Anda di halaman 1dari 30

BAB I

EKSPLORASI BATUBARA

1.1 Tujuan
Adapaun Tujuan dari Eksplorasi Batubara adalah :
1. Untuk menginventarisir serta melokalisir data endapan batubara yang ada
di daerah studi.
2. Mencari lokasi-lokasi singkapan batubara
3. Melaporkan daerah prospeksi hasil temuan di lapangan.

1.2 Landasan Teori


1.2.1 Pengertian Eksplorasi
Eksplorasi merupakan pekerjaan-pekerjaan selanjutnya setelah
ditemukannya endapan mineral berharga, yang meliputi pekerjaan-
pekerjaan untuk mengetahui dan mendapatkan ukuran, bentuk, letak
(posisi), kadar rata-rata dan jumlah cadangan dari endapan tersebut.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa berdasarkan pada
sifat penyelidikan dan pendekatan teknologi yang digunakan, maka
kegiatan eksplorasi secara umum dapat dibedakan menjadi 2 (dua),
yaitu eksplorasi tak langsung dan eksplorasi langsung.

Metode eksplorasi langsung mempunyai pengertian bahwa


pengamatan dapat dilakukan dengan kontak visual dan fisik dengan
kondisi permukaan/bawah permukaan, terhadap endapan yang dicari,
serta dapat dilakukan deskripsi megaskopis/mikroskopis, pengukuran,
dan sampling terhadap objek yang dianalisis. Begitu juga dengan
interpretasi yang dilakukan, dapat berhubungan langsung dengan fakta-
fakta dari hasil pengamatan lapangan. Metode eksplorasi langsung ini
dapat dilakukan (diterapkan) pada sepanjang kegiatan eksplorasi (tahap
awal s/d detail).

1
Beberapa metode (aspek) yang akan dipelajari sehubungan dengan
Metode Eksplorasi Langsung ini adalah :

 Pemetaan geologi/alterasi.
 Tracing float, paritan, dan sumur uji.
 Sampling (pengambilan dan preparasi conto).
 Pemboran eksplorasi dan sampling pemboran.

1.2.2 Tahap Kegiatan Eksplorasi


Adapun tahapan dari kegiatan eksplorasi adalah :
1. Sumur Uji (Test Pit)
Sumur Uji (Test Pit) adalah salah satu usaha untuk
memperoleh ketebalan secara absolut. Teknis pembuatan test pit ini
adalah dengan membuat lubang penggalian (sumuran) secara
vertikal dan memotong tegak lurus strike atau searah dipping,
berdimensi panjang x lebar = 1 m x 1 m, sedangkan kedalaman
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

(Gambar : Sumur Uji)

2. Parit Uji (Trenching)


Parit Uji (Trenching) adalah salah satu metoda lain untuk
memperoleh ketebalan secara absolut. Teknis pembuatan trenching
ini tidak jauh berbeda dengan pembuatan test pit yaitu dengan cara
membuat puritan sepanjang/searah dengan down dip singkapan
batubara (secara horizontal), berdimensi lebar ± 50 cm dengan
kedalaman parit tergantung dari posisi kontak antara lapisan

2
penutup (soil) dengan batubara, sedangkan panjang paritan
disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan.

(Gambar : Parit Uji)

3. Pemboran
Kegiatan pemboran dimaksudkan untuk melacak secara
spesifik mengenai penyebaran batubara baik ke arah down strike
maupun down dip dari masing-masing singkapan yang telah
ditemukan. Hasil data pemboran diharapkan dapat mengetahui
mengenai bentukan batubara bawah permukaan (coal modellling
sub-surface) sehingga dapat diketahui sumberdaya (resources)
batubara yag ada.

(Gambar : Pengeboran Eksplorasi)


1.3 Alat dan Bahan
1. GPS
2. Kompas Geologi
3. Palu Geologi
4. Cangkul
5. Alat Bor (tipe alat disesuaikan dilapangan)

3
1.4. Prosedur Praktikum
Adapun prosedur yang dilakukan dalam pelaksanaan praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Sumur Uji
 Tentukan daerah yang akan dibuat sumur uji.
 Siapakan peralatan yang dibutuhkan, biasanya cangkul untuk alat gali,
dan kompas serta gps untuk menentukan koordinat.
 Lakukan penggalian dengan diamensi panjang 1m dan lebar 1m serta
kedalaman disesuaikan hingga bertemu dengan lapisan batubara.
 Setelah bertemu dengan lapisan batubara, baru kemudiann menentukan
strike/dip dari lapisan batubara.
 Catat semua data mulai dari dimensi sumuran hingga strike/dip lapisan
batubara.
2. Pembuatan Parit Uji
 Pada dasarnya prosedur pembuatan parit uji sama dengan pembuatan
sumur uji, hanya saja pada dimensi pada parit uji panjang dari parit
disesuaikan dengan kondisi lapangan atau hingga bertemu lapisan
batubara, sedangkan kedalaman 2-3m dan lebar 0,8-1,5m.
3. Pemboran
 Tentukan daerah yang akan dibor, biasanya daerah yang diindikasikan
mengandung batubara.
 Pasang semua bagian alat bor.
 Lakukan pengeboran hingga menembus lapisan batubara.
 Angkat log bor dari lubang bor.
 Catat litologi perlapisan batuan dari log bor.

1.5. Pengolahan Data


Perhitungan Sumberdaya Batubara pada Blok Prospek mengacu pada
Klasifikasi USGS tahun 1983, dimana kriterianya dibagi menjadi tiga yaitu :
Sumberdaya Tereka (Inferred), dimana daerah pengaruh mempunyai
radius antara 1200 m – 4800 m dari titik singkapan batubara

4
Sumberdaya Terunjuk (Indicated), dimana daerah pengaruh mempunyai
radius antara 400 m – 1200 m dari titik singkapan batubara.
Sumberdaya Terukur (Measured), dimana daerah pengaruh mempunyai
radius 400 m dari titik singkapan batubara.

Parameter-parameter yang digunakan untuk memperoleh jumlah sumberdaya


batubara ini adalah :
Panjang daerah pengaruh ke arah strike (m) = P
Lebar daerah pengaruh ke arah dip (m) =L
Tebal singkapan batubara (m) =T
Density batubara (1,3 ton/m3) = BJ
Luas penampang batubara (m2) =A
Sumberdaya (MT) = SD

Dari parameter-parameter tersebut maka dapat diketahui jumlah


sumberdayanya dengan menggunakan formula :
SD = P x L x T x BJ atau SD = A x T x BJ

Pada perhitungan perkiraan di atas sumberdaya pada Blok Prospek


penyebaran batubara diasumsikan :
Volume tanah penutup (overburden) dan lapisan di antara lapisan batubara
(interburden), serta volume topografi belum turut diperhitungkan. Penyebaran
lapisan batubara dianggap ada di sepanjang radius daerah pengaruh tanpa ada
faktor koreksi topografi dan struktur geologi. Lapisan batubara dianggap
menerus dan ketebalannya dihitung dari nilai rata-rata dari data yang
diperoleh atau berdasarkan perhitungan geometri ke arah strike dan dip.
Density batubara adalah 1,3 ton/m3. Kemiringan batubara dianggap konstan.

5
BAB II
PENGENALAN METODE PEMBORAN DAN BAGIAN CORE BARREL

2.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bentuk
dari corre barrel dan bagian-bagian yang ada pada core barrel, serta
dapat mengetahui nama-nama dari masing-masing bagian core barrel.

2.1.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat
mempelajari cara merangkai dan melepaskan semua bagian-bagian
dari core barrel dengan tepat, dan memperlakukan core barrel serta
sampel yang terdapat di dalam core barrel.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Jenis dan Metoda Pemboran


Jenis metoda pemboran dibedakan berdasarkan :
Mekanisme Pemboran
Sirkulasi Fluida Bor
Jenis Fluida bor yang digunakan
 Berdasarkan mekanisme pemboran, metode pemboran dapat dibagi
lagi, yaitu :
o Pemboran Tumbuk (Percussive Drilling)
Dioperasikan dengan cara mengangkat dan menjatuhkan
alat bor berat secara berulang-ulang kedalam lubang bor
sehingga lubang bor terbentuk akibat mekanisme tumbukan dan
beban rangkaian bor.

6
Bor Tumbuk (Australia Drilling Industry, 1996)

o Pemboran Putar (Rotary Drilling)


Lubang bor dibentuk dari pemboran dengan mekanisme putar
dan disertai pembebanan.

Bor Putar (Australia Drilling Industry, 1996)

7
o Bor Putar Hidraulik (Hidraulic Rotary)
Dimana lubang bor dibentuk dari kombinasi antara mekanisme
putar, tekanan hidraulik, dan beban setang bor.

Bor Hidraulik (Australia Drilling Industry, 1996)

Kelebihan mesin bor tumbuk dibandingkan mesin bor


putar antara lain :
a. Ekonomis (murah, biaya operasi rendah, biaya transportasi
murah, persiapan rig cepat).
b. Menghasilkan contoh pemboran yang lebih baik
c. Lebih mempermudah pengenalan lokasi
d. Tanpa sistem sirkulasi
e. Kemungkinan kontaminasi karena pemboran relatif kecil.

Kekurangan mesin bor tumbuk dibandingkan mesin bor


putar antara lain :
a. Kecepatan laju pemboran rendah
b. Sering terjadi putusnya sling

8
 Berdasarkan sirkulasi fluida, metode pemboran dapat dibagi lagi
yaitu :
1. Sirkulasi Langsung (Direct Circulation)
Fluida bor dipompakan dari mudpit ke mata bor melalui
bagian dalam stang bor kemudian kembali lagi ke permukaan
akibat tekanan pompa melalui rongga anulus.
2. Sirkulasi Terbalik (Reverse Circulation)
Fluida bor dari mudpit bergerak melalui rongga anulus,
kemudian kembali lagi ke permukaan akibat gaya hisap pompa
melalui bagian dalam stang bor.

 Berdasarkan jenis fluida yang digunakan, metode pemboran dapat


dibagi lagi, yaitu :
1. Pemboran menggunakan cairan / lumpur (Mud Flush).
2. Pemboran menggunakan udara Jika menggunakan udara
sebagai fluida bor (Air Flush)

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suatu


sumur bor adalah :
1) Diameter Sumur
a) Besaran diameter casing pipa yang digunakan sesuai dengan
keperluan
b) Jenis casing yang digunakan biasanya PVC atau Low Carbon
yang disesuaikan dengan kualitas air tanah.
2) Kedalaman Sumur
a) Tergantung pada berapa lapisan akifer yang akan digunakan
dan jenis akifernya.
b) Penentuan Jenis Akifer (Tertekan atau tidak) berdasarkan data
log bor.

9
3) Screen
a) Merupakan tempat masuknya air pada lubang bor berfungsi
juga sebagai filter supaya material dari formasi tidak ikut
terbawa oleh pompa.
4) Gravel Pack
a) Material kasar buatan yang ditempatkan disekitar screen yang
berguna untuk mempermudah air dipompa karena material-
material pada akifer akan tertahan pada gravel pack tidak
menutupi lubang-lubang screen (sand Bridge)
b) Mencegah agar lubang bor stabil atau tidak mudah runtuh
c) Berfungsi sebagai filter alami
5) Pompa
a) Alat untuk menghisap air dari lubang bor ke atas permukaan
tanah. Pada pemboran airtanah dalam pompa yang lazim
digunakan adalah pompa selam (submersible pump).
6) Piezometer
Adalah sebuah alat pengukur muka airtanah yang ditempatkan
di dalam sumur pantau. Sumur pantau ditempatkan disekitar sumur
pemompaan.
7) Grouting
Suatu lapisan buatan (berupa lapisan semen) yang berfungsi
untuk menahan konstruksi lubang bor.

Konstruksi Sumur Bor


(Kruseman G.P & de Ridder, 1994)

10
Skema Pompa Submersible
(Drilling Australian Industry, 1996)

Skema Alat Piezometer


(Kruseman G.P & de Ridder, 1994)

11
Konstruksi Sumur Bor Airtanah
(Drilling Australian Industry, 1996)

2.2.2 Pemboran Metode Coring


Coring adalah metode untuk mengambil sampel inti dari tanah.
Coring sering digunakan dalam pengeboran, dan survei laut. Ilmuwan
sering menggunakan inti coring untuk mendapatkan sampel sebagai
bahan studi.
Sebuah sampel inti (core sample) adalah sebuah tabung berbentuk
silinder dengan ukuran yang dianggap mewakili untuk pengambilan
struktur tanah yang berlapis. Sampel inti diperoleh dengan pengeboran
ke dalam media, misalnya batuan sedimen atau tanah, dengan tabung
baja berongga berbentuk silinder yang disebut disebut core. Lubang
dibuat untuk memperoleh sampel inti disebut lubang inti (core hole).
Terdapat berbagai jenis core untuk kondisi sampel dengan media yang
berbeda. Dalam proses coring, sampel didorong ke dalam tabung. Di
laboratorium, sampel tersebut diperiksa dan dianalisis menggunakan

12
berbagai teknik dan peralatan tergantung pada jenis data yang
diinginkan. Analisis umumnya bersifat tidak merusak (non-destruktif)
dari sebagian besar sampel.
Peralatan pengeboran sering digunakan untuk coring. Pengeboran
inti dilakukan selama operasi eksplorasi mineral untuk membantu
menentukan jenis batuan dan jumlah mineralisasi yang ada.
Eksplorasi permukaan hanya mendefinisikan dua dimensi dari
prospek atau daerah temuan mineral. Kegiatan pemboran adalah tahap
proses eksplorasi lanjutan di mana dapat ditampilkan bentuk tiga
dimensi ( berdasarkan kedalaman) bahan galian. Hal ini merupakan
proses yang sangat penting, karena pada akhirnya informasi yang
diperoleh dari pengeboran akan membuktikan apakah bijih deposit
layak ditambang. Pada dasarnya ada dua jenis pengeboran yaitu
diamond core dan rotary.
Pengeboran diamond core menggunakan sedikit berlian untuk
penetrasi ke dalam batuan padat. Hasil pembiran (berbentuk coring)
akan dipelajari secara rinci, kemudian semua atau sebagian dari coring
tersebut dikirim ke laboratorium untuk analisis geokimia.
Informasi yang dikumpulkan dari kedua jenis pengeboran adalah
diperlakukan serupa. Cara terbaik untuk menyajikan data pengeboran
dengan metode grafis sehingga informasi dapat dilihat lebih jelas dan
lebih mudah diinterpretasikan. Kedalaman dimensi yang ditunjukkan
dalam bidang vertikal disebut drill section, yang pada dasarnya adalah
deskripsi penampang dibawah permukaan tanah.

2.2.3 Model-Model Core Barrel


a) Single Tube core barrel
Single Tube core barrel merupakan peralatan coring paling
sederhana, hanya ada satu tabung.

13
Gambar 1.1.
Single tube core barrel

b) Double Tube core barel (outer dan inner tube)


Rotasi dan aliran lumpur tidak lagi melakukan serangan inti.
Tabung bagian dalam benar-benar melindungi inti. Bahkan bagian
non-solid dalam formasi geologis dapat ditentukan.

Gambar 1.2.
Perlengkapan Double tube core barrel

Gambar 1.3.
Double tube core barrel

14
c) Triple Tube core barrel (outer tube, inner tube dan split tube)
Triple Tube core barrel memiliki semua manfaat sistem
wireline standar dengan tambahan keuntungan yang dapat
digunakan pada formasi yang dan inti dapat diperiksa dalam kondisi
yang hampir tidak terganggu. Hal ini terutama berguna untuk coring
di batu bara, tanah liat atau sangat hancur dan formasi retakan.

Gambar 1.4.
Triple tube core barrel

Triple system tabung dibuat dengan menambahkan tabung


untuk ketiga standar inti Wireline barrel. Tabung ketiga ini terbuat
dari stainless steel, terbelah memanjang dan bersarang di dalam
tabung.

2.2.4 Manfaat Core Barrel


Adapun manfaat dari core barrel adalah sebagai berikut.
1) Mengambil sampel (contoh batuan) yang masih segar agar dapat
diteliti di laboratorium.
2) Untuk mengetahui profil tanah secara visual serta mengetahui
muka air tanah setempat.

2.2.5 Perhitungan Core Recovery


Core recovery atau perolehan conto inti (core) dari pemboran
yang biasanya dinyatakan dalam perbandingan presentasi panjang
conto yang dapat ditangkap/dibawa kepermukaan oleh tabung conto
dengan panjang kolom yang di bor
Cara perhitungan core recovery yaitu:

15
 Ukur kemajuan bor dari awal sampai akhir
 Susun core dengan baik didalam core box
 Ukur panjang core yang didapat per kemajuan bor
 Hitung core recovery dengan menggunakan rumus :
panjang core (m)
CR = kemajuan bor (m) x 100% ................................................. 1

Dalam kegiatan pemboran, tentu ada bagian core sample yang


hilang dalam core barrel. cara perlakuan core sample yang hilang
adalah sebagai berikut :
1. Perhatikan ujung core yang terambil, lihat indikasinya (bentuk
creck, batas lapisan lunak) dan tentukan bagian mana yang
kemungkinan hilang
2. Penyusunan core diurut dari core sebelumnya, apakah ada
kemungkinan sambungan core baru (amati jenis batuan dan
kekerasan) tentukan bagian hilang dan kedalamannya.
3. Adanya kekar menyebabkan core recovery kurang dari 100%

Contoh Studi Kasus :


Kegiatan pemboran eksplorasi di suatu titik menggunakan drill rod 1
meter dengan tinggi mesin 0,9 meter. Jumlah rod yang terpasang
sebelum core barel terpasang ada 32 batang, dengan sisa rod di
permukaan 0,25 meter. Setelah diamati, rangkaian bor diangkat dan
dipasang core barel, kemudian proses coring dilakukan. Setelah
diamati, ternyata drill rod ditambah 2 batang dengan sisa rod di
permukaan 0,4 meter. Hasil core yang diperoleh 1,65 meter. Hitung
Core Recovery dari kegiatan pemboran tersebut!
Penyelesaian :
Diketahui : Panjang rod (P) = 1m
Tinggi mesin (T) = 0,9 m
Jumlah rod awal (Ro) = 32 batang x 1 m = 32 m
Jumlah rod akhir (Ri) = 34 batang x 1 m = 34 m
Sisa rod awal (So) = 0,25 m
Sisa rod akhir (Si) = 0,4 m

16
Core yang diperoleh = 1,65 m

Jawaban :
 Kemajuan bor = [(Ri x P) – T – Si] – [(Ro x P) – T – So]
= [34 x 1) – 0,9 – 0,4]-[(32 x 1) – 0,9 – 0,25]
= 1,85 m

panjang core yang diperoleh (m)


 Panjang Core Recovery = x 100%
kemajuan pembor (m)
1,65
= 𝑥 100 %
1,85

= 89,2 %

2.3 Alat dan Bahan

a) Alat yang digunakan adalah sebagai berikut.


1. Core barrel.
2. Wrench (kunci pipa) 2-3 buah.
3. Glove (sarung tangan).
4. Core box.
5. Alat tulis.

b) Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut.


Coring buatan yang terdiri dari material :
1. Pasir kasar
2. Pasir halus
3. Kerikil kecil
4. Batubara
5. Lempung
6. Lempung Kaolin
7. Gambut

17
2.4 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur yang dilakukan dalam pelaksanaan praktikum ini


adalah sebagai berikut :
a) Prosedur memasang core barrel, adalah sebagai berikut :
1. Siapkan seluruh bagian dari core barrel.
2. Pasang inner barrel head ke pangkal inner barrel.
3. Siapkan core liner dan masukkan ke dalam inner barrel melalui
ujungnya.
4. Siapkan inner barrel ring dan pasang ke ujung inner barrel.
5. Siapkan core catcher dan bit stabilizer dan pasang pada ujung inner
barrel.
6. Siapkan casing barrel dan masukkan rangkaian inner barrel ke
casing barrel.
7. Siapkan core barrel head dan pasang pada pangkal casing barrel.
8. Siapkan bit dan pasang pada ujung casing barrel.
9. Selesai.

b) Prosedur melepas core barrel adalah sebagai berikut:


1. Persiapkan core barrel dan kunci pembukanya.
2. Buka mata bor (bit) dengan arah ulir ke kiri.
3. Buka pangkal core barrel dengan arah ulir ke kiri.
4. Buka pangkal ke 2 dengan arah ulir ke kiri.
5. Tarik keluar inner barrel di dalam dengan perlahan.
6. Buka pangkal inner barrel di dalam dengan arah ulir ke kiri.
7. Buka ujung inner barrel di dalam dengan arah ulir ke kanan (ulir
terbalik).
8. Keluarkan core linner dengan perlahan.
9. Sampel dapat diambil dan ditempatkan ke dalam core box secara
hati-hati.

18
BAB III
LOG BOR

3.1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktikum ini adalah untuk merencanakan
target pemboran dan untuk mengetahui bentuk sample hasil dari log
bor serta dapat mendiskripsikan jenis batuan pada hasil log bor
tersebut.

2.1.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari praktikum ini adalah supaya praktikan dapat
mengetahui cara menghitung nilai core recovery dan menghitung nilai
persentase Rock Quality Designation (RQD) dari hasi log bor tersebut.

3.2 Dasar Teori

3.2.1 Pengertian
Log bor adalah rekaman data geofisik dan geologi dari sebuah
sumur bor . Seorang ahli geologis harus hati-hati mencatat informasi
dari pemboran inti (coring) yang diperoleh dari setiap lubang bor. Hal
ini dilakukan dengan menyelesaikan sebuah "log bor", yang
merupakan deskripsi bentuk lapisan tanah yang diperoleh selama
proses pengeboran. Log bor harus memiliki dasar informasi di atas,
termasuk nomor lubang, sudut plunge, tanggal, dan nama wellsite.
Log bor akan menunjukkan skala kedalaman.
Log bor biasanya memiliki serangkaian kolom menggunakan
skala kedalaman. Pemboran yang memiliki kriteria yang harus diamati
yang disebut dengan log. Informasi yang harus ditulis dalam log bor
meliputi : 1) lithologi, 2) alterasi, 3) mineralisasi, 4) Struktur geologi,
dan 5) Nilai Geokimia.
Panjang per sambungan akan dihubungkan terhadap total
kedalaman pemboran sebagai satu kesatuan dalam log bor. Panjang

19
jalur akan sesuai dengan total kedalaman lubang bor, sebagaimana
tercantum pada log bor.
Jika lubang bor memotong sebuah zona mineralisasi berbentuk
tabular atau lapisan pada sudut 90o, maka ketebalan lapisan zona atau
terlihat dalam inti bor atau direkam dalam log bor mewakili ketebalan
sebenarnya. Jika lubang bor memotong zona atau lapisan pada setiap
sudut kurang dari 90o, maka ketebalan diamati disebut ketebalan semu
Jika dip dari zona mineralized diketahui, dan inklinasi dari lubang bor
diketahui, maka ketebalan sebenarnya dapat dihitung dengan
menggunakan trigonometri sederhana.
Borehole log tersusun atas beberapa bagian, antara lain adalah :
a. Well log header
b. Sample log
c. Geological log
d. Well design log

Gambar 2.1
Contoh borehole log

20
Didalam well log header berisi tentang :
 Lingkungan dan informasi perusahaan pengeboran
 Tanggal pengambilan sampel
 Bor rig dan teknik sampling
 Nomor lubang
 Diameter lubang
 Permukaan ketinggian dari peta topo

Gambar 2.2.
Well log header

Didalam Borehole log terdiri dari :


 Deskripsi Geologi (jenis tanah, warna, ukuran, kelembaban,
kepadatan, bau, dll) dari potongan dan inti sampel
 Grafik log (harus memberikan legenda)
 USCS simbol (SP, SW, dll)
 Semua di atas versus kedalaman

Gambar 2.3.
Borehole log

21
Di dalam Sample log terdiri dari :
 Catatan interval kedalaman sampel inti
 Kepadatan dilaporkan dalam pukulan / f untuk drive palu ketika
coring
 Nomor sampel
 Kontaminan informasi - dapat mencakup OVA / PID pembacaan
uap organik

Gambar 2.4. Gambar 2.5.


Sample log Well log

Di dalam well log terdiri dari :


 Total kedalaman
 Interval kedalaman bagian saringan
 Interval kedalaman penyaring
 Interval kedalaman sel bentonit
 Interval kedalaman cement grout

3.2.2 Manfaat Log Bor

Log bor mempunyai beberapa manfaat atau kegunaan yaitu sebagai


berikut :

22
1) Mengetahui lithologi batuan daerah penyelidikan berdasarkan
kedalaman tertentu.
2) Mengetahui kedalaman, geometri, volume dan sebaran bahan
galian yang akan diambil.

3.2.3 Rumus Tebal dan Kedalaman

Ketebalan adalah jarak tegak lurus antara dua bidang sejajar yang
merupakan batas lapisan.
Kedalaman adalah jarak vertikal dari ketinggian tertentu
(permukaan bumi) kearah bawah sampai suatu titik, garis atau bidang

Keterangan :
t = tebal
d = kedalaman

Keterangan :
β = bearing
W= lebar
t = tebal
I = apparent dip
δ= true dip
Gambar 2.6.
Sketsa ketebalan dan kedalaman

Dalam keadaan real dilapangan kita mungkin akan menemui salah


satu dari beberapa kondisi singkapan dan lubang bor berikut, yaitu :
 Lubang Bor Lebih Tinggi dari Singkapan

23
Gambar 2.7.
Sketsa lubang bor lebih tinggi dari singkapan

Keterangan :
L = Lebar singkapan
α = Dip (kemiringan lapisan)
A = Elevasi Singkapan
B = Elevasi Drill Hole
d = Beda Tinggi
= B–A
P = Horizontal distance
Y1 = Kedalaman roof
Y2 = Kedalaman floor

Untuk menentukan kedalaman roof batubara, dapat


menggunakan rumus :
𝑌1 = tan 𝛼 𝑥 𝑃 …….…………………………………………… 2
ℎ𝑟𝑜𝑜𝑓 = 𝑌1 + 𝑑 …………………………….…………………… 3

Sedangkan untuk menentukan kedalaman floor batubara dapat


menggunakan rumus :
𝑌2 = tan 𝛼 𝑥 (𝑃 + 𝐿) …………………………………………... 4
ℎ𝑓𝑙𝑜𝑜𝑟 = 𝑌2 + 𝑑 …………………………………………... 5

24
Kemudian untuk ketebalan batuan pada drill hole tersebut
dapat menggunakan rumus :
𝑡 = ℎ𝑓𝑙𝑜𝑜𝑟 − ℎ𝑟𝑜𝑜𝑓 …………………………………………... 6

 Lubang Bor Lebih Rendah dari Singkapan

Gambar 2.8.
Sketsa lubang bor lebih rendah dari singkapan

Untuk menentukan kedalaman roof batubara, dapat


menggunakan rumus :
𝑌1 = tan 𝛼 𝑥 𝑃 ……………………………………………….. 7
ℎ𝑟𝑜𝑜𝑓 = 𝑌1 − 𝑑 ………….……………………………………. 8

Sedangkan untuk menentukan kedalaman floor batubara dapat


menggunakan rumus :
𝑌2 = tan 𝛼 𝑥 (𝑃 + 𝐿) …………………………………………… 9
ℎ𝑓𝑙𝑜𝑜𝑟 = 𝑌2 − 𝑑 …………………………………………… 10

Kemudian untuk ketebalan batuan pada drill hole tersebut


dapat menggunakan rumus :
𝑡 = ℎ𝑓𝑙𝑜𝑜𝑟 − ℎ𝑟𝑜𝑜𝑓 ……………………………………………. 11

25
 Lubang bor searah Dip Direction dan tegak lurus Strike

Penentuan tebal dan kedalam untuk lubang bor searah dip


direction dan tegak lurus strike dapat langsung menentukan
kedalaman roof dengan menggunakan rumus :
ℎ𝑟𝑜𝑜𝑓 = tan 𝛼 𝑥 𝑃 ……………………..………………………. 12

Setelah menentukan kedalaman roof, lalu dilanjutkan dengan


menentukan kedalaman floor, dengan menggunakan rumus:
ℎ𝑓𝑙𝑜𝑜𝑟 = tan 𝛼 𝑥 (𝑃 + 𝐿) ……………………………………….. 13

Kemudian untuk ketebalan batuan pada drill hole tersebut


dapat menggunakan rumus :
𝑡 = ℎ𝑓𝑙𝑜𝑜𝑟 − ℎ𝑟𝑜𝑜𝑓 ………….…………………………………. 14

 Lubang Bor Tidak Searah Dip Direction

Untuk menentukan kedalaman dan ketebalan batuan pada


lubang bor searah dip direction dan tegak lurus strike, terlebih
dahulu harus menentukan sudut bearing. penentuan sudut bearing
dapat menggunakan rumus :
𝛽 = (1800 + 𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘𝑒) − 𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑜𝑟𝑎𝑛 ……………………. 15

kemudian dilanjutkan dengan menentukan besar


tan θapperent
= tan α dip
. sin β
dengan menggunakan rumus :
tan 𝜃 = tan 𝛼 𝑥 sin 𝛽 …………………………………………… 16

Setelah menentukan apperent dip, kemudian dilanjutkan


dengan menentukan ketebalan singkapan semu, dengan
menggunakan rumus :
𝐿
L𝐼 = sin 𝛽 ……………………………………………………… 17

26
kemudian dilanjutkan dengan menentukan kedalaman roof
dengan menggunakan rumus :
ℎ𝑟𝑜𝑜𝑓 = tan 𝜃 𝑥 𝑃 …………………………………………….. 18

Setelah menentukan kedalaman roof, lalu dilanjutkan dengan


menentukan kedalaman floor, dengan menggunakan rumus:
ℎ𝑓𝑙𝑜𝑜𝑟 = tan 𝜃 𝑥 (𝑃 + L𝐼 ) ……………………………………… 19

Kemudian untuk ketebalan batuan pada drill hole tersebut


dapat menggunakan rumus :
𝑡 = ℎ𝑓𝑙𝑜𝑜𝑟 − ℎ𝑟𝑜𝑜𝑓 ………………………………..................... 20

3.2.4 Perhitungan RQD

RQD merupakan parameter yang digunakan untuk menunjukkan


kualitas massa batuan dengan menggunakan data yang diperoleh dari
pemboran inti. RQD dihitung dari persentase bor inti yang diperoleh
dengan panjang minimum 10 cm seperti ditunjukkan pada persamaan
dibawah ini :
(Σpanjang potongan core ≥10 cm)
RQD = x 100% ................................. 20
(total panjang Core)

RQD dapat dihitung secara tidak langsung melalui pengukuran


orientasi dan jarak antar kekar pada singkapan batuan (Scanline).
Dengan metode Scanline diperoleh frekuensi bidang lemah per meter.
Nilai RQD dapat ditentukan melalui persamaan Prist & Hudson
(1976).
𝑅𝑄𝐷 = 100𝑒 −𝑜,1𝜆 (0,1 λ + 1) …………………………………… 21

λ = Frekuensi Bidang lemah per meter

27
Gambar 2.9.
Rock Quality Designation

3.3 Alat dan Bahan

a) Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :


1. Meteran
2. Alat tulis
b) Bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
Coring buatan yang terdiri dari material :
 Pasir kasar
 Pasir halus
 Kerikil kecil
 Batubara
 Lempung
 Lempung Kaolin
 Gambut

28
3.4 Prosedur Praktikum

Adapun prosedur yang dilakukan dalam pelaksanaan praktikum ini adalah


sebagai berikut :
1. Memakai perlengkapan safety seperti sarung tangan dan sepatu safety.
2. Persiapkan form log bor yang akan digunakan.
3. Mengukur setiap baris core sample yang didapat.
4. Mencatat hasil core yang memiliki jarak antar retakan ≥ 10 cm pada kertas
yang telah disediakan
5. Lakukan pengukuran panjang coring pada setiap sampel serta jenis
material dan mencatatnya pada form log bor.
6. Lakukan langkah diatas sampai semua coring tercatat.

29
DAFTAR PUSTAKA

http://godamaiku.blogspot.co.id/2013/09/eksplorasi-batubara.html?m=1

http://pertambangan-geologi.blogspot.co.id/2012/04/metode-eksplorasi.html?m=1

http://minoritystudyclub10.blogspot.co.id/2016/04/matarei-laporan-lengkap-
praktikum.html?m=1

Panduan praktikum teknik pengeboran ; Teknik Pertambangan Universitas


Lambung Mangkurat 2015.

30

Anda mungkin juga menyukai