Anda di halaman 1dari 8

Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran Menggunakan Supply Chain Operations Reference

(SCOR)
  ARI WAHYU WIJI A
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sayuran dibutuhkan oleh semua lapisan masyarakat. Dengan semakin

majunya gizi pangan, masyarakat semakin sadar akan pentingnya sayuran sebagai

asupan gizi. Oleh karena itu, dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya

sayuran dalam komposisi makanan maka kebutuhan sayur juga meningkat

(Setyaningrum dan Saparinto, 2011).

Kini gaya hidup makin berkembang termasuk dalam hal menjaga kesehatan

sehingga mendorong masyarakat mulai mengkonsumsi sayuran. Tidak hanya

sayuran biasa (non organik), sayur organik kini menjadi pilihan bagi masyarakat

untuk memenuhi kebutuhan pokok. Sayuran hasil pertanian organik memiliki

kualitas yang tinggi. Sebab, proses penanaman sayuran menggunakan sistem

multikultur dan memiliki biodiversitas tinggi, sehingga sayuran hasil pertanian

organik akan memiliki kandungan nutrisi dalam jumlah yang cukup tinggi dengan

kandungan polusi yang dapat diabaikan (Winangun, 2005).

Produk organik yang dijual masih terbilang cukup mahal, karena

kebanyakan produk ini masih diimpor dari luar negeri. Meskipun produk organik

masih tergolong mahal karena produksinya yang masih minim dan prosesnya

yang lebih rumit dibandingkan dengan produk biasa. Namun permintaan terhadap

produk organik meningkat cukup tajam, dan jauh lebih tinggi dari pada industri

makanan pada umunya. Baik di negara maju maupun negara yang sedang

berkembang. Produk makanan organik memperhitungkan 2% dari total penjualan

1
 
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran Menggunakan Supply Chain Operations Reference
(SCOR)
ARI WAHYU WIJI A 2
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
 

seluruh produk makanan di seluruh dunia, menurut The Global Market for

Organik Food and Drink. Sedangkan pertumbuhannya sebesar 20% pertahun

sejak awal 1990-an dan diperhitungkan pertumbuhan masa akan datang bisa

mencapai 50% pertahun (Team SOS, 2011).

Yogyakarta dan Magelang merupakan kawasan yang memproduksi sayur

organik maupun non organik yang sangat berperan dalam pemenuhan kebutuhan

konsumen. Aliran rantai pasok sayur dari petani hingga konsumen merupakan hal

yang penting untuk diperhatikan. Hal ini dikarenakan permintaan konsumen dapat

tercukupi sedangkan pelaku usaha dari hulu ke hilir mendapatkan keuntungan dari

proses distribusi sayuran tersebut. Sayuran merupakan komoditas pertanian yang

memiliki sifat perishable (mudah busuk dan rusak) karena memiliki kadar air

yang tinggi dan tetap menjalankan aktivitas biokimia walaupun sudah dipanen

yang menyebabkan umur simpannya relatif rendah. Selain perishable, sayuran

juga bersifat voluminous (tidak berat namun membutuhkan ruang atau tempat

yang cukup luas). Oleh karena itu sayuran membutuhkan penanganan yang tepat

dari pemanenan oleh petani, pengumpulan ke pengepul, pengiriman ke pemasok

dan supermarket hingga ke konsumen. Jumlah sayuran yang dihasilkan tiap

kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada Gambar 1.1

 
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran Menggunakan Supply Chain Operations Reference
(SCOR)
ARI WAHYU WIJI A 3
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
 

Sumber: Badan Pusat Statistik D.I. Yogyakarta, 2015

Gambar 1.1 Produksi Tanaman Sayuran di Provinsi D.I.Yogyakarta (Ton)

Sayuran yang diproduksi di D.I. Yogyakarta menurut Badan Pusat

Statistik Yogyakarta hingga tahun 2013 terdiri dari bawang merah, daun bawang,

kentang, kubis, sawi, kacang panjang, cabai besar, cabai rawit, tomat, terong,

buncis, ketimun, kangkung dan bayam. Berdasarkan Gambar 1.1 hasil produksi

sayuran dari tahun 2010 hingga 2012 untuk Kabupaten Bantul, Sleman dan

Gunung Kidul menurun, Kabupaten Kulon Progo terus meningkat sedangkan

untuk Kota tidak memproduksi sayuran. Sayuran tersebut memerlukan proses

distribusi yang tepat agar permintaan konsumen dapat terpenuhi.

Oleh karena itu, rantai pasok dari sayuran merupakan hal yang penting

diperhatikan agar kebutuhan konsumen terpenuhi. Rantai pasok merupakan

jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan

yang sama, yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut

 
 
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran Menggunakan Supply Chain Operations Reference
(SCOR)
ARI WAHYU WIJI A 4
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
 

(Indrajit dan Pranoto, 2002). Untuk komoditas sayuran, kegiatan rantai pasok

mencakup penanganan dari pasca panen hingga sayuran dapat diperoleh

konsumen akhir.

Berdasarkan hasil studi, rantai pasokan yang kurang optimal dapat

mengakibatkan kerugian finansial yang besar bagi produsen. Sebuah sistem rantai

pasok harus dirancang dengan memperhatikan jenis produk yang ditawarkan oleh

produsen kepada konsumen, yang dapat di kategorikan sebagai produk fungsional;

atau inovatif. Produk fungsional merupakan tipe produk yang biasa dibeli

konsumen sehari-hari, yang pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasar. Produk ini

memiliki pola permintaan yang stabil dan dapat diprediksi, serta memiliki daur

hidup yang panjang (Tanujaya, 2008).

Bentuk fisik dari suatu barang dalam supply chain dapat dilihat sebagai

tahapan jaringan nilai tambah bahan pengolahan yang masing-masing

didefinisikan dengan pasokan input, transformasi material dan output permintaan

(Anonim 1, 2015). Sayuran pada tiap tier dalam rantai pasok mendapatkan nilai

tambah (value added) yang dapat diketahui dari penambahan biaya yang diberikan

pada komoditas tersebut. Nilai tambah (value added) sendiri merupakan nilai

yang ditambahkan oleh suatu perusahaan ke bahan-bahan dan jasa-jasa yang

dibelinya melalui proses produksi dan usaha-usaha pemasarannya. Pengukuran

value added menunjukkan kontribusi yang diberikan oleh suatu tier dan akan

ditanggung oleh tier berikutnya yang dapat diukur dengan biaya.

Kinerja merupakan refleksi dari pencapaian kuantitas dan kualitas pekerjaan

yang dihasilkan individu, kelompok atau organisasi dan dapat diukur. Pengukuran

 
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran Menggunakan Supply Chain Operations Reference
(SCOR)
ARI WAHYU WIJI A 5
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
 

kinerja diperlukan untuk melakukan pemantauan dan pengendalian,

mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasokan,

mengetahui dimana posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun

terhadap tujuan yang hendak dicapai dan menentukan arah perbaikan untuk

menciptakan keunggulan dalam bersaing (Anggraeni, 2009). Penilaian kinerja

rantai pasok sangatlah penting untuk dilakukan, karena pengukuran kinerja

diperlukan untuk mengetahui sejauh mana optimalisasi kegiatan pemasaran yang

dilakukan anggota rantai pasok sehingga akan terlihat sejauh mana upaya-upaya

yang dilakukan untuk memperbaiki permasalahan didalam pengelolaan rantai

pasok tersebut. Selain itu jika kinerja rantai pasokan suatu organisasi meningkat

maka semakin mudah mencapai tujuan akhirnya atau target yang ingin dicapai.

Sebaliknya, jika kinerja rantai pasok tidak optimal maka keuntungan yang akan

diperoleh akan berkurang karena tidak mencapai tujuan atau target dan proses

bisnis tidak berjalan efektif serta efisien.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alur rantai pasok sayuran

yang berasal dari petani Yogyakarta dan Magelang hingga didistribusikan ke

konsumen melalui modern market di Yogyakarta, mengukur dan menganalisi

kemampuan anggota rantai pasok dalam menjalankan usaha. Selain itu, penelitian

ini dilakukan karena belum ada pengukuran kinerja rantai pasok sayuran

menggunakan parameter supply chain yang berasal dari petani yang

didistribusikan ke konsumen melalui jalur modern market.

Salah satu metode pengukuran kinerja yang dapat digunakan untuk

mengevaluasi kinerja supply chain adalah metode Supply Chain Operations

 
 
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran Menggunakan Supply Chain Operations Reference
(SCOR)
ARI WAHYU WIJI A 6
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
 

Reference (SCOR). Perbedaan metode SCOR dengan metode pengukuran kinerja

antara lain seperti balanced scorecard (BSC), performance prism dan integrated

performance measurement system (IPMS), terletak pada fokus area pengukuran.

Metode pengukuran, seperti BSC, IPMS, dan performance prism hanya berfokus

pada aktivitas-aktivitas internal perusahaan saja. Penggunaan metode SCOR dapat

membantu perusahaan meningkatkan kinerja supply chain dengan menganalisis

secara komprehensif dari hulu hingga hilir (Perdana dan Ambarwati, 2012).

Metode SCOR dapat digunakan untuk mengusulkan dimana perbaikan harus

dilakukan. Sejalan dengan Paul (2014), yang menyatakan bahwa SCOR

merupakan perangkat analisis rantai pasok yang ideal dan menawarkan cara yang

efisien untuk mengidentifikasi peluang-peluang perbaikan.

Pengukuran kinerja pada penelitian ini menggunakan metode Supply

Chain Operations References (SCOR) karena metode ini dapat mengevaluasi

kinerja supply chain dengan cara analisis dan dekomposisi proses. Metode ini

dapat mengukur kinerja secara obyektif berdasarkan data yang ada pada obyek

yang ditunjuk. Melalui data yang digunakan untuk metode SCOR tersebut, dapat

diperoleh pula nilai tambah untuk proses rantai pasok sayuran dengan cara

menghitung value added. Value added berkaitan dalam kinerja rantai pasok

karena biaya yang dikeluarkan oleh tiap tier masuk kedalam atribut kinerja rantai

pasok yang bertujuan agar produk tersebut bernilai.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana alur rantai pasok sayuran yang dimulai dari petani hingga

didistribusikan ke tangan konsumen?

 
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran Menggunakan Supply Chain Operations Reference
(SCOR)
ARI WAHYU WIJI A 7
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
 

2. Bagaimanakah kinerja pada rantai pasok sayur organik maupun non

organik yang berjalan?

3. Bagaimana strategi rantai pasok sayuran yang dapat muncul agar dapat

memenuhi permitaan konsumen melalui jalur modern market?

4. Bagimana nilai tambah (value added) yang diberikan pada sayuran tiap

tier rantai pasok sayuran ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi rantai pasok sayuran organik maupun non organik yang

dihasilkan petani hingga didistribusikan ke tangan konsumen.

2. Mengukur dan menganalisis kinerja pada rantai pasok sayur organik

maupun non organik yang sedang berjalan.

3. Menganalisis strategi rantai pasok sayuran yang dapat muncul agar dapat

memenuhi permintaan kosumen melalui jalur modern market.

4. Menganalisis nilai tambah (value added) yang diberikan ke produk yang

berupa sayuran tiap tier.

1.4 Batasan Masalah

1. Penelitian ini berfokus pada komoditas sayuran baik organik maupun non

organik berasal dari petani di Magelang dan Yogyakarta yang

didistribusikan ke modern market atau supermarket di daerah Yogyakarta

dan sekitar.

 
 
Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Sayuran Menggunakan Supply Chain Operations Reference
(SCOR)
ARI WAHYU WIJI A 8
Universitas Gadjah Mada, 2015 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
 

2. Pengukuran kinerja dilakukan pada pelaku usaha sayuran yang terdiri dari

petani (supplier), pengepul (broker) dan pemasok (trader). Metode yang

digunakan untuk mengukur kinerja rantai pasok sayuran dalam memenuhi

permintaan konsumen adalah Supply Chain Operations Reference (SCOR)

yang berfokus pada level 1. Level pertama bertujuan menganalisis basis

kompetensi pelaku usaha.

3. Sedangkan value added yang diukur dalam penelitian ini berfokus pada

segi biaya yaitu selisih dari penjualan dengan biaya produksi. Satuan dari

value added dalam penelitian ini adalah rupiah.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Peneliti dan Akademis

Memberikan masukkan, referensi dan solusi dengan adanya pengukuran

kinerja rantai pasok sayuran di DIY dan Magelang. Bagi penelitian

selanjutnya, sebagai bahan referensi dan informasi dalam melakukan

penelitian lebih lanjut.

2. Pelaku Usaha Sayur

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukkan dan panduan bagi para

pelaku usaha seperti petani sayur baik organik maupun non organik,

pengepul, distributor dan eksportir dalam menjalankan kegiatan usahanya

untuk membangun sistem yang berkesinambungan. Selain itu, penelitian

ini memberikan masukan strategi yang dapat dilaksanakan agar pelaku

usaha dapat memaksimalkan keuntungan yang akan diperoleh dan rencana

kerja agar lebih meningkatkan daya saing.  

Anda mungkin juga menyukai