Anda di halaman 1dari 21

PENENTUAN LOKASI DAN FASILITAS STASIUN

Tugas Kelompok Multimoda Transportasi

OLEH:

Aditya Bayu Aji

Budi Sutrisno

Eva Yanti Khadir

Regina Fhs

Restiana Ulfa

JURUSAN DIPLOMA IV TRANSPORTASI DARAT LANJUTAN

SEKOLAH TINGGI TRANSPORTASI DARAT

2019
Stasiun kereta merupakan tempat untuk pemberangkatan dan
pemberhentian kereta api yang akan mengangkut dan mengantarkan penumpang
menuju ke tujuannya. Stasiun kereta api terdiri atas emplasemen stasiun dan
bangunan stasiun, dimana emplasemen stasiun berupa jalan rel, fasilitas
pengoperasian kereta api dan drainase, sedangkan bangunan stasiun berupa
gedung, instalasi pendukung dan peron. Pedoman standarisasi stasiun berisi
tentang aturan-aturan dan acuan-acuan yang digunakan dalam pelaksanaan
perencanaan, perancangan dan pelaksanaan pembangunan stasiun.

A. Bangunan Stasiun Kereta Api


1. Pengertian dan Fungsi Gedung Stasiun KA
Gedung stasiun kereta api adalah gedung untuk operasional kereta api yang
digunakan untuk melayani pengaturan perjalanan kereta api dan pengguna
jasa kereta api. Menurut kegiatannya, gedung pada bangunan stasiun
memiliki tiga komponen kegiatan, yaitu :
a. Gedung untuk kegiatan pokok
Gedung untuk kegiatan pokok merupakan tempat yang digunakan untuk
pengaturan jalan kereta api, pelayanan kepada pengguna jasa kereta api,
keamanan dan ketertiban serta kebersihan lingkungan.
b. Gedung untuk kegiatan penunjang
Gedung untuk kegiatan penunjang merupakan tempat yang digunakan
untuk mendukung kegiatan penyelenggaraan perkeretaapian.

c. Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus

Gedung untuk kegiatan jasa pelayanan khusus merupakan tempat yang


digunakan untuk mendukung kegiatan para penyedia jasa pelayanan
khusus.
2. Persyaratan Bangunan
Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 29 Tahun 2011
Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api terdapat
beberapa ketentuan mengenai teknis pembangunan bangunan stasiun
kereta api, yaitu:
a. Konstruksi, material, disain, ukuran dan kapasitas bangunan sesuai
dengan standar kelayakan, keselamatan dan keamanan serta kelancaran
sehingga seluruh bangunan stasiun dapat berfungsi secara handal.
b. Memenuhi persyaratan keselamatan dan keamanan gedung dari bahaya
banjir, bahaya petir, bahaya kelistrikan dan bahaya kekuatan konstruksi.
c. Instalasi pendukung gedung sesuai dengan peraturan perundang-
undangan tentang bangunan, mekanikal elektrik, dan pemipaan gedung
(plumbing) bangunan yang berlaku.
d. Luas bangunan ditetapkan untuk:
1) Gedung kegiatan pokok dihitung dengan formula sebagai berikut:

I L = 0,64 m2/orang x V x LF I

L = Luas bangunan (m2)

V = Jumlah rata-rata pnp per jam sibuk dalam satu tahun (orang)
LF = Load factor (80%).

2) Gedung kegiatan penunjang dan gedung jasa pelayanan khusus di


stasiun kereta api, ditetapkan berdasarkan kebutuhan.
e. Menjamin bangunan stasiun dapat berfungsi secara optimal dari segi
tata letak ruang gedung stasiun, sehingga pengoperasian sarana
perkeretaapian dapat dilakukan secara nyaman.

f. Komponen gedung meliputi :


1) Gedung atau ruangan
2) Media informasi (papan informasi atau audio)
3) Fasilitas umum, terdiri dari ruang ibadah, toilet, tempat sampah
dan ruang ibu menyusui
4) Fasilitas keselamatan
5) Fasilitas keamanan
6) Fasilitas penyandang cacat atau lansia
7) Fasilitas kesehatan
3. Ukuran Dasar Ruang
Ukuran dasar ruang pada stasiun dibagi menjadi dua acuan dasar, yaitu :
a. Ukuran Dasar Umum
Ukuran dasar umum meliputi ukuran tubuh manusia dewasa, peralatan
yang digunakan dan ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi
pergerakannya.
Ukuran dasar umum diterapkan dengan mempertimbangkan fungsi
ruang dan pengguna ruang. Ruang pelayanan dan publik harus
menerapkan ukuran dasar bagi semua orang termasuk penyandang
cacat. Sedangkan ruang-ruang seperti ruangan kantor, gudang peralatan
dan ruangan petugas, dapat disesuaikan tanpa menerapkan ukuran
dasar bagi penyandang cacat.
b. Ukuran Dasar Khusus
Ukuran dasar khusus disesuaikan dengan ukuran sarana dan prasarana
perkeretaapian, peralatan, perlengkapan dan ruang yang dibutuhkan
untuk mewadahi pergerakan sarana yang berhubungan dengan kegiatan
operasional kereta api di stasiun.

4. Pembagian Fungsi Ruang di Stasiun


Ruang-ruang di Stasiun merupakan bagian dari bangunan stasiun yang
berfungsi sebagai tempat untuk melakukan berbagai aktivitas dan fasilitas
pelayanan jasa angkutan kereta api yang terdapat di stasiun. Setiap ruangan
yang terdapat di stasiun memiliki fungsi tertentu sesuai dengan aktivitas
dan fasilitas pelayanan yang ditempatkan di ruang tersebut.

Berdasarkan jenis kegiatannya jenis ruang dalam bangunan gedung stasiun


dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu seperti dijabarkan dalam tabel
di bawah ini.
Tabel Jenis Ruang Gedung Stasiun KA
Jenis Kegiatan Jenis Ruang
Kegiatan Pokok Hall
Perkantoran kegiatan stasiun
Loket karcis
Ruang tunggu
Ruang informasi
Ruang fasilitas umum
Ruang fasilitas keselamatan
Jenis Kegiatan Jenis Ruang
Ruang fasilitas keamanan
Ruang fasilitas penyandang cacat dan lansia
Ruang fasilitas kesehatan
Pertokoan
Kegiatan Penunjang
Restoran
Perkantoran
Perparkiran
Perhotelan
Ruang lain yang menunjang langsung kegiatan
stasiun kereta api
Ruang tunggu penumpang
Kegiatan Jasa Bongkar muat barang
Pelayanan Khusus Pergudangan
Parkir kendaraan
Penitipan barang
Ruang ATM
Ruang lain yang menunjang baik secara
langsung
maupun tidak langsung kegiatan stasiun kereta
api
Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 29 Tahun 2011 Tentang
Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api
Jenis-jenis ruang perkantoran kegiatan stasiun atau ruang petugas
operasional, meliputi :
a. Ruang Kepala Stasiun (KS)
Ruang yang diperuntukkan bagi Kepala Stasiun untuk menjalankan
tugasnya dalam mengatur kegiatan pelayanan yang ada di stasiun.
b. Ruang Wakil Kepala Stasiun (WKS)
Ruang dinas Wakil Kepala Stasiun yang bertugas membantu tugas
Kepala Stasiun.
c. Ruang Pemimpin Perjalanan Kereta API (PPKA)
Ruangan khusus PPKA yang lokasinya harus memungkinkan bagi
petugas untuk melihat kedatangan kereta api dan terlihat oleh
masinis, serta bisa melihat area emplasemen di stasiun. Ruang ini harus
memadai untuk penempatan peralatan operasional yang diperlukan
oleh PPKA.
d. Ruang Pengawas Peron (PAP)
Ruang pengawas petugas stasiun yang berada pada posisi bisa
melihat arah datangnya kereta dan seluruh emplasemen yang
fungsinya sebagai tempat untuk memberika layanan informasi melalui
pengeras suara kepada calon penumpang kereta api.
e. Ruang Keuangan
Ruang yang mempunyai fungsi utama sebagai ruang
administrasi dan perbendaharaan stasiun.
f. Ruang Serbaguna
Ruang yang disediakan untuk menunjang operasional stasiun
atau bisa dijadikan tempat untuk keperluan petugas.
g. Ruang Peralatan
Ruang yang disediakan untuk menyimpan alat-alat yang
digunakan untuk keperluan stasiun misal alat kebersihan, dan
sebagainya.
h. Ruang UPT Kru KA
Ruang yang disediakan bagi Kru KA yang berdinas untuk
menggunakan fasilitas tersebut sesuai dengan kebutuhannya.
i. Ruang Istirahat Kru KA
Ruang khusus istirahat yang dilengkapi dengan fasilitas tempat
tidur untuk kru KA yang akan atau selesai berdinas sehingga
kondisinya selalu dalam keadaan siap tugas.
j. Ruang Petugas Keamanan
Ruang petugas keamanan stasiun yang disediakan untuk tempat
koordinasi dan administrasi petugas keamanan termasuk tempat
untuk istirahat petugas keamanan stasiun.
k. Ruang Petugas Kebersihan
Ruang yang disediakan bagi petugas kebersihan stasiun untuk
menyiapkan dan melakukan tugasnya di stasiun.
5. Persyaratan Penempatan Ruang

Tabel Persyaratan Penempatan Gedung Stasiun KA

Jenis Kegiatan Jenis


Ruang
Kegiatan Pokok Lokasi sesuai dengan pola operasi perjalanan
kereta api
Menunjang operasional sistem perkeretaapian
Tata letak ruang sesuai dengan alur proses
kedatangan dan keberangkatan penumpang
kereta api serta tidak mengganggu pengaturan
perjalanan kereta api
Tidak mengganggu lingkungan
Terjamin keselamatan dan keamanan operasi
kereta api
Kegiatan Penunjang Lokasi sesuai dengan pola operasi stasiun
Tata letak ruang tidak mengganggu alur proses
kedatangan dan keberangkatan penumpang
kereta api dan pengaturan perjalanan kereta api
Menunjang kegiatan stasiun kereta api dalam
rangka pelayanan pengguna jasa stasiun
Terjamin keselamatan dan keamanan operasi
kereta api

Sumber : Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 29 Tahun 2011 Tentang


Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api
6. Luas dan Kapasitas Ruang di Stasiun
Ukuran setiap ruang pada stasiun ditentukan berdasarkan aktivitas dan
fasilitas pelayanan yang ditempatkan di dalamnya. Penentuan ukuran ruang
harus mempertimbangkan beberapa aspek seperti kapasitas, utilitas,
aksesibilitas, keselamatan, keamanan dan kenyamanan bagi pengguna
ruangan.
Luas ruang pelayanan dan publik yang berkaitan dengan kapasitas ruang,
dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

L = 0,64 m2/orang x V x LF

L = Luas ruang pelayanan dan publik (m2)


V = Jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang)
LF = Load Factor (100%) = 1
Penentuan luas ruang-ruang bagi kegiatan pokok mengikuti standar
minimum yang telah ditentukan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero),
sedangkan penentuan luas minimum ruang-ruang bagi kegiatan penunjang
dan jasa pelayanan khusus di stasiun, disesuaikan dengan kebutuhannya
yang berhubungan dengan jenis pelayanan, kapasitas dan utilitas, serta
tetap memenuhi persyaratan ruang bangunan publik umumnya yang tetap
memperhatikan aspek-aspek aksesibilitas, kenyamanan, keamanan dan
keselamatan. Ukuran standar luas minimum ruang untuk kegiatan pokok
yaitu sebagai berikut,
Tabel Standar Luas Minimum Ruang untuk Kegiatan Pokok di stasiun

Luas Ruangan (m2)


Ruang
Berdasarkan Kelas
Stasiun
Besar Sedang Kecil
Ruang KS 30 24 20
Ruang WKS 15 15 -
Ruang PPKA 25 18 18
Ruang PAP 4 - -
Ruang Keuangan 20 16 -
Ruang Serbaguna 100 50 -
Ruang Peralatan 16 12 8
Ruang UPT Kru KA 24 - -
Ruang Istirahat Kru KA 30 25 -
Ruang Petugas Keamanan 15 12 9
Ruang Petugas Kebersihan 9 9 6
Ruang Hall 250 150 60
Ruang Loket 25 12 60
Ruang Pelayanan Informasi 15 12 9
Ruang Tunggu VIP 90 - -
Ruang Tunggu Eksekutif 75 60 -
Ruang Tunggu Umum 600 160 40
Ruang Layanan Kesehatan 25 15 15
Ruang Toilet Umum 54 45 30
Ruang Mushola 49 30 20
Ruang Ibu Menyusui 15 10 -
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI
(Persero), Buku Pedoman Standardisasi tasiun Tahun 2011
7. Warna Bangunan
Secara umum, warna bangunan stasiun ditentukan oleh warna dasar dinding
bangunan, sedangkan warna elemen bangunan lainnya seperti kusen, pintu
dan lisplang disesuaikan sebagai kombinasi dan komposisi warna.
a. Warna Eksterior Bangunan
Standar warna dinding eksterior bangunan stasiun dibedakan antara
standar warna untuk bangunan stasiun heritage dan non heritage.

Tabel 2. 5 Standar Warna Dinding Eksterior Bangunan Stasiun

Bangunan Non Bangunan Heritage


Jenis Warna
Heritage
Putih
Warna Dasar Putih
Krem
Kombinasi Warna Gradasi Warna Abu Gradasi Warna Abu
Tua Tua
Aksen Warna Oranye
Oranye
(bila diperlukan) Abu Tua

Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI


(Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Khusus stasiun komuter yang bukan merupakan bangunan heritage,


warna dinding bangunan disesuaikan dengan tema tertentu yang
mengindikasikan identitas stasiun.

b. Warna Interior Bangunan


Warna dasar yang digunakan untuk dinding interior bangunan adalah
warna terang dengan spesifikasi yang disesuaikan dengan kebutuhan
desain. Kombinasi warna untuk dinding dan elemen interior lainnya juga
disesuaikan dengan kebutuhan desain.

c. Warna Bangunan Overkaping


Bentuk bangunan overkaping disesuaikan dengan keperluan desain
arsitekturnya. Atap overkaping menggunakan material dengan warna
abu-abu. Tiang dan rangka overkaping menggunakan cat dengan
kombinasi warna abu-abu tua.
8. Asas Aksesibilitas pada Bangunan Umum
Aksesibilitas pada bangunan umum adalah kemudahan yang disediakan
bagi semua orang termasuk penyandang cacat untuk mengakses fasilitas
pada bangunan umum. Terdapat 4 asas aksesibilitas pada bangunan umum,
yaitu:
a. Kemudahan, yaitu setiap orang dengan mudah dapat mencapai semua
tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
b. Kegunaan, yaitu setiap orang harus dapat mempergunakan semua
tempat atau bangunan yang bersifat umum dalam suatu lingkungan.
c. Keselamatan, yaitu setiap bangunan yang bersifat umum dalam suatu
lingkungan terbangun harus memperhatikan keselamatan bagi semua
orang.
d. Kemandirian, yaitu setiap orang harus bisa mencapai, masuk dan
mempergunakan semua tempat atau bangunan yang bersifat umum
alam suatu lingkungan dengan tanpa membutuhkan bantuan orang lain.
Bangunan stasiun merupakan tempat bagi penyelenggaraan angkutan
publik dengan moda transportasi kereta api yang diperuntukkan bagi
masyarakat secara umum sehingga bangunan stasiun merupakan
bangunan umum yang didesain, dibangun dan dimanfaatkan dengan
memperhatikan aksesibilitas pada bangunan umum.

a. Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian merupakan jalur yang dipakai untuk orang berjalan kaki
atau berkursi roda bagi penyandang cacat. Jalur pedestrian di stasiun
dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, nyaman
dan tidak terhalang sehubungan dengan aktivitas pelayanan dan
penggunaan jasa angkutan kereta api di stasiun. Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mendesain jalur pedestrian adalah sebagai berikut:
1) Ukuran
Jalur pedestrian didesain dengan lebar minimum 120 cm untuk jalur
searah dan 160 cm untuk jalur dua arah. Jalur pedestrian harus bebas
dari halangan, misalnya pohon, tiang rambu, struktur bangunan,
lubang drainase / gorong-gorong dan benda-benda lainnya yang
menghalangi.
2) Permukaan Lantai
Aspek yang harus diperhatikan pada permukaan lantai adalah
kestabilan, kekuatan, ketahanan cuaca, tekstur (halus tapi tidak licin).
Penggunaan sambungan atau gundukan pada permukaan lantai
harus dihindari, namun jika terpaksa, tingginya tidak boleh lebih dari
1,25 cm. Apabila menggunakan karpet, bagian tepinya harus
menggunakan konstruksi yang permanen.
3) Kemiringan Lantai
Perbandingan kemiringan maksimum 1:8 dan pada setiap jarak
maksimal 900 cm diharuskan terdapat bagian yang datar minimal 120
cm.
4) Tepi Pengaman / Kanstin / Low Curb
Tepi pengaman penting bagi penghentian kursi roda dan tongkat tuna
netra ke arah yang berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi
minimum 10 cm dengan lebar 15 cm di sepanjang jalur pedestrian.
5) Jalur Pemandu
Jalur pemandu adalah jalur yang digunakan untuk memandu
penyandang cacat terutama penyandang tuna netra untuk berjalan
dengan memanfaatkan tekstur ubin sebagai pengarah dan
peringatan.
6) Pencahayaan
Pencahayaan di jalur pedestrian berkisar 200 lux tergantung pada
intensitas pemakaian, tingkat bahaya dan kebutuhan keamanan.
7) Drainase
Drainase didesain tegak lurus arah jalur dengan kedalaman maksimal
1,5 cm, mudah dibersihkan, dan perletakan lubang dijauhkan dari tepi
ramp.
b. Tangga
Tangga merupakan fasilitas bagi pergerakan vertikal pada bangunan
yang dirancang dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) Dimensi pijakan dan tanjakan harus berukuran seragam.
2) Kemiringan maksimum 30°.
3) Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan
pengguna tangga.
4) Tangga harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail)
sekurang-kurangnya pada salah satu sisi tangga.
5) Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 – 80
cm dari lantai, bebas dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan
bagian ujungnya harus bulat atau dibelokan dengan baik ke arah
lantai, dinding atau tiang.
6) Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujungnya-
ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan panjang minimal 30
cm.
7) Tangga yang ditempatkan di luar bangunan harus didesain
sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan air tergenang pada
lantai tangga.
8) Disediakan bordes pada setiapa tangga per lantai.

c. Ramp
Ramp adalah jalur akses pergerakan vertikal dengan bidang rata yang
memiliki kemiringan tertentu yang digunakan sebagai jalur alternatif
bagi orang yang tidak memungkinkan untuk menggunakan tangga.
Beberapa persyaratan desain ramp adalah sebagai berikut:

1) Kemiringan ramp di dalam bangunan tidak melebihi 1:8 dan di luar


bangunan didesain dengan kemiringan tidak melebihi 1:10.
2) Panjang mendatar dari suatu ramp dengan perbandingan antara
tinggi dan kelandaian 1:8 tidak boleh lebih dari 900 cm. Ramp dengan
kemiringan yang lebih rendah dapat didesain lebih panjang.
3) Lebar minimum ramp tanpa tepi pengaman adalah 95 cm dan ramp
dengan tepi pengaman adalah 120 cm. Ramp yang digunakan
sekaligus untuk pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus
dipertimbangkan lebarnya sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi
tersebut, atau dilakukan pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-
sendiri.
4) Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran suatu ramp harus
bebas dan datar sehingga memungkinkan untuk memutar kursi roda
dengan ukuran minimal 160 cm.

5) Material yang digunakan untuk lantai ramp harus memiliki tekstur


sehingga tidak licin.
6) Tepi pengaman ramp (low curb) dirancang dengan lebar 10 cm untuk
menghalangi roda kursi roda agar tidak terperosok atau keluar dari
jalur ramp. Apabila berbatasan langsung dengan lalu-lintas jalan
umum atau persimpangan, ramp harus didesain agar tidak
mengganggu jalan umum.
7) Ramp harus dilengkapi dengan pencahayaan yang cukup sehingga
membantu pengguna ramp pada malam hari. Pencahayaan
disediakan pada bagian-bagian ramp yang memiliki ketinggian
terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian-bagian yang
membahayakan.
8) Ramp harus dilengkapi dengan hand rail yang kekuatannya terjamin
dengan ketinggian yang sesuai yaitu sekitar 65 – 80 cm.

d. Pintu
Aspek-aspek yang harus diperhatikan pada desain pintu di stasiun yaitu
sebagai berikut :
1) Pintu pagar ke tapak bangunan harus mudah dibuka dan ditutup
termasuk oleh penyandang cacat.
2) Pintu masuk utama pada bangunan stasiun harus dipisahkan dengan
pintu keluar utama sehingga tidak terjadi perpotongan arus sirkulasi
orang.
3) Pintu masuk/keluar utama memiliki lebar bukaan minimal 90 cm,
sedangkan untuk pintu-pintu lainnya memiliki lebar bukaan minimal
80 cm.
4) Di daerah sekitar pintu sebaiknya dihindari adanya ramp ataupun
perbedaan ketinggian lantai.
5) Hindari penggunaan material lantai yang licin di sekitar pintu.
6) Jenis-jenis pintu yang penggunaannya tidak dianjurkan antara lain
sebagai berikut:
• pintu geser (sliding door)
• pintu yang berat dan sulit untuk dibuka/ditutup
• pintu dengan dua daun pintu yang berukuran kecil
• pintu yang dapat terbuka ke dua arah (dorong dan tarik)
• pintu dengan pegangan yang sulit dioperasikan terutama bagi
penyandang tuna netra.
7) Penggunaan pintu otomatis diutamakan yang peka terhadap bahaya
kebakaran. Pintu ini tidak boleh membuka sepenuhnya kurang dari 5
detik sebelum menutup kembali.
8) Alat-alat penutup pintu otomatis perlu dipasang agar pintu dapat
menutup dengan sempurna karena pintu yang tidak menutup dengan
sempurna dapat membahayakan bagi penyandang cacat.
9) Pada portal yang menggunakan pintu putar harus disediakan akses
berupa pintu khusus bagi pengguna kursi roda.
10) Diperlukan plat tendang di bagian bawah pintu bagi pengguna
kursi roda dan orang yang menggunakan tongkat tuna netra.

e. Kamar Kecil
Kamar kecil (toilet) di stasiun merupakan fasilitas sanitasi yang
diperuntukkan secara umum maupun khusus. Toilet yang diperuntukkan
secara umum merupakan fasilitas sanitasi yang aksesibel bagi semua
orang termasuk penyandang cacat, orang tua dan ibu hamil. Sedangkan
untuk toilet yang diperuntukkan secara khusus, aksesibilitasnya
disesuaikan dengan orang yang menggunakannya toilet tersebut. Toilet
yang diperuntukkan secara khusus misalnya toilet di Ruang KS, Ruang
PPKA, dan ruang kerja lainnya. Persyaratan umum untuk fasilitas toilet
adalah sebagai berikut:
1) Ruangan toilet untuk pria didesain terpisah dengan ruangan toilet
untuk wanita. Pemisahan ini juga termasuk pemisahan akses menuju
ruangan masing-masing dengan pintu masuk terpisah.
2) Masing-masing toilet dilengkapi dengan tanda toilet pria/wanita
pada bagian luar ruangan.
3) Wastafel sebaiknya menggunakan kran ungkit.
4) Lantai menggunakan material yang tidak licin.
5) Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu
masuk dianjurkan untuk disediakan tombol pencahayaan darurat
(emergency light button) bila sewaktu-waktu terjadi listrik padam.
Persyaratan khusus untuk fasilitas toilet pehubungan dengan
aksesibilitas bagi penyandang cacat adalah sebagai berikut:
1) Toilet harus dilengkapi dengan tanda aksesibilitas penyandang cacat
pada bagian luar ruangan.
2) Toilet harus memiliki ruang gerak yang cukup untuk masuk, keluar
dan manuver kursi roda.
3) Pintu harus mudah dibuka untuk memudahkan pengguna kursi roda
membuka dan menutup pintu.

f. Peron
Peron berfungsi sebagai tempat untuk aktifitas naik turun penumpang
kereta api yang terbagi menjadi 3 jenis, yaitu peron tinggi, peron sedang
dan peron rendah. Peron ditempatkan di tepi jalur kereta api (side
platform) dan di antara dua jalur (island platform).
1) Ukuran Teknis Peron
Jenis Peron
No. Uraian
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Peron, diukur dari kepala
1 100 43 cm 18 cm
rel sampai dengan lantai peron
cm
Jarak Tepi Peron dari As Jalan
2 160
Rel Lurus
cm 135 cm 120 cm
Jarak Tepi Peron dari As Jalan
3 165
Rel Lengkung
cm
Lebar Minimal untuk Peron di
4 200 250 cm 280 cm
Antara Dua Jalur KA (Island
cm
Platform)
Lebar Minimal untuk Peron di
5 165 190 cm 205 cm
Tepi Jalur KA (Side Platform)
cm
Jarak Garis Batas Aman, diukur
6 35 cm 600 cm 750 cm
dari sisi tepi luar peron ke arah
as peron
disesuaikan dengan rangkaian
7 Panjang Peron terpanjang KA penumpang
yang beroperasi
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI
(Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

Dengan mempertimbangkan kapasitas penumpang, lebar peron


dapat dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut:
B = 𝟎, 𝟔𝟒 𝐦𝟐/𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐱 𝐕 𝐱 𝐋𝐅
l

b = lebar peron (meter)

V = jumlah rata-rata penumpang per jam sibuk dalam 1 tahun (orang)


LF = load factor (80%)
l = panjang peron sesuai dengan rangkaian terpanjang KA penumpang
yang beroperasi (meter)
g. Pelayanan Umum di Stasiun
1) Ruang Tunggu Stasiun
Pelayanan ruang tunggu merupakan pelayanan umum yang dipakai
penumpang untuk menunggu kedatangan kereta api. Pelayanan ini
dibagi menjadi 3 macam yaitu :
a) Pelayanan Ruang Tunggu Umum
Pelayanan ini diperuntukkan bagi semua kelas penumpang
kereta api.
b) Pelayanan Ruang Tunggu Eksekutif
Pelayanan ini diperuntukkan untuk penumpang kereta api kelas
eksekutif.
c) Pelayanan Ruang Tunggu VIP
Pelayanan ini diperuntukkan untuk pejabat kereta api, dinas dari
lembaga pemerintahan dan tamu khusus. Pelayanan ruang
tunggu VIP, eksekutif dan umum hanya tersedia di stasiun besar,
sedangkan untuk stasiun kelas sedang dilengkapi pelayanan
ruang tunggu eksekutif dan umum serta stasiun kelas kecil hanya
mempunyai pelayanan ruang tunggu umum.
Tabel Fasilitas Ruang Tunggu

Ruang Tunggu VIPRuang TungguRuang Tunggu


No Keterangan
Eksekutif Umum
1 Kamar Mandi Ada - -
2 Toilet, wastafel Ada Ada Ada
3 Televisi Ada Ada Ada
4 Tempat duduk Sofa Sofa Kursi biasa
5 Meja Ada Ada -
6 Pendingin udara Ada Ada -
7 Kipas Angin - - ##
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI
(Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011
Keterangan : ## = disesuaikan dengan kebutuhan
2) Layanan Toilet dan Mushola
Pelayanan toilet merupakan pelayanan umum yang harus ada di
stasiun tanpa dipungut biaya/jasa atas penggunaan pelayanan
tersebut yang dapat dipakai untuk buang air kecil dan air besar
dimana terpisah antara toilet pria dan wanita. Minimal jumlah
ketersediaan jumlah toilet berdasarkan kelas stasiun seperti berikut :
Tabel Jumlah Toilet dan Petugas Kebersihan Berdasarkan Kelas Stasiun
Kelas Stasiun
No Keterangan
Besar Sedang Kecil
Minimal Jumlah Toilet Pria 6 kamar Pria 5 kamar Pria 2 kamar
1
Normal Wanita 6 kamar Wanita 5 kamar Wanita 2 kamar
Minimal Jumlah Toilet Pria 2 kamar Pria 1 kamar Pria 1 kamar
2
untuk penyandang cacat Wanita 2 kamar Wanita 1 kamar Wanita 1 kamar
3 Minimal Jumlah wastafel 4 buah 2 buah 2 buah
4 Minimal Jumlah urinoar 6 buah 4 buah 2 buah
Minimal Petugas 3 orang 2 orang 1 orang
5
Kebersihan
Sumber : Unit Station Maintenance, Preservation and Architecture PT. KAI
(Persero), Buku Pedoman Standardisasi Stasiun Tahun 2011

3) Parkir Kendaraan
Pelayanan parkir merupakan pelayanan ketersediaan tempat parkir
kendaraan yang dapat dimanfaatkan oleh penumpang untuk
memarkirkan kendaraannya baik mobil, motor maupun sepeda roda
dua yang ada di area stasiun. Layanan Restoran, Pertokoan, ATM,
Money Changer dan
a) Pelayanan restoran merupakan pelayanan yang ada di stasiun
yang
melayani penjualan makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh
penumpang dan menyediakan tempat untuk makan dan minum.
Dimana jam operasionalnya dapat disesuaikan dengan jam
operasional kereta api.
b) Pertokoan adalah pelayanan yang menyediakan makanan dan
minuman atau kebutuhan yang lain (misal : bacaan, obat-obatan,
souvenir dan lain-lain) bagi penumpang tanpa disediakan tempat
(meja dan kursi). Dengan jam operasionalnya dapat
menyesuaikan jam operasional kereta api.
c) Pelayanan ATM adalah pelayanan untuk dapat bertransaksi tunai
atau non tunai yang ada distasiun selama 24 jam. Untuk stasiun
besar dan sedang minimal harus ada 1 ATM Center dimana
minimal harus ada 3 merchant bank, dengan jenis banknya
disesuaikan dengan kebutuhan di stasiun. Untuk stasiun kecil
pelayanan ATM disesuaikan dengan occupancy penumpang.
d) Money Changer adalah tempat penukaran uang asing dimana
layanan ini harus disesuaikan dengan kebutuhan stasiun sehingga
pelayanan terhadap penumpang bisa optimal.
e) adalah layanan di stasiun dimana penumpang dapat memilih
layanan penginapan dan sarana transportasi yang diinginkan.
4) Layanan Penitipan dan Pengantar Barang
Pelayanan penitipan barang merupakan pelayanan tambahan yang
harus ada di stasiun sedang dan stasiun besar, dimana fungsinya
adalah untuk tempat penitipan barang sementara yang dapat
dimanfaatkan oleh penumpang kereta api, dengan membayar tarif
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di stasiun.
Pengantar barang merupakan jasa angkut barang dari luar kereta ke
dalam kereta atau sebaliknya dengan tarif sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Pengantar barang di stasiun wajib diatur dan
dikoordinasikan oleh Petugas stasiun agar keberadaannya dapat
membantu penumpang dan memperlancar arus penumpang dari luar
ke dalam stasiun atau sebaliknya.
h. Perangkat Stasiun
1) Instalasi Listtrik
Instalasi listrik merupakan peralatan, komponen dan instalasi listrik
yang berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi tenaga listrik
untuk memenuhi kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.
Instalasi listrik dalam stasiun kereta api dibagi menjadi dua jenis,
yaitu jaringan penyediaan listrik umum dan sumber tenaga listrik.
2) Instalasi Air
Instalasi air merupakan peralatan, komponen dan instalasi air yang
berfungsi untuk mensuplai dan mendistribusi air untuk memenuhi
kebutuhan operasional stasiun dan kereta api.
Instalasi air dalam stasiun kereta api dibagi menjadi dua jenis, yaitu
instalasi air bersih (jaringan penyediaan air umum dan olahan) dan
instalasi air kotor atau limbah. Penempatan instalasi air ini
ditempatkan di area yang strategis dan terjangkau serta dapat
memenuhi persyaratan instalasi air dengan memperhatikan letak
tata ruang gedung agar tidak mengganggu kegiatan penumpang
maupun penyedia jasa dan kegiatan operasional kereta api.
3) Instalasi dan Perangkat Pemadam Kebakaran
a) Pemadam Api Ringan (Portable Fire Extinghuister)
Merupakan alat pemadam api ringan berupa tabung pemadam
yang di dalamnya berisi dry chemical powder yang dapat
memadamkan api yang tidak terlalu besar. Tabung pemadam

harus ditempatkan pada bangunan dalam area 100m2/buah.


b) Sistem Hydrant
Merupakan sistem terminal air darurat yang dapat digunakan
untuk mengatasi terjadinya kebakaran. Dalam penempatannya
tidak boleh terhalang atau terganggu oleh bangunan lain serta
mudah terlihat dan segera dapat digunakan.

B. Lokasi Stasiun
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 29 Tahun 2011 tentang
Persyaratan Teknis Bangunan Stasiun Kereta Api menjelaskan bahwa
persyaratan penempatan pembangunan stasiun kereta api lokasinya sesuai
dengan pola operasi perjalanan kereta api, menunjang operasional sistem
perkeretaapian, tidak mengganggu lingkungan, memiliki tingkat keselamatan
dan keamanan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
C. Tipikal Tata Letak dan Panjang Efektif Jalur Stasiun
Pada kajian Pola Operasi Tipikal tata letak jalur kereta api di stasiun selalu
disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di lapangan. Tipikal tata
letak jalur kereta api, sebagai berikut.
1. Tipikal Tata Letak Stasiun
Berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2012 tentang
Persyaratan Teknis Jalur Kereta Api menjelaskan bahwa persyaratan tata
letak, tata ruang dan lingkungan meliputi:
a) Peruntukan Lokasi, Pembangunan jalur kereta api harus sesuai dengan
rencana trase jalur kereta api yang sudah ditetapkan.
b) Pengalokasian Ruang, Pengalokasian ruang jalur kereta api diperlukan
untuk kepentingan perencanaan dan pengoperasian.
c) Pengendalian dampak lingkungan
Tata letak jalur kereta api di stasiun selalu disesuaikan dengan kebutuhan,
situasi dan kondisi di lapangan, yaitu Jika stasiun di wilayah relatif datar.
Jumlah Minimal Jalur Kereta Api, Jalur kereta api di stasiun operasi jalur
ganda minimal 3 atau 4 jalur, dengan maksud agar bisa melaksanakan
persilangan dan atau penyusulan dalam waktu yang hampir bersamaan.
Jalur Simpan,Selang satu stasiun operasi, sebaiknya ditambah 1 jalur simpan,
yang digunakan untuk menyimpang mesin – mesin alat berat perawatan jalan
rel (Mesin Pecok, MTT, dan sebagainya) dengan maksud jika ada
pelaksanaan perawatan tidak perlu mengirim alat – alat berat mesin
perawatatan dari stasiun yang jauh atau untuk menyimpan sarana yang
mengalami gangguan di perjalanan, sehingga harus dilepas dari rangkaian
kereta api dan parkir di jalur simpan.

Anda mungkin juga menyukai