Anda di halaman 1dari 18

HUBUNGAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES

GIGI DENGAN STATUS GIZI SISWA KELAS 2


SD N 1 CIANGSANA KABUPATEN BOGOR

Oleh :

ERRA IRHAMNI

31101300348

FAKULTAS KEDOTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................ i
DAFTAR TABEL ................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................................iv
I. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ..................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................. 2
1.3 Perumusan Masalah............................................................................................ 2
II. LANDASAN TEORI ........................................................................................................ 3
2.1 Pengertian Status Gizi ......................................................................................... 3
2.2 Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi.................................................... 3
Tabel 2. 1 Klasifikasi Tingkat Konsumsi zat gizi ............................................................... 3
2.3 Pengertian Karies ................................................................................................ 4
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi ................................ 4
2.5 Proses Terjadinya Karies Gigi .............................................................................. 5
2.6 Cara pencegahan karies ...................................................................................... 6
Gambar 2. 1 Pemeriksaan gigi ........................................................................................ 6
Gambar 2. 2 Cara menyikat gigi yang benar ................................................................... 6
Gambar 2. 3 makanan berserat ...................................................................................... 7
Gambar 2. 4 makanan mengandung gula dan tepung ................................................... 7
2.7 Pengukuran Karies Gigi Susu ............................................................................... 7
Tabel 2. 2 Klasifikasi Intensitas karies gigi menurut WHO .............................................. 8
III. HASIL PENELITIAN ................................................................................................... 9
3.1 Gambaran Umum SDN 01 Ciangsana.................................................................. 9
3.2 Jumlah Siswa ....................................................................................................... 9
Tabel 3. 1 Distribusi Jumlah Siswa SDN 01 CiangsanaDesa Ciangsana Kabupaten Bogor
Tahun 2010 ..................................................................................................................... 9
3.3 Gambaran Status Gizi ........................................................................................ 10
Tabel 3. 2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Siswa Kelas Dua SDN 01 ............................. 10
Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2010 ........................................... 10
3.4 Hubungan Tingkat Keparahan Karies Gigi dengan Status Gizi .......................... 11

i|Page
Tabel 3. 3 GambaranTingkat Keparahan Karies Gigi dengan Status Gizi Siswa Kelas Dua
SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana KabupatenBogor Tahun 2010 ............................... 11
IV. PENUTUP ............................................................................................................... 12
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 12
4.2 Saran ................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

ii | P a g e
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Klasifikasi Tingkat Konsumsi zat gizi ................................................... 3


Tabel 2. 2 Klasifikasi Intensitas karies gigi menurut WHO ................................... 8

Tabel 3. 1 Distribusi Jumlah Siswa SDN 01 CiangsanaDesa Ciangsana Kabupaten


Bogor Tahun 2010 .................................................................................................. 9
Tabel 3. 2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Siswa Kelas Dua SDN 01 ................ 10
Tabel 3. 3 GambaranTingkat Keparahan Karies Gigi dengan Status Gizi Siswa
Kelas Dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana KabupatenBogor Tahun 2010 ... 11

iii | P a g e
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Pemeriksaan gigi ................................................................................ 6


Gambar 2. 2 Cara menyikat gigi yang benar........................................................... 6
Gambar 2. 3 makanan berserat ................................................................................ 7
Gambar 2. 4 makanan mengandung gula dan tepung ............................................. 7

iv | P a g e
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor utama
yang diperlukan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Status gizi
masyarakat yang digambarkan dengan status gizi anak balita, anak sekolah, ibu
hamil dan kelompok rawan gizi lainnya merupakan salah satu indikator yang
dapat digunakan untuk menilai kualitas sumber daya manusia (Soetjiningsih,
1998).
Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak yang
berada pada masa ini berkisar antara usia 6 sampai 12 tahun yang mempunyai
sifat lebih kuat, sifat individual, aktif dan tidak bergantung dengan orang tua
(Moehji, 2003). Kebutuhan gizi anak sekolah dasar dapat mempengaruhi status
gizi. Oleh karena itu, makanan yang dikonsumsi harus memenuhi gizi yang baik
agar mencapai status gizi yang optimal.
Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang diderita sekitar 90% oleh
anak-anak. Karies gigi menjadi masalah kesehatan yang penting karena kelainan
pada gigi ini dapat menyerang siapa saja tanpa memandang usia dan jika
dibiarkan berlanjut akan merupakan sumber fokal infeksi dalam mulut sehingga
menyebabkan keluhan rasa sakit.
SDN 01 Ciangsana merupakan salah satu sekolah yang berada di wilayah
Desa Ciangsana Kabupaten Bogor yang mempunyai siswa kelas dua sebanyak
89orang. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti,
didapatkan bahwa 80% siswa kelas dua di sekolah tersebut menderita karies gigi
susu. Sedangkan untuk pengukuran status gizi didapatkan hasil bahwa 80% siswa
kategori kurus dan 20% siswa kategori normal. Berdasarkan latar belakang, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap hubungan tingkat keparahan
karies gigi dengan status gizi siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana
Kabupaten Bogor.

1|Page
1.2 Tujuan

Mengetahui hubungan tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi siswa
kelas dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor tahun 2010.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) (2007), provinsi Jawa


Barat mempunyai prevalensi anak usia sekolah kategori kurus pada anak laki-laki
sebesar 10,9% dan pada anak perempuan sebesar 8,3%. Prevalensi kategori kurus
tersebut lebih rendah dari angka nasional yaitu 13,3% pada anak laki-laki dan
10,9% pada anak perempuan. Status gizi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain penyakit yang diderita. Karies gigi merupakan salah satu penyakit yang
sekitar 90% diderita oleh anak-anak. Karies gigi dapat menimbulkan gangguan
fungsi kunyah yang dapat menyebabkan terganggunya penyerapan dan
pencernaan makanan. Kondisi tersebut dapat menggangu kondisi gizi anak
sehingga terjadi keadaan kurang gizi. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah
dilakukan oleh peneliti, didapatkan bahwa 80% siswa kelas dua di sekolah
tersebut menderita karies gigi susu. Sedangkan untuk pengukuran status gizi
didapatkan hasil bahwa 80% siswa kategori kurus dan 20% siswa kategori normal.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang hubungan tingkat keparahan karies gigi dengan status gizi siswa
kelas dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor.

2|Page
II. LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh seseorang atau sekelompok orang sebagai
akibat dari konsumsi, penyerapan dan penggunaan zat-zat gizi dari makanan
dalam jangka waktu yang lama. Makanan yang memenuhi kebutuhan zat gizi
tubuh umumnya membawa ke arah status gizi yang baik (Suhardjo, 1985).

2.2 Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi

A. Konsumsi Makanan

Kebutuhan untuk makan bukanlah satu - satunya dorongan untuk mengatasi


rasa lapar, akan tetapi ada kebutuhan fisiologis dan psikologis yang ikut
mempengaruhi. Konsumsi makanan adalah jenis dan banyaknya makanan yang
dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau jumlah kalori dan zat gizi.
Konsumsi makanan merupakan faktor yang secara langsung berpengaruh terhadap
status gizi (Suhardjo, 1985).
Berdasarkan Buku Pedoman Petugas Puskesmas, Depkes RI (1990), klasifikasi
tingkat konsumsi zat gizi dibagi menjadi empat dengan cut of point masing -
masing sebagaimana tercantum dalam tabel 2.1 berikut ini

Prosentase Pencapaian Konsumsi


Kategori
Zat Gizi
100 % AKG Baik
80-90 % AKG Sedang
70-80 % AKG Defisit
< 70 % AKG Kurang

Tabel 2. 1 Klasifikasi Tingkat Konsumsi zat gizi

B. Penyakit Infeksi

Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi bolak balik. Infeksi dapat
menimbulkan gizi kurang melalui berbagai mekanisme.

3|Page
2.3 Pengertian Karies

Karies gigi berasal dari bahasa latin yang artinya lubang gigi dan ditandai
oleh rusaknya email dan dentin secara progresif yang disebabkan oleh aktivitas
metabolisme plak bakteri. Karies gigi timbul karena empat faktor yaitu host yang
meliputi gigi dan saliva, mikroorganisme, substrat serta waktu atau lamanya
proses interaksi antar faktor tersebut.

2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi

a. Faktor Di Dalam Mulut


1) Struktur gigi dan saliva
Gigi adalah alat yang digunakan untuk mengunyah makanan
didalam mulut. Struktur gigi merupakan salah satu faktor yang bisa
melindungi atau memudahkan terjadinya karies. Aneka makanan dan
minuman masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Makanan perlu
dilumatkan dengan cara dikunyah di dalam mulut. Proses pelumatan
oleh gigi dibantu saliva. Saliva merupakan pertahanan pertama terhadap
karies.Saliva berfungsi sebagai pelicin, pelindung, penyangga,
pembersih, anti pelarut dan anti bakteri (Suwelo, 1992).
2) Mikroorganisme
Bakteri Streptococcus mutans mengeluarkan racun yang tidak
dapat dilihat oleh mata biasa. Bakteri tersebut berperan dalam proses
awal karies yaitu lebih dulu masuk lapisan luar email. Selanjutnya
Laktobasilus acidophilus mengambil alih peranan pada karies yang
lebih merusak gigi. Mikroorganisme menempel di gigi bersama plak.
Plak terdiri dari mikroorganisme (70 %) dan bahan antar sel (30%).
Plak akan tumbuh bila ada karbohidrat, sedang karies akan terjadi bila
ada plak dan karbohidrat (Suwelo, 1992).
b. Faktor di luar mulut
1) Umur
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, jumlah kariespun
akan bertambah. Hal ini jelas, karena faktor risiko terjadinya karies
akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor

4|Page
risiko terjadinya karies kecil akan menunjukkan jumlah karies lebih
besar dibanding yang kuat pengaruhnya
2) Jenis kelamin
Prevalensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan
dengan pria. Demikian pula pada anak-anak, prevalensi karies gigi susu
anak perempuan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-
laki, karena gigi anak perempuan berada lebih lama dalam mulut.
Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan
faktor resiko terjadinya karies.
3) Kebiasaan sikat gigi
Penyakit karies gigi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah
satunya adalah mikroorganisme yang ada dalam plak gigi. Cara yang
dapat digunakan untuk mengontrol plak tersebut adalah dengan
menyikat gigi.

2.5 Proses Terjadinya Karies Gigi

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi,
sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu
tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut
menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut
menjadi karies gigi (Schuurs, 1993).
Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui
lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru
timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu
banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara
mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat. Pada karies
dentin yang baru mulai yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan,
terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap
mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus
penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala
degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan
menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat

5|Page
lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin
partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima.

2.6 Cara pencegahan karies

Untuk mencegah terjadinya lubang pada gigi, Anda dapat melakukan


langkah-langkah berikut :
1. Memeriksa gigi secara rutin

Gambar 2. 1 Pemeriksaan gigi

2. Menyikat gigi dengan cara yang benar

Gambar 2. 2 Cara menyikat gigi yang benar

6|Page
3. Konsumsi makanan berserat

Gambar 2. 3 makanan berserat

4. Kurangi makanan yang mengandung gula dan tepung

Gambar 2. 4 makanan mengandung gula dan tepung

2.7 Pengukuran Karies Gigi Susu

Derajat keparahan karies gigi mulai dari yang ringan sampai berat dapat
ditentukan melalui pengukuran dengan menggunakan indeks karies gigi. Indeks
karies gigi adalah angka yang menunjukkan jumlah gigi karies anak atau
sekelompok anak. Indeks def-t adalah indeks yang digunakan untuk menentukan
pengalaman karies gigi yang terlihat pada gigi susu dalam rongga mulut dengan
menghitung jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal (d), ditambah jumlah

7|Page
gigi karies yang tidak dapat ditambal atau dicabut (e) dan jumlah gigi karies yang
sudah ditambal.WHO memberikan kategori dalam perhitungan def-t berupa
derajat interval yang dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tingkat Keparahan Indeks def-t


Sangat rendah 0,0-1,1
Rendah 1,2-2,6
Moderat 2,7-4,4
Tinggi 4,5-6,5
Sangat tinggi >6,6

Tabel 2. 2 Klasifikasi Intensitas karies gigi menurut WHO

8|Page
III. HASIL PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum SDN 01 Ciangsana

Pendidikan merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas sumber


daya manusia. Pemerintah kabupaten bogor menyediakan sekolah dalam jumlah
yang cukup banyak baik negeri maupun swasta. Sekolah Dasar Negeri 01
Ciangsana terletak di Desa Ciangsana Kecamatan Gunung Putri Kabupaten
Bogor. Sekolah ini berdiri pada tahun 1969 dan sampai saat ini sekolah tersebut
mengalami berbagai perbaikan pembangunan sehingga dapat meningkatkan
efektifitas kegiatan belajar mengajar yang pada akhirnya dapat mencapai tujuan
dari sekolah tersebut. Adapun jumlah pengajar di sekolah tersebut sebanyak 12
orang yang terdiri dari 10 orang sebagai wali kelas dan 2 orang guru bidang studi.

3.2 Jumlah Siswa


Jumlah siswa di SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor saat
ini berjumlah 416 orang yang terdiri dari 213 laki-laki dan 203 perempuan yang
tersebar pada kelas satu sampai dengankelas enam.
Jenis Kelamin
Kelas Total
Perempuan Laki-laki
I 37 35 72
II 40 49 89
III 29 24 53
IV 30 25 55
V 45 40 85
VI 32 30 62
Total 213 203 416

Tabel 3. 1 Distribusi Jumlah Siswa SDN 01 CiangsanaDesa Ciangsana


Kabupaten Bogor Tahun 2010

9|Page
3.3 Gambaran Status Gizi
Status gizi anak dapat diukur secara antropometri dan dikategorikan dengan
indeks BB/U, TB/U dan BB/TB. Dalam penelitian ini hasil antropometri berupa
pengukuran berat badan dan tinggi badan dikategorikan menggunakan indeks
BB/TB dengan melihat nilai z-score. Klasifikasi yang digunakan berdasarkan
Depkes 2004 yaitu status gizi siswa kelas dua kategori kurus jika nilai z-score < 2
SD. Sedangkan status gizi siswa kelas dua kategori normal jika nilai z-score >2
SD. Distribusi frekuensi status gizi siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana Desa
Ciangsana Kabupaten Bogor dapat dilihat berikut ini.

Status Gizi n %
Kurus ( z-score< 2 SD) 33 66
Normal (z-score>2SD) 17 34
Total 50 100
Tabel 3. 2 Distribusi Frekuensi Status Gizi Siswa Kelas Dua SDN 01
Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor Tahun 2010

Berdasarkan tabel, dari 50 responden dapat diketahui bahwa sebagian


besar respondenmemiliki status gizi kategori kurus yaitu sebesar 33 orang atau
66%.

10 | P a g e
3.4 Hubungan Tingkat Keparahan Karies Gigi dengan Status Gizi
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat keparahan karies gigi dengan
status gizi siswa kelas dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor
Tahun 2010 menggunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel berikut ini.
Tingkat Status Gizi
Total P-
Keparahan Kurus Normal
value
Karies n % n % n %
Tinggi 31 83,3 6 16,2 37 100
0,000
Rendah 2 15,4 11 84,6 13 100

Tabel 3. 3 GambaranTingkat Keparahan Karies Gigi dengan Status Gizi


Siswa Kelas Dua SDN 01 Ciangsana Desa Ciangsana KabupatenBogor
Tahun 2010

Berdasarkan tabel hasil analisis hubungan antara tingkat keparahan karies


gigi dengan status gizi siswa kelas dua diketahui bahwa dari 37 responden yang
menderita karies dengan tingkat keparahan yang tinggi, terdapat 31 (83,8%)
responden yang memiliki status gizi kategori kurus. Sedangkan dari 13 responden
yang menderita karies dengan tingkat keparahan yang rendah, terdapat 2 (15,4%)
responden yang memiliki status gizi kategori kurus. Berdasarkan hasil uji statistik
diperoleh nilai P-value 0,000. Hal ini menunjukkan P-value <0,05 maka dapat
dijelaskan bahwa ada hubungan antara tingkat keparahan karies gigi dengan status
gizi.

11 | P a g e
IV. PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di SDN 01 Ciangsana Desa


Ciangsana Kabupaten Bogor, maka dapat disimpulkan yaitu:
1. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa dari 50 siswa kelas dua yang
diperlukan sebagai responden, jumlah siswa perempuan lebih tinggi
dibandingkan siswa laki-laki yaitu sebesar 26 orang atau 52%. SLTA
merupakan jenjang pendidikan yang paling banyak diselesaikan oleh ibu
dari siswa kelas duayaitu sebesar 19 orang atau 38%. Sebanyak 44 orang
atau 88% siswa kelas dua mempunyai ibu yang tidak bekerja atau sebagai
ibu rumah tangga.
2. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa 66% siswa kelas dua di SDN 01
Ciangsana Desa Ciangsana Kabupaten Bogor memiliki status gizi kurang
dan 34% siswa kelas dua memiliki status gizi normal. asupan makanan
yang cukup. Dari proporsi tersebut terlihat bahwa siswa kelas dua
memiliki status gizi kurang yang cukup tinggi.
3. Tingkat keparahan karies dengan kategori tinggi diderita oleh 74% siswa
kelas dua SDN 01 Ciangsana DesaCiangsana Kabupaten Bogor. Proporsi
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang menderita tingkat
keparahan karies dengan kategori rendah yaitu sebesar 26%.

4.2 Saran

1. Meningkatkan partisipasi seluruh siswa, orang tua serta guru dalam rangka
meningkatkan kesadaran, kemampuan dan membentuk perilaku hidup
sehat serta ikut dalam upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat
kesehatan.
2. Membuat suatu kebijakan mengenai penyediaan makanan dan minuman
yang bergizi di kantin sekolah untuk mencegah terjadinyakekurangan zat
gizi.

12 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Moehji, S. (2003). lmu Gizi. Jakarta: PT Bhatara Karya Aksara.


Schuurs. (1993). Patologi Gigi Geligi. Yogyakarta: UGM Press.
Soetjiningsih. (1998). Tumbuh Kembang Anak. Surabaya: EGC.
Suhardjo. (1985). Pangan, Gizi dan Pertanian. Jakarta: UI Press.
Suwelo, I. (1992). Karies Gigi Pada Anak Dengan Berbagai Faktor. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai