Anda di halaman 1dari 2

Sejak kecil aku memiliki kelainan jantung bawaan, dokter bahkan mendiagnosa bahwa aku tidak akan

hidup lebih dari 14 tahun. Tapi nyatanya kini aku telah berusia 16 tahun. Kenapa? Semua ini karena
kekayaan keluargaku. Karena kekayaan kakek, aku bisa mendapatkan pengobatan dan pelayanan
fasilitas yang memadai.

Kakek adalah orang yang keras dan displin tinggi serta bersikap sangat rasional. Kakek selalu
merenapkan sikap take and give dalam kegiatan apapun.

Sampai berumur 7 tahun saudari kembarkulah yang melakukan prinsip take and give dengan kakek.
Maksudnya untuk pengobatan yang kuterima, saudari kembarku harus belajar dengan giat agar dapat
mengharumkan nama besar keluarga kami.

Sampai titik dimana saudari kembarku Eun Bi menangis dan protes kepada kedua orangtuaku.

Ketika Eun Bi dan Eun Byul berumur 7 tahun...

“Eomma, kenapa kakek selalu menekanku? Bahkan aku tidak memiliki waktu bermain? Sedangakan
Eun Byul tampak santai dan tidak pernah berusaha” teriak Eun Bi menangis.

“Eun Bi, kamu tidak boleh berkata begitu, kakek ingin yang terbaik untukmu” nasihat Eomma

“Tapi aku juga ingin bermain dan bersantai!” teriak Eun Bi.

Tanpa sengaja aku mendengar hal tersebut dari luar ruangan, ketika Eun Bi keluar dari ruangan
tersebut aku dan Eun Bi sempat bertatapan.

“Aku membencimu” ucap Eunbi dengan linangan air mata dan tatapan penuh amarah.

Eun Bi merasa kesal dan marah, tentu itu bukan kesalahannya. Wajar saja dia merasa tak adil, Eun Bi
juga tidak mengetahui bahwa aku memiliki kelainan jantung. Ketika aku melakukan pemeriksaan di
rumah sakit ataupun menjalani terapi yang Eun Bi tahu aku sedang keluar entah kemana. Sedangkan
dia harus belajar mati-matian dengan jadwal yang begitu padat.

Sejak saat itu, aku mulai belajar. Setiap detik kulakukan untuk kegiatan yang bermanfaat. Aku belajar
materi sekolah, bahasa, melukis bahkan bermain alat musik seperti biola dan piano. Aku melakukan
semua secara otodidak, karena kakek tidak mau memanggilkan guru privat untukku. Karena menurut
kakek, ketika itu semua yang kulakukan akan sia-sia.

Hanya buku temanku mempelajari hal baru dan ketika bingung aku akan bertanya kepada orang
disekelilingku. Eomma selalu memberi motivasi untukku bahwa tidak akan ada yang namanya sia-sia
untuk setiap usaha.

Sampai suatu hari aku mengikutkan hasil lukisanku dalam sebuah event dan lukisan itu berhasil meraih
posisi teratas. Dengan menggunakan penghargaan tersebut, aku meminta kakek untuk mengurangi
jadwal belajar Eun Bi dan sebagai gantinya akulah yang akan mengambil tanggung jawab itu sendiri.

Awalnya kakek masih ragu dan menganggap kemenanganku adalah sebuah keberuntungan. Akupun
terus mengikuti setiap lomba untuk anak seumuranku ketika itu dan memenangkan berbagai
penghargaan sampai akhirnya kakek mengakui keberadaanku dan sepakat bahwa Eun Bihanya akan
melakukan apa yang dia inginkan.

Aku senang bahwa Eun Bi dapat tersenyum, mendapatkan apa yang dia inginkan dan menikmati
kehidupanya. Aku juga belajar untuk menikmati keadaanku dan mensyukuri segala yang kupunya.

***
Aku sedang membaca buku sembari duduk disalah satu sofa, akhir-akhir ini aku memang sangat jarang
melihat Eun Bi. Selain karena jadwal belajarku yang telah ditetapkan sejak dulu padat, akhir-akhir ini
kakek

Anda mungkin juga menyukai