Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS PERHITUNGAN UNIT COST PELAYANAN SIRKUMSISI DENGAN PENDEKATAN

ABC DI KLINIK SETIA BUDI JAMBI

THE CALCULATION OF UNIT COST OF SERVICE ANALYSIS CIRCUMCISION BY


APPROACHES ABC IN SETIA BUDI CLINIC JAMBI

Didik Afrida, Firman Pribadi, Triyani Marwati

Program Studi Manajemen Rumah Sakit

Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRAK

Penetapan biaya pelayanan Sirkumsisi Metode Couter dan Konvensional Di Klinik Setia
Budi Jambi menggunakan sistem akutansi tradisional, sehingga jasa pelayanan yang
ditawarkan menjadi lebih murah (undercosting) atau lebih mahal (overcosting) dari beban
biaya yang seharusnya dikonsumsi pada jasa pelayanan tersebut. Hal ini akan berakibat
fatal bagi rumah sakit, terutama pada kondisi pasar yang penuh persaingan. Dengan
demikian peneliti perlu mengkaji ulang unit cost pelayanan sirkumsisi dalam penetapan
biaya yang lebih teliti dalam perincian biaya, dan ketepatan pembebanan biaya lebih akurat
maka keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen akan lebih baik dan tepat.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan rancangan deskriptif kualitatif. Instrument
yang digunakan adalah Pedoman dokumentasi yang dimiliki rumah sakit dan stop watch.
Metode analisis biaya yang digunakan adalah berdasarkan ABC (Activity Based Costing)
system. Hasil penelitian ini menunjukkan Unit cost untuk melakukan pelayananan
sirkumsisi di Klinik Setia Budi Jambi yang dihitung menggunakan metode Activity Based
Costing System adalah sebesar sebesar Rp 240.242,59 untuk layanan M convenstional dan
sebesar Rp 385.200,57 untuk layanan M couter. Dari hasil perhitungan unit cost
pelayananan sirkumsisi di Klinik Setia Budi Jambi yang dihitung menggunakan metode ABC
memberikan hasil lebih kecil pada layanan M convenstional. Sedangkan pada layanan M
couter, perhitungan ABC memberikan hasil yang lebih besar.

Kata Kunci : Unit Cost, Metode Activity Based Costing, Pelayanan Sirkumsisi.

1
ABSTRACT

Circumcision costing couter and conventional methods in Setia Budi Clinic Jambi using
traditional accounting systems, so the services offered to be cheaper (under costing) or more
expensive (over costing) of the costs that should be consumed on these services. It would be
fatal to the hospital, especially in a highly competitive market conditions. Thus researchers
need to review the unit cost in the circumcision services costing more accurate in the details
of the cost and accuracy of charging better, then a decision will be taken by the management
would be better and appropriate. Research performed using a qualitative descriptive design.
Instruments used were documentation guidelines owned by hospital and stopwatch. Cost
analysis method used is based on ABC (Activity Based Costing) system. The results of this study
show units of cost to perform circumcision services at Setia Budi Clinic Jambi which is
calculated using the Activity Based Costing (ABC) system is Rp 240.242,59 for the M
conventional services and Rp 385.200,57 for M couter services. From the calculation of unit
cost pelayananan circumcision in Clinical Setia Budi Jambi is calculated using the ABC method
gives results smaller M convenstional service. While in service M couter, ABC calculation gives
greater results.

Keywords: Unit cost, Activity Based Costing methods, Circumcision services.

2
PENDAHULUAN agar tidak mengalami kerugian karena

Rumah sakit adalah salah satu harga terlalu rendah atau harga

contoh organisasi berorientasi non profit. terlampau tinggi sehingga tidak

Rumah sakit merupakan suatu organisasi menjangkau masyarakat, khususnya bagi

yang memberikan pelayanan kesehatan rumah sakit yang berada di daerah.

yang bersifat sosial. Rumah sakit Rumah sakit yang berada di daerah sulit

mempunyai tugas utama memberikan untuk menentukan atau mematok harga

pengobatan, perawatan kepada pasien pokok layanannya yang disebabkan oleh

dan pelayanan kesehatan kepada sumber daya dan tenaga ahli yang kurang

masyarakat. Tugas-tugas rumah sakit itu memadai.

menjadikan rumah sakit sebagai pihak Sudah menjadi tugas manajemen

yang sangat dibutuhkan dalam rumah sakit dalam merencanakan masa

menyediakan kebutuhan masyarakat dan depan rumah sakit sehingga bukan saja

mewujudkan cita-cita masyarakat yang dapat meraih kesempatan yang ada

menjadikan warganya memiliki sekarang tetapi juga bisa tetap bertahan

kehidupan yang lebih baik. Kebutuhan dalam menghadapi persaingan yang akan

akan layanan rumah sakit yang bermutu datang, karena rumah sakit baru bisa

semakin meningkat seiring dengan dikatakan survive, jika rumah sakit

semakin membaiknya perekonomian dan mampu bertahan dalam kondisi

derajat kesehatan masyarakat. Dalam perekonomian apapun juga mengingat

beberapa tahun belakangan ini, industri keadaan ekonomi adalah suatu keadaan

rumah sakit Indonesia telah mengalami yang selalu berfluktuasi.

perkembangan yang cukup berarti Salah satu jenis pelayanan

dengan diterbitkannya berbagai kesehatan yang paling banyak dilakukan

peraturan dan perundang-undangan yang oleh masyarakat adalah pelayanan

bertujuan untuk mendorong investasi dan sirkumsisi, karena sirkumsisi selain

menciptakan kondisi bisnis dan jasa merupakan anjuran dari salah satu

rumah sakit yang lebih baik. agama, juga terbukti bermanfaat bagi

Sebuah rumah sakit harus bisa kesehatan. Manfaat sirkumsisi

menentukan harga pokok dengan tepat diantaranya adalah untuk menurunkan


resiko infeksi saluran kemih, kanker dan
1
fimosis. Berdasarkan hal tersebut, maka sehingga perdarahan nyaris tidak ada
banyak kalangan masyarakat yang akibat efek koagulasi dari panas yang
melakukan pelayanan kesehatan dihasilkan alat tersebut. Penggunaan
sirkumsisi.1 Oleh sebab itu pihak rumah teknik ini biasanya menghasilkan
sakit selaku penyedia jasa layanan kecepatan 3–4 kali dibandingkan
kesehatan sirkumsisi perlu melakukan penggunaan teknik konvensional.
strategi untuk meningkatkan daya saing. Klinik Setia Budi Jambi merupakan
Sirkumsisi dapat dilakukan dengan salah satu klinik yang menyediakan
banyak metode. Adapun metode yang pelayanan kesehatan sirkumsisi, baik
paling banyak dipilih oleh masyarakat melalui metode cauter maupun
umum adalah metode sirkumsisi secara konvensional. Sejauh ini, pihak
konvensional dan couter. Secara garis manajemen Klinik Setia Budi Jambi belum
besar metode konvensional terdiri dari pernah melakukan perhitungan harga
beberapa tahap, yaitu tindakan aseptic pokok pelayanan sirkumsisi, sehingga
dan antiseptic, bius lokal, pembebasan dalam menetapkan unit cost atau harga
perlengketan dan kotoran, pemotongan jual layanan sirkumsisi kurang tepat. Oleh
kulit preputium penghentian perdarahan, karena itu, penulis mencoba melakukan
penjahitan dan penutupan luka. Biasanya perhitungan menghitung harga pokok,
metode ini banyak sekali terjadi sehingga dapat diketahui harga jual atau
pendarahan. Metode ini masih dijahit dan unit cost yang tepat untuk layanan
diperban sehingga pasien dianjurkan sirkumsisi pada Klinik Setia Budi Jambi.
untuk tidak beraktifitas terlalu berat Banyak cara yang dapat dilakukan
selama kurang lebih 4 hari dan perban dalam upaya menentukan besarnya unit
harus tetap kering. Sedangkan metode cost per unit pelayanan, salah satunya
Electric Cauter atau yang lebih dikenal adalah dengan metode Activity Based
luas dengan Laser, memiliki tahapan yang Costing. Sistem ABC direkomendasikan
hampir sama dengan konvensional. untuk diterapkan pada organisasi
Perbedaannya adalah pada saat kesehatan seperti rumah sakit, terutama
pemotongan kulit preputium dan untuk menentukan standar biaya penuh
penghentian perdarahan dengan per unit layanan disediakan oleh rumah
menggunakan alat electric cauter, sakit.2 Memberikan standar data yang
2
lebih akurat, administrasi dari rumah berbagai aktivitas dalam menghasilkan
sakit harus mampu membuat produk atau jasa. Oleh karena itu,
perencanaan dan kontrol biaya lebih informasi akuntansi yang dirancang atas
efektif dibandingkan dengan metode dasar aktivitas (activity based cost system)
akuntansi biaya secara konvensional. merupakan sistem akuntansi yang
Penerapan sistem activity based relevan dengan kebutuhan manajemen
costing (ABC) banyak memberikan saat sekarang.
manfaat diantaranya sebagai alat untuk Berdasarkan penelitian yang
membantu manajer untuk berpikir dilakukan oleh5 yang meneliti tentang
tentang organisasi agar lebih efektif dan hubungan antara penerapan activity
tentang bagaimana caranya menciptakan based costing (ABC) dengan peningkatan
nilai tambah3. Hal tersebut dapat dicapai kinerja keuangan pada berbagai jenis
diantaranya melalui pengurangan perusahaan. Hasil penelitiannya
aktivitas, peniadaan aktivitas, seleksi menunjukkan bahwa terdapat hubungan
aktivitas dan pembagian aktivitas. yang positif antara ABC dengan
Selain itu.,4 juga menyebutkan peningkatan ROI pada berbagai jenis
bahwa jika manajemen melayani perusahaan, hal tersebut menunjukkan
kebutuhan konsumen dengan filosofi bahwa ABC terbukti dapat meningkatkan
bahwa perusahaan tidak akan kinerja keuangan perusahaan.
membebani konsumennya pada aktivitas Dengan melihat banyaknya
yang bukan penambah nilai bagi manfaat serta pentingnya penerapan
konsumen, maka manajamen akan sistem activity based costing (ABC) bagi
senantiasa berusaha melakukan pengambilan keputusan biaya satuan
penyempurnaan terhadap berbagai pelayanan, maka peneliti merasa perlu
aktivitas untuk menghasilkan produk untuk melakukan penelitian dengan judul
atau jasa yang diserahkan kepada “Perhitungan Unit cost Pelayanan
konsumen. Manajemen yang Sirkumsisi Metode Cauter dan
mendasarkan usahanya atas filosofi Konvensional dengan pendekatan ABC
tersebut, memerlukan informasi untuk system di Klinik Setia budi Jambi”. Adapun
memungkinkan mereka melakukan jenis penelitian yang penulis gunakan
perencanaan dan pengendalian terhadap dalam penelitian ini adalah penelitian
3
deskriptif kualitatif dengan rancangan 2. Berapa unit cost pelayanan sirkumsisi
studi kasus di Klinik Setia budi Jambi. metode cauter berdasarkan metode
Sehingga dengan adanya penelitian ini, Activity Based Costing (ABC) di Klinik
akan dapat memberikan sumbangsih Setia Budi Jambi?
berupa penetapan unit cost bagi
BAHAN DAN CARA
pelayanan kesehatan sirkumsisi di Klinik
Jenis Penelitian
Setia budi Jambi.
Jenis penelitian ini adalah
Menurut6, unit cost adalah nilai
penelitian deskriptif kuantitatif dengan
suatu jasa pelayanan yang ditetapkan
rancangan studi klinis, data dalam bentuk
dengan ukuran sejumlah uang
kuantitatif dan wawancara dengan pihak
berdasarkan pertimbangan bahwa
manajemen sebagai tambahan informasi.
dengan nilai uang tersebut sebuah rumah
Subyek dan Objek Penelitian
sakit bersedia memberikan jasa kepada
Subjek dalam penelitian ini adalah
pasien.
kepala bagian keuangan, kepala bagian
Strategi penetapan unit cost
IGD, perawat di unit sirkumsisi, Cleaning
menurut7. ada tipe yang berhubungan
Service, bagian pemeliharaan alat,
dengan biaya, berhubungan dengan pasar
pelayanan medik, petugas administrasi
dan berhubungan dengan pesaing. Ini
seperti petugas pendaftaran, rekam
berarti setelah perhitungan biaya satuan
medik dan rumah tangga (IPSRS) untuk
kita tidak bisa menentukan unit cost
memperoleh data yang komprehensif di
tersebut untuk dijual, namun kita harus
di Klinik Setia Budi Jambi
melalui tahapan penentuan standar biaya
Objek penelitian ini adalah semua
(standard cost pricing steps).
aktivitas biaya yang terjadi di unit
Berdasarkan uraian latar belakang
sirkumsisi di Klinik Setia Budi Jambi.
di atas, maka dapat dirumuskan
Penelitian ini telah dilakukan pada bulan
permasalahan sebagai berikut:
1 Januari – 30 Juli 2012 di Klinik Setia
1. Berapa unit cost pelayanan sirkumsisi
Budi Jambi khususnya di unit pelayanan
metode konvensional berdasarkan
sirkumsisi.
metode Activity Based Costing (ABC)
Definisi Operasional Varibel Penelitian
di Klinik Setia Budi Jambi?

4
Untuk mempermudah dalam preputium penghentian perdarahan,
proses penelitian, maka dibuat definisi penjahitan dan penutupan luka.
operasional variabel penelitian sebagai 6. Sirkumsisi metode couter adalah
berikut. metode sirkumsisi yang tahapannya
1. Biaya satuan pelayanan sirkumsisi hampir sama dengan metode
adalah hasil perhitungan total biaya sirkumsisi secara konvensional,
operasional pelayanan sirkumsisi perbedaannya adalah pada saat
yang diberikan dibagi dengan jumlah pemotongan kulit preputium dan
tindakan pelayanan yang diberikan, penghentian perdarahan dengan
menggunakan metode activity based menggunakan alat electric cauter,
costing (ABC). sehingga perdarahan nyaris tidak ada
2. Aktivitas adalah tindakan-tindakan akibat efek koagulasi dari panas yang
yang dilaksanakan saat memberikan dihasilkan alat tersebut.
pelayanan sirkumsisi yang Instrumen Penelitian
menimbulkan biaya aktivitas. Instrumen yang digunakan dalam
3. Cost driver adalah cara untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :
membebankan biaya pada aktivitas 1. Pedoman dokumentasi yaitu
atau produk. prosedur yang terkait dengan
4. Metode activity based costing (ABC) pelayanan sirkumsisi serta data biaya
adalah metode untuk menentukan yang dimiliki oleh Klinik Setia Budi.
unit cost yang didasarkan pada 2. Pedoman wawancara
aktivitas dan sumber daya yang Wawancara merupakan salah satu
digunakan untuk melakukan aktivitas metode pengumpulan data dengan
tersebut. cara bertanya langsung atau
5. Sirkumsisi metode konvensional berkomunikasi langsung dengan
adalah metode sirkumsisi yang responden untuk memperoleh
tahapannya adalah tindakan aseptic informasi mengenai isu yang diteliti.
dan antiseptic, bius lokal, 3. Panduan observasi yaitu checklist
pembebasan perlengketan dan yang digunakan untuk pengamatan
kotoran, pemotongan kulit secara langsung pada objek
penelitian, yaitu aktivitas yang
5
dilakukan di pelayanan sirkumsisi Berdasarkan hasil wawancara
serta unit penunjang. dengan kepala bagian keuangan dan
4. Stopwatch adalah alat pengukur kepala bagian unit ploklinik IGD di
waktu yang digunakan untuk Klinik Setia Budi Jambi. Masing-masing
mengukur lamanya waktu setiap subyek penelitian diberi kesempatan
aktivitas yang dilakukan di pelayanan untuk mengemukakan pendapatnya.
sirkumsisi serta unit penunjang. Pelayanan yang diberikan oleh
5. Matrik Expense Activity Dependence Klinik Setia Budi Jambi di bagian unit
(EAD) adalah sebuah tabel yang poliklinik bedah pada setiap pasien
digunakan untuk menghubungkan diperlakukan atau dilayani dengan
biaya tidak langsung (overhead) sama saja tidak ada yang dibeda-
dengan aktivitas pada unit penunjang bedakan.
serta matrik Activity Product Mengenai sistem perhitungan
Dependence (APD) untuk yang diterapkan di Klinik Setia Budi
menghubungkan aktivitas pada unit Jambi untuk pelayanan sirkumsisi
penunjang dengan produk jasa rawat adalah berdasarkan pada bahan habis
inap. pakai dan dari biaya tenaga kerjanya,
Analisis Data Klinik Setia Budi Jambi menetapkan
Metode analisis biaya yang tarif M. Convensional sebesar Rp
digunakan adalah berdasarkan ABC 400.000,- dan M. Couter sebesar Rp
(Activity Based Costing) sistem. Biaya 600.000. hal ini terungkap dari hasil
yang digunakan adalah biaya langsung wawancara bagian keuangan Klinik
yaitu biaya yang melekat pada Setia Budi Jambi. Tarif pelayanan
petugas, diperoleh dengan cara sirkumsisi keuangan Klinik Setia Budi
penelusuran secara langsung (direct Jambi sudah termasuk 10 % margin
tracing) dan biaya tidak langsung dan 50% jasa dari unit cost. Sehingga
yaitu biaya-biaya yang terdapat pada diketahui besar unit cost M.
unit penunjang. Convensional sebesar Rp 250.000,- dan
M. Couter sebesar Rp 375.000.
HASIL
Tahapan-tahapan Aktivitas dalam
Pendapat Subyek Penelitian
Sirkumsisi
6
Pasien yang akan melakukan pelayanan sirkumsisi dengan
sirkumsisi di Klinik Setia Budi Jambi, menggunakan metode ABC (Activity
terlebih dahulu melakukan konsultasi Based Costing) dengan langkah-
dengan dokter di Klinik Setia Budi langkah sebagai berikut8.
Jambi untuk menentukan ada tidaknya a. Identifikasi biaya direct tracing
kontraindikasi dengan anamnesis dan Cara pembebanan biaya
pemeriksaan fisik. Setelah itu, pasien langsung ke aktivitas dilakukan
melakukan proses sirkumsisi yang melalui direct tracing yaitu
terdiri dari beberapa aktivitas atau identifikasi secara langsung
tahapan yang harus dilakukan, yaitu: konsumsi sumber daya oleh
mempersiapkan pasien dan peralatan aktivitas. Informasi ini didapatkan
yang akan digunakan, asepsis dan melalui dokumen biaya dan
antisepsis, anastesia lokal, release observasi secara langsung. Biaya ini
(melepaskan perlengketan dan hanya muncul bila ada aktivitas
membersihkan kotoran smegma), pada unit produk atau jasa dan bila
insisi (membuang preputium atau tidak ada suatu aktivitas maka
kulup) dan hemostasis (mengontrol biaya tidak dikeluarkan. Aktivitas
pendarahan), menjahit luka dan primer yang mengakibatkan
memberi obat. timbulnya aktivitas sekunder untuk
Jumlah Pasien pelayanan sirkumsisi
Berdasarkan hasil wawacara membutuhkan sejumlah waktu, alat
dengah pihak Klinik Setia Budi Jambi medis dan non medis, biaya
jumlah kunjungan pada tahun 2012 laundry, biaya kebersihan,
pada bulan Januari-Juni 2012 jumlah pemakaian ruangan, biaya listrik,
kunjungan pelayanan sirkumsisi biaya air, biaya jasa dokter dan
sebanyak 72 orang. perawat serta biaya lainnya.
Biaya satuan (unit cost) pelayanan Analisis konsumsi biaya direct
srikumsisi tracing di pelayanan sirkumsisi
Proses perhitungan biaya dapat dilihat dalam tabel berikut:
satuan (unit cost) pelayanan di

7
Tabel 1. Biaya Direct Tracing Pelayanan sirkumsisi Di Klinik Setia Budhi
Jambi
No. Jenis Biaya Jumlah Biaya(Rp)

1. Pelaksana 30.535
2. Peralatan 8.327
3. BHP 22.060
4. Kebersihan 2500
5. Listrik 350
Total Biaya Direct Tracing 63.772
Matrik EAD merupakan
Dari tabel di atas
sebuah matrik yang
menunjukkan jumlah biaya direct
menghubungkan antara suatu
tracing di pelayanan sirkumsisi
aktivitas dengan biaya. Untuk
adalah sebesar Rp. 63.772.
menghubungkan antara aktivitas
b. Identifikasi Biaya Driver Tracing
dengan produk digunakan matrik
Driver tracing merupakan
APD. Langkah-langkah untuk
suatu pembebanan biaya tidak
mengidentifikasi driver tracing
langsung ke aktivitas melalui
adalah sebagai berikut:
hubungan sebab akibat antara
1) Menentukan kategori biaya
sumber daya yang dikonsumsi
Kategori biaya dalam
dengan aktivitas yang ditimbulkan.
penelitian ini dikelompokkan
Matrik Expense-Activity-Dependence
menjadi 5 kategori biaya yang
(EAD) dan matrik Activity-Product-
ada di unit terkait yaitu di unit,
Dependence (APD) digunakan untuk
keperawatan, yanmed, rekam
mengidentifikasi biaya driver
medik, keuangan dan rumah
tracing. Kedua matrik ini adalah
tangga (IPSRS). Biaya yang
penelusuran secara tidak langsung
pertama adalah biaya tenaga
dengan cara menentukan pemicu
kerja yang meliputi biaya
biaya (cost driver) yang berasal dari
pegawai. Biaya pegawai ini
unit-unit penunjang yang tidak
sudah termasuk gaji, lembur,
secara langsung memproduksi
transport kedinasan, seragam,
produk atau jasa.
dana kesehatan, gizi, biaya

1
pendidikan dan latihan serta adalah biaya pelayanan. Biaya
insentif. Biaya yang kedua ini terdiri dari biaya kantor,
adalah biaya peralatan yang biaya kebersihan, biaya
terdiri dari biaya pemeliharaan pemeliharaan kendaraan dan
alat non medis serta biaya biaya depresiasi kendaraan.
depresiasi alat non medis. Biaya kantor disini terdiri dari
Kategori biaya yang ketiga biaya ATK, listrik, air dan biaya
adalah biaya bangunan. Biaya ini telepon. Kategori-kategori biaya
terdiri dari biaya pemeliharaan dapat dilihat dalam tabel di
dan depresiasi gedung. bawah ini:
Sedangkan biaya yang keempat
Tabel 2. Kategori Biaya dan Identifikasi Cost Driver

No. Kategori Biaya Cost (Rp) Cost Driver


Tenaga kerja :
1. Pegawai Rp 35.000.000 Jumlah
Pegawai
Peralatan :
2. Pemeliharaan alat non Rp 1.500.000 Jumlah Alat
medis
3. Depresiasi alat non medis Rp 2.400.000 Jumlah Alat
Bangunan :
4. Pemeliharaan gedung Rp 750.000 Luas lantai
5. Depresiasi gedung Rp 1.200.000 Luas lantai
Pelayanan :
6. Biaya kantor : Rp 1.050.000
a. Listrik Rp 900.000 KWH
b. ATK Rp 150.000 Jumlah Unit
7. Kebersihan Rp 900.000 Luas lantai
8. Pemeliharaan kendaraan Rp 1.000.000 Jumlah Unit
9. Depresiasi kendaraan Rp 1.200.000 Jumlah Unit
2) Mengidentifikasi aktivitas-
Dari tabel di atas
aktivitas utama
menunjukkan bahwa biaya
Cara yang digunakan
terbesar adalah biaya pegawai
untuk mengidentifikasi
yaitu sebesar Rp. 35.000.0000.
aktivitas-aktivitas utama adalah

2
dengan observasi serta melaksanakan aktivitas
wawancara. Informasi yang sekundernya, dibutuhkan
didapat dari observasi dan pemakaian biaya seperti biaya
wawancara digunakan untuk untuk pegawai, biaya
membuat suatu bagan aktivitas pemeliharaan dan depresiasi
yang terdiri dari aktivitas non medis, biaya kantor, serta
primer dan sekunder serta biaya-biaya lainnya untuk
dihubungkan dengan biaya yang mendukung terlaksananya
dikeluarkan. Aktivitas primer aktivitas tersebut. Aktivitas-
adalah aktivitas yang aktivitas tersebut kemudian
dikonsumsi oleh produk ditentukan pemicu biayanya
sedangkan aktivitas sekunder (cost driver). Setelah
adalah aktivitas yang menentukan cost driver maka
dikonsumsi oleh aktivitas dapat ditentukan konsumsi
primer, misalnya produk biaya-biaya tidak langsung
layanan keperawatan dengan (overhead). Identifikasi aktivitas
aktivitas sekundernya adalah primer di unit penunjang dan
mengikuti pelatihan dibidang cost drivernya dapat di lihat
keperawatan. Untuk pada tabel di bawah ini:
Tabel 3. Identifikasi Aktivitas Primer dan Cost Drivernya
No Aktivitas Cost Driver
1 Keperawatan Jumlah pasien
2 Yan Med Jumlah aktivitas
3 RM Jumlah pasien
4 Keuangan Jumlah pasien
5 RT,IPSRS Jumlah alat
Cost driver merupakan faktor
Setelah menentukan cost
yang dapat menerangkan
driver maka dapat
konsumsi biaya-biaya overhead.
ditemukannya konsumsi biaya-
Faktor ini menunjukkan suatu
biaya overhead, karena cost
penyebab utama tingkat
driver adalah suatu kejadian
aktivitas yang akan
yang dapat menimbulkan biaya.

2
menyebabkan biaya dalam (check-marks) berguna untuk
aktivitas-aktivitas selanjutnya. menentukan hubungan dari tiap
3) Menghubungkan aktivitas aktivitas yang ada dengan waktu
dengan biaya dengan membuat yang dibutuhkan dalam
matriks Expences Activity menyerap biaya-biaya yang ada.
Dependence (EAD). Setelah membuat tanda
Langkah ini centang, jumlah waktu yang
mengidentifikasikan aktivitas dibutuhkan oleh masing-masing
yang berkontribusi dengan aktivitas dalam menyerap biaya-
masing-masing biaya. Kategori biaya yang ada pada tiap unit
biaya dalam penelitian ini dibagi dengan total waktu yang
terbagi dalam 4 kategori yaitu ada. Contohnya, aktivitas
biaya tenaga kerja, biaya sekunder di unit keperawatan
peralatan, biaya gedung serta adalah mengikuti pelatihan
biaya pelayanan. Matrik EAD dibidang keperawatan. Waktu
memiliki 2 bagian yaitu lajur yang dibutuhkan dalam
dan kolom. Kategori biaya yang melakukan aktivitas ini adalah
telah ditentukan diletakkan di 60 menit. Kemudian waktu
bagian kolom dari matrik EAD, untuk melakukan aktivitas
sedangkan aktivitas-aktivitas tersebut dibagi dengan biaya-
diletakkan di bagian lajur dari biaya yang diserap pada bagian
matrik EAD. kolom dari matrik EAD. Waktu
4) Membuat tanda centang (check- yang didapat untuk masing-
marks) secara proporsional masing biaya yang diserap
dalam matrik EAD. dijumlahkan. Untuk
Setelah membuat mendapatkan nilai proporsi dari
matriks EAD, langkah aktivitas yang dilakukan di
selanjutnya adalah membuat keperawatan adalah dengan
tanda centang (check-marks) cara membagi waktu yang
yang diletakkan secara dibutuhkan pada masing-masing
proporsional. Tanda centang biaya yang diserap dengan total
2
waktu yang diserap oleh diserap yang terletak pada
keempat kategori biaya. kolom dari matrik EAD
Proporsi antara waktu dijumlahkan sampai mempunyai
melakukan aktivitas terhadap nilai satu.
masing-masing biaya yang
Tabel 4. Matriks EAD Proporsi waktu aktivitas dalam mengkonsumsi biaya
Tenaga Peralatan Bangunan Pelayanan
Kerja
Aktivitas
No. Pega Pemeliharaan Depresiasi Pemeli Depre Biaya Pegawai Pemeliharaan Depresiasi JUMLAH
Primer
wai alat non alat non haraan siasi kantor alat non alat non
medis medis gedung gedung medis medis
1 Keperawatan 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 0,19 1,73
2 YanMed 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,24 0,38 0,38 2,40
3 RM 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,19 0,19 0,84
4 Keuangan 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22 0 0 1,57
5 RT, IPSRS 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,28 0,25 0,25 2,46
Jumlah 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 1.00 9.00
5) Menentukan nilai rupiah keperawatan yaitu 0,19 (Tabel
terhadap aktivitas-aktivitas 4.4) dengan biaya pegawai
Langkah selanjutnya adalah sebesar Rp. 35.000.000 (Tabel
mengalikan nilai proporsi dari 4.2) sehingga didapatkan biaya
masing-masing aktivitas (tabel aktivitas di keperawatan
4.2) dengan total biaya yang sebesar Rp. 6.788.281 (tabel
telah ditetapkan. Contohnya, 4.5). Hasil dari perhitungan ini
untuk mendapatkan biaya pada adalah diperolehnya jumlah
aktivitas di keperawatan biaya yang dibutuhkan untuk
terhadap biaya pegawai adalah masing-masing aktivitas. Hasil
dengan cara mengalikan antara perhitungan dapat dilihat pada
proporsi waktu aktivitas di tabel di bawah ini:
Tabel 5. Total Biaya peraktivitas Hasil Perhitungan Matriks (EAD)
Tenaga Peralatan Bangunan Pelayanan
Kerja
Aktivitas Pe Pemeli Depre Pemeli Depre Biaya Clea Pemeli Depre
No. ga haraan siasi haraan siasi kantor ning haraan siasi JUMLAH
Primer
wai an alat alat gedung gedung ser ken ken
non non vice daraan daraan
medis medis

1 Keperawatan 6.788.281 290.926 465.482 145.463 232.741 203.648 174.556 187.500 225.000 8.713.597
2 YanMed 8.258.354 353.929 566.287 176.965 283.144 247.751 212.358 375.000 450.000 10.923.787
3 RM 2.306.718 98.859 158.175 49.430 79.087 69.202 59.316 187.500 225.000 3.233.287
4 Keuangan 7.860.569 336.882 539.010 168.441 269.505 235.817 202.129 - - 9.612.354

3
5 RT. IPSRS 9.786.078 419.403 671.045 209.702 335.523 293.582 251.642 250.000 300.000 12.516.975

JUMLAH 35.000.000 1.500.000 2.400.000 750.000 1.200.000 1.050.000 900.000 1.000.000 1.200.000 45.000.000
7) Membuat tanda centang (check-
Dari tabel di atas dapat
marks) secara proporsional
dilihat total biaya aktivitas pada
dalam matriks APD
masing-masing unit penunjang
Langkah selanjutnya
(cost center). Setelah didapatkan
adalah membuat tanda centang
total biaya tersebut kemudian
(check-marks) yang diletakkan
dilanjutkan dengan membuat
secara proporsional untuk
matriks APD.
menentukan hubungan aktivitas
6) Menghubungkan aktivitas
dengan produk jasa yang
dengan produk dengan
dihasilkan. Selanjutnya, tanda
membuat matriks Activity
centang digantikan dengan
Product Dependence (APD).
jumlah waktu yang dibutuhkan
Sebelum menentukan
oleh masing-masing aktivitas.
hubungan antara biaya yang
setelah itu, dihitung proporsi
dikonsumsi aktivitas per
masing-masing aktivitas dengan
produk, maka langkah awal
total waktu sampai diperoleh
yang dilakukan adalah
nilai 1 (satu). Sebagaimana
menentukan jumlah waktu yang
terlihat pada tabel berikut ini:
dibutuhkan aktivitas dalam
menghasilkan sebuah produk
layanan atau jasa.
Tabel 6. Proporsi Waktu Terhadap Produk Jasa
Polikilinik
No. Aktivitas Primer Conventional Couter Jumlah
IGD
2. Keperawatan 0,65 0,20 0,15 1
3. YANMED 0,65 0,20 0,15 1
4. Rekam Medik 0,65 0,20 0,15 1
5. Keuangan 0,65 0,20 0,15 1
6. RT, IPSRS 0,65 0,20 0,15 1
Jumlah 3,25 1 0,75 5

2
8) Menentukan nilai rupiah aktivitas pada hasil perhitungan
masing-masing produk matrik EAD sehingga diperoleh
Nilai rupiah dari biaya total biaya aktivitas per produk
setiap produk layanan dalam layanan. Pada penelitian ini
matrik diperoleh dari produk jasa yang dianalisis
perhitungan nilai proporsi hanya pada produk layanan unit
waktu setiap produk layanan sirkumsisi . Perhitungan matriks
pada matrik APD dikalikan APD dapat dilihat pada tabel di
dengan nilai rupiah total bawah ini:

Tabel 7. Total Biaya Hasil Perhitungan Matriks APD


Layanan
No, Aktivitas Primer
Conventional Couter
1 Keperawatan Rp 1.742.719 Rp 1.307.040
2 Yanmed Rp 2.184.757 Rp 1.638.568
3 Rekam Medik Rp 646.657 Rp 484.993
4 Keuangan Rp 1.922.471 Rp 1.441.853
5 Rumah Tangga Rp 2.503.395 Rp 1.877.546
JUMLAH Rp 9.000.000 Rp 6.750.000

Untuk mendapatkan nilai menggunakan M couter sehingga


driver tracing maka total biaya didapatkan nilai driver tracing
pada matriks APD tersebut untuk pelayanan sirkumsisi
dibagi dengan jumlah pasien sebesar Rp 176.471 untuk layanan
selama satu tahun yaitu M convenstional dan sebesar Rp
sebanyak 72 pasien terdiri dari 321.429 untuk layanan M couter.

51 pasien menggunakan layanan Perhitungannya dapat dilihat


M conventional dan 21 pasien pada tabel berikut ini:
Tabel 8. Perhitungan Driver Tracing

No Unit Jumlah Pasien Total Driver Driver


Selama 6 bulan Cost Tracing
(a) (b) (b/a)
1 Conventional 51 Rp 9.000.000 Rp 176.471
2 Couter 21 Rp 6.750.000 Rp 321.429

1
Hasil perhitungan driver penjumlahan direct tracing dan
tracing dengan menggunakan driver tracing pelayanan
langkah pendekatan matriks sirkumsisi di Klinik Setia Budi
EAD dan APD tersebut maka Jambi sebagaimana tergambar
didapatkan besaran nilai jasa pada tabel berikut:
sarana (unit cost) dari
Tabel 9. Hasil perhitungan unit cost di pelayanan sirkumsisi Klinik Setia
Budi Jambi
No Unit Direct Driver Unit Cost
Tracing (Rp) Tracing (Rp) (Rp)
1 Conventional Rp 176.471 Rp63.772 Rp 240.243
2 Couter Rp 321.429 Rp63.772 Rp 385.201

Dari hasil perhitungan 240.243 untuk layanan Metode


didapatkan bahwa unit cost atau convenstional dan sebesar Rp
jasa sarana pada pelayanan 385.201untuk layanan Metode couter.
sirkumsisi sebesar sebesar Rp Hasil perhitungan menujukkan bahwa
240.243 untuk layanan M unit cost pelayanan sirkumsisi dengan
convenstional dan sebesar Rp Metode Convensional sebesar Rp 250.000
385.201 untuk layanan M couter. lebih besar dari hasil perhitungan
menggunakan ABC yaitu sebesar Rp
PEMBAHASAN
240.243 dan pelayanan sirkumsisi dengan
Berdasarkan penelitian ini dapat Metode Couter sebesar Rp 375.000 lebih
diketahui bahwa unit cost yang dikenakan kecil dari hasil perhitungan menggunakan
oleh pihak Klinik Setia Budi Jambi untuk ABC yaitu sebesar Rp Rp 385.201.
pelayanan sirkumsisi dengan Metode
Convensional sebesar Rp 250.000 dan
Metode Couter sebesar Rp 375.000.
Sedangkan dari hasil perhitungan biaya
layanan sirkumsisi di Klinik Setia Budi
Jambi dengan menggunakan metode
Activity based cost (ABC) sebesar Rp

1
Tabel 10 Selisih antara unit cost klinik dengan perhitungan unit cost menggunakan metode
ABC

Metode pelayanan sirkumsisi M. Convensional M. Couter


Unit Cost yang berlaku di klinik Rp 250.000 Rp 375.000
Unit cost menggunakan ABC Rp 240.243 Rp 385.201
Selisih Unit cost Rp 9.757 Rp 10.201

Berdasarkan tabel di atas bahwa sirkumsisi merupakan layanan unggulan


unit cost di pelayanan sirkumsisi yang dari klinik Setia Budi Jambi.
diberlakukan oleh klinik untuk Metode Analisis biaya dengan metode ABC
Convensional sebesar Rp 250.000 dan (Activity Based Costing) yang dilakukan
Metode Couter sebesar Rp 375.000 berdasarkan cara8. cukup terstruktur dan
sedangkan perhitungan unit cost praktis. Meskipun dalam kasus ini cukup
menggunakan ABC sebesar Rp 240.243 sulit untuk menghitung biaya
untuk layanan Metode convenstional dan berdasarkan kategori yang sebenarnya.
sebesar Rp 385.201 untuk layanan Metode ABC (Activity Based
Metode couter. Perhitungan unit cost yang Costing) adalah metode yang
menggunakan metode ABC lebih rendah memfokuskan pada aktivitas, dimana
daripada unit cost pelayanan sirkumsisi adanya aktivitas diyakini sebagai
menggunakan Metode Convensional penyebab timbulnya biaya4. Biaya dalam
dengan selisih diantara kedua unit cost hubungannya dengan aktivitas dapat
adalah sebesar Rp 9.757 Bila digolongkan menjadi biaya langsung dan
dibandingkan dengan menggunakan biaya tidak langsung. Biaya langsung di
metode Metode Couter, perhitungan unit pelayanan sirkumsisi terdiri dari biaya
cost yang menggunakan metode ABC pegawai, biaya bahan habis pakai, biaya
lebih tinggi dengan selisih diantara kedua laundry, biaya penyusutan alat medis dan
unit cost adalah sebesar Rp 10.201. non medis serta biaya kebersihan yang
Berdasarkan data tersebut pihak dihitung melalui penelusuran langsung
manajemen klinik perlu mengevaluasi (direct tracing).
kembali harga pokok (unit cost) yang ada Biaya langsung ini akan meningkat
di pelayanan sirkumsisi karena pelayanan sebanding dengan jumlah jasa yang
dihasilkan. Bila jumlah pasien meningkat,

1
aktivitas juga akan meningkat, biaya ini menyebabkan dua perubahan radikal
meningkat seiring dengan peningkatan yang lain: (1) personel mengubah
pendapatan karena jumlah pasien yang orientasi pengelolaannya yang semula
dilayani. Sebaliknya, biaya tidak langsung tertuju kepencapaian tujuan fungsinya
dihitung melalui driver tracing dan berubah kepemuasaan kebutuhan
alokasi. Untuk ABC (Activity Based customer, (2) improvement berkelanjutan
Costing), menggunakan driver tracing terhadap aktivitas menjadi motivasi
yaitu penggunaan penggerak untuk personel dalam pengelolaan proses
pembebanan biaya. Pada penelitian ini, bisnis.9
yang termasuk biaya tidak langsung Metode ABC (Activity Based
adalah biaya listrik yang tergolong dalam Costing) dapat membantu untuk
biaya tidak tetap (biaya variabel), biaya mengurangi biaya yang tidak perlu secara
peralatan, biaya telepone, biaya air, biaya lebih efektif dan mengurangi biaya yang
kebersihan, biaya sanitasi, biaya tidak mempunyai nilai tambah bahkan
pemeliharaan, biaya bangunan dan biaya dapat menghapus biaya dari aktivitas
kantor. yang tidak perlu melalui analisis aktivitas.
Perhitungan biaya menggunakan Analisis aktivitas adalah proses
pendekatan sistem activity based costing pengidentifikasian, penjelasan dan
lebih akurat dalam menentukan struktur pengevaluasian aktivitas yang
biaya, karena pada sistem ABC biaya dilakukan.10 Analisis aktivitas seharusnya
dihitung sesuai dengan tindakan, kegiatan menghasilkan: 1) aktivitas apa yang
dan produk yang digunakan.9 dilakukan, 2) berapa banyak orang yang
ABC system merupakan system melakukan aktivitas, 3) waktu dan
informasi biaya yang mengubah cara yang sumber daya yang dibutuhkan untuk
digunakan manajemen dalam pengelolaan melakukan aktivitas dan 4) perhitungan
proses bisnis. Jika dalam manajemen nilai aktivitas.10
tradisional, pengelolaan proses bisnis
KESIMPULAN
dipecah-pecah kedalam fungsi, dengan
Sesuai dengan hasil penelitian
ABC system, pengelolaan proses bisnis
mengenai analisis perhitungan unit cost
dilaksanakan secara terpadu berbasis
pelayananan sirkumsisi di Klinik Setia
aktivitas. Pengelolaan berbasis aktivitas
2
Budi Jambi dengan menggunakan overhead pada masing-masing produk
pendekatan metode Activity Based Costing dibebankan pada banyak cost driver yaitu
(ABC), dapat disimpulkan bahwa : luas lantai, jumlah pasien, jumlah hari
Unit cost untuk pelayananan rawat inap, dan KWH, sehingga dalam
sirkumsisi di Klinik Setia Budi Jambi yang metode ABC telah mampu
dihitung menggunakan metode Activity mengalokasikan biaya aktivitas ke setiap
Based Costing System untuk tindakan pelayanan secara tepat.
Metode Couter lebih besar dibanding DAFTAR PUSTAKA
tindakan Metode Convensional.
Unit cost sirkumsisi sekarang yang 1. Sinclair, Constance. 2003. Buku Saku
Kebidanan. Jakarta: PenerbitBuku
berlaku di Klinik Setia Budi Jambi untuk
Kedokteran EGC
Metode Couter lebih besar dibanding 2. Chan, Yee-Ching Lilian. 1993.
Improving Hospital Cost Accounting
Metode Convevensional.
with Activity-Based Costing. Health
Perhitungan unit cost yang Cara Management Review, Vol 18(1),
71 – 77.
menggunakan metode ABC lebih rendah
3. Ahmed, Zaffar., Khan, Abdual Jabbar.,
daripada unit cost pelayanan sirkumsisi Bukhari, Warda., Ain, Noor-ul & Ali,
Maryam Hadi. 2011. Activity-Based
menggunakan Metode Convensional, bila
Costing Is It From Pain to Joy?.
dibandingkan dengan menggunakan International Conference on Economics
and Finance Research, Vol 4(2011),
Metode Couter, perhitungan unit cost yang
485 – 488.
menggunakan metode ABC lebih tinggi. 4. Mulyadi. 2007. Activity Based Cost
System. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Perbedaan selisih antara metode
5. Cagwin, Douglass & Bouwman,
Activity Based Costing (ABC) dan unit cost Marinus J. 2000. The Association
between Activity-Based Costing and
sekarang baik untuk sirkumsisi Metode
Improvement in Financial
Couter maupun Metode Convensional Performance. Paper. University of
Texas & University of Arkansas.
disebabkan karena : a.) pada metode
6. Trisnantoro, L. 2004. Memahami
akuntansi biaya tradisional biaya Penggunaan Ilmu Ekonomi dalam
Manajemen Rumah Sakit. Universitas
overhead pada masing-masing produk
Gadjah Mada. Yogyakarta.
hanya dibebankan pada satu atau dua cost 7. Stokoe, P. 1995. Strategic Pricing in
Indonesia Hospital. Lecture presented
driver saja, akibatnya cenderung terjadi
at UGM. Yogyakarta.
distorsi pada pembebanan biaya 8. Roztocki, Narcyz. 2004. A Procedure
for Smooth Implementation of
overhead. b.) pada metode ABC biaya
3
Activity Based Costing in Small
Companies. Engineering Management
Journal. American Society for
Engineering Management. Vol 16 (4),
1 – 10.
9. Lievens, Y, Bogaert, W.V., Kesteloot, K,
2003, Activity Based Costing: A
Practical Model For Cost Calculation In
Radiotherapy, Int Journal Radiation
Oncology, University Hospitals
Leuven, Belgium.
10. Hansen, D. R., dan M. M. Mowen 2006.
7th Edition. Management Accounting.
Thomson: Southwestern Publishing,
Co.

Anda mungkin juga menyukai