Pengantar Sosiologi
Sociology
History Of Sociology
• Pada abad ke 13 sejarah sosiologi dikembangkan oleh Ma Tuan-Liin yang berasal dari cina
dengan dilihat pada faktor-faktor sosial dalam encyklopedia pengetahuan umum “Wen Hsien
T’ung K’ao” oleh Ibn Kaldun.
• Abad Pencerahan merupakan pertama kalinya dalam sejarah para pemikir memberikan
penjelasan tentang dunia sosial sehingga mampu meguraikan prinsip-prinsip umum yang
menjelaskan kehidupan sosial (Collins 1994, 17). Penulis Periode ini berbagai filsuf terkenal yakni
John Locke; David Hume; Voltaire (François-Marie Arouet);Immanuel Kant; Charles-Louis de
Secondat, Baron de La Brède et de Montesquieu;Thomas Hobbes; and Jean-Jacques Rousseau.
• Mocionis (1995, 12) memberikan pengantar kepada siswa, bahwa tertarik pada sejarah sifat
masyarakat. tahun 1800-an ia mau belajar bagaimana aturan sosial bekerja dalam masyarakat.
Oleh karena itu, berbekal pengetahuan akan merasa bisa lebih baik dalam perubahan sosial
(Collins 1994, 42)
Sosiologi diciptakan oleh filsuf Perancis Auguste Comte (1798-1857), yang dikenal sebagai “Bapak
Sosiologi.” Dia pertama kali secara terbuka menggunakan istilah dalam karyanya Filsafat Positif (1896,
orig 1838;. Abercrombie, Hill, dan Turner 2000, 67).
• Awalnya Comte menjadi sekretaris dan murid filsuf sosial Prancis Claude Henri de Rouvroy
Comte de Saint-Simon (1760-1825).
• Saint-Simon adalah advokat untuk reformasi ilmiah dan sosial. Ia menganjurkan menerapkan
prinsip-prinsip scien-tific untuk belajar bagaimana masyarakat diorganisasikan. Berbekal
pengetahuan ini, ia percaya ia bisa memastikan bagaimana cara terbaik untuk mengubah,
dan memerintah, masyarakat untuk masalah sosial ad-dress seperti kemiskinan.
• Comte melihat sejarah dibagi menjadi tiga tahap intelektual (teologis, metafisik,
positivistic/scientific)
• Para ilmuwan sedang belajar lebih banyak tentang hukum yang mengatur dunia fisik. namun
Comte merasa bahwa ilmu juga bisa digunakan untuk mempelajari dunia sosial. Comte
berpikir bahwa analisis ilmiah juga bisa menemukan hukum yang mengatur kehidupan sosial
kita. Comte memperkenalkan konsep positivisme sosiologi-cara untuk memahami dunia sosial
berdasarkan fakta-fakta ilmiah. Dia percaya bahwa, dengan ini mengetahui hal baru, orang
bisa membangun masa depan yang lebih baik. Dia membayangkan sebuah proses perubahan
sosial di mana sosiolog memainkan peran penting dalam membimbing masyarakat.
• Sosiologi merupakan salah satu rumpun dalam ilmu sosial. Sosiologi lahir dari kekuatiran
seorang ahli filsafat Perancis yang bernama Auguste Comte terhadap maraknya anarki (tidak
dipatuhinya aturan) dalam masyarakat Perancis setelah pecahnya Revolusi Perancis. Walaupun
banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan
tentang masyarakat.
1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan
Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi.
Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan
Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan
perubahan sosial.
Para ilmuwan berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat
pada tiap tahap peradaban manusia.
Abad Pencerahan
Berkembangnya ilmu pengetahuan pada abad pencerahan (sekitar abad ke-17 M), turut
berpengaruh terhadap pandangan mengenai perubahan masyarakat, ciri-ciri ilmiah mulai
tampak pada abad ini. Para ahli pada zaman itu berpendapat bahwa pandangan mengenai
perubahan masyarakat harus berpedoman pada akal budi manusia.
Perubahan yang terjadi akibat revolusi benar-benar mencengangkan. Struktur masyarakat yang
sudah berlaku ratusan tahun rusak. Bangsawan dan kaum Rohaniwan yang semula bergemilang
harta dan kekuasaan, disetarakan haknya dengan rakyat jelata. Raja yang semula berkuasa
penuh, kini harus memimpin berdasarkan undang-undang yang di tetapkan. Banyak kerajaan-
kerajaan besar di Eropa yang jatuh dan terpecah.
Gejolak abad revolusi itu mulai menggugah para ilmuwan pada pemikiran bahwa perubahan
masyarakat harus dapat dianalisis. Mereka telah menyakikan betapa perubahan masyarakat
yang besar telah membawa banyak korban berupa perang, kemiskinan, pemberontakan dan
kerusuhan. Bencana itu dapat dicegah sekiranya perubahan masyarakat sudah diantisipasi
secara dini.
Sosiolog di Masyarakat
Sosiolog secara aktif menggunakan keterampilan mereka diseluruh masyarakat dengan cara
mendatangi akademisi dan ruang kelas untuk menemukan jawaban terkait dengan penelitian atau
permasalahn, hal ini bisa terkait:
2. Meningkatkan layanan masyarakat (layanan telefon bagi penyandang cacat) (segalman 1998)
3. Meningkatkan bantuan bagi para korban kekerasan (Kilpatrick Resick, dan Williams 2001) ,
4. Merancang pengaturan sosial yang lebih efektif untuk interaksi manusia dari pusat penitipan
anak (DuBois 2001).
Peran sosiolog Sosiologi hendak mempelajari masyarakat, perilaku masyarakat, dan perilaku sosial
manusia dengan mengamati perilaku kelompok yang dibangunnya. Sebagai sebuah ilmu, sosiologi
merupakan pengetahuan kemasyarakatan yang tersusun dari hasil-hasil pemikiran ilmiah dan dapat di
kontrol secara kritis oleh orang lain atau umum.
Sosiolog kontemporer melanjutkan tradisi dari sosiolog awal dengan menggunakan sosiologi untuk
membuat perbedaan diberbagai bidang masyarakat termasuk seorang peneliti dan guru.
Beberapa sosiolog juga mulai bekerja di bidang teknologi tinggi (Guice 1999). Sosiolog bahkan bekerja
dengan para sarjana dalam berbagai disiplin ilmu tentang studi masa depan. Orang yang terlatih dalam
sosiologi ditemukan di seluruh masyarakat, meskipun mereka tidak selalu terkenal sebagai sosiolog.
Jurusan sosiologi terkenal di dunia olahraga termasuk all-star NBA Alonzo Mourning, quarterback NFL
Hall Fame Joe Theismann, dan olah raga olah raga Ahmad Rashad.
Di luar prestasi mereka di arena hiburan dan olahraga, sosiolog telah membuat banyak kontribusi yang
mengubah dunia bagi masyarakat. Saul Bellow memenangkan Hadiah Nobel 1976 dalam Sastra, dan
Jane Addams dan Emily Balch keduanya memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian.
Rentang karier untuk sosiolog, keterampilan kerja yang dimiliki sosiolog, dan pelatihan yang mereka
terima dibahas lebih rinci dalam bab 11.
IMAJINASI SOSIOLOGI
Menurut C. Wright Mills “Imajinasi sosiologi merupakan kemampuan untuk memahami sejarah dan
biografi serta hubungan-hubungan di antaranya dengan masyarakat”
- Personal Trouble
- Public Issue
- 1800-an : Sosiologi adalah salah satu disiplin akademik termuda, didirikan sebagai bidang studi
di Eropa
- 1876 : Universitas Yale William Graham Sumner diprofilkan di chapter 3, mengajar kursus
pertama diidentifikasi sebagai “sosiologi” di Amerika Serikat
- 1892 : The University of Chicago mendirikan departemen lulusan pertama dari sosiologi di
Amerika Serikat
- 1910 : Sebagian besar perguruan tinggi dan universitas yang menawarkan program sosiologi,
meskipun tidak di departemen terpisah
Sosiology in Changing World
- Perkembangan Teknologi
- Kompleksitas
Abu Zaid Abdal Rahman Ibn Khaldun (1332-1406) adalah seorang sejarawan, filsuf, dan pendiri ilmu
sosial Arab. Lahir di Tunis, Afrika Utara, Ibn Khaldun bekerja untuk pangeran Afrika Utara sebagai
utusan dan di posisi administrasi. Beliau aktif dalam politik selama periode persaingan yang ketat di
antara para pemimpin di dunia Arab, dan bahkan menghabiskan waktu di penjara karena aktivitasnya.
Ibn Khaldun hidup tahun-tahun terakhir hidupnya di Mesir sebagai sarjana, guru, dan hakim.
Beliau menghasilkan beberapa karya terkenal termasuk al Ibar Wa Diwan al-Mubtad Wa al-Khabar.
Kitab ini mengandungi enam jilid dan paling terkenal, kitab Mukaddimah.
Sehingga kini kitab itu menjadi rujukan umat Islam, khususnya dalam ilmu kajian sosial, politik, falsafah
dan sejarah.
CHAPTER 2
Sociological Theory
- Teori adalah analisis dan pernyataan tentang bagaimana dan mengapa serangkaian fakta saling
berhubungan.
- Dalam sosiologi, teori membantu kita memahami bagaimana fenomena sosial saling
berhubungan.
- Sosiolog bergantung pada teori untuk membantu mereka menjelaskan dunia sosial dan
mengatur ide-ide mereka tentang cara kerjanya. untuk menjawab pertanyaan seperti “mengapa
hal-hal terjadi sebagaimana adanya, kondisi apa yang menghasilkannya, dan kondisi apa yang
mengubahnya menjadi sesuatu yang lain? Dengan memahami penyebab sebenarnya dari
bagaimana dan mengapa segala sesuatu beroperasi sebagaimana adanya, kita dapat
menemukan cara untuk mengatasi hal-hal yang perlu diperbaiki. Sosiolog menggunakan metode
penelitian ilmiah untuk menguji teori-teori ini. Teori kemudian dapat disempurnakan atau
ditolak setelah dievaluasi.
Sociological Paradigms
Dalam sosiologi, paradigma teoretis berbeda dalam seberapa besar masyarakat atau aspek apa dari
masyarakat yang mereka fokuskan pada satu waktu. Dengan kata lain, mereka berbeda pada seberapa
besar pandangan mereka terhadap masyarakat. Perspektif makro adalah perspektif "besar" yang
melihat proses sosial di seluruh masyarakat. Para ahli teori sosial yang mengambil perspektif makro
meneliti hubungan timbal balik antara struktur sosial dan hubungan timbal balik skala besar (mis.,
Ekonomi, pemerintah, dan sistem layanan kesehatan). Mereka melihat bagaimana segi-segi masyarakat
ini bersatu dan ada masalah atau tekanan dalam hubungan timbal balik ini. Mereka juga tertarik pada
mengapa dan bagaimana masyarakat berubah sebagai akibat dari hubungan ini. Sebaliknya, perspektif
mikro fokus pada pola interaksi individu. Teori sosial yang mengambil fokus perspektif mikro pada
interaksi sehari-hari yang kita miliki di tingkat individu. Mereka tertarik pada mengapa dan bagaimana
individu saling berhubungan, bagaimana interaksi kita sehari-hari satu sama lain dibentuk oleh
masyarakat yang lebih besar, dan bagaimana interaksi sehari-hari ini pada gilirannya dapat membentuk
masyarakat yang lebih besar.
Tidak ada tanggal yang dapat diidentifikasi dengan jelas ketika teori sosiologis dimulai. Namun,
pertengahan hingga akhir 1800-an menandai periode ketika pemikiran sosial beralih ke apa yang
sekarang kita sebut sosiologi (Ritzer 1988, 4). Saat ini ada tiga paradigma teoretis utama dalam sosiologi:
paradigma struktural-fungsionalis, paradigma konflik sosial, dan paradigma simbolik-interaksionis
(Babbie 1994). Tidak satu pun dari ketiga perspektif ini yang benar-benar “benar” atau “salah.” Masing-
masing memberikan cara berbeda untuk melihat dan menganalisis masyarakat. Mereka dapat
mengungkapkan masalah yang berbeda dan menyarankan jawaban yang berbeda untuk mengatasi
masalah yang mereka identifikasi. Dua dari paradigma utama, strukturalis fungsional dan perspektif
konflik sosial, mengambil perspektif makro pada masyarakat. Perspektif ketiga, simbolik-
interaksionisme, mengambil perspektif mikro.
Structural-Functionalism
Masyarakat cenderung mengarah pada konsensus dasar atau harmoni, di mana struktur masyarakat
yang berlangsung bekerja untuk kebaikan setiap orang.
• Emile Durkheim
- Terminologi organismik
- Keseimbangan sistem dapat tercipta dan terjaga ketika setiap bagian dari sisem menjalankan
fungsinya masing -masing
• Talcott Parsons
• Robert K. Merton
Kritik
• Mengabaikan konflik yang merupakan keniscayaan dalam masyarakat. Penganut teori ini
cenderung menuntut masyarakat berada pada tingkatan yang harmonis sehingga dapat
berjalan dengan baik.
• Terlalu kaku terhadap perubahan terutama yang berasal dari luar. Teori ini cenderung
berfokus pada sistem beserta bagian-bagiannya yang bersifat stabil.
Social-Conflict Theory
Konflik kepentingan masing -masing individu dan kelompok merupakan determinan utama dalam
pengorganisasian kehidupan sosial.
• Karl Marx
- perubahan sosial yang tercipta banyak dipengaruhi oleh adanya pertentangan yang terjadi
antara kelas dominan dan kelas yang tersubordinasi.
- trategi Konflik marsian-modern
• Max Weber
• Dahrendorf
- Konflik dan berbagai elemen kemasyarakatan yang ada di dalam sistem sosial memberikan
kontribusi bagi disintegrasi dan perubahan.
- Teori Konflik Dialektika
Kritik
• Teori konflik dianggap mengabaikan ketertiban dan stabilitas dalam masyarakat. Padahal,
sekalipun konflik dan perubahan adalah bagian dari masyarakat, tapi bukan berarti masyarakat
tidak pernah mengalami kondisi dengan ketertiban dan stabilitas.
• Teori konflik memiliki dasar ideologi radikal. Sama halnya dengan fungsionalisme yang dikritik
karena ideologi konservatifnya, kedua teori ini dianggap tidak cukup memadai dalam
menganalisa kehidupan sosial masyarakat karena masing – masing hanya dapat menerangkan
sebagian kehidupan sosial saja. Padahal, diperlukan perspektif teoritis yang mampu
menerangkan konflik dan ketertiban sekaligus.
Symbolic Interacionism
• Interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni berupa
komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.
• Gagasan utama perspektif ini mengacu pada kenyataan sosial yang muncul melalui proses
interaksi, dan berkaitan erat dengan kemampuan manusia untuk menciptakan serta
memanipulasi simbol-simbol.
• Individu adalah makhluk yang bersifat dinamis dan terus berubah. Karena individu ini adalah
unsur utama pembentuk masyarakat, maka ini artinya masyarakat pun berubah melalui
interaksi yang terjadi antar individu ini.
• Kesimpulannya, interaksi inilah yang dianggap sebagai variable penting dalam menentukan
perilaku manusia, dan bukannya pada struktur masyarakat. Struktur masyarakat sendiri dapat
tercipta dan berubah dipegnaruhi oleh interaksi manusia.
Kritik
• Interaksi simbolik mengabaikan faktor-faktor psikologis seperti kebutuhan, motif, dan niat, dan
justru lebih memusatkan kajiannya pada tindakan, simbol serta interaksi. Karenanya, perhatian
dari para penganut teori ini pun tidak bisa terlalu mendalam.
• Teori ini hanya memfokuskan pada kehidupan manusia sehari-hari, dan tidak melihat hal-hal
yang membuat atau melatarbelakangi tindakan itu terjadi, hingga akhirnya dilakukan.
KARL MARX
Karl Marx lahir di Trier, Prusia 5 Mei 1818. ayahnya seorang pengacara menafkahi keluarganya dengan
baik, khas kehidupan kelas menengah. Orang tuanya dari keluarga pendeta Yahudi, tetapi menjadi
penganut Luther.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa Marx menawarkan sebuah teori tentang masyarakat kapitalis.
Marx yakin bahwa manusia pada dasarnya produktif artinya untuk bertahan hidup manusia perlu
bekerja dengan alam.
Dorongan alamiah inilah yang bisa diwujudkan bersama-sama dengan orang lain, karena sifat manusia
sebagai makhluk sosial. Melalui perjalanan sejarah, proses alamiah ini dihancurkan oleh struktur
masyarakat kapitalis.
Alienasi terjadi karena kapitalisme telah berkembang menjadi dua kelas yaitu sejumlah kecil orang yang
menguasai proses produksi dan sejumlah besar orang sebagai buruh.
Marx berpikir tentang dampak kapitalisme yang menyebabkan kontradiksi dan konflik. Oleh sebab itu ia
menawarkan masyarakat tanpa kelas/sosialisme.