Ekstraksi
Ekstraksi
1 Latar Belakang
Indonesia memiliki peluang yang
pontesial dalam pencarian sumber obat
baru dari bahan alam. Negara tropis
yang kaya sumber daya hayati ini
memilik sekitar 30.000 spesies tumbuhan
dan kurang lebih 7.000 spesies di
antaranya yang baru diketahui sebagai
tanaman berkhasiat obat.
Berdasarkan pengalaman empiris
tanaman daun jambu biji oleh
masyarakat digunakan untuk suplemen
diet, diare, antioksidan, antinflamasi dan
antihipertensi sebagai zat kimia yang
ditambahkan sedikit untuk makanan dan
industri kecil, oleh sebab itu digunakan
dalam obat tradisional untuk mengatasi
berbagai gangguang kesehatan dan
sebagai bahan baku industri.
Dalam proses ektraksi suatu bahan
tanaman, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kandungan senyawa
hasil ektraksi diantaranya : jenis pelarut,
konsentrasi pelarut, metode ektraksi dan
suhu yang digunakan untuk
mengekstraksi. Pada pengujian yang
dilakukan menggunakan metanol dengan
dua macam metode ektraksi yaitu
pengadukan (dingin) dan reflux (panas).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Maserasi
Metode maserasi merupakan cara
penyarian yang sederhana, yang
dilakukan dengan cara merendam
serbuk simplisia dalam cairan penyari
selama beberapa hari pada temperatur
kamar terlindung dari cahaya
(Adrian,2000).
Metode maserasi digunakan untuk
menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam
cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin (Adrian, 2000).
Maserasi umumnya dilakukan dengan
cara : memasukkan simplisia yang sudah
diserbukkan dengan derajat halus
tertentu sebanyak 10 bagian ke dalam
bejana maserasi yang dilengkapi
pengaduk mekanik, kemudian
ditambahkan 75 bagian cairan penyari
ditutup dan dibiarkan selama 3 hari pada
temperatur kamar terlindung dari cahaya
sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 3
hari, disaring kedalam dalam bejana
penampung, kemudian ampasnya
diperas dan ditambah cairan penyari lagi
secukupnya dan diaduk kemudian
disaring lagi hingga diperoleh sari 100
bagian. Sari yang diperoleh ditutup dan
disimpan pada tempat yang terlindung
dari cahaya selama 2 hari, endapan yang
terbentuk dipisahkan dan filtratnya
dipekatkan (Adrian, 2000).
Keuntungan cara penyarian dengan
maserasi adalah cara pengerjaan dan
peralatan yang digunakan sederhana
dan mudah diusahakan (Adrian, 2000).
Kerugian cara maserasi adalah
pengerjaannya lama dan penyariannya
kurang sempurna (Adrian, 2000).
Maserasi dapat dilakukan modifikasi
misalnya (Adrian, 2000):
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan
menggunakan pemanasan lemah, yaitu
pada suhu 40 – 50oC. Cara maserasi ini
hanya dapat dilakukan untuk simplisia
yang zat aktifnya tahan terhadap
pemanasan. Dengan pemanasan akan
diperoleh keuntungan antara lain
kekentalan pelarut berkurang, yang
dapat mengakibatkan berkurangnya
lapisan-lapisan batas, daya melarutkan
cairan penyari akan meningkat, sehingga
pemanasan tersebut mempunyai
pengaruh yang sama dengan
pengadukan, koefisien difusi berbanding
lurus dengan suhu absolut dan
berbanding terbalik dengan kekentalan,
hingga kenaikan suhu akan berpengaruh
pada kecepatan difusi. Umumnya
kelarutan zat aktif akan meningkat bila
suhu dinaikkan.
2. Maserasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk yang
berputar terus- menerus, waktu proses
maserasi dapat dipersingkat menjadi 6
sampai 24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi 2. Seluruh serbuk
simplisia dimaserasi dengan cairan
penyari pertama, sesudah
dienaptuangkan dan diperas, ampas
dimaserasi lagi dengan cairan penyari
yang kedua.
4. Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan
mengusahakan agar cairan penyari
selalu bergerak dan menyebar. Dengan
cara ini penyari selalu mengalir kembali
secara berkesinambungan
melalui serbuk simplisia dan
melarutkan zat aktifnya. Keuntungan
cara ini :
1. Aliran cairan penyari mengurangi
lapisan batas.
2. Cairan penyari akan didistribusikan
secara seragam, sehingga akan
memperkecil kepekatan setempat.
3. Waktu yang diperlukan lebih pendek.
5. Maserasi melingkar bertingkat
Pada maserasi melingkar penyarian tidak
dapat dilaksanakan secara sempurna,
karena pemindahan massa akan
berhenti bila keseimbangan telah terjadi.
Masalah ini dapat diatas dengan
maserasi melingkar bertingkat.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah cara penyarian yang
dilakukan dengan mengalirkan cairan
penyari melalui serbuk simplisia yang
telah dibasahi. Kekuatan yang berperan
pada perkolasi antara lain : gaya berat,
kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya
kapiler dan daya gesekan (friksi) (Tobo,
2001).
Alat yang digunakan untuk perkolasi
disebut perkolator, cairan yang
digunakan untuk menyari disebut cairan
penyari atau menstrum, larutan zat aktif
yang keluar dari perkolator disebut
sari/perkolat, sedang sisa setelah
dilakukannnya penyarian disebut ampas
atau sisa perkolasi(Tobo, 2001).
Kecuali dinyatakan lain, perkolasi
dilakukan sebagai berikut : 10 bagian
simplisia atau campuran simplisia
dengan derajat halus yang cocok
dibasahi dengan 2,5 bagian sampai 5
bagian cairan penyari, lalu dimasukkan
ke dalam bejana tertutup sekurang-
kurangnya selama 3 jam. Massa
dipindahkan sedikit demi sedikit ke
dalam perkolator sambil tiap kali ditekan
hati-hati, dituangi dengan cairan penyari
secukupnya sambil cairan mulai menetes
dan di atas simplisia masih terdapat
selapis cairan penyari. Lalu perkolator
ditutup dan dibiarkan selama 24
jam (Tobo, 2001).
Cara perkolator lebih baik
dibandingkan dengan cara maserasi
karena(Tobo, 2001) :
a. Aliran cairan penyari menyebabkan
adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentasinya lebih
rendah, sehingga meningkatkan derajat
perbedaan konsentrasi.
1. Maserasi
Maserasi dilakukan dengan cara
memasukkan serbuk simplisia dengan
derajat halus tertentu sebanyak 10
bagian kedalam bejana maserasi
(toples), kemudian ditambah 75 bagian
cairan penyari, ditutup dan dibiarkan
selama 3 hari pada temperatur kamar
terlindung dari cahaya, sambil berulang-
ulang diaduk. Setelah 3 hari, disa
ring kedalam bejana penampung,
kemudian ampas diperas dan ditambah
cairan penyari lagi secukupnya dan
diaduk kemudian disaring lagi sehingga
diperoleh sari 100 bagian. Sari yang
diperoleh ditutup dan disimpan pada
tempat yang terlindung dari cahaya
selama 3 hari, endapan yang terbentuk
dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.
2. Perkolasi
Simplisia atau bahan yang dikstraksi
secara perkolasi diserbuk dengan derajat
halus yang sesuai dan ditimbang
kemudian dirnaserasi selama 3 jam,
kemudian massa dipindahkan ke dalam
perkolator dan cairan penyari
ditambahkan hingga selapis di atas
diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan
kemudian dilakukan pengujian.
3. Refluks
Bahan yang akan diekstraksi
direndam dalam cairan penyari dalam
labu alas bulat yang dilengkapi dengan
pendingin tegak, kemudian dipanaskan
sampai mendidih cairan penyari akan
menguap, uap tersebut diembunkan oleh
pendingin tegak dan turun kembali
menyari zat aktif dalam simplisia
demikian seterusnya. Ekstraksi secara
refluks biasanya dilakukan selama 3 - 4
jam.
4. Soxhlet
Sampel atau bahan yang akan
diekstraksi terlebih dahulu disebukkan
dan ditimbang kemudian dimasukkan ke
dalam klonsong yang telah dilapisi kertas
saring sedemikian rupa (tinggi sample
dalam klonsong tidak boleh lebih tinggi
dari pipa siphon). Selanjutnya labu alas
bulat diisi dengan cairan penyari yang
sesuai, kemudian ditempatkan di atas
water bath atau heating mantel dan
diklem dengan kuat, kemudian klonsong
yang telah diisi sample dipasang pada
labu alas bulat yang dikuatkan dengan
klem, dan cairan penyari ditambahkan
untuk membasahi sample yang ada
dalam klonsong (diusahakan tidak terjadi
sirkulasi). Ekstrak yang diperoleh
dikumpulkan dan dipekatkan pada alat
rotavapor.
5. Destilasi Uap Air
Sampel yang telah diekstraksi
direndam di dalam gelas kimia selama 3
jam, setelah itu dimasukkan ke dalam
bejana II, bejana I diisi dengan air dan
pipa penyambung serta kondensor dan
penampung corong pisah dipasang
dengan kuat. Api bunsen pada bejana I
dinyalakan sehingga airnya mendidih
dan diperoleh uap air yang selanjutnya
masuk ke dalam bejana II melalui pipa
penghubung untuk menyari sampel
dengan adanya bantuan api kecil pada
bejana II, minyak menguap yang telah
terisi selanjutnya menguap ini mengalami
kondensasi menjadi molekul molekul
minyak menguap yang menetes ke
dalam corong pisah penampung yang
telah berisi air. Lapisan minyak menguap
dan air dipisahkan dan dilakukan
pengujian berikutnya.
BAB III
PROSEDUR KERJA