Anda di halaman 1dari 7

Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 1

PENGARUH PENAMBAHAN RAGI, KEBERADAAN OKSIGEN DAN


WAKTU FERMENTASI PADA FERMENTASI ALKOHOL
MENGGUNAKAN SARI BUAH SEMANGKA (Citrullus vulgaris Schard)

An Naas Asshidiq, Farah Azizah Azhary*, Muhammad Fahmi Zakaria, Wina Lestari
Asih

Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,


Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak

Alkohol termasuk senyawa penting yang berada dalam kehidupan sehari-hari. Buah semangka termasuk
buah yang banyak tumbuh di Indonesia dan mengandung gula. Bioetanol merupakan etanol yang dapat
dibuat dari fermentasi substrat yang mengandung karbohidrat baik itu turunan gula, pati ataupun
selulosa. Tujuan dalam percobaan ini yaitu membuat alkohol dari sari buah semangka, mempelajari
pengaruh ragi terhadap pertumbuhan yeast dan densitas, mempelajari pengaruh keberadaan oksigen dan
mempelajari waktu fermentasi terhadap konversi alkohol. Adapun bahan yang akan digunakan pada
praktikum ini adalah sari buah semangka, ragi, gula, dll. Langkah- langkah yang dilakukan ada dua tahap
yaitu tahap pembuatan starter dan tahap fermentasi. Metode yang digunakan adalah fermentasi dengan
bantuan Saccharomyces cerevisiae. Dari data praktikum diperoleh bahwa densitas turun seiring
bertambahnya waktu, koloni terbanyak diperoleh pada penambahan ragi 1,1, gr, starter C yang diberi
perlakuan kontak dengan oksigen memiliki jumlah koloni yang lebih sedikit dibandingkan dengan variabel
D yang diisolasi dan nilai konversi alkohol bersifat fluktuatif. Saran untuk praktikan selanjutnya adalah
agar melakukan pengecekan dan penyesuaian pH dengan benar dan untuk menutup sempel dangan rapat
saat waktu fermentasi.
Kata kunci: alkohol, bioetanol, fermntasi, semangka

Abstract

[Effect Of Yeast Addition, Existence Of Oxygen and Fermentation Time In Alcohol Fermentation
Using Watermelon Juice (Citrullus vulgaris Schard)] Alcohol is an important compound in everyday
life. Watermelon is categorized as fruits that are widely grown in Indonesia and contain sugar. Bietanol is
ethanol that made from substrate fermentation which contains carbohydrates, either derived from sugar,
starch or cellulose. The purpose of this experiment is to make alcohol from watermelon juice, study the
effect of yeast on yeast growth and density, study the effect of the presence of oxygen and study the
fermentation time of alcohol conversion. The materials to be used in this lab are watermelon, yeast, sugar,
etc. The steps taken are two stages, namely the stage of making the starter and the fermentation stage. The
method that is used is fermentation with the help of Saccharomyces cerevisiae. From the practicum we get
the density dropped with increasing time, the most colonies given with highestt added yeast is 1,1 gr,
Starter C which was treated with contact with oxygen had fewer colonies compared to variable D which
was isolated from contact with oxygen and the value of alcohol conversion was fluctuating.. The
suggestion for the next practitioner is to check and adjust the pH correctly and to close the seal in a tight
manner during the fermentation time.
Keywords: alcohol, bioetanol, fermentation, watermelon

1. Pendahuluan
Alkohol termasuk senyawa penting yang dilihat dari fungsi alkohol untuk zat pembunuh
berada dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut kuman, pelarut, dan bahan bakar. Dalam industri,

*) Penulis Korespondensi
E-mail : farahhadiannur@gmail.com
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 2

alkohol banyak digunakan sebagai pelarut dan Tabel 2.1 Kandungan gizi tiap 100 g buah
reagensia. Alkohol merupakan senyawa yang mirip semangka
dengan air namun satu dari hidrogennya diganti Jenis Zat Gizi Jumlah
oleh rantai cincin hidrokarbon. Rumus umum Energi 28,00 kalori
alkohol adaah R-OH, dengan R merupakan suatu
alkil baik alifatik ataupun siklik. Dalam alkohol Protein 0,10 gram
semakin banyak rantai cabangnya maka titik Lemak 0,20 gram
didihnya akan semakin rendah (Mustofa, 2012). Karbohidrat 7,20 gram
Untuk memenuhi kebutuhan akan alkohol, Kalsium 6,00 miligram
cenderung dilakukan percobaan untuk membuat Fosfor 7,00 miligram
alkohol dengan bahan baku yang mudah didapat
seperti buah semangka. Buah semangka termasuk Besi 0,20 miligram
buah yang banyak tumbuh di indonesia, juga Vitamin A 50,20 Si
mengandung banyak gula yang dapat digunakan Vitamin B1 0,02 miligram
dalam pembuatan alkohol. Vitamin B2 0,03 miligram
Tujuan dalam percobaan ini yaitu membuat
Vitamin C 7,00 miligram
alkohol dari sari buah semangka, mempelajari
pengaruh ragi terhadap pertumbuhan yeast pada Niacin 0,20 gram
pembuatan starter dan mempelajari pengaruh Serat 0,50 gram
persentase sari buah semangka terhadap konversi Air 92,10 gram
pembuatan alkohol. (Wulandari, 2012)

Bahan Baku dan Spesifikasi (Semangka)


Buah semangka (Citrullus vulgaris Schard.) Bioetanol
adalah buah tropis yang banyak dikenal orang, Bioetanol adalah etanol yang berasal dari
karena kandungan airnya dapat mengurangi rasa sumber hayati dan pada umumnya dibuat melalui
haus. Selain itu buah semangka juga mengandung proses fermentasi. Etanol biasanya dimanfaatkan
berbagai macam vitamin, mineral dan zat-zat sebagai bahan untuk membuat minuman keras,
berkhasiat lainnya sehingga banyak orang untuk keperluan medis, sebagai zat pelarut, dan
memanfaatkannya menjadi bahan olahan lain. yang sedang populer saat ini adalah pemanfaatan
Tanaman semangka masuk dalam golongan etanol sebagai bahan bakar alternatif. Etanol dapat
labu-labuan, seperti melon, blewah, dan timun. dengan mudah diproduksi dari bahan bergula,
Adapun taksonomi tanaman semangka dapat di berpati dan berserat. Dengan berkembangnya
klasifikasikan sebagai berikut: proses sakarifikasi bahan−bahan berpati
Kingdom : Plantae menggunakan enzim, bahan baku pembuatan
Superdivisio : Spermatophyta etanol juga berkembang dari gula ke pati.
Divisio :Magnoliophyta/ Spermatophyta (Mustofa, 2012).
Subdivisi : Angiospermae Secara singkat teknologi proses produksi
Kelas : Magnoliopsida/Dicotyledoneae ethanol/bio-ethanol dapat dibagi dalam tiga tahap,
Subkelas : Cucurbitales yaitu gelatinasi, sakharifikasi, dan fermentasi.
Ordo : Cucurbitales Proses fermentasi dimaksudkan untuk mengubah
Famili : Cucurbitales glukosa menjadi ethanol/bio-ethanol (alkohol)
Genus : Citrulus dengan menggunakan yeast.

Kandungan buah semangka dari bagian yang dapat Starter


dimakan tiap 100 gram adalah sebagai berikut : Mikroorganisme yang sering digunakan
dalam prosduksi bioetanol salah satunya ialah
Saccharomyces cerevisiae. Hal ini dikarenakan
Saccharomyces cerevisiae memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan mikroorganisme
lainnya. Adapun kelebihan dari Saccharomyces
cerevisiae antara lain mudah beradap tasi dengan
lingkungan, lebih tahan terhadap kadar alkohol
tinggi. Khamir Saccharomyces cerevisiae
merupakan organisme penghasil amilase yang
cukup berpotensi, selain bakteri dan kapang. Enzim
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 3

amilase diproduksi di luar sel oleh beberapa jenis starter, data yang dicari atau diperoleh adalah
yeast Saccharomycopsi. S. fibuliger merupakan jumlah koloni dan densitas. Sedangkan pada tahap
khamir amilolitik penghasil α-amylase, fermentasi dilakukan metode analisa gula dengan
glukoamilase dan α-glukosidase yang mampu menganalisis glukosa standar sehingga didapatkan
merombak zat pati, tetapi karena S. fibuliger masih nilai F. Setelah itu, dilakukan analisis glukosa sari
tergolong dalam khamir pembawa penyakit buah sehingga didapatkan nilai M. Dari data yang
(Maria,2013). diperoleh akan didapatkan kadar glukosa sari
Starter digunakan untuk semangka dan konversi alkohol.
mengembangbiakkan mikroorganisme yang akan
digunakan untuk fermentasi alkohol. Pada 3. Hasil dan Pembahasan
praktikum ini digunakan Sacharomyces Cerevicae Pengaruh Penambahan Ragi terhadap
sebagai fermentor yang akan mengurai gula Jumlah Koloni Pada Starter
menjadi alkohol. Saccharomycess cereviseae
merupakan mikroba yang bersifat fakultatif yang
memiliki 2 mekanisme dalam mendapatkan
energinya yaitu pada kondisi aerob dan anaerob.
Tenaga yang diperoleh dari respirasi aerob
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
sel sehingga praktis tidak ada kenaikan jumlah
alkohol (Amran dan Eka, 2009). Gambar 1 Grafik pengaruh penambahan ragi
terhadap jumlah koloni pada starter
2. Bahan dan Metode Pada praktikum ini, sari buah ditambahkan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini ragi sesuai variabel untuk masing-masing starter.
adalah sari buah semangka 2600 ml, glukosa, Kemudian jumlah koloni pada starter dihitung
KH2PO4 2,8 gr , MgSO4, 2,8 gr, NaOH, CH3COOH, menggunaka hemositometer. Dari hasil praktikum
Indikator MB, Aquadest, ragi roti 2,9 gr, Fehling diperoleh pada starter A dengan penambahan ragi
A, Fehling B, urea 2,8 gr. Alat yang digunakan 0,1 gr, didapat jumlah koloni dihari ke-0 sebanyak
adalah erlenmeyer, buret, statif, klem, gelas ukur, 1,5×1010, dihari ke-1 didapat 6,7×1010, dihari ke-2
beaker glass, pengaduk, aoutoclave, kompor listrik, didapat 15,2×1010. Pada starter B dengan
pipet tetes. penambahan ragi 0,6 gr, didapat jumlah koloni
Adapun cara kerja yang dilakukan dimulai dari dihari ke-0 sebanyak 5,6×1010, dihari ke-1 didapat
persiapan bahan baku untuk starter dari sari buah 9,1×1010, dihari ke-3 didapat 19×1010. Pada starter
semangka. Pembuatan starter, pada tahap ini sari C dengan penambahan ragi sebanyak 1,1 gr,
buah semangka disterilkan dengan cara didihkan didapat jumlah kolini dihari ke-0 sebanyak
sebanyak 200 mL, kemudian adonan didinginkan 8,2×1010, dihari ke-1 didapat sebanyak 11,5×1010,
sampai dengan suhu kamar. Lalu tambahkan dihari ke-2 didapat sebanyak 12,8×1010.
KH2PO4 (0,7 gr), MgSO4 (0,7 gr), Urea (0,7 gr),. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
Atur pH menjadi 4 dan tambahkan ragi/fermipan oleh Satriyo, dkk (2011), kecepatan pertumbuhan
sebanyak 0,5 gr ; 3,5 gr ; dan 5,5 gr ditambahkan sel pada jam ke-0 sampai ke-24 lebih rendah dari
ke dalam larutan tersebut. Kemudian, selama 2 hari jam-jam berikutnya. Hal ini disebabkan karena
dianalisa jumlah yeast dan densitasnya. mikroba masih dalam fase adaptasi (fase lag)
Proses fermentasi dilakukakan selama 5 hari dimana sel masih beradaptasi dengan kondisi
dengan variasi kadar glukosa substrat 10%, 15%, lingkungannya. Pada fase ini mikroba merombak
dan 17%.. Untuk memproleh kadar glukosa yang substrat menjadi nutrisi untuk pertumbuhannya.
diinginkan, sari buah semangka yang telah Pada jam berikutnya yaitu memasuki jam ke-24
dianalisa kandungan glukosanya ditambahkan sampai jam ke-48 terlihat adanya percepatan
sukrosa atau diencerkan dengan akuades hingga pertambahan sel mikroba. Hal ini menandakan
tercapai kadar glukosa sesuai dengan variabelnya. bahwa telah memasuki fase pertumbuhan
Siapkan sembilan erlenmeyer berisi 200 ml sari eksponensial (fase log).
semangka lalu 13 %v starter A, B dan C. Densitas
dan %SB diukur selama fermentasi anaerob selama
lima hari.
Pengukuran vaiabel respon dilakukan setiap
hari dengan mengukur jumlah mikroorganisme
menggunakan hemositometer. Saat pembuatan
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 4

Pada starter A, densitas di hari ke-0 diperoleh


1,057 gr/ml, di hari ke-1 didapat 1,012 gr/ml dan di
hari ke-2 didapat 0,946 gr/ml. Pada starter B,
densitas di hari ke-0 didapat 1,053 gr/ ml, di hari
ke-1 didapat 1,0054 gr/ml dan di hari ke-2 didapat
1,002 gr/ml. Pada starter C, densitas di gari ke-0
didapat 1,092 gr/ml, di hari ke-1 didapat 1,018
gr/ml, dan di hari ke-2 didapat 1,0027 gr/ml
Hasil yang didapat tidak sesuai dengan teori
Gambar 2 Grafik pertumbuhan koloni yang ada, dimana densitas turun seiring
Sacharomyces cerviciae terhadap waktu bertambahnya waktu. Hal ini dapat terjadi karena
fermentasi terbentuknya CO2 yang dihasilkan oleh ragi.
Adanya enzim invertase dan enzim zimase,
Pada praktikum ini kami menggunakan ragi membuat ragi dapat mendekomposisi gula. Pertama
sebagai sumber mikroba (Sacharomyces Cerviciae) enzim invertase menghidrolisis disakarida menjadi
pada proses pembiakan starter. Dengan semakin monosakarida, lalu enzim zimase mendokomposisi
banyak penambahan berat ragi pada starter, gula menjadi CO2 (Azizah, 2012).
semakin banyak pula mikroba yang masuk ke Reaksi yang dapat terjadi :
dalam starter dari ragi tersebut. Jumlah mikroba
akan bertambah seiring bertambahnya waktu C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + energi
karena adanya pembelahan. Menambahkan ragi (Iftalia,2016)
pada starter berarti menyediakan bakteri yang akan
membelah, dengan demikian semakin banyak Gas CO2 yang terbentuk, dapat menjadi zat
penambahan ragi akan menghasilkan semakin yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme
banyak pula jumlah koloni. tersebut. Gas CO2 yang terbentuk akan bereaksi
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, dapat dengan molekul air (H2O) membentuk H2CO3
disimpulkan bahwa data yang didapat telah sesuai sebagai reaksi karbonasi. H2CO3 akan memberikan
dengan teori, dimana pengamatan hari-0 hingga suasana asam sehingga pH akan menurun. (Eko
hari ke-1saat jam ke-0 sampai jam ke-24 terlihat dkk, 2015).
jumlah koloni meningkat, menandakan khamir Turunya pH dapat menyebabkan kematian
memasuki fase lag. Kemudian pada hari ke-1 bakteri. Paparan pada kondisi asam dapat
hingga hari ke-2 saat memasuki jam ke-24 sampai mengakibatkan kerusakan membran dan lepasnya
jam ke-48 terlihat jumlah koloni meningkat komponen intraseluler hilangnya komponen-
kembali, mikroba memasuki fase log. komponen intraseluler seperti Mg, K dan lemak
dari sel, yang mampu menyebabkan kematian
Pengaruh Penambahan Ragi terhadap Densitas bakteri (Rizal, 2017). Kematian bakteri akan
Starter mengurangi jumlah koloni, den menueut teori, nilai
Pada praktikum ini, sari buah ditambahkan jumlah koloni berbanding lurus dengan densitas,
ragi sesuai variabel untuk masing-masing starter. meningkatnya jumlah koloni akan diikuti dengan
Kemudian densitas sterter dihitung. Berdasarkan meningkatnya nilai densitas (Rizki, 2008).
percobaan diperoleh data sebagai berikut: Sehingga dengan kematian bakteri akan
1,15 mengurangi densitas inokulum.
1,1 starter a
(ragi 0,1 gr)
Pengaruh Oksigen terhadap Jumlah Koloni
1,05 starter b
pada Starter
Densitas (gr/ml)

(ragi 0,6 gr)


1 Pada praktikum ini diberi perlakuan
starter c
0,95 (ragi 1,1 gr) kontakan isolasi terhadap oksigen kepada variabel
0,9
starter C dan D, dengan cara menutup erlenmeyer
dengan aluiminium foil dan melubangi tutup
0,85
tersebut pada salah satu variabel.
hari ke-0 hari ke-1 hari ke-2
Hari
Gambar 3 Pengaruh Penambahan Ragi pada
Densitas Starter
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 5

Variabel 1 (Starter A + 10% sari buah)


Variabel 2 (Starter B + 10% sari buah)
Variabel 3 (Starter C + 10% sari buah)
Variabel 4 (Starter A + 15% sari buah)
Variabel 5 (: Starter B + 15% sari buah)
Gambar 4 Grafik keberadaan oksigen dengan Variabel 6 (Starter C + 15% sari buah)
jumlah koloni pada starter Variabel 7 (Starter A + 17% sari buah)
Pada percobaan ini digunakan Variabel 8 (Starter B + 17% sari buah)
mikroorganisme Saccharomyces cerevisiae yang Variabel 9 (Starter C + 17% sari buah)
bersifat fermentatif kuat dan dapat hidup dalam 1,2
kondisi aerob maupun anaerob (anaerob fakultatif),
memiliki sifat yang stabil dan seragam, memiliki 1
pertumbuhan yang cepat dalam proses fermentasi 0,8
(Roosdiana, 2015). Berdasarkan grafik diatas dapat
dilihat pengaruh oksigen terhadap jumlah koloni 0,6
pada starter. Starter C yang yang diberi perlakuan 0,4
kontak dengan oksigen memiliki jumlah koloni
0,2
yang lebih sedikit dibandingkan dengan variabel D
yang diisolasi dari kontak dengan oksigen. 0
Hal ini dapat terjadi karena gas CO2 yang hari ke-0 hari ke-1 hari ke-2 hari ke-3
dihasilkan inokulum yang terpapar dengan oksigen Gambar 5 Pengaruh Waktu Fermentasi
lebih banyak dengan yang tidak terpapar dengan terhadap Konversi Alkohol
oksigen. Reaksi respirasi pada mikroba :
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa
C6H12O6 + 6O2 → 6CO2 + 6H2O + energi perubahan nilai konversi alkohol pada tiap variabel
bersifat fluktuatif. Mayoritas variabel mengalami
Reaksi respirasi mikroba tanpa oksigen : penurunan di rentang hari ke-1 sampai hari ke-2
dan peningkatan pada hari ke-2 sampai hari ke-3
C6H12O6 → 2C2H5OH +2CO2 + 2ATP yaitu variabel 1,2,5, dan 8. Untuk variabel 3,4,dan
7 mengalami penurunan dari hari ke-1 sampai hari
Respirasi mikroba dengan paparan oksigen ke-3. Untuk variabel 6 dan 9 mengalami
dapat menghasilkan 6 mol CO2 sedangkan respirasi peningkatan pada rentang hari ke-1 sampai hari ke-
mikroba tanpa paparan oksigen menghasilkan 2 2 dan penurunan pada rentang hari ke-2 sampai hari
mol CO2.. ke-3.
Gas CO2 yang terbentuk akan bereaksi dengan Fermentasi dilakukan dengan menggunakan
molekul air (H2O) membentuk H2CO3 sebagai kultur murni atau starter. Inokulum yang digunakan
reaksi karbonasi. H2CO3 akan memberikan suasana dibiakan dulu sebelumnya dilebih dari satu wadah
asam sehingga pH akan menurun (Eko dkk, 2015). yang menyebabkan inokulum tersebut memiliki
Karbon dioksida yang terlarut ini menyebabkan kondisi yang bervariasi. Penggunaan inokulum
terganggunya pertumbuhan mikroorganisme. yang bervariasi ini dapat menyebabkan proses
(Affandi, 2019). Dengan demikian mikroba yang fermentasi dan mutu produk selalu berubah-ubah.
terpapar dengan oksigen akan menghasilkan asam (Wijianingsih, 2008).
lebih banyak yang dapat mengganggu pertumbuhan Penurunan konversi alkohol yang terjadi pada
mikroba, yang menyebabkan jumlah koloninya awal rentang hari fermentasi ataupun di rentang
lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak hari selanjutnya dapat disebabkan oleh kondisi
terpapar oksigen. lingkungan mikrorganisme yang menghambat kerja
mikroorganisme tersebut. Proses fermentasi dapat
Pengaruh Waktu Fermentasi terhadap Konversi menghasilkan gas yang mambuat lingkungan
Alkohol mikroorganisme menjadi asam. Gas yang
Pada praktikum ini variabel fermentasi dihasilkan pada proses fermentasi alkohol oleh
disiapkan dengan menambahkan 3 variabel persen Saccharomyces cerevisiae dapat menghambat
sari buah yaitu 10%, 15%, dan 17 % pada masing- aktivitas dari Saccharomyces cerevisiae itu sendiri
masing variabel starter A, B, dan C dengan persen sehingga kadar alkoholnya menurun. Semakin lama
volume starter tetap 13%. proses fermentasi maka gas CO2 yang terbentuk
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 6

juga akan semakin banyak. Kondisi ini tidak baik jawab Laboratorium Mikrobiologi Industri
untuk pertumbuhan Saccharomyces cerevisiae dan Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Widayat ST, MT
juga untuk proses fermentasi bioetanol (Azizah, selaku dosen pembimbing materi Alkohol,
2012). Gas CO2 yang terbentuk, dapat menjadi zat Jufriyah, S.T., selaku Pranata Laboratorium
yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme Pendidikan Laboratorium Mikrobiologi Industri
tersebut. Gas CO2 yang terbentuk akan bereaksi Universitas Diponegoro, Diny Dwi Anugrainy
dengan molekul air (H2O) membentuk H2CO3
selaku koordinator asisten Laboratorium
sebagai reaksi karbonasi. H2CO3 akan memberikan
Mikrobiologi Industri Universitas Diponegoro,
suasana asam sehingga pH akan menurun.(Eko
dkk, 2015). Ratna Juwita Sari dan Hendra Harles selaku asisten
Selain itu suhu juga berpengaruh pada proses pengampu pratikum Alkohol, dan Teman-teman
fermentasi. Pada waktu fermentasi terjadi kenaikan rekan kerja yang telah membantu serta
panas, karena reaksinya eksoterm. Untuk mencegah melancarkan proses penyusunan laporan ini.
agar suhu fermentasi tidak naik, perlu pendingin
agar dipertahankan tetap 26–30°C (Sri, 2016). Suhu Daftar Pustaka
yang tinggi akan mengurangi kinerja mikroba Affandi, Baharuddin,. 2009. Pengaruh CO2
sehigga konversi alkohol dapat menurun. Kondisi (Karbondioksida) Murni Terhadap
lingkungan mikroorganisme akan berbeda setiap
Pertumbuhan Mikroorganisme pada Produk
variabel perwaktunya, karena kondisi inokulum Minuman Fanta di Pt. Coc-Cola Bottling
yang bervariasi saat awal bercampur dengan media Indonesia Unit Medan/departemen
yang nantinya akan membuat kinerja kimia//Departemen Kimia/Fakultas
mikroorganisme berbeda-beda pada satu waktu Metematika Dan Ilmu Pengetahuan
yang sama. Hal tersebut mengakibatkan nilai Alam/Universitas Sumatra Utara/Medan
konversi alkohol bersifat fluktuatif. Amran dan Eka. 2009.Pembuatan Bioethanol Dari
Nira Siwalan Secara Fermentasi Fese Cair
4. Kesimpulan dan Saran Menggunakan Fermipan/ Jurusan Teknik
Dari praktikum yang telah dilakukan Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
diperoleh beberapa kesimpulan yaitu hubungan Diponegoro. Semarang
antara penambahan ragi terhadap jumlah sel bakteri
Azizah dkk. 2012. Pengaruh Lama Fermentasi
pada starter adalah berbanding lurus. Semakin
Terhadap Kadar Alkohol, Ph, Dan Produksi
banyak penambahan ragi, maka akan semakin Gas Pada Proses Fermentasi Bioetanol
banyak pula jumlah sel bakteri dalam tahan starter. Dari Whey Dengan Substitusi Kulit Nanas.
Hubungan antara penambahan ragi terhadap Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan- Vol. 1
densitas sampel pada starter adalah berbanding No. 2
lurus. Semakin banyak penambahan ragi, maka Eko Sutrisno Hawusiwa dkk. 2015. Pengaruh
jumlah sel bakteri akan semakin banyak sehingga Konsentrasi Pasta Singkong (Manihot
akan menaikkan berat dari cairan dan akan Esculenta) dan Lama Fermentasi Pada
menyebabkan densitas naik. Lalu, pengaruh Proses Pembuatan Minuman Wine
oksigen terhadap jumlah koloni yaitu, pada starter Singkong//Jurusan Teknologi Hasil
yang diisolasi dari kontak oksigen memberikan Pertanian/ Fakultas Teknologi Pertanian/
jumlah koloni yang lebih banyak dibanding starter
Universitas Brawijaya Malang.
tanpa isolasi. Iftalia, Desi. 2016. Peningkatan Aktivitas Enzim
Saran untuk praktikan selanjutnya adalah agar Selulase Dan Kadar Glukosa Hasil Jerami
melakukan pengecekan dan penyesuaian pH Padi Oleh Fungi Trichoderma Viride Yang
dengan benar, agar pH berada pada rentang yang Diradiasi Gamma. Program Studi Kimia/
optimal untuk bakteri, agar seluruh sampel disetiap Fakultas Sains dan Teknologi/ Universitas
rentang waktu dapat ditaruh di lemari pendingin Islam Negeri Syarif Hidayatulah. Jakarta
atau inkubator, untuk menjaga suhu yang optimal Maria dkk. 2013. Efek Fermentasi Dengan
bagi bakteri dan untuk menutup sempel dangan Saccharomyces Cerevisiae Terhadap
rapat saat waktu fermentasi, agar tidak terpapar Karakteristik Biokimia Tapioka// Fakultas
oksigen terlalu banyak. Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Universitas Lampung. Bandar
Ucapan Terimakasih Lampung
Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada Mustofa, Alwi. 2012. Pemanfaatan Pati Garut
Dr. Ing Silviana, S.T., M.T. selaku penanggung (Maranta Arundinaceae) Sebagai Bahan
Journal Mikrobiologi Industri Teknik Kimia Page 7

Baku Pembuatan Bioetanol dengan


Fermentasi oleh Sacharomyces
cerreviceae//Diploma III Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro.
Semarang
Rizal, Samsul. 2017. Ketahanan terhadap Kondisi
pH Asam dan Aktifitas Antagonis terhadap
Bakteri Patogen Empat Jenis Bakteri Asam
Laktat. Fakultas Pertanian, Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Universitas
Lampung. Bandar Lampung
Rizki, Anugrah Susanti. 2008. Pengaruh
Konsentrasi dan Lama Fermentasi terhadap
Aktivitas Antibakteri Bakteriosin yang
Dihasilkan oleh Lactobacillus Plantarum.
Program Studi Kimia/ Fakultas Sains dan
Teknologi/ Universitas Negri Maulana
Malik Ibrahim. Malang
Roosdina, Muin. 2015. Pengaruh Waktu
Fermentasi pus/Dan Konsentrasi Enzim
Terhadap Kadarbioetanol Dalam Proses
Fermentasi Nasi Aking Sebagai
Substratorganik//Jurusan Teknik
Kimia/Fakultas Teknik/Universitas
Sriwijaya
Satriyo Krino Wahono dkk. 2011. Laju
Pertumbuhan Saccharomyces Cerevisiae
Pada Prosesfermentasi Pembentukan
Bioetanoldari Biji Sorgum (Sorghum
Bicolor L.)// UPT BPPTK/LIPI/Desa
Gading Kecamatan Playen Kab.
Gunungkidul – Yogyakarta
Sri dkk. 2016. Fermentasi Glukosa Hasil Hidrolisis
Buah Kumbi Untuk Bahan Baku Bioetanol.
Program Studi Kimia/Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam/ Universitas
Mataram.Mataram
Wijianingsih, Wiwik. 2008. Aktivitas Antibakteri In
Vitro Dan Sifat Kimia Kefir Susu Kacang
Hijau (Vigna Radiata) Oleh Pengaruh
Jumlah Starter Dan Lama
Fermentasi//universitas
diponegoro/cemarang
Wulandari, Afrida Ayu. 2012. Budidaya Tanaman
Buah Semangka//Diploma III Fakultas
Pertanian/ Universitas Sebelas Maret..
Surakarta

Anda mungkin juga menyukai