Antara
Tentang
PENUGASAN SEBAGAI TKHI DALAM RANGKA PEMBINAAN, PELAYANAN
DAN PERLINDUNGAN KESEHATAN JEMAAH HAJI INDONESIA DI
KELOMPOK TERBANG (KLOTER) TAHUN 1440H/2019M
Pada hari ini Jum’at rtanggal Dua Belas bulan Juli tahun Dua Ribu Sembilan
Belas, kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Dalam hal ini bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen Satuan Kerja
Pusat Kesehatan Haji Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI yang
selanjutnya disebut PIHAK KESATU.
PASAL 2
MAKSUD DAN TUJUAN
1. Perjanjian kontrak kerja ini dimaksudkan sebagai upaya dalam meningkatkan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan bagi Jemaah Haji
Indonesia.
2. Perjanjian kontrak kerja ini bertujuan agar terselenggaranya pembinaan,
pelayanan dan perlindungan Kesehatan Jemaah Haji Indonesia yang efektif
dan efisien.
PASAL 3
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
1. PIHAK KESATU memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA sebagai
pelaksana pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan terhadap
Jemaah Haji Indonesia di Kloter.
2. PIHAK KEDUA wajib melaksanakan tugas pembinaan, pelayanan dan
perlidungan kesehatan terhadap jemaah haji mulai dari Masa tunggu, pra
embarkasi, embarkasi, perjalanan udara/darat, masa ibadah (Makkah,
Madinah, Armina), debarkasi, kembali ke rumah.
3. PIHAK KEDUA akan mengikatkan diri pada PIHAK KESATU yang dalam
pekerjaan sehari-harinya secara administrasi dan teknis bertanggung jawab
kepada PIHAK KESATU melalui Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH)
Arab Saudi Bidang Kesehatan dimana PIHAK KEDUA wajib melaksanakan
tugas dalam membantu pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan
jemaah haji di Kloter.
4. PIHAK KEDUA bersedia dimobilisasi/ditempatkan dimana saja.
5. Tugas PIHAK KEDUA sebagaimana dimaksud pada angka 1 adalah
menyelenggarakan fungsi :
a. Melaksanakan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan
jemaah haji dalam bentuk promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif di
daerah asal dan selama operasional haji.
b. Melakukan pengelolaan obat dan alkes di kloter.
c. Melakukan pengawasan lingkungan dan makanan jemaah haji.
d. Melakukan identifikasi dan pengendalian faktor risiko, serta kewaspadaan
terjadinya wabah/KLB.
e. Melakukan komunikasi efektif antar petugas dan dengan jemaah.
f. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan (manual dan elektronik).
g. Melakukan kerja sama dengan petugas dalam 1 (satu) Tim Kelompok
Terbang (kloter) yaitu Tim Pemandu Haji Indonesia (TPHI), Tim
Pembimbing Ibadah Haji Indonesia (TPIHI), Ketua Regu (Karu), Ketua
Rombongan (Karom) dan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) di
Indonesia dan di Arab Saudi.
PASAL 4
SUMBER BIAYA DAN MEKANISME PEMBAYARAN
1. Pembayaran PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA menggunakan sumber
dana APBN Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satker Pusat
Kesehatan Haji Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI Tahun
Anggaran 2019.
2. PIHAK KESATU wajib melakukan pembayaran kepada PIHAK KEDUA atas
penugasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.
3. Pembayaran sebagaimana dimaksud pada angka 1 sesuai Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: HK.01.01/MENKES/44/2019
tentang Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) Tahun 1440H/2019M;
4. Pembayaran sebagaimana dimaksud pada angka 3 dilakukan oleh PIHAK
KESATU kepada PIHAK KEDUA secara sekaligus, melalui rekening Bank
BNI an. PIHAK KEDUA.
5. Apabila PIHAK KEDUA batal melakukan tugas/dipulangkan kembali ke
Indonesia, dan pembayaran sebagaimana dimaksud pada angka 2 telah
dilakukan, maka dalam waktu 1 x 24 jam sebelum pulang ke Indonesia
PIHAK KEDUA harus mengembalikan uang harian/sisa uang harian tersebut
kepada Negara dan memberikan salinan pengembaliannya kepada PIHAK
KESATU.
PASAL 5
PENGAWASAN TUGAS
1. Pengawasan pelaksanaan tugas PIHAK KEDUA, dilakukan oleh Panitia
Penyelenggara Ibadah Haji Kementerian Kesehatan RI.
2. Pengawasan pelaksanaan tugas PIHAK KEDUA dilakukan dengan tujuan
memperlancar pembinaan, pelayanan dan perlindungan kesehatan dan
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.
3. Hasil pengawasan tugas sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2
disampaikan kepada PIHAK KESATU untuk dilakukan tindak lanjut.
PASAL 6
JANGKA WAKTU TUGAS
Jangka waktu pelaksanaan tugas TKHI maksimal selama 41 hari kalender
terhitung sejak jemaah haji yang menjadi tanggung jawabnya masuk asrama
embarkasi.
PASAL 8
KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE)
1. Yang dimaksud dengan keadaan memaksa (selanjutnya disebut “Force
Majeure”) adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kemampuan, kesalahan
atau kekuasaan PARA PIHAK dan yang menyebabkan PIHAK yang
mengalaminya tidak dapat melaksanakan atau terpaksa menunda
pelaksanaan kewajibannya dalam kesepakatan bersama ini.
2. Force Majeure sebagaimana dimaksud pada angka (1) meliputi bencana
alam, banjir, wabah, perang (yang dinyatakan maupun tidak dinyatakan),
pemberontakan, huru-hara, pemogokan umum, kebakaran dan kebijakan
pemerintah yang berpengaruh secara langsung terhadap pelaksanaan
kesepakatan bersama ini.
3. Dalam hal terjadi peristiwa Force Majeure, maka PIHAK yang terhalang
untuk melaksanakan kewajibannya tidak dapat dituntut oleh PIHAK lainnya.
4. PIHAK yang terkena Force Majeure wajib memberitahukan adanya peristiwa
Force Majeure tersebut kepada PIHAK yang lain secara tertulis paling lambat
7 (tujuh) hari kalender sejak terjadinya peristiwa Force Majeure yang
dikuatkan oleh surat keterangan dari Pejabat berwenang yang menerangkan
adanya peristiwa Force Majeure tersebut. PIHAK yang terkena Force
Majeure wajib mengupayakan dengan sebaik-baiknya untuk tetap
melaksanakan kewajibannya sebagaimana diatur dalam kesepakatan
bersama ini segera setelah peristiwa Force Majeure berakhir.
5. Apabila peristiwa Force Majeure tersebut berlangsung terus hingga melebihi
atau diduga oleh PIHAK yang mengalami Force Majeure akan melebihi
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari kalender, maka PARA PIHAK sepakat
untuk meninjau kembali jangka waktu kesepakatan bersama ini.
Kontrak TKHI 2019
6. Semua kerugian dan biaya yang diderita oleh salah satu PIHAK sebagai
akibat terjadinya peristiwa Force Majeure bukan merupakan tanggung jawab
PIHAK yang lain.
PASAL 9
PENYELESAIAN PERSELISIHAN
1. Setiap perselisihan, pertentangan dan perbedaan pendapat yang timbul
sehubungan dengan pelaksanaan kesepakatan bersama ini akan
diselesaikan terlebih dahulu secara musyawarah dan mufakat oleh PARA
PIHAK.
2. Apabila penyelesaian secara musyawarah sebagaimana dimaksud dalam
angka (1) pasal ini tidak berhasil mencapai mufakat, maka PARA PIHAK
sepakat untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan tersebut melalui
pengadilan
3. Mengenai kesepakatan ini dan segala akibatnya, PARA PIHAK memilih
kediaman hukum atau domisili yang tetap dan umum di Kantor Panitera
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
PASAL 10
ADDENDUM
Apabila dalam pelaksanaan perjanjian kontrak kerja ini PARA PIHAK merasa
perlu melakukan perubahan, maka perubahan tersebut hanya dapat dilakukan
atas kesepakatan PARA PIHAK yang dituangkan dalam bentuk Addendum yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari perjanjian kontrak kerja ini.
PASAL 11
PENUTUP
Perjanjian kontrak kerja ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK tanpa
tekanan/paksaan dari pihak manapun juga pada hari dan tanggal sebagaimana
disebutkan pada awal naskah perjanjian kontrak kerja ini, dengan bermaterai
cukup dan sah. Apabila terdapat kekeliruan didalamnya akan ditinjau/diperbaiki
atas persetujuan PARA PIHAK.
Materai 6000
Bismillahirrahmannirrahim
ASTRI ANDARMANINGSIH
NIP. 198408272009032002