Anda di halaman 1dari 15

TUGAS 1

EVALUASI PENGAJARAN

“Arti Evaluasi Bagi Guru Dalam Pembelajaran”

Oleh:

Fakhri Malja

16076052

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2018

BAB I
PENDAHULUAN

Evaluasi kurikulum dan evaluasi pendidikan memiliki karakteristik yang tak terpisahkan
dari bidang studi ilmu sosial pada umumnya. Karakteristik itu adalah lahirnya berbagai
definisi untuk sutatu istilah teknis yang sama. Demikian pula dengan evaluasi yang diartikan
oleh berbagai pihak dengan berbagai pengertian. Definisi akademik yang sifatnya universal
dan seragam sangat sulit di terapkan dalam bidang evaluasi kurikulum.

Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap
sistem pendidikan, evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan/kemajuan
hasil pendidikan. Dengan evaluasi, maka maju mundurnya kualitas pendidikan dapat
diketahui dengan evaluasi.

1. RUMUSAN MASALAH

A. Arti evaluasi bagi siswa,guru,dan kepala sekolah


B. Pengertian penilaian
C. Pengukuran
D. evaluasi
E. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
F. Makna Evaluasi
G. Jenis-jenis evaluasi
H. Evaluasi Dalam Belajar Mengajar

BAB II
Arti Evaluasi Bagi Siswa, Guru dan Kepala sekolah

Mengapa menilai? Agar supaya kita mengetahui kemajuan tindakan pembelajaran yang telah
kita jalankan, tanpa proses menilai maka keberhasilan pembelajaran tidak dapat diukur.
Penilaian mempunyai makna ditinjau dari berbagai segi diantaranya bagi siswa, bagi guru
dan bagi sekolah. Apa saja manfaatnya?

1. Makna bagi siswa.


Melalui penilaian, siswa dapat mengetahui sejauhmana telah berhasil mengikuti pelajaran
yang diberikan oleh guru. Apakah siswa merasa puas atau tidak puas atas hasil yang
diperolehnya. Bila hasilnya memuaskan akan menyenangkan dan dapat memotivasi siswa
untuk belajar lebih giat lagi sementara bila hasil tidak memuaskan maka ia akan berusaha
agar penilaian berikutnya memperoleh hasil yang memuaskan.
2. Makna bagi guru
Berdasarkan hasil penilaian, bagi guru dapat:

 Dapat mengetahui siswa mana yang sudah berhak melanjutkan pelajarannya dan
siswa mana yang belum berhasil menguasai bahan.
 Guru dapat mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah tepat bagi siswa atau
belum, apabila materi tepat maka diwaktu akan datang tidak perlu diadakan
perubahan.
 Guru akan mengetahui metode yang digunakan sudah tepat atau belum. Jika hasil
yang diperoleh sebagian besar siswa mendapatkan nilai bagus maka metode sudah
tepat sebaliknya bila sebagian besar hasil yang diperleh siswa buruk maka metode
yang digunakan harus dipertimbangkan kembali dan kalau perlu diganti.

3. Makna bagi sekolah


Keberhasilan guru dan siswa melaksanakan pembelajaran akan berdampak positif bagi
sekolah, dengan demikian penilaian bagi sekolah dapat :

 Mengetahui kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sesuai dengan harapan atau
belum. Hasil belajar merupakan cermin kualitas suatu sekolah.
 Untuk mengetahui tepat tidaknya kurikulum yang dipakai
 Untuk dapat mengetahui kemajuan perkembangan penilaian dari tahun ke tahun
sehingga menjadi pedoman bagi sekolah untuk tindakan selanjutnya.

Pengertian Pengukuran, Penilaian, dan Evaluasi

Pengukuran

Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, biasanya terhadap


suatu standar atau satuan pengukuran. Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas
fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa
dibayangkan, seperti tingkat ketidakpastian, atau kepercayaan konsumen.

Pengukuran adalah proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis
untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup
dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara
lain kita sering kali melakukan pengukuran.

Menurut Cangelosi (1995) yang dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah


suatu proses pengumpulan data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan
informasi yang relevan dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru
menaksir prestasi siswa dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan
siswa, mengamati kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan
menggunakan indera mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan
merasakan. Menurut Zainul dan Nasution (2001) pengukuran memiliki dua
karakteristik utama yaitu: 1) penggunaan angka atau skala tertentu; 2) menurut suatu
aturan atau formula tertentu.

Measurement (pengukuran) merupakan proses yang mendeskripsikan performance


siswa dengan menggunakan suatu skala kuantitatif (system angka) sedemikian rupa
sehingga sifat kualitatif dari performance siswa tersebut dinyatakan dengan angka-
angka (Alwasilah et al.1996). Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat yang
menyatakan bahwa pengukuran merupakan pemberian angka terhadap suatu atribut
atau karakter tertentu yang dimiliki oleh seseorang, atau suatu obyek tertentu yang
mengacu pada aturan dan formulasi yang jelas. Aturan atau formulasi tersebut harus
disepakati secara umum oleh para ahli (Zainul & Nasution, 2001). Dengan demikian,
pengukuran dalam bidang pendidikan berarti mengukur atribut atau karakteristik
peserta didik tertentu. Dalam hal ini yang diukur bukan peserta didik tersebut, akan
tetapi karakteristik atau atributnya. Senada dengan pendapat tersebut, Secara lebih
ringkas, Arikunto dan Jabar (2004) menyatakan pengertian pengukuran
(measurement) sebagai kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran
tertentu sehingga sifatnya menjadi kuantitatif.

Penilain

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat
penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik
atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian
menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta
didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata)
dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses
pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut.

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar


(guru) dapat mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus
mengetahui sejauh mana pebelajar (learner) telah mengerti bahan yang telah
diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan pembelajaran yang
dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai.

Menurut Djemari Mardapi (2004: 18) ada dua acuan yang dapat dipergunakan dalam
melakukan penilaian yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Dalam melakukan
penilaian dibidang pendidikan, kedua acuan ini dapat dipergunakan. Acuan norma
berasumsi bahwa kemampuan seseorang berbeda serta dapat digambarkan menurut
kurva distribusi normal. Sedangkan acuan kriteria berasumsi bahwa apapun bisa
dipelajari semua orang namun waktunya bisa berbeda. Penggunaan acuan norma
dilakukan untuk menyeleksi dan mengetahui dimana posisi seseorang terhadap
kelompoknya. Misalnya jika seseorang mengikuti tes tertentu, maka hasil tes akan
memberikan gambaran dimana posisinya jika dibandingkan dengan orang lain yang
mengikuti tes tersebut. Adapun acuan kriteria dipergunakan untuk menentukan
kelulusan seseorang dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan kriteria yang
telah ditetapkan terlebih dahulu. Acuan ini biasanya digunakan untuk menentukan
kelulusan seseorang. Seseorang yang dikatakan telah lulus berarti bisa melakukan apa
yang terdapat dalam kriteria yang telah ditetapkan dan sebaliknya. Acuan kriteria, ini
biasanya dipergunakan untuk ujian-ujian praktek. Dengan adanya acuan norma atau
kriteria, hasil yang sama yang didapat dari pengukuran ataupun penilaian akan dapat
diinterpretasikan berbeda sesuai dengan acuan yang digunakan. Misalnya, kecepatan
kendaraan 40 km/jam akan memiliki interpretasi yang berbeda apabila kendaraan
tersebut adalah sepeda dan mobil.

Evaluasi

Secara etimologis kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti
penilaian terhadap sesuatu. Witherington secara singkat merumuskan bahwa an evaluation is
a dedaration that samething has or class not have value.

Mengevaluasi berarti memberi nilai, menetapkan apakah sesuatu itu bernilai atau tidak
bernilai.

Ada tiga istilah yang hapir sama pengertiannya dengan evaluasi:

a. Tes/testing artinya menggunakan tes


b. Measurement (pengukuran) artinya penilaian yang sifatnya lebih luas daripada
instrumen yang digunakan dalam testing, begitu pula mengenai interprestasi hasil
pengukuran.
c. Evaluasi menggunakan instrumen yang lebih banyak daripada measurement;
menggunakan data kuantitatif dan kualitatif, memerlukan waktu yang lebih panjang
dalam pelaksanaannya. Misal saja bila guru menggunakan catatan pribadi sebagai
bahan menilai murid, juga dengan cara mengamati.

Secara umum evaluasi dapat membantu memperhitungkan potensi murid dalam belajar.
Evaluasi dapat memberikan informasi paling akurat mengenai kemampuan akademik siswa.
Evaluasi dapat juga menunjukkan bagaimana murid tumbuh. Karena itu, evaluasi dapat
meningkatkan efektivitas pengajaran.
Pengertian yang dikemukakan Tyler (1949) merupakan pengertian awal dari evaluasi
kurikulum. Evaluasi berfokus pada upaya untuk menentukan tingkat perubahan yang terjadi
pada hasil belajar (behavior). Ruang lingkup evaluasi yang dikemukakan Tyler memang
sangat singkat dan terbatas. Meskipun demikian, pengaruh Tyler masih sangat kuat dan
banyak usaha evaluasi yang hanya memusatkan perhatian pada pencapaian hasil belajar
semata.

Hasil belajar tersebut umumnya diukur dengan tes. Ini mudah dipahami karena pada
masa ini tradisi evaluasi masih sangat kuat mengikuti tradisi pengukuran (measurement).
Aplikasi pengukuran yang paling dominan adalah pada tes adalah pada tes dan oleh karena
itu evaluasi dan tes sering diartikan sama.

A. Fungsi dan Tujuan Evaluasi

Dalam tulisannya yang sudah klasik dan banyak dikutip orang yaitu Metodology of
Evaluation, Scriven (1967) memformulasikan fungsi evaluasi dalam istilah formatif dan
sumatif.

Formatif adalah fungsi evaluasi untuk memberikan informasi dan pertimbangan yang
berkenaan dengan upaya untuk memperbaiki suatu kurikulum (Curriculum Improvement).
Suatu hal mendasar yang perlu diketahui adalah fungsi formatif hanya dapat dilakukan pada
waktu pengembangan dokumen kurikulum belum selesai.

Fungsi formatif suatu evaluasi hanya dapat dilaksanakan ketika evaluasi itu berkenaan
dengan proses dan bukan berfokus pada hasil.

Fungsi sumatif tidak dapat diterapkan ketika kurikulum masih berproses/masih cair
(fluid), fungsi sumatif adalah fungsi kurikulum untuk memberikan pertimbangan terhadap
hasil pengembangan kurikulum, hasil perkembangan kurikulum bisa berupa dokumen, hasil
belajar ataupun dampak kurikulum terhadap sekolah dan masyarakat.

Dengan evaluasi kita dapat melokalisasi kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar. Bila
evaluasi dilakukan dengan benar ia dapat mendorong anak-anak untuk belajar. Hasil evaluasi
dapat digunakan juga untuk mempertimbangkan pembentukan kelompok belajar, sehingga
belajar dapat lebih efektif. Evaluasi dapat pula dijadikan bahan dalam membimbing
kecerdasan murid dalam memilih bidang keilmuan/bidang pekerjaan. Pada umumnya
evaluasi berguna dalam menentukan kedudukan dan kemajuan siswa.

Fungsi evaluasi pendidikan sangat diperlukan dalam pendidikan antara lain memberi
informasi yang dipakai sebagai dasar untuk:

a. Membuat kebijaksanaan dankeputusan

b. Menilai hasil yang dicapai para pelajar

c. Menilai kurikulum

d. Memberi kepercayaan kepada sekolah

e. Memonitor dana yang telah diberikan

f. Memperbaiki materi dan program pendidikan

Tujuan utama evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan
dasar untuk mengetahui taraf perkembangan atau taraf pencapaian kegiatan belajar siswa.

Tujuan khusus evaluasi pembelajaran adalah:

a. Mengetahui kemajuan belajar siswa


b. Mengetahui potensi yang dimiliki siswa
c. Mengetahui hasil belajar siswa
d. Mengadakan seleksi
e. Mengetahui kelemahan/kesulitan belajar siswa
f. Memberi bantuan dalam pemilihan jurusan
g. Memberi bantuan dalam kegiatan belajar siswa
h. Memberi bantuan dalam mengelompokkan siswa
i. Memberi motovasi pelajar
j. Mengetahui efektifitas mengajar guru
k. Mengetahui efisiensi mengajar guru
l. Memberi bukti untuk laporan kepada orang tua/masyarakat
m. Memberikan data untuk penelitian dan pengembangan pembelajaran.

Untuk mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran tidak cukup hanya berdasarkan


pada penilaian hasil belajar siswa, namun perlu menjangkau terhadap desain pembelajaran,
meliputi aspek kompetensi yang dikembangkan, strategi pembelajaran yang dipilih dan isi
program. Penilaian terhadap implementasi program pembelajaran berusaha untuk menilai
seberapa tinggi tingkat kualitas pembelajaran yang dilaksankan oleh guru.

Evaluasi terhadap proses pengajaran dilakukan oleh guru sebagai bagian integral dari
pengajaran itu sendiri. Artinya, evaluasi harus tidak terpisah dalam penyusunan dan
pelaksanaan pengajaran. Evaluasi proses bertujuan menilai keefektifan dan efisiensi kegiatan
pengajaran sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan program dan pelaksanaannya.

Tujuan utama melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk
mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkap pencapaian tujuan intruksional oleh
siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut tersebut merupakan fungsi
evaluasi dan dapat berupa:

 Penempatan pada tempat yang tepat


 Pemberian umpan balik
 Diagnosis kesulitan belajar siswa
 Penentuan kelulusan

Untuk masing-masing tindak lanjut yang dikehendaki ini diadakan tes yang diberi nama:

o Tes penempatan : tes jenis ini disajikan pada awal tahun pelajaran untuk mengukur
kesiapan siswa dan mengetahui tingkat pengetahuan yang telah dicapai sehubungan
dengan pelajaran yang akan disajikan.
o Tes Formatif : tes jenis ini disajikan di tengah-tengah program pengajaran untuk
memantau kemajuan belajar siswa demi memberikan umpan balik.
o Tes Diagnotik : tes jenis ini bertujuan mendiagnosa kesulitan belajar siswa untuk
mengupayakan perbaikannya.
o Tes Sumatif : tes jenis ini biasanya diberikan pada akhir tahun ajaran/akhir suatu
jenjang pendidikan.

B. Makna Evaluasi

Evaluasi mempunyai makna bagi berbagai pihak, evaluasi hasil belajar siswa bermakna
bagi semua komponen dalam proses pengajaran, guru.

Makna bagi guru


Hasil evaluasi memberika petunjuk bagi guru mengenai keadaan siswa, materi pengajaran
dan metode mengajarnya.

C. Jenis-jenis evaluasi
Pada prinsipnya, evaluasi hasil belajar merupakan kegiatan berencana dan
kesinambungan. Oleh karena itu, ragamnyapun banyak, mulai yang paling sederhana sampai
yang paling kompleks.

1. Pre-test dan post-test

Kegiatan pre-test dilakukan guru secara rutin pada setiap akan memulai penyajian materi
baru. Tujuannya ialah untuk mengidentifikasi taraf pengetahuan siswa mengenai bahan yang
akan disajikan. Evaluasi ini berlangsung singkat dan sering tidak memerlukan instrument
tertulis.

Pos-test adalah kebalikan dari pre-test. Tujuannya adalah untuk mengetahui taraf
penguasaan siswa atas materi yang telah diajarkan. Evaluasi ini juga berlanggsung singkat
dan cukup menggunakan instrument sederhana yang berisi item-item yang jumlahnya
terbatas.

2. Evaluasi Prasyarat
Evaluasi jenis ini sangat mirip dengan jenis pre test. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi penguasaan siswa atas materi lama yang mendasari materi baru yang akan
diajarkan.
3. Evaluasi Diagnostic
Evaluasi ini dilakukan setelah selesai penyajian sebuah satuan pelajaran dengan tujuan
mengidentifikasi bagian tertentu yang belum dikuasai siswa.

4. Evaluasi Formatif
Evaluasi jenis ini dilakukan pada setiap akhir penyajian suatu pelajaran. Tujuannya
adalah untuk memperoleh umpan balik yang mirip dengan evaluasi diagnostic.

5. Evaluasi Sumatif
Penilaian sumatif dilakukan untuk mengukur kinerja akademik atau prestasi belajar siswa
pada akhir periode pelaksanaan progam pelajran.

6. EBTA dan EBTANAS


EBTA dan EBTANAS ini dirancang untuk siswa yang telah menduduki kelas tertinggi
pada suatu jenjang pendidikan tertentu.

D. Evaluasi Dalam Belajar Mengajar


Evaluasi merupakan bagian dari proses belajar mengajar yang secara keseluruhan tidak
dapat dipisahkan dari kegiatan mengajar. Pada sebagian guru masih ada asumsi yang kurang
tepat. Asumsi yang tidak pada tempatnya misalnya adalah hal biasa jika kegiatan evaluasi
tidak mempunyai tujuan tertentu, kecuali bahwa evaluasi adalah kegiatan yang diharuskan
oleh peraturan/undang-undang termasuk pasal 58 ayat (1) UU RI No. 20 tahun 2003 tentang
Sisdiknas, yang menyatakan evaluasi hasil belajar peserta didik oleh pendidik untuk
memantau proses kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara
berkesinambungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, uraian tersebut mendiskusikan cara
evaluasi yang dilakukan guru untuk menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang lebih baik.
Ada 4 pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam melakukan evaluasi
belajar, yaitu:

a) 1.Mengidentifikasi tujuan yang dapat dijabarkan dari prosedur evaluasi dan


hubungannya dengan mengajar, pengembangan interes kebutuhan individu,
kebutuhan individu siswa, kebutuhan yang dikembangkan dari komunitas/masyarakat,
dikembangkan evaluasi hasil belajar pendahulunya dari analisis pekerjaan dan
pertimbangan dari para ahli evaluasi.
b) 2.Menentukan pengalaman belajar yang biasanya direalisasi dengan pretes sebagai
awal, pertengahan dan akhir pengalaman belajar (pos tes)
c) 3.Menentukan standar yang bisa dicapai dan “menantang” siswa belajar lebih giat.
d) 4.Mengembangkan ketrampilan dan mengambil keputusan guna memilih tujuan,
menganalisis pertanyaan problem solving dan menentukan nilai seorang siswa.

Untuk memahami pengertian evaluasi, pengukuran dan penilaian kita dapat memahaminya
lewat contoh berikut :

1. Apabila ada seseorang yang memberikan kepada kita 2 pensil yang berbeda ukuran
,yang satu panjang dan yang satu lebih pendek dan kita diminta untuk memilihnya,
maka otomatis kita akan cenderung memilih pensil yang panjang karena akan bisa
lebih lama digunakan. Kecuali memang ada kriteria lain sehingga kita memilih
sebaliknya.
2. Peristiwa menjual dan membeli di pasar. Kadang kala sebelum kita membeli durian di
pasar, sering kali kita membandingkan terlebih dahulu durian yang ada sebelum
membelinya. Biasanya kita akan mencium, melihat bentuknya, jenisnya ataupun
tampak tangkai yang ada pada durian tersebut untuk mengetahui durian manakah
yang baik dan layak dibeli.

Dari kedua contoh diatas maka dapat kita simpulkan bahwa kita selalu melakukan penilaian
sebelum menentukan pilihan untuk memilih suatu objek/benda. Pada contoh pertama kita
akan memilih pensil yang lebih panjang dari pada pensil yang pendek karena pensil yang
lebih panjang dapat kita gunakan lebih lama. Sedangkan pada contoh yang kedua kita akan
menentukan durian mana yang akan kita beli berdasarkan bau, bentuk, jenis, ataupun tampak
tangkai dari durian yang dijual tersebut. Sehingga kita dapat memperkirakan mana durian
yang manis.

Untuk mengadakan penilaian, kita harus melakukan pengukuran terlebih dahulu. Dalam
contoh 1 diatas, jika kita mempunyai pengaris, maka untuk menentukan pensil mana yang
lebih panjang maka kita akan mengukur kedua pensil tersebut dengan menggunakan pengaris
kemudian kita akan melakukan penilaian dengan membandingkan ukuran panjang dari
masing-masing penggaris sehingga pada akhirnya kita dapat mengatakan bahwa “Yang ini
panjang” dan “Yang ini pendek” lalu yang panjanglah yang kita ambil.
Dalam contoh yang ke 2, kita memilih durian yang terbaik lewat bau, tampak tangkai,
maupun jenisnya. Hal itu juga diawali dengan proses pengukuran dimana kita membanding-
bandingkan beberapa durian yang ada sekalipun tidak menggunakan alat ukur yang paten
tetapi berdasarkan pengalaman. Barulah kita melakukan penilaian mana durian yang terbaik
berdasarkan ukuran yang kita tetapkan yang akan dibeli.

Dari hal ini kita dapat mengetahui bahwa dalam proses penilaian kita menggunakan 3 ukuran,
yakni ukuran baku (meter, kilogram, takaran, dan sebagainya), ukuran tidak baku (depa,
jengkal, langkah, dan sebagainya) dan ukuran perkiraan yakni berdasarkan pengalaman.

Langkah – langkah mengukur kemudian menilai sesuatu sebelum kita mengambilnya itulah
yang dinamakan mengadakan evaluasi yakni mengukur dan menilai. Kita tidak dapat
mengadakan evaluasi sebelum melakukan aktivitas mengukur dan menilai.

Berdasarkan contoh diatas dapat kita simpulkan pengertian pengukuran, penilaian, dan
evaluasi sebagai berikut :

 Pengukuran adalah kegiatan membandingkan sesuatu dengan ukuran tertentu dan


bersifat kuantitatif.
 Penilaian adalah kegiatan mengambil keputusan untuk menentukan sesuatu
berdasarkan kriteria baik buruk dan bersifat kualitatif. Sedangkan
 Evaluasi adalah kegiatan yang meliputi pengukuran dan penilaian

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian adalah suatu
proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui
pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes. Pengukuran adalah
membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat kuantitatif.
Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil
pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan
keputusan.Penilaian bersifat kualitatif.

Tujuan utama evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan
informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan intruksional oleh siswa sehingga
dapat diupayakan tindak lanjutnya.

Ada 4 pertimbangan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru dalam melakukan
evaluasi belajar, yaitu:

1. Mengidentifikasi tujuan yang dapat dijabarkan dari prosedur evaluasi dan


hubungannya dengan mengajar.
2. Menentukan pengalaman belajar yang biasanya direalisasikan dengan pretes sebagai
awal dan postes.
3. Menentukan standar yang bisa dicapai dan “menantang” siswa belajar lebih giat.
4. Mengembangkan ketrampilan dan mengambil keputusan guna memilih tujuan.

DAFTAR PUSTAKA
Norman E. Gronlund, Measurement and Evaluation in Teaching, Fifth Edition (New York :
McMillan Publising, 1985).

Charles D. Hopkins & Richard L. Antes, Clasroom Measurement and Evaluation, Third
Edition ( Indiana : F.E Peacok Publisher, Inc. , 1990)

James Mursell, Mengajar dengan Sukses, terjemahan S. Nasution (Bandung : C.V Jemars)

Nana Sujana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar (Bandung : P.T Remaja Rosdakarya,
1990).

Robert L. Ebel, Essentials of Educational Measurement (Englewood Cliffs, New Jersey,


Prentice-Hall, Inc. 1986)

Hasan Hamid, Evaluasi Kurikulum, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008

Nasution, Teknologi Pendidikan, Bandung: Jemmars, 1982

Silverius Suke, Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, Jakarta: Grasindo, 1991

Sudjana, Nana, Riva’i Ahmad, Teknologi Pendidikan, Bandung: Sinar Baru Algensindo,
2004

Anda mungkin juga menyukai