Anda di halaman 1dari 3

Penyakit – VARIASI BIOLOGI

Demensia
Demensia merupakan suatu kondisi adanya impairment yang berat dalam bidang sungsi
daya ingat, penilaian, orientasi dan kognisi. Kriteria gangguan ini dapat ditandai dengan adanya
penurunan daya ingat dan aya pikir hingga mengganggu aktivitas harian dan disabilitas dengan
kurun waktu mencapai hampir enam bulan. Ada beberapa jenis demensia yang dapat ditemui
pada beberapa penyakit seperti demensia pada penyakit alzhaimer, demensia vascular, demensia
karena kondisi medis, penyakit creufield-jacob, penyakit huntungton, Parkinson, atau juga pada
HIV/AIDS. Karena penderita demensia akan kehilangan ingatannya secara betahap maka
penderita tidak akan mampu mengurusi diri sendiri. Sehingga orang-orang terdekatnya akan
menjadi salah satu bagian terpenting dalam proses penembuhan penderita untuk membantu si
penderita.
Demensia pada umumnya dibagi menjadi empat tipe yaitu penyakit alzhaimer, demensial
frontal, demensia frotal subkortikal, dan demensia vascular. Penyakit alzhaimer terjadi dengan
adanya jaringan otak yang mengalami kerusakan yang tidak dapat diperbaiki sehingga kematian
penderita di pertaruhkan 10 sampai 12 tahun setelah onset simtom-simtom. Salah satu factor
resiko menderita penyakit alzhaimer adalah adanya cedera kepala. Yang kedua adalah demensia
frontal temporal. Demensia tipe ini terjadi pada usia 50an dengan ditandai adanya perubahan
perilaku dan kepribadian yang ekstrem. Penyakit pick merupakan salah satu penyebab demensia
frontal temporal. Penyakit pick termasuk dalam penyakit degenerative yang terjadi karena
adanya neuron-neuron dalam otak ada yang hilang. Demensia yang lain adalah demensia frontal
subkortikal, terjadi karena sirkuit otak mejulur ke korteks. Dan yang terakhir adalah demesia
vascular. Tipe ini itandai dengan gejala-gejala seperti kelemahan pada satu lengan atau reflex-
refleks abnormal serta seringna penderita mengalami serangkaian stroke yang terjadi suatu
penebalan, yang melemahkan sirkulasi dan menyebabkan kematian.
Untuk mendeteksi dan mendiagnosis demensia maka dibutuhkan beberapa tes, antara lain
adalah tes darah, evaluai perilaku dan uji kognitif untuk mengukur ingatan dan kemampuan
mental dalam menghadapi sesuatu, pemindaian MRI, serta dengan pemindaian PET (tomografi
emisi positron) yang dilakukan dengan menyuntikkan zat radioaktif ke vena untuk mendeteksi
beta-amiloid sehingga dengan pemindaian tersebut akan dapat diketahui tingkat keparahan
penderita.

IgA Nefropati atau penyakit berger


Penyakit ini merupakan penyakit yang menyerang organ ginjal dikarenakan adanya
penumpukan IgA di ginjal yang mampu menimbulkan terjadinya peradangan dan merusak
jaringan-jaringan penyusun ginjal. IgA pada dasarnya merupakan antibody yang berupa protein
berguna untuk melindungi tubuh dan memperkuat imuns sehingga dapat menjadi tameng dari
zat-zat asig yang akan masuk seperti bakteri dana tau virus. Penyakit ini dapat menyerang
berbagai lapisan usia, namun gejala-gejala awal baru dapat Nampak terlihat pada usia remaja
hingga 30-an. Orang-orang Asia dan ras Kaukasia biasana lebih rentan jika dibandingkan dengan
ras-ras yang lain. Penyakit ini juga bersifat degenaratif, sehingga ketika keluarga memiliki
riwayat penyakit ini, secara garis darah keturunan akan memiliki risiko penyakit ini.
Secara deskripsi penyakit IgA nefropati mempelihatkan bentuk dari glomerulus primer
yang mengandung atau menimbun IgA. Factor-faktor resiko yang dapat ditemui secara genetic,
sirosis hati, HIV, antigen virus dan antigen bakteri.
Diagnosis dapat dilakukan dengan ada tidaknya anamnnesis berupa keluhan infeksi
saluran pernapasan atas sebelum mencapai hematuria, sedang proses hematuria hanya terjadi
kurang dari satu minggu, adanya hipertensi, faal ginjal, sendimen urin, dan USG. Selain itu juga
melalui imunodiagnostik dengan melihat apakah glomeruli menunjukkan proliferasi difus sel-sel
mesangial, deposit granuler igA dan C3 dari semua glomeruli, yang juga ditemukan di dinding
kapiler daerah perbatasan dermal epidermal dan CICX mengandung igA.

Penyakit Kawasaki
Penyakit ini pertama kali dijelaskan pada 1967 di jepang , secra hipotesis pathogenesis
penyakit Kawasaki adalah sistem homeostatis protein dimana ketika pathogen telah menginfeksi
maka protein pathogen yang dihasilkan menyebar dan mengikat sel endothelial arteri coroner
sebagai sel target utaa.
Penyakit ini merupakan sindroma mukokutan-kelenjar getah bening dengan demam yang
disertai dengan vaskuliti multisystem, dan menyerang anak dibawah 5 tahun hingga rang dewasa
tanpa memandang ras, meskipun yang banyak diserang adalah orang asia utamanya jepag.
Penyakit ini memiliki beberapa gejala awal seperti demam, eksantema, infeksi konjungtiva,
limfadenopati servikal dan bersifat swasirna. Diduga PK termasuk dalam gangguan sistem imun
yang didahului oleh suatu proses infeksi. Fase PK dibagi menjadi 3: pertama adalah fase akut
selama 10 hari pertama yang ditandai dengan demam tinggi hingga lebih dari 38˚, tanpa disertai
batuk, bersin, dan pilek. Bila tidak diobati maka dapat mencapai 22-4 minggu. Semakin lama
proses terjadi maka semakin besar kemungkinan adanya aneurisma arteri coroner. Setelah 2-5
hari maka akan muncul gejala-gejala lain seperti adanya perubahan pada rongga mulut, pada
ekstremitas, eksantema polimorfik, dan limfadenopati servikal. Fase berikutnya adalah fase
subakut, ditandai dengan adanya dilatasi/aneurisma arteri koronner, efusi pericardium, gagal
jantung dan infark miokard, serta trombosit mencapai lebih dari 1000.000/mm3. Fase ketiga
adalah fase konvalese (6-8 minggu) trombosit sudah mencapai nilai normal, namun masih tidak
menutup kemungkinan bahwa kelainan jantung dapat terus berlangsung.
Daftar pustaka
Indrarto, F.X wikan. Penyakit Kawasaki. Volume 01. No.1. 2015. ISSN 2460-984. Jakarta
Setabudiawan, Budi, dkk. Dept.Ilmu kesehatan Anak. Unpad. Laporan kasus penyakit Kawasaki
atipikal. Volume 43. No.3. 2011. Bandung
Dahlan, Poernodjo. Definisi dan diagnosis banding sindroma demensia. Vol.1. no.1. 1999.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai