Anda di halaman 1dari 4

RESUME KULIAH UMUM MENGENAI PERKEMBANGAN TEORI DAN METODE

PENELITIAN ANTROPOLOGI SAAT INI

Oleh Prof. Ronald Lukens Bull

(08/05/2019) Dilaksanakan kuliah umum yang membahas mengenai perkembangan teori


dan metode-metode yang digunakan dalam penelitian antropologi. Pemateri pada kuliah umum
tersebut adalah seorang etnografer yang menjadikan Indonesia sebagai salah satu wilayah kajian
penelitiannya, yaitu Prof. Ronald Lukens Bull. Dalam materinya, Prof. Ronald menyampaikan
beberapa sub-sub pokok yang harus dilakukan selama memangku posisi sebagai peneliti di
lapangan. Sub-sub pokok tersebut diantaranya dijelaskan sebagai berikut:

1. Be smart, Act Stupid


Dalam poin ini, pembahasan mengarah pada realisasi dari konsep yang telah
direncanakan ketika peneliti berada dilapangan. Peneliti yang disini disebut sebagai
seorang etnografer sebelum turun lapangan telah mempersiapkan banyak data mengenai
hal-hal yang akan diteliti. Dalam antropologi berlaku prinsip uang berbeda dengan rumpun
ilmu sosial humaniora lainnya, yaitu adanya prinsip “membuktikan teori setelah penelitian
lapangan”. Maka sebagaimana yang disampaikan prof. Ronald bahwa pada poin pertama
ini mengusung beberapa hal seperti adanya pengelompokkan dari pengetahuan atau data-
data penelitian sebelumnya, memilah-milah pemikiran bias budaya, sikap pura-pura tidak
tahu dan belajar dari kesalahan.
Seorang etnografer sebelum turun lapangan harus memiliki catatan kerangka
permasalahan dari hal-hal apa saja yang akan diteliti. Namun minimal etnografer sudah
memiliki pengetahuan dasar mengenai objek penelitian, dan saat turun lapangan etnografer
tidak turun dengan kepala kosong. Etnografer juga harus mampu memilah-milah bias
budaya, setiap daerah memiliki kebudayaannya masing-masing. Sehingga ketika seorang
etnografer melakukan penelitian di daerah A yang memiliki kebudayaan tertentu, tidak
akan bias dengan kebudayaan Z yang sebelumnya pernah diteliti oleh etnografer tersebut.
Selain itu, ketika turun lapangan seorang etnografer memainkan sebuah peran untuk
menjadi pura-pura tidak mengenali atau mengetahui tentang suatu hal. Ini dikarenakan,
etnografer melakukan penelitian demi mendapatkan thick description, agar benar-benar
mampu mengetahui dan memahami pola pemikiran yang ada pada masyarakat yang diteliti.
Dan hal yang terakhir dalam poin ini adalah, seorang etnografer harus mampu belajar dari
kesalahan, sikap-sikap mudah menyerah harus dihapuskan. Mencari data dari orang yang
tidak dikenali bukan merupakan perkara yang mudah, akibatnya tidak menutup
kemungkinan terdapat beberapa kegagalan selama penelitian berlangsung, contohnya tidak
dapat mewawancarai informan utama setelah jadwal yang telah disepakati.maka sikap
pantang menyerah dapat menjadi salah satu kunci memudahkan penelitian oleh seorang
etnografer.

2. Write everything down


Pada point ini, etnografer dituntut untuk menjadi seorang pencatat sebagaimana
definisi etnografi.. namun dalam prosesnya ada beberapa catatan ang harus digaris bawahi
pada poin ini, yaitu detail untuk menuliskan secara lengkap. Sehingga setiap melakukan
observasi maupun wawancara selalu siap untuk untuk mencatat hal-hal penting yang
berkaitn dengan masyarakat tersebut. Ketika telah memiliki catatan-catatan dari hasil
observasi maupun wawancara. Etnografer dapat mengolah dan menuliskan data tersebut
menjadi bagian dari karya penelitiannya; salah satunya dalam wwujud transkrip.

3. Thing will go wrong


Sebagaimana yang di jelaskan diatas bahwa seorang antropolog harus siap dengan
berbagai kemungkinan. Kemungkinan tersebut juga mewakili kesempatan untuk salah dan
atau keliru. Selalu ada kesempatan untuk gagal atau tidak sesuai dengan ekspektasi dalam
melakukan serangkaian kegiatan untuk mendukung penelitian tersebut, contohnya, miss
dalam sebuah janji pertemuan, orang yang di tuju tidak ada ditempat, etnografer sakit
ketika ada acara penting untuk menunjang penelitian, tape recorder rusak atau gagal
merekam dengan benar, kamera rusak ketika akan dipakai, atau bolpen yang rusak padahal
itu merupakan satu-satunya bolpen yang tersisa.

4. Something is better than nothing


Dalam proses penelitian turun lapangan, terdapat banyak hal yang akan dilewati.
Akan ada moment atau peristiwa yang akan dialami dan kemudian di screening atau di
saring mana yang lebih sesuai untuk dijadikan bagian dari data. Atau dalam hal ini,
etnografer berusaha menampilkan yang terbaik. Sehingga dalam mencari peristiwa penting
tidak selalu muncul pada bagian pertama, bisa saja kedua, ketiga bahkan keempat. Ketika
mewawancarai maka selalu buatlah kesepakatan terlebih dahulu dengan narasumber
mengenai teknis wawancara pada saat itu, alangkah lebih baik apabila yang dituliskan
didalam catatan adalah poin-poin penting bukan detail setiap kata yang keluar dari
informan, hal ini berguna agar etnografer dapat terfokus pada isi wawancara dan arah
pembicaraan informan.

5. Keep your fieldnotes close and your analyses closer


Penggunaan grounded teory pada penelitian akan turut mempengaruhi setiap
metode atau teknis dalam pencarian data dilapangan. Seperti pada poin ini, maka etnograer
harus mampu menjaga originalitas data tersebut. Menjaga identitas dari informan, sehingga
tidak sembarang orang dapat membaca catatan lapangan yang ditulis etnografer. Hal ini
demi menjaga data masih tetap orisinil dan juga demi kepercayaan informan kepada
etnografer tersebut.

6. Don’t Ask Why


Ketika melakukan penelitian lapangan jangan pernah menanyakan “mengapa” hal
ini dikarenakan dalam pola kalimat yang diada pada kata mengapa mengarah pada rasa
intimidasi atau pressing kepada informan. Informan seakan-akan dituntut untuk menjawab
dan menyetujui hipotesis yang dibangun oleh peneliti, atau singkatnya informan harus
mengamini apa yang diketahui peneliti meskipun kebenarannnya masih disangsikan.
Karenanya dalam suatu penelitian, etnografer dapat berusaha untuk melakukan wawancara
tanpa membuat si informan merasa sedang diwawancarai. Informan dapat menceritakan
segala informasi dengan cara bercerita, sehingga daftar pertanyaan yang dimiliki oleh
etnografer pun tidak bersifat menghakimi atau baku dan kaku.

7. Look for Zeros


Dalam poin ini, fokus etnografer adalah pada Zeros, dimana etnografer dapat
memilih dan memilah poin-poin mana yang belum sempurna. Dari rancangan dan data
yang dicari, masi memungkinkan memiliki celah yang nantinya membuat etnografi yang
dibuatnya menjadi tidak sempurna. Hal-hal tersebut dapat berupa hal yang tidak terjadi,
namun diharapkan. Atau juga dapat disebabkan kelalaian, sehingga riil tidak disadari.

8. The toes you step on today, may be connected to the butt you must kiss tomorrow.
Dalam poin ini, antropolog berusaha menggali lebih dalam dan lebih tahu lagi
bagaimana menyaring informan-inforimasi yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai