PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana Epidemiologi Flu Babi ?
4. Bagaimana Patofisiologi Flu Babi ?
5. Bagaimana Klasifikasi Flu Babi ?
6. Bagaimana Tanda dan Gejala Flu Babi ?
7. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Flu Babi ?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Flu babi ?
9. Bagaimana Pencegahan Flu Babi ?
10. Bagaimana WOC Flu Babi ?
3.3 Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Flu Babi
2. Mengetahui Etiologi Flu Babi
3. Mengetahui Epidemiologi Flu Babi
4. Mengetahui Patofisiologi Flu Babi
5. Mengetahui Klasifikasi Flu Babi
6. Mengetahui Tanda dan Gejala Flu Babi
7. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Flu Babi
8. Mengetahui Penatalaksanaan Flu babi
9. Mengetahui Pencegahan Flu Babi
10. Mengetahui WOC Flu Babi
2
BAB IV
LAPORAN PENDAHULUAN
Flu babi pertama kali diisolasi dari seekor babi yang terinfeksi pada tahun
1930 di
Amerika Serikat. Pada perkembangannya, penyakit ini dapat berpinadah ke
manusia
Terutama menyerang mereka yang kontak dekat dengan babi. Lama tidak
terdengar lagi
3
kabarnya ternyata virus ini menaglami serangkaianmutasi sehingga muncul
varian baru
yang pertama kali menyerang manusia di Meksiko pada awal tahun 2009. Varian
baru ini
dikenal dengan nama vrus H1N1 yang merupakan singkatan dari dua antigen
utama virus
yaitu hemagglutinin tipe 1 dan neuraminidase tipe 1.
4.2 Etiologi
Penyebab flu babi adalah virus influenza tipe A subtype H1N1 dari familia
orthomyxoviridae. Flu atau influenza ada 2 type :
a. Type A : Menular pada unggas (ayam, itik, dan burung) serta babi
b. Type B dan type C : Menular pada manusia
Virus influenza tipe A yang termasuk family orthomyxoviridae, erat kaitannya
dengan penyabab swine flu, equine flu, dan avian influenza (fowl plaque).
Ukuran virus tersebut berdiameter 80120 nm. Selain influenza A, terdapat
influenza B dan influenza C yang juga sudah dapat di isolasi dari babi.
Sedangkan 2 tipe influenza pada manusia adalah tipe A dan B. kedua tipe ini
diketahui sangat progresif dalam perubahan antigenic yang sangat dramatic
sekali (antigenik shift). Pergeseran antigenic tersebut sangat berhubungan
dengan sifat penularan secara pandemic dan keganasan penyakit. Hal ini dapat
terjadi seperti adanya genetic reassortment antara bangsa burung dan manusia.
Ketiga tipe virus ini adalah virus yang mempunyai bentuk yang sama dibawah
mikroskop electron dan hanya berbeda dalam hal kekebalannya saja. Ketiga
virus tersebut mempunyai RNA dengan sumbu protein dan permukaan
virionnya diselubungi oleh semacam paku yang mengandung antigen
hemagglutinin (H) dan enzim neuramidase (N)
4.3 Epidemiologi
Penyebaran virus influensa dari babi ke babi dapat melalui kontak
moncong babi, melalui udara atau droplet. Faktor cuaca dan stres akan
mempercepat penularan. Virus tidak akan tahan lama di udara terbuka.
4
Penyakit bisa saja bertahan lama pada babi breeder atau babi anakan.
Penyebabnya adalah virus influensa tipe A, subtipe: H1N1 (H1N2, H3N1,
H3N2).
Identifikasi pertama kali pada tahun 1931. Kasus infeksi sudah dilaporkan pada
pekerja di kandang babi di Eropa dan di Amerika Utara. Pada spesies babi
memiliki kemampuan sangat menular dengan angka kesakitan tinggi dan angka
kematian 1-4%. Insiden penyakit ini terjadi sepanjang tahun, puncaknya pada
musim gugur dan dingin.
Manusia dapat terkena penyakit influensa secara klinis dan menularkannya
pada babi. Transmisi kepada babi yang dikandangkan atau hampir diruangan
terbuka dapat melalui udara seperti pada kejadian di Perancis dan beberapa
wabah penyakit di Inggris. Babi sebagai karier penyakit klasik di Denmark,
Jepang, Italy dan kemungkinan Inggris telah dilaporkan. Kejadian luar biasa flu
babi diketahui pernah terjadi di Amerika Utara &Selatan, Eropa (Inggris,
Swedia, Italia) , Afrika (Kenya) dan beberapa daerah di Asia Timur (Cina dan
Jepang) Flu babi pertama kali diidentifikasi di Indonesia pada 15 April 2009
dan dinyatakan pandemi: 11Juni 2009 denagn Case Fatality Rate, sampai
dengan 11 Juni 2009 sebesar 0,5%. Gejala klinis yang terjadi sebagian besar
ringan, yaitu demam (87-94%), Batuk (87-92%), Sakit tenggorokan (48-82% ),
Gangguan pencernaan (25%). Influenza A H1N1 di Provinsi Bali pertama kali
diidentifikasi pada 12 Mei 2009, kasus pertama yang dirawat yang dicurigai
influenza H1N1 adalah seseorang berkewarganegaraan Belanda. Dua minggu
berikutnya warga negara Jepang, keduanya dinyatakan negatif H1N1 oleh
Litbangkes. Hingga Tanggal 21 Juni 2009 diidentifikasi seorang warga negara
Inggris, dan dinyatakan positif H1N1 dan tanggal 24 Juni 2009. Menkes
menyatakan Indonesia Positif kasus H1N1 (kasus pertama di Indonesia)
.
4.4 Patofisiologi
Pada penyakit influensa babi klasik, virus masuk melalui saluran
pernafasan atas
kemungkinan lewat udara. Virus menempel pada trachea dan bronchi dan
berkembang
5
secara cepat yaitu dari 2 jam dalam sel epithel bronchial hingga 24 jam pos
infeksi. Hampir seluruh sel terinfeksi virus dan menimbulkan eksudat pada
bronchiol. Infeksi dengan cepat menghilang pada hari ke 9 . Lesi akibat infeksi
sekunder dapat terjadi pada paruparu karena aliran eksudat yang berlebihan
dari bronkhi. Lesi ini akan hilang secara cepat tanpa meninggalkan adanya
kerusakan.
Pembentukan eksudat pada bronchiol menyebabkan suplai oksigen menurun,
paru-paru akan meningkatkan kerjanya sehingga menimbulkan sesak nafas.
Karena suplai oksigen terganggu, orang yang terinfeksi akan mengalami
hipoksia dan kesadaran juga dapat menurun. Selain itu, metabolisme tubuh pun
dapat terganggu dalam pembentukan energi sehingga orang dengan flu ini akan
cepat merasa lelah. Virus flu babi juga dapat masuk ke dalam saluran cerna
yaitu lambung dan usus. Virus yang masuk ke dalam lambung akan
meningkatkan produksi HCl yang dapat menimbulkan perasaan mual dan
penurunan nafsu makan. Sedangkan virus yang masuk ke dalam usus akan
meningkatkan kerja peristaltik, dengan demikian orang akan mengalami diare.
4.5 Klasifikasi
Klasifikasi flu babi berdasarkan derajat keparahannya flu babi dibedakan
menjadi yaitu:
a. Ringan
– ILI (influenza like illness)
– Tidak Sesak
– Tidak nyeri dada
– Tidak ada pneumonia
– Tidak termasuk kelompok risiko tinggi (Asma, DM, PPOK, Obesitas,
kurang Gizi, Penyakit kronis lainnya)
– Usia muda
b. Sedang
– ILI (influenza like illness) dengan komorbid
– Sesak napas
– Pneumonia
6
– Usia tua
– Hamil
– Keluhan mengganggu: diare, muntah-muntah
c. Berat
– Pneumonia luas
– Gagal napas
– Sepsis
– Syok
– Kesadaran menurun
– ARDS
– Gagal multiorgan
(Sudoyo, 2006)
7
b. Pada Babi
- apatis
- sangat lemah
- enggan bergerak atau bangun karena gangguan kekakuan otot dan nyeri otot
- eritema pada kulit
- anoreksia
- demam sampai 41,8oC
- Batuk sangat sering terjadi apabila penyakit cukup hebat dibarengi dengan
muntah eksudat lendir
- bersin
- dispneu diikuti kemerahan pada mata dan terlihat adanya cairan mata
- Beberapa babi akan terlihat depresi dan terhambat pertumbuhannya.
8
4.8 Penatalaksanaan
TERAPI
a. Pasien dengan ILI akan dievaluasi apakah termasuk kelompok dengan
gejala klinis ringan, sedang atau berat.
b. Kelompok dengan gejala klinis ringan dipulangkan dengan diberi obat
simptomatis dan KIE untuk waktu istirahat di rumah.
c. Kelompok gejala klinis sedang dirawat di ruang isolasi dan mendapat
oseltamivir 2 x 75 mg.
d. Untuk kelompok dengan gejala klinis berat dirawat di ICU.
e. Pemeriksaan laboratorium sesuai jadwal yang sudah ditentukan.
f. Di ruang rawat inap : dilakukan evaluasi keadaan umum, kesadaran, tanda
vital,pantau saturasi oksigen.
g. Terapi suportif.
MEDIKAMENTOSA
Oseltamivir merupakan pro drug dari metabolit aktif Oseltamivir Karboksilat.
Metabolit aktif ini merupakan penghambat selektif enzim neuramidase virus
influenza yang glycoproteinnya ditemukan di permukaan virion. Oseltamivir
karboksilat menghambat neuramidase influenza A dan B secara in vitro.
Oseltamivir yang diberikan secara oral menghambat replikasi dan
pathogenicity virus influenza A dan B secara in vivo pada binatang percobaan
yang terinfeksi influenza yang sama bila terjadi pada manusia dengan
pemberian dosis 75 mg dua kali sehari.
INDIKASI
1. Terapi influenza (khususnya influenza A) pada anak usia satu tahun
keatas yang menderita gejala influenza. Efikasi ditunjukkan jika terapi
diberikan dalam 2 hari setelah timbul gejala.
2. Pencegahan influenza pada dewasa dan dewasa muda 13 tahun keatas
setelah kontak dengan penderita influenza ketika influenza telah
menyebar.
3. Tamiflu tidak dapat menggantikan vaksinasi influenza.
9
DOSIS
A. Terapi influenza.
Dewasa dan dewasa muda 13 tahun ke atas: 75 mg oseltamivir 2 kali
sehari selama 5 hari.
anak di atas 1 tahun sampai 13 tahun dapat digunakan Tamiflu suspensi
dua kali sehari selama 5 hari dengan dosis sesuai berat badan sebagai
berikut:
- 5 kg 30 mg
- 15- 23 kg 45 mg,
- > 23 kg sampai 40 kg 60 mg,
- > 40 kg, dapat diberikan dosis dewasa 75 mg
B. Pencegahan influenza
Dewasa dan dewasa muda 13 tahun keatas 75 mg sekali sehari selama 7
hari. Terapi diberikan sesegera mungkin setelah terpapar secara individual.
Selama terjadi epidemi influenza: 75 mg sehari sampai dengan 6 minggu.
Keamanan dan efektifitas oseltamivir pada anak usia dibawah 12 tahun
belum dapat dibuktikan.
Pada gangguan fungsi hati tidak ada penyesuaian dosis
Pada gangguan fungsi ginjal
Dosis terapi:
Penderita dengan creatinin clearens 10 - 30 ml/menit : 75 mg tiap 2 hari.
Tidak dianjurkan pada penderita dengan creatinin clearens 10 ml/menit
dan pasien dialisa.
Dosis pencegahan:
Pada creatinin clearens 10 – 30 ml/ menit: 75 mg tiap 2 hari atau 30 mg
suspensi sekali sehari.
Tidak dianjurkan pada penderita dengan creatinin clearens 10 ml/menit
dan pasien yang mengalami dialisa.
Manula tidak ada penyesuaian dosis kecuali jika ada kerusakan ginjal
parah
10
4.9 Pencegahan
a. Jagalah kesehatan dengan pola makan yang seimbang, jika perlu dapat
mengkonsumsi multi vitamin A, C, D, E, Zink dan suplemen
imunomodulator (contoh: stimuno, imunos) untuk meningkatkan kekebalan
tubuh.
b. Jagalah kebersihan diri dan lingkungan sekitar Cuci tangan menggunakan
air mengalir dan sabun sesering mungkin, terutama setelah batuk, bersin dan
memegang sarana umum.
c. Minimalkan kontak dengan orang sakit atau orang yang baru bepergian dari
Negara terjangkit. Jika rencana pergi ke luar negri, cek kesehatan ke dokter
(jika perlu anda dapat divaksinasi influenza, atas permintaan atau dilakukan
tindakan khusus dengan pemberian obat.)
d. Etiket saat Batuk Pada saat batuk atau bersin gunakanlah tissue atau masker
penutup mulut di tempelkan ke mulut atau hidung, dan jangan batuk atau
bersin kea rah orang lain.
o Bila ada gejala batuk dan bersin kenakanlah masker penutup mulut.
o Bila waktu batuk dan bersin tutuplah mulut dengan tissue dan lain-
lainnya.
o Bila waktu batuk dan bersin jangan langsung berhadapan muka/wajah
dengan orang-orang sekeliling anda.
e. Pencegahan juga dilakukan melalui sosialisasi intensif ke sejumlah
puskesmas di Ibu Kota. Pengenalan flu babi sejak dini diharap akan
meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap bentuk penularannya.
Masyarakat dianjurkan untuk melakukan pencegahan guna mengantisipasi
penularan virus flu burung, yaitu dengan memperhatikan beberapa hal berikut :
a. Gunakan pelindung (Masker, kacamata renang, sarung tangan)
setiap berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran
cerna unggas
b. Setiap hal yang berasal dari saluran cerna unggas seperti sekresi
harus ditanam/dibakar
2. supaya tidak menular kepada lingkungan sekitar
11
3. Cuci alat yang digunakan dalam peternakan dengan desinfektan
4. Kandang dan Sekresi unggas tidak boleh dikeluarkan dari lokasi
peternakan
5. Memasak daging ayam dengan benar pada suhu 80 derajat dalam 1
menit dan
6. membersihkan telur ayam serta dipanaskan pada suhu 64 derajat selama
5 menit.
7. Menjaga kebersihan lingkungan dan diri sendiri.
12
BAB V
ASKEP TEORI PADA PASIEN FLU BABI
5.1 Pengkajian
a. Pengumpulan data :
Pengkajian secara umum yang dapat dilakukan pada pasien dengan flu babi
adalah :
1. Identitas :
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama,
suku
bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnosa medis.
2. Keluhan utama :
Biasanya keluhan utama klien dengan flu babi adalah demam, batuk dan sakit
tenggorokan.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Menjelaskan riwayat penyakit yang dialami biasanya klien dengan flu babi
seperti
demam, batuk dan sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, tidak nafsu
makan.
4. Riwayat penyakit dahulu :
Adanya riwayat penyakit yang pernah diderita.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya penyakit serupa atau penyakit lain yang diderita oleh keluarga.
Pengkajian Pola Fungsi Kesehatan
a. Aktivitas/istirahat
b. Makanan/Cairan
c. Pola eliminasi
d. Neurosensori
e. Nyeri/Kenyamanan
13
Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
· GCS :
· Tanda vital : nadi, suhu tubuh, tekanan darah, dan pernafasan.
Review of sistem :
a. Sistem kardiopulmonal
Hidung berair (rhinorea), terdapat eksudat, oklusi/sumbatan, peningkatan
RR, batuk,Takikardi.
b. Sistem pencernaan
Peristaltic usus meningkat, mual, muntah, penurunan nafsu makan
c. Sistem muskoloskletal
Nyeri otot dan tulang
AKTIVITAS / ISTIRAHAT
Gejala : Kelelahan umum & kelemahan
Nafas pendek saat bekerja
Kesulitan tidur pada malam / demam malam hari, mengigil dan
berkeringat
Mimpi buruk
Tanda : Dipsnea pada saat kerja
Kelelahan otot, nyeri, dan sesak ( tahap lanjut)
INTEGRITAS EGO
Gejala : Adanya / faktor stress
Masalah keuangan
Perasaan tak berdaya
Tanda : Menyangkal ( khususnya selama tahap dini)
Ansietas, ketakutan, mudah terangsang
MAKANAN / CAIRAN
Gejala : Kehilangan nafsu makan
Anoreksia
14
Tak dapat mencerna
Penurunan berat badan
Tanda : Turgor kulit buruk, kering / kulit berisisik
Kehilangan otot / hilang lemak subkutan
NYERI / KENYAMANAN
Gejala : Nyeri dada meningkat karena batuk berulang
Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit
Perilaku distraksi, gelisah
PERNAPASAN
Gejala : Batuk produktif / tak produktif
Napas pendek
Riwayat H5N1 & H1N1 / terpajan pada individu terinfeksi
Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan
Perkusi pekak dan penurunan fremitus. Bunyi napas: menurun / tak ada secara
bilateral /unilateral. Bunyi napas tubuler. Karakteristik sputum : hijau /
purulen, mukoid kuning.
Tak perhatian, mudah terangsang, dan perubahan mental ( tahap lanjut)
KENYAMANAN
Gejala : Adanya kondisi penekanan imun, contoh AIDS, kanker
Tes HIV positif
Tanda : Demam tinggi / sakit panas akut
INTERAKSI SOSIAL
Gejala : Perasaan isolasi / penolakan karena penyakit menular
Perubahan pola biasa dalam tanggung jawab / perubahan kapasitas fisik
untuk melaksanakan peran.
PENYULUHAN / PEMBELAJARAN
Gejala : Riwayat keluarga H5N1 / H1N1
Ketidakmampuan umum / status kesehatan buruk
15
Gagal untuk membaik / kambuhnya penyakit
Tidak berpartisipasi dalam terapi
a. Diagnosa Keperawatan
· Analisa Data
16
2 Ds: Klien Output cairan Gg. Gg. Gg. Keseimbangan
mengeluh berlebiha Keseimbanga Keseimbanga cairan b/d
mual, muntah, n n cairan n cairan output cairan
klien berlebihan
mengatakan
tidak nafsu Kekurangan Resiko syok Resiko syok Resiko syok
makan, sakit cairan hipovolemik hipovolemik hipovolemik
kepala, sakit b/d kekurangan
tenggorokan. cairan
Do: Frek.BAB
lebih dari 3x
sehari, feses
encer, bibir
kering, mata
cekung, kulit
kering,
tek.darah
menurun
(>110/65
mmHg)
3 Ds: Klien Absorbsi Gg.keseimbangan Gg.keseimbangan Gg.keseimbangan
mengeluh nutrisi nutrisi kurang nutrisi kurang nutrisi kurang
mual, muntah, tidak dari dari dari kebutuhan
tidak nafsu adekuat kebutuhan kebutuhan tubuh b/d
makan, nyeri tubuh tubuh Absorbsi nutrisi
tenggorokan, tidak adekuat
anoreksia,
lemah, lemas,
tidak dapat
beristirahat
pada malam
17
hari.
18
berinteraksi
dg baik, tidak
mau disentuh,
sensitive,
berhati-hati
pada area
yang sakit,
myalgia,
kelelahan
otot,hasil lab.
menunjukan
adanya infeksi
oleh virus
pada sendi
dan tulang.
b. Prioritas Masalah
· Bersihan jalan napas tidak efektif
· Pola napas tidak efektif
· Gg.keseimbangan cairan
· Gg.keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
· Nyeri sendi
· Hipertermi
· Intoleransi aktivitas
· Resiko syok hipovolemik
a. Intervensi
No Dx. Keperawatan Tujuan & KH Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan Dalam waktu 1x 30 Pemeriksaan fisik Ronchi menunjukkan
napas tidak menit, jalan napas dengan cara adanya gangguan
efektif b/d kembali efektif. auskultasi pernafasan akibat atas
penumpukan KH : sesak berkurang, mendengarkan suara cairan atau sekret yang
19
sekret bunyi weezing pd nafas (adanya menutupi sebagian dari
nafas berkurang, ronchi). saluran pernafasan
nyeri dada berkurang, sehingga perlu
sekresi hidung dikeluarkan untuk
berkurang, frek.nafas mengoptimalkan jalan
mulai optimal. nafas.
Tindakan bantuan
untuk mengeluarkan
Bersihkan saluran sekret, sehingga
nafas mempermudah proses
dari sekret dan lendir respirasi
2 Pola napas tdk Setelah dilakukan asuhan Auskultasi bunyi Bunyi napas sering
efektif b/d keperawatan 1x 30 napas, menurun pada dasar
penurunan menit, pola napas catat area yang paru berhubungan
suplai oksigen kembali efektif. menurun, ada dengan terjadinya
KH : Sesak berkurang, tidaknya atelektasis. Bunyi
frek. Napas mulai bunyi napas, dan tambahan seperti
20
optimal (16-20x adanya crackels/ronchi dapat
/mnt). bunyi tambahan menunjukkan
akumulasi cairan atau
obstruksi jalan napas
parsial
Merangsang fungsi
Tinggikan kepala pernapasan atau
tempat ekspansi paru, efektif
tidur, letakkan posisi pada pencegahan dan
duduk semi fowler, kongesti paru
bantu peningkatan
waktu tidur
Kecepatan upaya
Evaluasi frekuensi mungkin
pernapasan, catat meningkatkan
upaya nyeri, takut, demam,
pernapasan, catat menurunkan volume
adanya respirasi, akumulasi
dispnea secret dan hipoksia,
penurunan kecepatan
dapat terjadi dari
penggunaan analgesic
berlebihan
21
pengobatan
22
4 Gg.keseimbangan Dalam waktu 1x 30 Kaji riwayat nutrisi, Mengidentifikasi
nutrisi kurang menit, kebutuhan termasuk makanan defisiensi, sehingga
dari kebutuhan nutrisi terpenuhi. yang disukai mempermudah
tubuh b/d KH : Pasien tampak melaksanakan
absorbsi nutrisi segar, ada nafsu intervensi
tak adekuat makan, mual dan
muntah berkurang, Observasi dan catat Mengawasi masukan
anoreksia hilang, masukan makanan kalori atau kualitas
dapat mencerna dan pasien kekurangan konsumsi
menelan makanan, makanan
berat badan
bertambah. Berikan makan Makan sedikit dapat
sedikit menurunkan kelemahan
dan frekuensi sering dan meningkatkan
dan/atau makan di pemasukan
antara waktu makan
Meningkatkan nafsu
Berikan dan bantu makan dan pemasukan
higiene mulut yang oral, menurunkan
baik; pertumbuhan bakteri,
sebelum dan sesudah meminimalkan
makan, gunakan sikat kemampuan infeksi
gigi halus untuk
penyikatan yang
lembut
Membantu dalam
Kolaborasi membuat rencana diet
Konsul pada ahli gizi untuk memenuhi
kebutuhan individual
23
Meningkatkan
Pantau pemeriksaan efektivitas program
laboratorium seperti pengobatan, termasuk
Hb, sumber diet nutrisi
Hct, BUN, Albumin, yang dibutuhkan
Protein, Transferin,
Besi
Serim, B12, Asam
Folat, TIBC,
Elektrolit Serum
5 Nyeri b/d Dalam waktu 1 x 24 jam, Evaluasi keluhan Mempengaruhi pilihan
inflamasi virus nyeri berkurang. nyeri, / pengawasan
KH : Klien mengatakan pertahankan keefektifan
nyeri sendi dan tulang lokasi dan intevensi.
berkurang, kelelahan karakteristik nyeri
otot berkurang, dapat termasuk
beristirahat dg intervensi (skala
tenang. Ekspresi 0-10) pertahankan
wajah rileks, keluhan nyeri, non verbal .
nyeri berkurang,
skala nyeri berkurang
(skala 2), dapat Dorong pasien untuk
beraktivitas dan mendiskusikan Membantu
berinteraksi dg baik. masalah menghilangkan
sehubungan ansietas.
dengan nyeri.
Berikan alternatif
tindakan Menurunkan area
kenyamanan tek.lokal &
(massage) kelelahan otot
Selidiki adanya
keluhan nyeri Dapat menandakan
24
yang tiba-tiba / terjadinya
buruk tidak hilang komplikasi( cth:
dengan analgetik infeksi, iskemik
Kolaborasi jaringan)
pemberian
analgetik sesuai
indikasi Mempertahankan kadar
analgesic darah yg
adekuat.
Pemahaman tentang
Pantau intake dan alasan tersebut
output membantu klien dalam
Cairan mengatasi gangguan
Untuk mengetahui
Jelaskan kepada klien perkembangan status
pentingnya cairan klien
mempertahankan
25
intake
cairan adekuat
Digunakan untuk
Kolaborasi mengurangi demam
Berikan antipireutik dengan aksisentralnya
seperti aspirin atau pada hipotalamus
asetaminoven meskipun demam dapat
bergun untuk
mengatasi
pertumbuhan
organisme dan
meningkatkan
autoimun dari sel-
selyang terinfeksi
7 Intoleransi Setelah dilakukan asuhan Kaji kesiapan untuk Stabilitas fisiologis
aktivitas b/d keperawatan 1x 24 meningkatkan pada istirahat
nyeri jam, pasien dapat aktivitas penting untuk
melakukan akivitas contoh: penurunan memajukan tingkat
maksimal sesuai kelemahan/ aktivitas individual
kemampuan. kelelahan, Mempengaruhi pilihan
KH : Nyeri berkurang pd TD stabil, frekuensi intervensi/bantuan
saat bergerak, pasien nadi, peningkatan
dapat beristirahat dg perhatian pada
nyaman, pasien sudah aktivitas dan
mulai dapat perawatan
berinteraksi dg baik. diri
Meningkatkan istirahat
Kaji kemampuan untuk menurunkan
pasien kebutuhan oksigen
untuk melakukan tubuh dan menurunkan
tugas regangan jantung dan
26
normal, catat laporan paru
kelelahan, keletihan,
dan
kesulitan
menyelesaikan
tugas
27
pasien
untuk melakukannya
sebanyak mungkin Mendorong pasien
melakukan banyak
Anjurkan klien dengan membatasi
menggunakan penyimpangan energi
teknik dan mencegah
penghematan energy kelemahan
Regangan/stres
kardiopulmonal
berlebihan/stres dapat
Anjurkan pasien menimbulkan
untuk dekompensasi
menghentikan /kegagalan
aktivitas
bila palpitasi, nyeri
dada, napas pendek,
kelemahan, atau
pusing
terjadi
8 Resiko syok Setelah dilakukan asuhan Kaji turgor kulit, Indikator tidak
hipovolemik keperawatan 1x 60 membrane langsung dari status
b/d kekurangan cairan tubuh pasien mukosa & rasa cairan
cairan terpenuhi. haus
KH: Pasien tampak Indikator dari volume
segar, turgor kulit Pantau tanda-tanda cairan sirkulasi
baik, mata tidak vital, termasuk
cekung, kulit lembab, CVP bila
tanda2 vital stabil. terpasang, catat
hipertensi,
termasuk Mempertahankan
28
perubahan keseimbangan
postural cairan
Pantau pemasukan
oral &
memasukan Peningkatan berat jenis
cairan sedikitnya urine menunjukan
2500 ml/hari perubahan perfusi
ginjal / volume
Ukur haluran & berat sirkulasi
jenis urine
Melihat peningkatan
asupan makanan yg
diberikan
Mendukung /
memperbesar
volume sirkulasi,
terutama
Berikan cairan / pemenuhan oral tak
elektrolit adekuat
Menigkatkan
kebutuhan
metabolisme
Catat peningkatan
suhu dan durasi
demam. Berikan
kompres hangat
29
sesuai indikasi.
Pertahankan
kenyamanan suhu Mengurangi insiden
lingkungan muntah untuk
mengurangi
Berikan obat-obatan kehilangan cairan /
sesuai indikasi : elektrolit lanjut
Antiemetik.
mis.prokloperazin
maleat
(compazine);
trimetobenzamid
(Tigan);
metaklopramid
(Reglan).
30
DAFTAR PUSTAKA
Price, Sylvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi :
Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta : EGC
Aru W. Sudoyo. 2006. Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Jakarta. Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unoversitas Indonesia.
Corwin, Ellizabetz. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Doengoes. 1999. Perencanaan Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
http://beingmom.org/index.php/2006/12/08/penjelasan-imunisasi, di akses 14
juli 2011
http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=15HI, di akses 14 juli 2011
http://www.klikpdpi.com/swine%20flu/penanganan%20flu%20babi/penangana
n.htm
31