OLEH:
Budi Sutrisno
Regina Fhs
Restiana Ulfa
2019
Stasiun kereta merupakan tempat untuk pemberangkatan dan
pemberhentian kereta api yang akan mengangkut dan mengantarkan penumpang
menuju ke tujuannya. Stasiun kereta api terdiri atas emplasemen stasiun dan
bangunan stasiun, dimana emplasemen stasiun berupa jalan rel, fasilitas
pengoperasian kereta api dan drainase, sedangkan bangunan stasiun berupa
gedung, instalasi pendukung dan peron. Pedoman standarisasi stasiun berisi
tentang aturan-aturan dan acuan-acuan yang digunakan dalam pelaksanaan
perencanaan, perancangan dan pelaksanaan pembangunan stasiun.
I L = 0,64 m2/orang x V x LF I
V = Jumlah rata-rata pnp per jam sibuk dalam satu tahun (orang)
LF = Load factor (80%).
L = 0,64 m2/orang x V x LF
a. Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian merupakan jalur yang dipakai untuk orang berjalan kaki
atau berkursi roda bagi penyandang cacat. Jalur pedestrian di stasiun
dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, nyaman
dan tidak terhalang sehubungan dengan aktivitas pelayanan dan
penggunaan jasa angkutan kereta api di stasiun. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mendesain jalur pedestrian adalah sebagai berikut:
1) Ukuran
Jalur pedestrian didesain dengan lebar minimum 120 cm untuk jalur
searah dan 160 cm untuk jalur dua arah. Jalur pedestrian harus bebas
dari halangan, misalnya pohon, tiang rambu, struktur bangunan,
lubang drainase / gorong-gorong dan benda-benda lainnya yang
menghalangi.
2) Permukaan Lantai
Aspek yang harus diperhatikan pada permukaan lantai adalah
kestabilan, kekuatan, ketahanan cuaca, tekstur (halus tapi tidak licin).
Penggunaan sambungan atau gundukan pada permukaan lantai
harus dihindari, namun jika terpaksa, tingginya tidak boleh lebih dari
1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, bagian tepinya harus
menggunakan konstruksi yang permanen.
3) Kemiringan Lantai
Perbandingan kemiringan maksimum 1:8 dan pada setiap jarak
maksimal 900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar minimal 120
cm.
4) Tepi Pengaman / Kanstin / Low Curb
Tepi pengaman penting bagi penghentian kursi roda dan tongkat tuna
netra ke arah yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi
minimum 10 cm dengan lebar 15 cm di sepanjang jalur pedestrian.
5) Jalur Pemandu
Jalur pemandu adalah jalur yang digunakan untuk memandu
penyandang cacat terutama penyandang tuna netra untuk berjalan
dengan memanfaatkan tekstur ubin sebagai pengarah dan
peringatan.
6) Pencahayaan
Pencahayaan di jalur pedestrian berkisar 200 lux tergantung pada
intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
7) Drainase
Drainase didesain tegak lurus arah jalur dengan kedalaman maksimal
1,5 cm, mudah dibersihkan, dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi
ramp.
b. Tangga
Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal pada bangunan
yang dirancang dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Dimensi pijakan dan tanjakan harus berukuran seragam.
2) Kemiringan maksimum 30°.
3) Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan
pengguna tangga.
4) Tangga harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail)
sekurang-kurangnya pada salah satu sisi tangga.
5) Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 – 80
cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan
bagian ujungnya harus bulat atau dibelokan dengan baik ke arah
lantai, dinding atau tiang.
6) Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujungnya-
ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan panjang minimal 30
cm.
7) Tangga yang ditempatkan di luar bangunan harus didesain
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan air tergenang pada
lantai tangga.
8) Disediakan bordes pada setiapa tangga per lantai.
c. Ramp
Ramp adalah jalur akses pergerakan vertikal dengan bidang rata yang
memiliki kemiringan tertentu yang digunakan sebagai jalur alternatif
bagi orang yang tidak memungkinkan untuk menggunakan tangga.
Beberapa persyaratan desain ramp adalah sebagai berikut:
d. Pintu
Aspek-aspek yang harus diperhatikan pada desain pintu di stasiun yaitu
sebagai berikut :
1) Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup
termasuk oleh penyandang cacat.
2) Pintu masuk utama pada bangunan stasiun harus dipisahkan dengan
pintu keluar utama sehingga tidak terjadi perpotongan arus sirkulasi
orang.
3) Pintu masuk/keluar utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm,
sedangkan untuk pintu-pintu lainnya memiliki lebar bukaan minimal
80 cm.
4) Di daerah sekitar pintu sebaiknya dihindari adanya ramp ataupun
perbedaan ketinggian lantai.
5) Hindari penggunaan material lantai yang licin di sekitar pintu.
6) Jenis-jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan antara lain
sebagai berikut:
• pintu geser (sliding door)
• pintu yang berat dan sulit untuk dibuka/ditutup
• pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil
• pintu yang dapat terbuka ke dua arah (dorong dan tarik)
• pintu dengan pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi
penyandang tuna netra.
7) Penggunaan pintu otomatis diutamakan yang peka terhadap bahaya
kebakaran. Pintu ini tidak boleh membuka sepenuhnya kurang dari 5
detik sebelum menutup kembali.
8) Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat
menutup dengan sempurna karena pintu yang tidak menutup dengan
sempurna dapat membahayakan bagi penyandang cacat.
9) Pada portal yang menggunakan pintu putar harus disediakan akses
berupa pintu khusus bagi pengguna kursi roda.
10) Diperlukan plat tendang di bagian bawah pintu bagi pengguna
kursi roda dan orang yang menggunakan tongkat tuna netra.
e. Kamar Kecil
Kamar kecil (toilet) di stasiun merupakan fasilitas sanitasi yang
diperuntukkan secara umum maupun khusus. Toilet yang diperuntukkan
secara umum merupakan fasilitas sanitasi yang aksesibel bagi semua
orang termasuk penyandang cacat, orang tua dan ibu hamil. Sedangkan
untuk toilet yang diperuntukkan secara khusus, aksesibilitasnya
disesuaikan dengan orang yang menggunakannya toilet tersebut. Toilet
yang diperuntukkan secara khusus misalnya toilet di Ruang KS, Ruang
PPKA, dan ruang kerja lainnya. Persyaratan umum untuk fasilitas toilet
adalah sebagai berikut:
1) Ruangan toilet untuk pria didesain terpisah dengan ruangan toilet
untuk wanita. Pemisahan ini juga termasuk pemisahan akses menuju
ruangan masing-masing dengan pintu masuk terpisah.
2) Masing-masing toilet dilengkapi dengan tanda toilet pria/wanita
pada bagian luar ruangan.
3) Wastafel sebaiknya menggunakan kran ungkit.
4) Lantai menggunakan material yang tidak licin.
5) Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk dianjurkan untuk disediakan tombol pencahayaan darurat
(emergency light button) bila sewaktu-waktu terjadi listrik padam.
Persyaratan khusus untuk fasilitas toilet pehubungan dengan
aksesibilitas bagi penyandang cacat adalah sebagai berikut:
1) Toilet harus dilengkapi dengan tanda aksesibilitas penyandang cacat
pada bagian luar ruangan.
2) Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk, keluar
dan manuver kursi roda.
3) Pintu harus mudah dibuka untuk memudahkan pengguna kursi roda
membuka dan menutup pintu.
f. Peron
Peron berfungsi sebagai tempat untuk aktifitas naik turun penumpang
kereta api yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu peron tinggi, peron sedang
dan peron rendah. Peron ditempatkan di tepi jalur kereta api (side
platform) dan di antara dua jalur (island platform).
1) Ukuran Teknis Peron
Jenis Peron
No. Uraian
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Peron, diukur dari kepala
1 100 43 cm 18 cm
rel sampai dengan lantai peron
cm
Jarak Tepi Peron dari As Jalan
2 160
Rel Lurus
cm 135 cm 120 cm
Jarak Tepi Peron dari As Jalan
3 165
Rel Lengkung
cm
Lebar Minimal untuk Peron di
4 200 250 cm 280 cm
Antara Dua Jalur KA (Island
cm
Platform)
Lebar Minimal untuk Peron di
5 165 190 cm 205 cm
Tepi Jalur KA (Side Platform)
cm
Jarak Garis Batas Aman, diukur
6 35 cm 600 cm 750 cm
dari sisi tepi luar peron ke arah
as peron
disesuaikan dengan rangkaian
7 Panjang Peron terpanjang KA penumpang
yang beroperasi
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI
(Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011
3) Parkir Kendaraan
Pelayanan parkir merupakan pelayanan ketersediaan tempat parkir
kendaraan yang dapat dimanfaatkan oleh penumpang untuk
memarkirkan kendaraannya baik mobil, motor maupun sepeda roda
dua yang ada di area stasiun. Layanan Restoran, Pertokoan, ATM,
Money Changer dan
a) Pelayanan restoran merupakan pelayanan yang ada di stasiun
yang
melayani penjualan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh
penumpang dan menyediakan tempat untuk makan dan minum.
Dimana jam operasionalnya dapat disesuaikan dengan jam
operasional kereta api.
b) Pertokoan adalah pelayanan yang menyediakan makanan dan
minuman atau kebutuhan yang lain (misal : bacaan, obat-obatan,
souvenir dan lain-lain) bagi penumpang tanpa disediakan tempat
(meja dan kursi). Dengan jam operasionalnya dapat
menyesuaikan jam operasional kereta api.
c) Pelayanan ATM adalah pelayanan untuk dapat bertransaksi tunai
atau non tunai yang ada distasiun selama 24 jam. Untuk stasiun
besar dan sedang minimal harus ada 1 ATM Center dimana
minimal harus ada 3 merchant bank, dengan jenis banknya
disesuaikan dengan kebutuhan di stasiun. Untuk stasiun kecil
pelayanan ATM disesuaikan dengan occupancy penumpang.
d) Money Changer adalah tempat penukaran uang asing dimana
layanan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan stasiun sehingga
pelayanan terhadap penumpang bisa optimal.
e) adalah layanan di stasiun dimana penumpang dapat memilih
layanan penginapan dan sarana transportasi yang diinginkan.
4) Layanan Penitipan dan Pengantar Barang
Pelayanan penitipan barang merupakan pelayanan tambahan yang
harus ada di stasiun sedang dan stasiun besar, dimana fungsinya
adalah untuk tempat penitipan barang sementara yang dapat
dimanfaatkan oleh penumpang kereta api, dengan membayar tarif
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di stasiun.
Pengantar barang merupakan jasa angkut barang dari luar kereta ke
dalam kereta atau sebaliknya dengan tarif sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Pengantar barang di stasiun wajib diatur dan
dikoordinasikan oleh Petugas stasiun agar keberadaannya dapat
membantu penumpang dan memperlancar arus penumpang dari luar
ke dalam stasiun atau sebaliknya.
h. Perangkat Stasiun
1) Instalasi Listtrik
Instalasi listrik merupakan peralatan, komponen dan instalasi listrik
yang berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi tenaga listrik
untuk memenuhi kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.
Instalasi listrik dalam stasiun kereta api dibagi menjadi dua jenis,
yaitu jaringan penyediaan listrik umum dan sumber tenaga listrik.
2) Instalasi Air
Instalasi air merupakan peralatan, komponen dan instalasi air yang
berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi air untuk memenuhi
kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.
Instalasi air dalam stasiun kereta api dibagi menjadi dua jenis, yaitu
instalasi air bersih (jaringan penyediaan air umum dan olahan) dan
instalasi air kotor atau limbah. Penempatan instalasi air ini
ditempatkan di area yang strategis dan terjangkau serta dapat
memenuhi persyaratan instalasi air dengan memperhatikan letak
tata ruang gedung agar tidak mengganggu kegiatan penumpang
maupun penyedia jasa dan kegiatan operasional kereta api.
3) Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran
a) Pemadam Api Ringan (Portable Fire Extinghuister)
Merupakan alat pemadam api ringan berupa tabung pemadam
yang di dalamnya berisi dry chemical powder yang dapat
memadamkan api yang tidak terlalu besar. Tabung pemadam
B. Lokasi Stasiun
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 2011 tentang
Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api menjelaskan bahwa
persyaratan penempatan pembangunan stasiun kereta api lokasinya sesuai
dengan pola operasi perjalanan kereta api, menunjang operasional sistem
perkeretaapian, tidak mengganggu lingkungan, memiliki tingkat keselamatan
dan keamanan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
C. Tipikal Tata Letak dan Panjang Efektif Jalur Stasiun
Pada kajian Pola Operasi Tipikal tata letak jalur kereta api di stasiun selalu
disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di lapangan. Tipikal tata
letak jalur kereta api, sebagai berikut.
1. Tipikal Tata Letak Stasiun
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2012 tentang
Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api menjelaskan bahwa persyaratan tata
letak, tata ruang dan lingkungan meliputi:
a) Peruntukan Lokasi, Pembangunan jalur kereta api harus sesuai dengan
rencana trase jalur kereta api yang sudah ditetapkan.
b) Pengalokasian Ruang, Pengalokasian ruang jalur kereta api diperlukan
untuk kepentingan perencanaan dan pengoperasian.
c) Pengendalian dampak lingkungan
Tata letak jalur kereta api di stasiun selalu disesuaikan dengan kebutuhan,
situasi dan kondisi di lapangan, yaitu Jika stasiun di wilayah relatif datar.
Jumlah Minimal Jalur Kereta Api, Jalur kereta api di stasiun operasi jalur
ganda minimal 3 atau 4 jalur, dengan maksud agar bisa melaksanakan
persilangan dan atau penyusulan dalam waktu yang hampir bersamaan.
Jalur Simpan,Selang satu stasiun operasi, sebaiknya ditambah 1 jalur simpan,
yang digunakan untuk menyimpang mesin – mesin alat berat perawatan jalan
rel (Mesin Pecok, MTT, dan sebagainya) dengan maksud jika ada
pelaksanaan perawatan tidak perlu mengirim alat – alat berat mesin
perawatatan dari stasiun yang jauh atau untuk menyimpan sarana yang
mengalami gangguan di perjalanan, sehingga harus dilepas dari rangkaian
kereta api dan parkir di jalur simpan.