannya lebih lambat dari anak biasa,
DAFTAR RUJUKAN
dengan terapi khusus, diantaranya
yaitu terapi wicara,terapi okupasi, terapi Burhanuddin, Y. (2003). Administrasi
remedial, terapi kognitif, terapi sensori Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
integrasi, dan terapi snoefzelen. Untuk itu Chaplin, C. . (1991). Kamus Psikologi
guru sebagai fasilisator dalam (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.
pembelajaran haruslah dapat Darsinah. (2011). Perkembangan Kongnitif.
mengembangkan kemampuan kognitifnya surakarta.
peserta didiknya, baik yang berkebutuhan Fauziddin, M. (2014). Pembelajaran PAUD
khusus maupun yang tidak berkebutuhan Bermain, Cerita dan Menyanyi
khusus. Salah satu alternative yang dapat Secara Islami. Bandung: PT. Remaja
digunakan dalam mengembangkan Rosdakarya.
kemampuan kognitif peserta didik Donw Gunarhadi. (2005). Penanganan Anak
sindrome yaitu dengan metode puzzle Syndrome Down Dalam Lingkungan
dengan puzzle peserta didik akan merasa Keluarga dan Sekolah. Jakarta:
pembelajaran lebih menyenangkan, Departemen Pendidikan Nasional.
sehingga dapat menumbuhkan motivasi Hadfield, J. (1986). Pembelajaran Role
belajar mereka terutama perserta didik Playing.
donw sindrome. Hasan, M. (2011). Pendidikan Anak Usia
Guru mengajarkan peserta didik Dini. yogyakarta: DIVA press.
donw syndrome ternyata bukan hanya Jarvis, M. (2011). Teori-Teori Psikologi.
sekedar memberikan pengetahuan Bandung: nusa media.
kognitifnya saja lebih dari itu, semua Kartono, K. dan D. G. (1987). Kamus
bidang pengembangan di ajarkan untuk Psikologi. Bandung: Pionir Jaya.
mulai dari sikap moral, sosial, bahasa, seni L, Batshaw, M. (n.d.). Children with
dan motoriknya kelak nanti anak donw Disabilitis.
sindrome merasa mempunyai tempat di Suparno, P. (2011). Teori Perkembangan
tengah-tengah masyarakat, khususnya Kognitif Jean Piaget. yogyakarta.
disekolah, disamping itu peran guru dan Surya, M. (2003). Psikologi Konseling.
prilaku peserta didik mempunyai peran Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
penting dalam tercapai pembelajaran yang Suryo. (2011). Genetika Manusia.
berazaskan bermain sambil belajar, yang yogyakarta: UGM Press.
menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai