Anda di halaman 1dari 6

NASKAH ROLEPLAY KEPERAWATAN JIWA I DENGAN TEMA

BERDUKA
“BERDUKA AKIBAT KEHILANGAN ANAK”

ANDINI SITI SA’ADAH


1016031008

PSIK 2B
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN FALETEHAN SERANG
JULI 2018
SP I : Mengajarkan bagaimana cara mengungkapkan perasaan sedih secara
verbal

1. Fase Orientasi
Perawat : “Assalamualaikum Ibu.”
Pasien : “Waalaikumsalam.” (Tampak sedih dan menjawab dengan nada
rendah)
Perawat : “Perkenalkan nama Saya perawat Andini, saya senang dipanggil
Dini. Ibu, hari ini saya yang akan bertanggung jawab untuk
merawat ibu. Sebelumnya, nama Ibu siapa?”
Pasien : “Avianty Dwi Cahya” (Tampak sedih dan menjawab dengan
nada rendah)
Perawat : “Senangnya dipanggil siapa Ibu?”
Pasien : “Avi”
Perawat : “Ibu, kalau Saya perhatikan Ibu tampak lebih senang untuk
menyendiri. Bahkan Saya sering melihat Ibu mengeluarkan air
mata. Apakah benar seperti itu Bu?”
Pasien : (Tampak sedih dan tidak menjawab)
Perawat : “Baik Ibu, kalau boleh Saya tau, apa yang Ibu rasakan saat ini?”
(Touching dan tersenyum)
Pasien : “Saya merasa sangat sedih Sus.” (Pasien mengeluarkan air mata)
Perawat : “Nah, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang
apa yang Ibu rasakan saat ini?”
Pasien : “ Boleh Sus.”
Perawat : “Kalau boleh saya usulkan, mungkin sekitar 15 menit. Apakah itu
terlalu lama menurut Ibu?”
Pasien : (Menggelengkan kepala)
Perawat : “Ibu ingin kita ngobrol-ngobrol dimana?”
Pasien : “Di sini aja.”
2. Fase Kerja
Perawat : “Baik Ibu, tadi Ibu mengatakan Ibu merasa sangat sedih. Apa
yang menyebabkan Ibu merasa sangat sedih?
Pasien : “Saya kehilangan anak Saya Sus. (Nada tinggi dan menangis)
Perawat : “Jadi, Ibu merasa sangat sedih karena ditinggal mati anak Ibu.
Betul seperti itu?”
Pasien : (menangis)
Perawat : “Apakah itu merupakan anak satu-satunya Ibu?
Pasien : “Tidak, dia anak kedua. Suster, Saya tidak percaya anak saya
meninggal karena kecelakaan motor. Saya yakin anak saya akan
pulang.” (Mengingkari)
Perawat : “Jadi anak Ibu meninggal karena kecelakaan motor dan
sebenarnya Ibu masih memiliki anak lagi. Kalau boleh Saya tau,
berapa umur Ibu sekarang?
Pasien : “35 tahun.”
Perawat : “Begini Ibu, Saya sangat paham sekali jika Ibu sedih dan sering
menangis karena ditinggal mati anak Ibu. Tetapi, apakah ketika Ibu
terus menerus menangis, hingga lupa makan dan mandi, akan
mengembalikan anak Ibu?
Pasien : “Tidak Sus. Tapi Suster tidak merasakan apa yang saya rasa. Saya
kehilangan anak Saya, bukan benda. Jadi jangan seenaknya Suster
bilang seperti itu.” (Marah)
Perawat : “Saya tidak bermaksud untuk tidak memahami Ibu. Tapi coba Ibu
pikir, jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak akan bertemu
dengan anak Ibu karena anak Ibu memang sudah meninggal. Itu
sudah menjadi kehendak Allah. Ibu harus berusaha menerima
kenyataan ini.”
Pasien : “Andaikan Saya tidak mengizinkan anak Saya untuk pergi
bermain dengan temannya, pasti ini tidak akan terjadi.” (Tawar
menawar)
Perawat : “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh Allah.
Meninggalnya anak ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai
Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat
mencegahnya, termasuk Saya ataupun Ibu sendiri.”
Pasien : “Kalau begitu saya mau menyusul anak Saya sekarang juga.
(Depresi. Pasien mengambil pisau yang ada di meja untuk mengiris
tangan, tepatnya di nadi)
Perawat : “Tidak boleh seperti itu Ibu, tidak baik. (Perawat langsung
mengambil pisau itu). Begini saja Bu, Saya memiliki 2 cara untuk
membantu mengurangi perasaan sedih yang Ibu alami. Pertama,
mengungkapkan perasaan secara verbal. Kedua, mengalihkan ke
aktifitas fisik. Apakah Ibu mau mencoba cara Saya?
Pasien : “Mau Sus.”
Perawat : “Alhamdulillah, terimakasih ibu mau mencobanya. Untuk cara
yang pertama sudah dilakukan tadi ya dengan cara Ibu
mengungkapkan perasaan secara verbal. Kemarahan Ibu tadi juga
merupakan sebuah proses yang normal. Nah, cara yang pertama ini
bisa Ibu lakukan lagi dengan Saya atau perawat lainnya yang Ibu
percaya. Dengan mengungkapkan, harapan kami, Ibu akan jauh
merasa lebih nyaman. Apakah Ibu bersedia mecobanya kembali
suatu saat nanti?
Pasien : “Iya Sus, Saya akan mencobanya.”
Perawat : “Bagus sekali kalau Ibu bersedia mencobanya kembali.”

3. Fase Terminasi
Perawat : “Baiklah Ibu, bagaimana perasaan Ibu setelah berbincang-bincang
tentang masalah Ibu tadi?
Pasien : “Perasaan Saya sudah mulai tenang Sus.”
Perawat : “Nah, apakah Ibu dapat menjelaskan cara pertama untuk
membantu mengurangi perasaan sedih?”
Pasien : “Cara pertama dengan mengungkapkan perasaan secara verbal
kepada orang yang Saya percaya.”
Perawat : “Bagus sekali, Ibu sudah mengikuti kegiatan ini dengan baik.”
Saya rasa kita sudah ngobrol-ngobrol selama 15 menit ya Bu.
Bagaimana kalau besok pagi jam 09.00 Saya ajarkan cara yang
kedua, apakah Ibu bersedia?
Pasien : “Bersedia Sus”
Perawat : “Tempatnya mau dimana Ibu?”
Pasien : “Di sini lagi aja Sus.”
Perawat : “Baik Kalau begitu Saya permisi dulu ya Bu. Terimakasih atas
waktu dan kerjasamanya. Selamat beristirahat.
Wassalamualaikum.”

SP II : Mengajarkan cara untuk mengurangi perasaan sedih

1. Fase Orientasi
Perawat : “Selamat pagi Ibu Avi, masih ingat dengan Saya Ibu?”
Pasien : “Ingat Sus, dengan Susten Andini ya?”
Perawat : “Betul sekali Ibu, Saya Andini. Bagaimana Bu, apakah saran
Saya dipertemuan yang lalu sudah Ibu terapkan?
Pasien : “Sudah Suster.”
Perawat : “Bagus sekali kalau Ibu sudah mencobanya. Dengan siapa Ibu
menceritakan perasaan Ibu?
Pasien : “ Dengan suami Saya Sus.”
Perawat : “Baiklah Ibu, sesuai janji Saya yang kemarin, sekarang Saya akan
mengajarkan cara yang kedua untuk mengurangi perasaan sedih
Ibu. Waktunya 15 menit. Apakah Ibu bersedia?”
Pasien : “Bersedia Suster silahkan.”

2. Fase Kerja
Perawat : “Cara yang kedua yaitu dengan melakukan aktivitas fisik yang
bermanfaat. Kalau boleh saya tahu, pekerjaan apa yang senang Ibu
lakukan di ruangan ini?
Pasien : “Saya suka menyapu, mengepel lantai Sus.”
Perawat : “Jadi Ibu senang menyapu dan mengepel lantai. Bagus sekali, Ibu
dapat segera melakukan aktivitas yang Ibu sukai. Hal ini akan sedikit
mengalihkan perasaan sedih Ibu. Apakah Ibu bersedia melakukannya
sekarang?”
Pasien : “Boleh Sus.”

(Pasien Melakukan kegiatanya)

3. Fase Terminasi
Perawat : “Bagaimana perasaan Ibu setelah mengikuti kegiatan ini?”
Pasien : “Saya merasa tenang Sus. Suster Saya sadar dengan cara
menangis dan sedih yang berlarut tidak membuat anak Saya
kembali. Saya ikhlas dan menerima dengan kepergiannya anak
Saya. (Penerimaan)
Perawat : “Alhamdulillah jika Ibu merasa tenang dan sudah bisa menerima
kepergian anak Ibu. Mungkin dengan cara Ibu selalu mendoa’akan
dan berkunjung ke makamnya Ibu semakin lebih tenang. Semoga
anak Ibu ditempatkan di sisi-Nya.
Pasien : “Amin, terimakasih Suster sudah membantu Saya.
Perawat : “Iya Ibu. Baik kalu begitu saya permisi dulu, silahkan dilanjut
kembali. Terimakasih atas waktu dan kerjsama Ibu.
Wassalamu’alaikum

Anda mungkin juga menyukai