(RPP)
A. KOMPETENSI INTI
Kompetensi Sikap: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Menunjukkan perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan
pro-aktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”.
Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak langsung (indirect teaching), yaitu
keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolahdengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta
kebutuhan dan kondisi peserta didik.
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Melalui pendekatan saintifik dengan model pembelajaran discovery learning, peserta didik menjelaskan
faktor-faktor yang memengaruhi laju reaksi menggunakan teori tumbukan serta menyajikan hasil
penelusuran informasi cara-cara pengaturan dan penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan fisika
dan kimia yang tak terkendali penuh tanggung jawab, bekerja keras dan bekerja sama, serta mampu berfikir
kritis, komunikatif, kreatif dan kolaboratif.
D. MATERI PEMBELAJARAN
Pengertian dan pengukuran laju reaksi
Teori tumbukan
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
(terlampir)
E. METODE PEMBELAJARAN
Pendekatan : Scientific Learning
Model Pembelajaran : Discovery Learning
Metode Pembelajaran : Diskusi, tanya jawab, presentasi, ceramah, praktikum
F. MEDIA PEMBELAJARAN
Media :
Worksheet atau lembar kerja (siswa)
Slide presentation
Ilustrasi (Video, animasi flash)
Alat tulis (spidol, papan tulis)
Laptop & infocus
Alat dan bahan percobaan
G. SUMBER BELAJAR
1. Sudarmo,Unggul.2014.Kimia:Untuk SMA/MA Kelas XI,Kelompok Peminatan Matematika dan
Ilmu Alam. Jakarta:Erlangga
2. Sunarya, Yayan. 2009. Mpudah dan Aktif Belajar Kimia 2 : Untuk Kelas XI Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah Program Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta : Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional
3. Sutresna, Nana. 2007. Cerdas Belajar untuk Kelas XI Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah. Bandung: Grafindo Media Pratama
H. LANGKAH – LANGKAH PEMBELAJARAN
Pertemuan Ke- 1 (4 x 45 menit)
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu
Remedial
(1) Pembelajaran remedial dilakukan bagi peserta didik yang capaian KD nya belum tuntas
(2) Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau tutor sebaya,
atau penugasan dan diakhiri dengan tes.
(3) Tes remedial, dilakukan sebanyak 3 kali dan apabila setelah 3 kali tes remedial belum mencapai
ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk penugasan tanpa tes tertulis kembali.
Pengayaan
Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran pengayaan sebagai
berikut:
(1) Peserta didik yang mencapai nilai n(ketuntasan) n n(maksimum) diberikan materi masih
dalam cakupan KD dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan
(2) Peserta didik yang mencapai nilai n n(maksimum) diberikan materi melebihi cakupan KD dengan
pendalaman sebagai pengetahuan tambahan
A. PENILAIAN SIKAP
LEMBAR OBSERVASI
B. PENILAIAN PENGETAHUAN
2 Reaksi ion bromide dan ion bromate dalam asam Kunci jawaban : A 10
sesuai persamaan berikut: Pembahasan :
5Br- (aq) + BrO3- (aq) + 6H+ (aq) →3 Br2 (g) + H2O Laju berkurangnya ion bromida
(l)
Jika kecepatan pembentukan air adalah 2v mol.L-
1.s-1, maka kecepatan berkurangnya ion Bromida
adalah…
A. 100
B. 80
C. 60
D. 40
E. 20
3 Dari reaksi 2 N2O5 → 4 NO2 + O2 diperoleh data Kunci Jawaban : B 10
pembentukan senyawa NO2 sebagai berikut:
NO [NO2] (M) Waktu (jam)
1 0.000 0
2 0.020 1
3 0.040 2
4 0.080 3
Laju pembentukan NO2 adalah…
A. 5.5 x 10-4 M/s
B. 5.5 x 10-6 M/s
C. 5.5 x 10-5 M/s
D. 5.5 x 10-3 M/s
E. 5.5 x 10-7 M/s
4 Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Kunci Jawaban : E 10
adalah…. Pembahasan :
1. luas permukaan sentuhan Faktor-faktor yang mempengaruhi
2. konsentrasi zat pereaksi laju reaksi antara lain :
3. suhu saat reaksi berlangsung a. Suhu : Semakin tinggi suhu,
4. penambahan katalis yang tepat semakin cepat reaksi berlangsung.
A. 1,3 b. Luas permukaan sentuh : makin
B. 2,4 luas luas permukaan sentuhnya,
C. 1,4 maka reaksi
D. 1,2,4 berlangsung semakin cepat.
E. 1,2,3,4 c. Konsentrasi pereaksi : semakin
besar konsentrasi, maka reaksi akan
semakin
cepat
d. Katalis : penambahan katalis akan
mempercepat laju reaksi, karena
adanya
katalis menurunkan energi aktivasi
reaksi.
5 Kenaikan suhu umumnya menaikkan reaksi. Alasan Kunci jawaban : D 10
yang tepat untuk menjelaskan hal di atas adalah …. Penyelesaian :
A. energi kinetik dari molekul-molekul menurun Efek dari kenaikan suhu adalah
B. kenaikkan suhu menghasilkan reaksi dapat balik memperbesar energi kinetik rata-
C. kecepatan masing-masing molekul menjadi sama rata dari sistem
D. energi kinetik dari molekul-molekul meningkat yang demikian lebih banyak yang
E. kenaikan suhu memperkecil energi aktivasi dapat mencapai keadaan peralihan,
dengan kata
lain kecepatan reaksi akan
diperbesar.
6 Reaksi antara asam sulfat dengan magnesium Kunci jawaban : B 10
karbonat di bawah ini dibuat pada Pembahasan : pada percobaan B,
berbagai macam kondisi. Kondisi yang digunakan serbuk MgCO3 dan
menghasilkan laju reaksi optimum adalah… larutan H2SO4 pekat. Selain itu juga
dilakukan pada suhu yang cukup
tinggi yaitu 50℃
A.
B.
C.
D.
E.
7 Pada reaksi berikut, CaCO3 (s) + 2HCl (aq) → CaCl2 Kunci Jawaban : D 10
(aq) + H2O (l) + CO2 (g) Pembahasan : faktor yang dapat
Faktor yang tidak mempengaruhi laju reaksi di atas mempengaruhi laju reaksi adalah
adalah… 1. Suhu
A. Luas permukaan kalsium karbonat 2. Luas permukaan
B. Konsentrasi asam klorida 3. Konsentrasi
C. Suhu larutan asam klorida 4. Katalis
D. Volume larutan asam klorida
E. Penambahan katalis
PEDOMAN PENILAIAN
Pedoman Penskoran
𝒋𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒑𝒆𝒏𝒊𝒍𝒂𝒊𝒂𝒏
Nilai = 𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍
x 100
C. PENILAIAN KETERAMPILAN
1.Penilaian Presentasi
Lembar Penilaian Presentasi Hasil Kerja Kelompok
No Kelompok Kriteria Jumlah Skor Nilai Ket
(1) (2) (3)
1
2
3
Dst.
Pedoman Penskoran
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛
Nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙
x 10
LAJU REAKSI
Pengertian dan pengukuran laju reaksi
Reaksi kimia selalu berkaitan dengan perubahan dari suatu pereaksi (reaktan) menjadi hasil reaksi (produk).
Laju reaksi adalah berkurangnya jumlah reaktan atau bertambahnya jumlah produk dalam satuan waktu
Satuan dari jumlah zat bermacam-macam, misalnya gram, mol, atau konsentrasi. Sebagai contoh,
apabila kita akan mengamati laju reaksi dari pembakaran kertas, kita dapat menghitung berapa gram kertas
yang terbakar dalam satuan waktu.Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai berkurangnya jumlah (konsentrasi)
pereaksi per satuan waktu atau bertambahnya jumlah (konsentrasi) hasil reaksi per satuan waktu.
Berdasarkan grafik gambar diatas jumlah konsentrasi reaktan sementara berkurang maka laju
reaksinya adalh berkurangnya jumlah konsentrasi R persatuan waktu. Oleh karena itu dirumuskan:
−∆ [𝑅]
V =
∆t
Keterangan :
-∆[R] = berkuranganya konsentrasi reaksi
∆t = perubahan waktu
V = laju reaksi
Berdasarkan grafik gambar diatas, dapat pula dibaca bahwa jumlah konsentrasi produk semakin
bertambah maka laju reaksinya adalah bertambahnya jumlah konsentrasi R persatuan waktu. Oleh karena
itu, dirumuskan : + ∆ [𝑅]
V =
∆t
Teori Tumbukan
Menurut teori tembukan, reaksi berlangsung sebagai hasil tumbukan antar partikel pereaksi. Akan
tetapi, tidaklah setiap tumbukan menghasilkan reaksi, melainkan hanya tumbukan antar partikel yang
memiliki energi cukup serta arah tumbukan yang tepat. Jadi laju reaksi akan bergantung pada tiga hal
berikut:
Frekuensi tumbukan.
Frekuensi partikel dengan energi cukup yang bertumbukan dengan arah yang tepat.
Berikut akan diuraikan syarat-syarat terjadinya suatu reaksi, meliputi tumbukan efektif dan energi
tumbukan yang cukup :
1. Tumbukan efektif
Tumbukan yang menghasilkan reaksi kita sebut tumbukan efektif. Molekul pereaksi dalam wadahnya selalu
bergerak kesegala arah, dan berkemungkinan besar bertumbukan satu sama lain, baik dengan molekul yang
sama maupun berbeda. Tumbukan itu dapat memutuskan ikatan dalam molekul pereaksi dan kemudian
membentuk ikatan baru yang menghasilkan molekul hasil reaksi.
Sebagai contoh, reaksi antara atom kalium (K) dan metil iodide (CH3I) dengan reaksi berikut:
K + CH3I KI + CH3.
Maka, tumbukan yang efektif akan terjadi bila kedaaan molekul sedemikian rupa sehingga antara atom-
atom yang berukuran sama saling bertabrakan (Gambar 1a). Sedangkan tumbukan tidak efektif jika yang
bertabrakan adalah atom-atom dengan ukuran berbeda (Gambar 1b).
Supaya terjadi banyak tumbukan, maka terjadi penambahan molekul pereaksi. Karena dengan
bertambahnya molekul pereaksi, dimungkinkan banyak tumbukan efektif yang terjadi untuk menghasilkan
molekul hasil reaksi. Kedaaan tersebut divisualisasikan dalam Gambar 2.
Semua reaksi, eksoterm atau endoterm, memerlukan energy pengaktifan. Reaksi yang dapat berlangsung
pada suhu rendah berarti memiliki energi pengaktifan yang rendah. Sebaliknya, reaksi yang memiliki energi
pengaktifan besar hanya dapat berlangsung pada suhu tinggi.
Energi pengaktifan ditafsirkan sebagai energi penghalang (barier) antara pereaksi dan produk. Pereaksi
harus didorong sehingga dapat melewati energi penghalang tersebut baru kemudian dapat berubah
menjadi produk. Profil diagram energi pada reaksi eksoterm dan endoterm diberikan pada Gambar 3.
(a) (b)
Gambar 3 : Energi pengaktifan untuk reaksi eksoterm (a) dan reaksi endoterm (b)
Menurut hukum mekanika, bahwa energi total (jumlah energy kinetik dan energi potensial) harus konstan.
Berdasarkan Gambar 3, pada saat terbentuknya ikatan baru (C-D), masih terdapat ikatan lama (A -B). Berarti
pada saat itu, terdapat dua ikatan (A -B dan C-D). Kedaan seperti itu hanya sesaat dan tidak stabil, maka
keadaan tersebut disebut keadaan transisi atau kompleks teraktivasi yang mempunyai tingkat energi lebih
tinggi daripada keadaan awal.
Terbentuknya ikatan baru (C-D) adalah akibat gaya tarik (energy potensial), dan proses ini akan melepaskan
sejumlah energi. Energi tersebut sebagian atau seluruhnya akan dipakai untuk memutuskan ikatan lama (A
-B). Selama proses pemutusan, terjadi penurunan tingkat energy sistem, karena terbentuk ikatan baru yang
energinya lebih rendah.
Dengan demikian, dalam suatu reaksi terdapat tiga keadaan yaitu keadaan awal (pereaksi), kedaaan
transisi, dan keadaan akhir (hasil reaksi). Keadaan transisi selalu lebih tinggi daripada dua keadaan yang
lain, tetapi kedaan awal dapat lebih tinggi atau lebih rendah daripada keadaan akhir. Bila keadaan awal
lebih tinggi, reaksi menghasilkan kalor atau eksoterm (Gambar 3a). Dan bila sebaliknya, reaksi adalah
menyerap kalor atau endoterm (Gambar 15b).
a. Konsentrasi
Untuk beberapa reaksi baik reaksi dalam fasa gas, cair ataupun padat kenaikan konsentrasi
meningkatkan laju reaksi. Larutan dengan konsentrasi yang besar (pekat) mengandung partikel yang lebih
rapat, jika dibandingkan dengan larutan encer. Semakin tinggi konsentrasi berarti semakin banyak molekul-
molekul dalam setiap satuan luas ruangan, akibatnya tumbukan antar molekul makin sering terjadi dan
reaksi berlangsung semakin cepat. Contoh reaksi antara asam klorida yang ditambahkan pada natrium
tiosulfat, endapan kuning terbentuk yang menunjukkan pembentukkan belerang.
Jika larutan natrium tiosulfat dibuat semakin encer, pembentukkan endapan semakin
membutuhkan waktu yang lama. Dengan asumsi bahwa reaksi terjadi antara dua partikel karena terjadinya
tumbukan, tumbukan yang menghasilkan reaksi disebut tumbukan efektif. Ini berlaku untuk reaksi pada
fasa apapun, baik untuk fasa gas, cair atau pun padat. Jika konsentrasi tinggi maka kemungkinan terjadinya
tumbuk-an semakin banyak.
Gambar 4: Perbandingan laju reaksi antara pita Magnesium dengan (A) HCl 1 M, dan (B) HCl 0,5 M
Anggaplah pada suatu waktu kamu punya satu juta partikel yang memiliki cukup energi untuk
mengatasi energy aktivasinya sehingga dapat bereaksi, atau E>Ea. Jika kamu punya 100 juta maka akan
bereaksi 100 juta, maka hasil reaksi biasanya mengikuti kelipatan zat pereaksi yang ditambahkan.
b. Luas Permukaan
Jika kita gunakan padatan dalam bentuk serbuk biasanya hasil reaksi akan lebih cepat diperoleh.
Hal itu dikarenakan zat dalam bentuk serbuk memiliki luas permukaan yang lebih besar. Memperbesar luas
permukaan padatan akan meningkatkan peluang terjadinya tumbukan. Bayangkan sebuah reaksi antara
logam magnesium dan asam klorida encer. Reaksi akan mencakup tumbukan antara atom magnesium dan
ion hidrogen.
Mg(s)+ 2 H+(aq) Mg2+(aq) + H2(g)
Suatu zat akan bereaksi apabila bercampur dan bertumbukan. Pada pencampuran reaktan yang
terdiri dari dua fasa atau lebih, tumbukan berlangsung pada bagian permukaan zat. Padatan berbentuk
serbuk halus memiliki luas permukaan bidang sentuh yang lebih besar daripada padatan berbentuk
lempeng atau butiran. Semakin luas permukaan partikel, maka frekuensi tumbukan kemungkinan akan
semakin tinggi sehingga reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
d. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat memperbesar laju reaksi, tetapi tidak mengalami perubahan kimia
secara permanen, sehingga pada akhir reaksi zat tersebut dapat diperoleh kembali. Katalis mempercepat
reaksi dengan cara menurunkan harga energy aktivasi (Ea).
Katalisis adalah peristiwa peningkatan laju reaksi sebagai akibat penambahan suatu katalis. Meskipun
katalis menurunkan energi aktivasi reaksi, tetapi ia tidak mempengaruhi perbedaan energi antara produk
dan pereaksi. Dengan kata lain, penggunaan katalis tidak akan mengubah entalpi reaksi. Untuk
meningkatkan laju reaksi kamu perlu meningkatkan jumlah tumbukan yang efektif sehingga menghasilkan
reaksi.
DENGAN ADANYA KATALIS MAKA LAJU REAKSI AKAN SEMAKIN CEPAT
LKS PRAKTIKUM
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi
I. Tujuan Praktikum :
a. Mengamati pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi.
b. Mengamati pengaruh suhu terhadap laju reaksi.
c. Mengamati pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi.
d. Mengamati pengaruh katalis terhadap laju reaksi.
2 25 mL 25 mL 40
3 25 mL 25 mL 50
4 25 mL 25 mL 60
1 H2O2