Anda di halaman 1dari 16

8

c. Kurang, bila menjawab benar oleh responden <60%


Menurut Skinner (2007) didalam buku Agus (2013) pengukuran tingkat
pengetahuan dilakukan bila seseorang mampu menjawab mengenai materi
tertentu baik secara lisan maupun tulisan, maka dikatakan seseorang
tersebut mengetahui bidang tersebut. Sekumpulan jawaban yang diberikan
tersebut dinamakan pengetahuan.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo
(2010) , sebagai berikut:
a. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola
pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.
Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat
dan kehidupan sosial, serta lebih banyak melakukan persiapan demi
suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Kemampuan
intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan
hampir tidak ada penurunan pada usia ini. Dua sikap tradisional
mengenai jalannya perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut:
1) Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi yang
dijumpai semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah
pengetahuan.
2) Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang yang sudah
tua karena telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental.
Dapat diperkirakan IQ akan menurun sejalan dengan bertambahnya
usia, khususnya pada beberapa kemampuan yang lain, seperti kosa
kata dan pengetahuan umum. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ
seseorang akan menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya
usia (Agus, 2013).
b. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian
dan kemampuan didalam dan diluar sekolah (baik formal maupun
9

nonformal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses


pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan
seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan
pendidikan tinggi, maka seseorang akan semakin cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa..
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,
akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan nonformal.
c. Sumber Informasi
Informasi adalah adalah suatu yang dapat diketahui, namun ada pula
yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu,
informasi juga dapat didefinisikan sebagai suatu teknik untuk
mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi,
mengumumkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan tujuan
tertentu (Undang-Undang Teknologi Informasi). Jenis dan bentuk sangat
bervariasi mulai dari orang tua, teman, guru dan media cetak maupun
elektronik (Notoatmodjo, 2003). Teknologi media dan komunikasi massa
semakin canggih menyebabkan remaja dapat mengakses informasi
dengan mudah. Tetapi kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi khususnya menjaga kebersihan daerah genetalia. Remaja
yang sedang dalam proses ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru
apa yang dilihat dan didengar dari media massa, khususnya karena
mereka pada umumnya belum pernah mengetahui masalah seksual secara
lengkap dari orang tuanya (Sarwono, 2012). Informasi yang diperoleh
baik dari pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan
pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan
perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam
media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
inovasi baru. Sehingga sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa
seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai
10

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.


Penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa juga
membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal
tersebut. Menurut Santrock (2003) dalam Puspita,dkk (2015), bahwa
informasi dari teman sebaya memiliki dua komponen diantaranya dengan
bercerita dan bertanya. Bercerita merupakan tempat bertukar pengalaman
untuk mendapatkan informasi. Bertanya akan lebih mudah untuk
mendapatkan informasi. Sama halnya dengan mengakses media internet,
mereka akan lebih nyaman untuk mencari tahu sendiri tentang
kebutuhannya. Biasanya hal ini terjadi pada orang yang bersifat penutup
(Purwatiningsih, 2010). Semakin banyak informasi yang didapat dari
berbagai sumber maka persepsi remaja akan baik dan kearah yang positif,
sedangkan semakin sedikit informasi yang didapat bersifat yang tidak baik
maka persepsi remaja akan tidak baik dan kearah yang negatif.
d. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih
baik, terhadap berbagai informasi, termasuk kesehatan (Notoatmodjo,
2012).
e. Sosial budaya
Indonesia yang yang terdiri dari beragam etnis tentu memiliki banyak
budaya dalam masyarakatnya. Terkadang, budaya suatu etnis dengan etnis
yang lain dapat berbeda jauh. Hal ini menyebabkan suatu budaya yang
positif, dapat dianggap budaya negatif di etnis lainnya. Sehingga tidaklah
mengherankan jika permasalahan kesehatan di Indonesia begitu
kompleksnya. Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan
masyarakat adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana
proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan
terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masayarakat ada
kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut sulit
11

untuk dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu


masalah kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai
budaya dasar dan budaya suatu daerah. Sehingga dalam mensosialisasikan
kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih terarah yang implikasinya
adalah naiknya derajat kesehatan masyarakat.
Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat memberikan peranan
penting dalam mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda
bahwa masyarakat dalam suatu daerah tersebut telah mengalami suatu
perubahan dalam proses berfikir. Perubahan sosial dan budaya bisa
memberikan dampak positif maupun negatif.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangatlah erat hubungannya,
sebagai salah satu contoh suatu masyarakat desa yang sederhana dapat
bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respons terhadap
kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat tanpa memandang
tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak
hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti
tentang proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan
keyakinan atau budaya yang dianut hubungannya dengan kesehatan.
Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak
melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak
melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya
suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu sehingga status
sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang
(Notoatmodjo, 2010).
f. Pengalaman Pribadi
Pengalaman merupakan suatu kejadian yang terjadi sebagai tolak
ukur kebenaran suatu pengetahuan. Pengalaman pribadi diperoleh
seseorang baik dari diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar.
Dengan adanya pengalaman, maka informasi yang diperoleh seseorang
12

akan semakin banyak sehingga seseorang dengan jumlah pengalaman


yang lebih banyak akan memiliki pengetahuan yang baik juga.
Menurut Lawrance Green (1991), faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku khususnya yang berhubungan dengan kesehatan ada tiga faktor:
1. Faktor Predisposisi (Predisposising Factors)
Yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi, termasuk pengetahuan,
sikap, kepercayaan, nilai kebutuhan, dan kemampuan yang diyakini,
berkaitan dengan motivasi dari individu atau kelompok untuk
bertindak. Mereka termasuk dalam dimensi kognitif dan afektif dari
mengetahui, merasakan, meyakini, menilai dan mempunyai
kepercayaan diri atau rasa kemujuran.
2. Faktor Pendukung (Enabling Factors)
Faktor pendukung atau faktor kemungkinan, sering disebut
kondisi lingkungan yang memudahkan perbuatan dari individu atau
organisasi, termasuk ketersediaan, aksebilitas dan kemampuan dari
perlindungan kesehatan dan penghasilan masyarakat. Keterampilan
dalam mempengaruhi masyarakat, seperti melalui kegiatan sosial,
perubahan organisasi, dapat memicu kegiatan yang ditujukan untuk
mempengaruhi lingkungan fisik ataupun perlingungan kesehatan.
3. Faktor Pendorong (Reinforcing Factors)
Faktor pendorong atau faktor penguat merupakan tindakan yang
menentukan apakah pelaku menerima pengaruh positif atau negatif
dan dikung masyarakat. Faktor penguat termasuk dorongan sosial,
pengaruh kelompok dan ansehat serta timbal balik dari penyedia
perlindungan kesehatan. Pada situasi pendidikan pasien, penguatan
dapat berasal dari perawat, dokter, kerabat pasien, dan juga anggota
keluarga.

B. Remaja
1. Definisi Remaja
Remaja secara etimologi diambil dari bahasa Latin “adolescere” (Inggris)
diambil dari kata benda “adolscentia” yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh
menjadi dewasa” (Hurlock,2010). Masa remaja merupakan masa peralihan dari
13

anak-anak menuju dewasa yang mengalami serangkaian perubahan, baik dari


proses fisiologis, sosial dan kematangan yang dimulai dengan perubahan
pubertas (Notoatmodjo, 2007;Wong, 2008). Perubahan besar ini terjadi
umumnya membuat remaja bingung bagi yang mengalaminya. Dalam hal
inilah bagi para ahli dalam bidang ini, memandang perlu adanya pengertian,
bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitarnya, agar dalam sistem
perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat
sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara
jasmani, rohani dan sosial.
Menurut WHO remaja adalah penduduk dalam rentan usia 10-19 tahun,
menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014, remaja
adalah penduduk dalam rentan usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentan usia remaja adalah
20-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di
Indonesia menurut Survei Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18%
dari jumlah penduduk. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria yaitu
biologis, psikologis, psikologis, dan sosial ekonomi.
Berdasarkan beberapa pengertian tentang remaja tersebut dapat disimpulkan
bahwa remaja adalah individu yang mengalami masa transisi dari anak-anak
menuju dewasa dimana terjadi perkembangan fisik, psikologis, sosial dan
ekonomi untuk mencapai kematangan. Inilah sebabnya maka para ahli dalam
bidang reproduksi berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja
putri dan putra diperlukan mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja,
agar dapat tertangani secara tuntas (Fitramaya, 2009).
2. Tahap-tahap Perkembangan Remaja
Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, menurut Wong (2008) ada
tiga tahap perkembangan remaja :
a. Remaja awal usia 11-14 tahun
Remaja mulai mengeksploitasi kemampuan yang baru ditemukan, mencari-
cari dengan canggung nilai-nilai dan energi yang baru, dan mulai
membandingkan ”normalitas” yang ada ddengan teman sebaya. Merasa
senang degan peruhan tubuh yang cepat, mulai menguji coba berbagai
14

peran, pengukuran daya tarik berdasarkan penerimaan atau penolakan


teman sebaya. Mengeksplorasi dan mengevaluasi dirinya, kencan terbatas,
dan biasanya keintiman terbatas.
b. Remaja pertengahan usia 15-17 tahun
Remaja sangat membutuhkan kawan-kawan dan merasa senang apabila
keberadaannya diakui. Ada kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri
sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sama dengan dirinya, selain
itu, ia berada dalam kondisi kebingungan karena tidak tahu memilih yang
mana peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau
pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya.
c. Remaja akhir 18-20 tahun
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai
dengan pencapaian lima hal, yaitu :
1) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan
dalam pengalaman-pengalaman baru.
3) Terrbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
4) Egosentris (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti
dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang
lain.
5) Tumbuh ”dinding” yang memisahkan diri pribadinya dan masyarakat
umum.

C. Dukungan Orang Tua


Dukungan didefinisikan sebagai cara untuk menunjukkan kasih sayang,
kepedulian, perhatian dan penghargaan untuk orang lain. Individu yang
menerima dukungan akan merasa dicintai, dihargai dan berharga (Sarafino,
2006). Menurut Nursalam(2010) dukungan keluarga adalah suatu sistem
pendukung bagi anggota keluarganya dengan memberikan bantuan berupa
informasi atau nasehat, bantuan nyata atau tindakan yang mempunyai
maanfaat emosional atau berpengaruh pada perilaku penerimanya. Dottlieb
membagi menjadi 3 macam dukungan yaitu :
15

a. Dukungan emosional, meliputi rasa nyaman, merasa dicintai, merasa


diperhatikan, empati dan adanya kepedulian..
b. Dukungan kognitif berupa didapatkannya informasi, petunjuk, saran.
c. Dukungan material meliputi memperoleh bantuan berupa uang
maupun jasa untuk mengatasi masalah.
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan
merupakan hasil dari perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah
keluarga (Hurlock dalam Mhustofa, 2007).Menurut Elis dkk dalam Lestari
(2012) dukungan orang tua adalah sebagian dari interaksi yang dikembangkan
oleh orang tua dalam melakukan perawatan, kehangatan, persetujuan, dan
berbagai perasaan positif orang tua terhadap anak. Orang tua merupakan satu
kesatuan proses pembelajaran untuk mendukung dan mengoptimalkan potensi
anak. Sikap dan perilaku orang tua merupakan panutan didalam membentuk
sikap dan perilaku anak. Kasih sayang dan disiplin orang tua merupakan
pengalaman yang penting. Kesatuan pandangan dan tujuan pendidikan dari
ayah dan ibu merupakan landasan penting bagi perkembangan anak (Siswanto,
2010). Fungsi dukungan yaitu kelekatan, penghargaan, ikatan yang dapat
dipercaya, dan bimbingan. Bentuk dukungan orang tua meliputi dukungan
emosional, penghargaan, informasi, dan instrumental.

D. Vulva Hygiene
a. Bagian Organ Genetalia Wanita
1) Organ reproduksi Wanita
Organ reproduksi merupakan alat dalam tubuh yang berfungsi untuk
suatu proses kehidupan manusia dalam menghasilkan keturunan demi
kelestarian hidupnya atau reproduksi. Agar dapat menghasilkan keturunan
yang sehat dibutuhkan pula kesehatan dari orgamn reproduksi. Salah satu
yang menjadi faktor utama terciptanya kesehatan yaitu selalu menjaga
kebersihan diri atau personal hygiene. Menjaga kesehatan organ reproduksi
pada wanita diawali dengan menjaga kebersihan organ kewanitaan.
Merawat organ kewanitaan yang sensitif tidak boleh diabaikan karena,
karena letaknya yang tersembunyi sehingga mudah lembab dan mudah
16

terjangkit bakteri, akibatnya mudah terkena infeksi atau peradangan yang


disebut juga vaginitis.
2) Organ Genetalia Eksterna
a) Vulva, meliputi seluruh struktur eksternal yang dapat dilihat mulai dari
pubis sampai perineum, yaitu mons veneris, labia mayora dan labia
minora, clitoris, hymen (selaput dara), vestibulum, uretra, berbagai
kelenjar-kelenjar dan struktur vascular (Sherwood, 2011).
b) Mons Pubis, bagian yang meononjol diatas simpisis dan pada perempuan
setelah pubertas ditutup oleh rambut kemaluan. Pada perempuan
umumnya batas rambut atas melintang sampai pinggir atas simpisis,
sedangan dibawah dimulai sekitar anus dan paha (Sherwood, 2011).
c) Labia mayora (bibir-bibir besar), terdiri atas bagian kanan dan kiri,
lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan lemak yang serupa
dengan yang ada di mons pubis. Labia mayora analog dengan skrotum
pada pria (Sherwood, 2011).
d) Labia minora (bibir-bibir kecil), suatu lipatan tipis dari kulit sbeelah
dalam bibir besar. Kedepan kedua bibir kecil bertemu yang diatas clitoris
membentu preputium klitoridis, dan yang dibawah klitoris membentuk
frenulum klitoridis. Kulit yang meliputi bibir kecil mengandung banyak
glandula sebasa (kelenjar lemak) dan juga ujung-ujung saraf yang
menyebabkan bibir kecil sensitif (Sherwood, 2011).
e) Clitoris, berbentuk tonjolan kecil seperti kacang ijo, tertutup oleh
perputium klitoridis dan terdiri atas glans klitoridis. Glan klitoridis terdiri
atas jaringan yang dapat menggembung, penuh dengan urat saraf,
sehingga sangat sensitif (Sherwood, 2011).
f) Vestibulum, berbentuk lonjong dengan ukuran panjang dari depan ke
belakang dan dibatasi didepan oleh klitoris, kanan dan kiri oleh bibir
kecil dan dibelakang oleh perineum (Sherwood, 2011).
g) Bulbus vestibuli, merupakan pengumpulan vena yang terletak dibawah
selaput lendir vestibulum, dekat ramus os pubis. Bulbus vestibule
mengandung banyak pembuluh darah (Sherwood, 2011).
17

h) Introitus vagina, yang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda-beda.


Introitus vagina ditutupi oleh selaput dara (hymen). Hymen ini
mempunyai bentuk yang berbeda-beda, dari yang seminular (bulan sabit),
sampai yang ebrlubang-lubang atau bersekat (septum). Konsistensinya
pun berbeda-beda, dari yang kaku sampai lunak sekali. Umumnya himen
robek pada koitus dan robekan ini terjadi pada arah jam 5 atau jam 7 dan
robekan ini terjadi sampai dasar selaput dara tersebut. Pada beberapa
kasus himen tidak mengalami laserasi ataupun senggama berulang telah
dilakukan. Sesudah persalinan himen robek dibeberapa tempat dan yang
dapat dilihat adalah sisa-sisanya (Sherwood, 2011).
i) Perineum, terletak diantar vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.
Perineum mendapat pasokan darah terutama dari arteria pudenda interna
dan cabang-cabangnya. Oleh sebab itu, dalam menjahit robekan
perineum dapat dilakukan anestesi blok pudendus (Sherwood, 2011).

3) Organ Genetalia Interna


a) Vagina, merupakan suatu saluran yang mempunyai otot-otot, letaknya
diantara saluran kencing , kandung kemih dan daerah dubur. Adanya
organisme (bakteri, jamur baik) yang secara normal ada divagina turut
membntu menjaga kelembaban dan pH atau keasaman vagina dapat
senantiasa dalam keadaan bersih dan bebas dari infeksi. Dengan adanya
mekanisme pembersihan alami, sebaiknya sebagai perempuan tidak
perlu membersihkan bagian dalam lubang vagina.
b) Serviks (leher rahim), merupakan bagian dalam rahim sebelah bawah.
Letaknya menjurus kebagian ujung atas lubang vagina.
c) Portio (mulut rahim) merupakan lubang kecil pada leher rahim yang
merupakan pintu masuk dari saluran yang menuju rahim.
d) Uterus (rahim) merupakan sebuah organ yang dikelilingi otot-otot.
Bentuknya mirip buah pir, ditempat ini janin berkembang selama
berlangsungnya proses kehamilan.
18

e) Tuba fallopi (saluran telur), perempuan memiliki sepasang saluran telur


yang masing-masing berhubungan dengan rahim. Sambungan saluran
telur dengan indung telur berbentuk seperti tangan. Tangan saluran
tersebut atau fimbrae berfungsi menangkap sel telur matang yang dilepas
indung telur setiap bulan.
f) Ovarium (sel telur) merupakan tempat diproduksinya sel telur wanita.
Setiap perempuan memiliki sepasang indung telur yang berada disisi
kanan dan kiri rahim masing-masing dengan ukuran kacang kecil.
b. Dampak Melakukan Vulva Hygiene
Organ kelamin luar yang terawat menurunkan resiko terkena infeksi atau
penyakit menular seksual. Sehingga kesehatan reproduksi terpenuhi secara
teratur terutama alat kelamin wanita dan perilaku hidup bersih.
c. Dampak Tidak Melakukan Vulva Hygiene
Kebersihan vagina harus dijaga karena kuman mudah sekali masuk dan
dapat menimbulkan penyakit pada saluran reproduksi.Dampak tidak
melakukan kebersihan menyebabkan masuknya bakteri-bakteri seperti
Candida albican, Trichomonas vaginalis, dan Gardnerella vaginalis yang
dimana bakteri tersebut dapat menimbulkan gejala seperti pruritus vulva,
iritasi, inflamasi, sekresi vaginal (keputihan) dan rasa perih.
1) Keputihan
Leukorea atau keputihan yaitu suatu cairan putih yang keluar dari lubang
senggama atau vagina secara berlebihan. Keputihan dibedakan menajdi 2
jenis yaitu keputihan normal (fisiologis) dan keputihan abnormal
(patologis). Keputihan yang normal biasanya terjadipada masa menjelang
dan sesudah menstruasi, pada sekitar hari sekresi pada hari ke 10-16
menstruasi, juga terjadi pada rangsangan seksual. Sedangkan pada
keputihan yang abnormal terjadi pada infeksi alat kelamin (infeksi bibir
kelamin, liang senggama, mulut rahim, rahim dan penyangganya, dan
pada infeksi penyakit menular seksual) (Manuaba, 2010).
2) Iritasi
Iritasi merupakan kulit meradang, merah, terasa gatal, panas perih dan
bengkak. Hal ini dap[at terjadi karena keringat , gesekan baju yang ketat
19

dan garukan kuku. Masalah iritasi juga dapat terjadi karena orang ingin
terobsesi ingin selalu bersih, sehingga terlalu banyak meggunakan
pembersih organ intim, seperti mencuci dengan air hangat, membilas
dengan sabun terlalu banyak, dan menggunakan kopmpres obat yang
terlalu pekat. Kulit organ intim lebih lembut dan tipis dibandingkan kulit
daerah lain, sehingga diperlukan kehati-hatian dalam membersihkannya.
Rambut organ intim yang terlalu lebat dapat menjadi sumber iritasi saat
menggunakan sabun (Dwikarya, 2007).
3) Infeksi
Penyebab infeksi ada 5 yaitu jamur, bakteri, chlamydia, protozoa dan
virus.
a) Infeksi jamur, infeksi ini menyerang kulit organ intim dimana
penyebabnya ada 2 golongan, yaitu jamur dermofita dan jamur
candidas albican.
b) Infeksi bakteri. Bakteri merupakan tumbuhan berukuran mikro yang
mempunyai berbagai macam bentuk, yakni basil berbentuk batang,
kokus berbentuk bulat dan spirochaeta berbentuk spiral. Ketiga
bakteri tersebut dapat ditemukan pada kelainan organ intim yang
bermasalah. Namun, gejala penyaki dan tempat yang terserang
berbeda. Contohnya bakteri Gardnerella, bakteri ini dpaat berubah
bentuk sehingga disebut kokobasil. Bakteri dapat ditemukan di vagina
normal namun dalam jumlah yang kecil.
c) Infeksi virus. Virus merupakan mikroorganisme penyebab infeksi
yang dapat melalui ultrafilter, bersifat intraseluler obligat parasit, dan
berkembangbiak didalam sel hidup. Virus yang dapat disaluran
reproduksi wanitia yaitu HPV (Humman Papiloma Virus) yang mana
virus ini dapat ditemukan pada pasien dengan kanker serviks, yang
dimana kurangnya kebersihan organ genetalia eksterna (Windayanti,
2007).
d. Macam-macam Cara Perawatan Vulva Hygiene
1) Cara cebok yang benar
20

Cebok atau membersihkan organ kewanitaan selama ini terkesan tidak


peduli dan tidak terlalu dipermasalahkan. Namun, pada kenyataannya
tidak banyak yang tahu cara cebok yang benar. Banyak wanita
menganggap bahwa prinsip cebok adalah asal terkena air. Cara cebok
yang benar adalah dari arah depan kebelakang. Dari bibir vulva bagian
atas lalu kearah anus. Basuhan ini sesuai arah aliran air yang disiramkan,
perabaan oleh tangan dimulai dari vulva menuju anus. Dalam hal ini,
perlu diperhatikan arahnya, tidak diperbolehkan secara terbalik, atau dari
anus kevulva atau bolak-balik dimulai vulva, anus, vulva. Aturan tersebut
dilakukan agar tidak terkontaminasi kuman didaerah lubang anus dengan
vulva dan masuk lubang vagina. Melakukan cebok jangan hanya
menyemprotkan atau mengguyur air saja kedaerah vulva, melainkan
harus disertai bantuan perabaan tangan untuk membersihkannya. Jika
membersihkan tidak dengan perabaan, dikhawatirkan akan kurang bersih
karena apabila mengeluarkan air kencing, dapat membasahi daerah vulva
yang lain, bahkan bisa membasahi anus. Oleh karena itu, pembersihan
organ kewanitaan terutama setelah buang air kecil harus benar-benar
dilakukan secara menyeluruh didaerah vulva sampai anus (Depkes,
2012).
2) Sabun pembersih khusus alat kelamin
Sabun khusus dalam menjaga kebersihan vagina tidak bersifat mutlak
diperlukan. Dalam pemberian sabun kewanitaan, prinsipnya hanya
dilakukan untuk membersihan organ luar kewanitaa, karena apabila
diberikan pada genetalia interna dapat menyebabkan perubah pH dalam
vagina. Perubahan pH dapat membuat ketidakstabilan fungsi kuman-
kuman baik divagina (Depkes, 2012).
3) Pentingnya menjaga kelembaban kelamin
Tindakan yang jarang dilakukan oleh wanita setelah cebok ialah
mengeringkan alat kelamin. Sikap ini mengakibatkan bakteri lembab
yang dapat memicu timbulnya penyakit menular seksual. Banyaknya
kuman berkembang biak karena kondisi alat kelamin yang lembab.
Kejadian ini dapat dihindari dengan membawa handuk khusus untuk
21

mengeringkan vagina setelah membersihkan vagina. Menjaga


kelembaban genetalia dapat dilakukan dengan mengganti celana dalam.
Mengganti celana dalam sebaiknya dilakukan dua kali sehari dimana satu
celana dalam terjaga selama 12 jam. Penggunaan celana dalam
sebenarnya sangat berpengaruh terhadap kelembaban genetalia wanita.
Setelah beraktivitas seharian tertentu alat kelamin wanita akan banyak
berkeringat dan mengeluarkan keputihan. Bahan celana dalam yang baik
harus menyerap keringat, misalnya katun. Hindari memakai celan dalam
yang ketat sehingga kulit menjadi sulit bernafas dan akhirnya
menyebabkan daerah kewanitaan menjadi lembab, berkeringat dan
menjadi tempat berkembang biak jamur yang dpaat menimbulkan iritasi.
Infeksi sering kali terjadi akibat celana dalam yang tidak bersih dan tidak
menyerap (Depkes, 2012).
4) Tidak menggunakan pantyliner
Penggunaan pantyliner sebaiknya hanya sesuai kebutuhan artinya ketika
mengalami keputihan yang berlebih. Gunakan pantyliner yang tidak
berparfum untuk mencegah iritasi karena terlalu sering mengganti jenis
pantyliner pada saat keputihan (Depkes, 2012).
5) Pencukuran rambut didaerah vagina
Rambut yang tumbuh disekitar kemaluan perlu diperhatikan
kebersihannya. Jangan mencabut rambut tersebut, karena lubang cabutan
tersebutan dapat memicu masuknya bakteri , kuman dan jamur yang
dikhawatirkan dapat menimbulkan iritasi dan penyakit. Perawatan rambut
didaerah kewanitaan cukup dipendekkan dengan gunting atau alat cukur
dan busa sabun yang lembut. Rambut didaerah kemaluan berguna untuk
merangsang pertumbuhan bakteri baik serta menghalangi masuknya
benda kecil kedalam vagina (Depkes, 2012).
6) Perawatan pada masa Mentsruasi
Pada saat menstruasi dinding bagian dalam uterus meluruh sehingga
dangat mudah terjadinya infeksi, oleh karena itu sangat perlu menjaga
kebersihan dengan cara (Kusmiran, 2012) :
22

a) Gunakan pembalut bersih dan ganti secara teratur 2-3 kali dalam
sehari atau setiap setelah buang air kecil, atau bila pembalut telah
penuh dengan darah atau saat mandi.
b) Bila pembalut yang digunakan adalah sekali pakai, maka bersihkan
terlebih dahulu pembalut dengan menggunakan air, bungkus
kemudian buanglah ditempat sampah.
c) Bila pembalut digunakan berkali-kali (biasanya terbuat dari bahan
katun atau handuk), segera cuci hingga bersih, keringkan dan setrika
untuk mematikan kuman dan siap digunakan kembali.
23

E. Kerangka Teori
Teori Lawrence Green (1991) dalam Notoatmodjo (2010) membagi perilaku
manusia dalam tiga faktor yaitu faktor-faktor predisposisi, pendukung dan
pendorong. Berdasarkan konsep teori Lawrence Green yang dikemukakan
maka peneliti membuat suatu kerangka teori untuk menggambarkan
pengetahuan remaja putri tentang vulva hygiene di SMAN 12 Tangerang.

Faktor utama :
1. Usia
2. Pendidikan
3. Sikap dan Perilaku Pengetahuan
4. Agama dan Budaya Remaja Putri
5. Kepercayaan Diri Tentang Vulva
Faktor pendorong : Hygiene di SMAN
12 Tangerang
1. Dukungan keluarga
2. Dukungan teman
3. Dukungan lingkungan
sekolah

Faktor Penguat :
1. Sarana
2. Transportasi
3. Akses

= Yang diteliti
Karateristik :
- Budaya
= Yang tidak
Faktor pendukung : diteliti

- Dukungan keluarga
Faktor pendorong :
- Sumber informasi

Gambar. 2.1 Kerangka Teori


Green Lawrence (1999); Notoatmodjo (2010)

Anda mungkin juga menyukai