Anda di halaman 1dari 18

LAMPIRAN 4 PENAWARAN

NAMA SATKER : PELAKSANAAN JALAN NASIONAL WILAYAH I PROVINSI KALIMANTAN BARAT

NAMA PAKET : PENGGANTIAN JEMBATAN SEI. GARAM Cs

PENYEDIA JASA : PT. DAMAI CITRA MANDIRI

A. GAMBARAN UMUM

Metode pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai kerangka acuan system pelaksanaan pekerjaan dilapangan, guna
tercapainya efektifitas dan efesiensi kerja secara tepat waktu, tepat biaya dan tepat mutu. Metode pelaksanaan setiap
jenis pekerjaan harus mempertimbangkan kemudahan dan tingkat keselamatan dan keamanan; baik keselamatan
pekerja maupun keselamatan konstruksi itu sendiri. Metode pelaksanaan harus logis, realistik dan mudah
dilaksanakan. Penyesuaian pelaksanaan pekerjaan dilapangan harus dilakukan dengan pengarahan dan persetujuan
Direksi Pekerjaan. Pada Tahap awal sebelum pelaksanaan, dibuat suatu rencana penanganan dengan
mempertimbangkan kondisi lapangan, ketersediaan sumber daya dan jangka waktu pelaksanaan. Mengingat lokasi
pekerjaan ini berada pada jalan negara dengan kepadatan lalu lintas cukup tinggi dan dilewati kenderaan-kenderaan
berat, maka perlu untuk mempertimbangkan cara penanganan yang efisien dan efektif dan meminimalkan faktor
kesulitan pelaksanaan, keselamatan kerja dan keamanan lalu lintas.

Dengan jadwal pelaksanaan yang telah tersusun sedemikian rupa, termasuk telah memperhitungkan factor-faktor
penghambat, perlu dibuat rencana pengendalian pelaksanaan sehingga pekerjaan ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Jadwal pengadaan material dan peralatan menjadi begitu penting untuk diperhatikan agar pekerjaan dapat berjalan
konsisten dan simultan, sehingga waktu penyelesaian dapat terealisasi seseuai rencana.

B. METODE PELAKSANAAN

 GALIAN STRUKTUR 0 – 2 M
Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam
gambar untuk struktur. Galian Struktur terbatas untuk galian lantai kerja pondasi jembatan, tembok penahan tanah
beton, dan struktur pemikul beban lainnya selain yang disebut dalam Spesifikasi ini

Pemanfaatan kembali hasil galian harus mendapat persetujuan Direksi pekerjaan.

Galian dibuat sedemikian rupa sehingga mampu menahan beban disekitarnya seperti pekerja, mesin-mesin, struktur.

Penggalian harus dilaksanakan menurut elevasi yang ditentukan dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan
dan harus mencakup pembuangan semua material/bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu
bata, beton, pasangan batu, bahan organik dan bahan perkerasan lama.

Bahan hasil galian yang tidak memenuhi syarat harus dibuang diluar lokasi pekerjaan.

Selama masa pekerjaan penggalian keselamatan pengguna jalan harus diperhatikan dengan pemasangan rambu – rambu
pengaman.
 TIMBUNAN BIASA
Pekerjaan ini mencakup pengadaan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang
disetujui untuk pembuatan timbunan, untuk penimbunan kembali lokasi galian yang diperlukan guna membentuk dimensi
timbunan sesuai dengan elevasi penampang melintang yang disyaratkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Timbunan pilihan berbutir harus digunakan sebagai lapisan penopang (capping layer) pada tanah lunak yang
mempunyai CBR lapangan kurang 2% yang tidak dapat ditingkatkan dengan pemadatan atau stabilisasi, dan diatas
tanah rawa, daerah berair dan lokasi-lokasi serupa dimana bahan Timbunan Biasa tidak dapat dipadatkan dengan
memuaskan.

Baik timbunan biasa digunakan untuk penimbunan kembali pada abutmen dan dinding penahan tanah serta daerah
kritis lainnya yang memiliki jangkauan terbatas untuk pemadatan dengan alat sebagaimana ditunjukkan dalam gambar
atau bilamana diperintahkan atau disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

Alat yang digunakan


Dump Truk untuk mengangkut material ke lokasi pekerjaan
Motor Greader untuk menghampar dan meratakan material timbunan
Vibrator Roller untuk memadatkan material yang telah diratakan
Exavator untuk memuat urugan ke dalam dump truk di quarry
Water tenker untuk menyiran hamparan material yang kadar airnya kurang dari kadar air optimum.

Pelaksanaan
Mengangkut material timbunan ke lokasi pekerjaan dari quaary
Menempatkan timbunan ke permukaan yang telah disiapkan dalam lapisan yang merata setebal ± 20 cm
Memadatkan setiap lapis timbunan dengan peralatan pemadat untuk mencapai kepadatan yang syaratkan
Memadatkan mulai dari tepid an bergerak menuju kearah sumbu jalan
Melakukan pengamatan secara visual kepadatan, setelah nyakin benar – benar pada maka lakukan tes kepadatan
dilapangan dengan alat sand cone jika sudah memenuhi syarat maka maka lakukan penimbunan untuk lapisan
berikutnya dengan cara yang sama sampai elevasi yang ditentukan.

Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah


 Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm dibawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari
kepadatan kering maximum sesuai SNI 03-1742-1989
 Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 100 % dari
kepadatan kering maximum.
 Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan

 PENYIAPAN BADAN JALAN


Pada daerah oprit jembatan setelah selesai pekerjaan struktur jembatan dan pekerjaan timbunan tanah, kemudian
dapat dilanjutkan dengan pekerjaan penyiapan badan jalan sebelum dilanjutkan dengan pekerjaan lapis pondasi
agregat. Penyiapan badan jalan menggunakan motor grader dan dipadatkan dengan vibrator roller sampai didapatkan
kepadatan yang sesuai spesifikasi teknis yang disyaratkan.

Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan permukaan tanah dasar atau permukaan jalan lama
untuk penghamparan Lapis Pondasi Agregat di daerah jalur lalu lintas
pekerjaan dapat juga mencakup perataan berat dengan motor grader untuk perbaikan bentuk dengan atau tanpa
penggaruan dan tanpa penambahan bahan baru.
Alat yang digunakan
Motor Greader untuk menghampar dan meratakan material hasil galian / timbunan
Vibrator Roller untuk memadatkan permukaan yang diratakan

Pelaksanaan
 Menentukan batas-batas lokasi pekerjaan sesuai dengan gambar kerja.
 Membersihkan lokasi kerja dari pepohonan, semak belukar / rumput liar, bangunan-bangunan yang berada dalam
jalur badan jalan tersebut.
 Meratakan permukaan tanah dasar tersebut dengan motor greader dipadatkan dengan vibrator roller sampai
didapatkan kepadatan yang sesuai spesifikasi teknis yang disyaratkan.
 Untuk penyiapan badan jalan pada daerah galian dilaksanakan sesuai dengan pasal 3.1.2.1) dari Spesifikasi ini
 Tanah dasar dipadatkan sesuai dengan ketentuan yang relevan dari pasal 3.2.3.3 dari spesifikasi.
 Untuk daerah timbunan harus dihampar dan dipadatkan seperti diatas
 Daya dukung tanah dasar di daerah galian ≥ 6 % jika tidak disebutkan
Nilai CBR untuk tanah dasar

 LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS A, B DAN S


Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan, penghamparan, pembasahan dan pemadatan
agregat di atas permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detil yang ditunjukkan dalam
Gambar atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan, dan memelihara lapis pondasi agregat yang telah selesai
sesuai dengan yang disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi, bila perlu, pemecahan, pengayakan, pemisahan,
pencampuran dan operasi lainnya yang perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi ketentuan dari
Spesifikasi ini.

Gradasi untuk Lapis Pondasi Agregat harus memenuhi seperti table dibawah ini

Tabel 5.1.2 (1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat


Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
ASTM (mm) Kelas A Kelas B Kelas S
2” 50 100
1 ½” 37,5 100 88 - 95
1“ 25,0 79 - 85 70 - 85 89 - 100
3/8” 9,50 44 - 58 30 - 65 55 - 90
No.4 4,75 29 - 44 25 - 55 40 - 75
No.10 2,0 17 - 30 15 - 40 26 - 59
No.40 0,425 7 - 17 8 - 20 12 - 33
No.200 0,075 2-8 2-8 4 - 22

Tabel 5.1.2(2) Sifat – sifat Lapis Pondasi Agregat


Sifat – sifat Kelas A Kelas B Kelas S
Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 2417:2008) 0 - 40 % 0 - 40 % 0 - 40 %
Indek Plastisitas (SNI 1966:2008) 0-6 0 - 10 4 – 15
Hasil kali Indek Plastisitas dng. % Lolos Ayakan maks. 25 - -
No.200
Batas Cair (SNI 1967:2008) 0 - 25 0 - 35 0 – 35
Bagian Yang Lunak (SNI 03-4141-1996) 0-5% 0-5% 0-5%
CBR (SNI 03-1744-1989) min.90 % min.60 % min.50 %
Batas tolernasi kerataan / ketebalan Lapis Pondasi Agregat seperti pada Tabel 5.1.1.(1) Toleransi Elevasi Permukaan
Relatif Terhadap Elevasi Rencana

Alat yang digunakan


Wheel Loader untuk mencampur dan memuat material Lapis Pondasi Agregat ke dalam dump truk
Dump Truk untuk mengangkut material ke lokasi tujuan
Motor greader untuk menghampar dan meratakan Lapis Pondasi Agregat sampai elevasi yang ditentukan dan dibantu
dengan alat bantu.
Water Tangker untuk membasahi material Lapis Pondasi Agregat untuk mencapai kadar air optimum
Vibrator Roller untuk memadatkan Lapis Pondasi Agregat

Pelaksanaan

Pencampuran dan Penghamparan


Pencampuran bahan harus dikerjakan di instalasi di lokasi pemecah batu atau tempat yang disetujui dengan
komposis yang benar / sesuai dengan JMF.
Sebelum dilakukan penghamparan terlebih dahulu penyiapan tanah dasar atau perbaikan - perbaiakan yang
diperlukan
Lokasi yang disiapkan untuk pekerjaan Lapis Pondasi Agregat harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
Pekerjaan paling sedikit 100 M
Lapis Pondasi Agregat yang sudah siap, diangkut dengan dump truk dan dihampar secara merata pada rentang
kadar air yang telah disyaratkan, jika cuaca yang sangat panas sehingga menyebabkan kadar air tidak sesuai dengan
yang disyaratkan maka dilakukan menyemprotan secara merata dengan water tangker sampai mencapai kadar air
yang disyaratkan
Kadar air dalam campuran / bahan harus tersebar secara merata
Setiap lapisan yang dihampar secara merata sehingga menghasilkan tebal padat sesuai yang telah ditentukan dalam
batas toleransi
Penghamparan harus selalu memperhatikan sehingga tidak terjadi segresi antara partikel - partikel agregat kasar dan
agregat halus. Bahan yang bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti dengan bahan yang lebih baik.
Tebal padat minimum untuk pelaksanaan setiap lapisan harus dua kali ukukran terbesar agregat lapis pondasi. Tebal
padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan

Pemadatan
Segera setelah penghamparan dilakukan pemadatan secara menyeluruh dan merata dengan alat pemadat yang
sesuai dan memadai sehingga menghasilkan kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering maksimum
modifikasi seperti yang ditentukan oleh SNI 1743 - 2008 metode D
Bila mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan kerusakan atau degredasi berlebihan dari lapis pondasi
agregat maka direksi pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin gilas beroda karet untuk pemadatan
akhir.
Pemadatan dilakukan pada rentang kadar air optimu yaitu -3% sampai 1% dari kadar air optimum
Pengilasan dilakukan dari tepi dan bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan arah memanjang jalan dan
pada bagian superelevasi pengilasan dilakukan dimulai dari bagian yang rendah sampai pada bagian yang lebih
tinggi
Operasi pengilasan dilakukan sampai seluruh bekas roda hilang secara keseluruhan dan lapis pondasi agregat
terpadatkan secara merata.
Tempat - tempat yang tidak terjangkau oleh mesin gilas harus dipadatkan dengan mesin gilas timbris mekanis
atau alat pemadat lainnya yang disetujui
Kendali Mutu
Pengendalian penyiapan tanah dasar seperti diatas
Sumber material, pengambilan contoh bahan dan pengiriman contoh bahan harus mendapat persetujuan Direksi
Pekerjaan
Pengendalian kadar air pada saat pencampuran
Pencampuran Lapis Pondasi Agregat berpedoman dari hasil JMF
Pengendalian kadar air pada saat penghamparan
Melakukan Trial dilapangan
Pengendalian Pemadatan
Pengendalian homogenitas dari Lapis Pondasi Agregat
Pengendalian ketebalan Lapis Pondasi Agregat
Pengujian kepadatan dilakukan setiap ≤ 200 M
Lakukan test kepadatan dengan menggunakan Sand Cone Test hingga mencapai 100 % kepadatan kering maximum.

 LAPIS RESAP PENGIKAT


Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada permukaan yang telah disiapkan
sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas
permukaan pondasi tanpa bahan pengikat aspal atau semen (misalnya Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis
Perekat harus dihampar di atas permukaan berbahan pengikat semen atau aspal(seperti Semen Tanah, RCC, CTB,
Perkerasan Beton, Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dll).

Alat yang digunakan


Air Compressor untuk membersihkan permukaan yang akan dilabur
Aspal sprayer untuk menyemprotkan aspal ke atas permukaan yang akan dilabur.

Bahan
Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini :
 Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow setting) yang memenuhi SNI 03-4798-
1998.
 Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen).,
perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan pertama harus dari 80 – 85 bagian minyak per 100 bagian
aspal semen (80 pph – 85 pph).

Pelaksanaan
Lapis Resap Pengikat : 0,4 – 1,3 liter per m2 untuk Lapis Pondasi Agregat tanpa bahan pengikat
Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau kompresor
atau kombinasi keduanya. Bilamana peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih,
penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.

Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan disemprot.

Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas Lapis Pondasi Agregat Kelas A, permukaan akhir yang telah disapu
harus rata, rapat, bermosaik agregat kasar dan halus, permukaan yang hanya mengandung agregat halus tidak akan
diterima.

 LAPIS PEREKAT
Alat yang digunakan
Air Compressor untuk membersihkan permukaan yang akan dilabur
Aspal sprayer untuk menyemprotkan aspal ke atas permukaan yang akan dilabur.
Bahan
Aspal emulsi reaksi cepat (rapid setting) yang memenuhi ketentuan SNI 03-6932-2002 atau SNI 03-4798-1998.
Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan AASHTO M20, diencerkan dengan 25 - 30
bagian minyak tanah per 100 bagian aspal (25 pph – 30 pph).

Pelaksanaan

Lapis Perekat : sesuai dengan jenis permukaan dan jenis aspal yang dipakai seperti table dibawah ini
Takaran (liter per meter persegi) pada
Jenis Aspal Permukaan Baru Permukan Porous Permukaan
atau Aspal atau dan Terekpos Berbahan
Beton Lama Yang Cuaca Pengikat Semen
Licin
Aspal Cair 0,15 0,15 - 0,35 0,2 – 1,0
Aspal Emulsi 0,20 0,20 - 0,50 0,2 – 1,0
Aspal Emulsi 0,40 0,40 - 1,00 0,4 – 2,0
yang diencerkan
(1:1)
Aspal Emulsi 0,20 0,20 - 0,50 0,2 – 1,0
Modifikasi

Temperatur penyemprotan
Jenis Aspal Rentang Suhu Penyemprotan
Aspal cair, 25-30 pph minyak tanah 110 ± 10 ºC
Aspal cair, 80-85 pph minyak tanah 45 ± 10 ºC
(MC-30)
Aspal emulsi, emulsi modifikasi atau Tidak dipanaskan
aspal emulsi yang diencerkan

 LATASTON LAPISAN AUS (HRS BASE)


Pekerjaan ini mencakup pengadaan lapisan padat yang awet berupa lapis perata, lapis pondasi atau lapis aus
campuran beraspal panas yang terdiri dari agregat dan bahan aspal yang dicampur secara panas di pusat instalasi
pencampuran, serta menghampar dan memadatkan campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan yang
telah disiapkan sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian dan potongan memanjang yang
ditunjukkan dalam Gambar Rencana.

Alat yang digunakan


 Wheel Loader : untuk memindahkan agregat batu pecah dan pasir (abubatu) dari Quarry
material ke dalam hoper cold bin pada AMP
 Dump Truck 3-4 m3 : untuk mengangkut HRS Base dari AMP ke lokasi penghamparan
 Asphalt Mixing Plant (AMP) : pusat pencampuran aspal.
 Asphalt Finisher : untuk pembentuk dan penghampar HRS Base dan WC
 Tandem Roller : untuk pemadatan awal (break down rolling) dan pemadatan akhir (finishing
rolling).
 Pneumatic Tired Roller : untuk pemadatan antara (intermediate rolling)

Lapis Tipis Aspal Beton (Lataston) yang selanjutnya disebut HRS,

Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, maka campuran harus dirancang sampai memenuhi semua ketentuan
antara lain :
 Ukuran agregat kasar adalah 19 mm
 HRS-Base mempunyai proporsi fraksi agregat kasar lebih besar
 Gradasi yang benar-benar senjang.
 Agar diperoleh gradasi yang benar – benar senjang, maka selalu dilakukan pencampuran pasir halus dengan
agregat pecah mesin.
 Abrasi maximum 40 % seperti pada tabel dibawah ini.
 Sisa rongga udara pada kepadatan membal harus memenuhi ketntuan yang dalam spesifikasi
 Kelekatan agregat terhadap aspal min 95 %
 Ketentuan lain sesuai dengan spesifikasi.
Tabel 6.3.1.(1) Tebal Nominal Minimum Campuran beraspal

Tebal Nominal
Jenis Campuran Simbol
Minimum (cm)
Latasir Kelas A SS-A 1,5
Latasir Kelas B SS-B 2,0
Lataston Lapis Aus HRS-WC 3,0
Lapis Pondasi HRS-Base 3,5
Laston Lapis Aus AC-WC 4,0
Lapis Antara AC-BC 6,0
Lapis Pondasi AC-Base 7,5

Tabel 6.3.2.(1a) Ketentuan Agregat Kasar


Pengujian Standar Nilai
Kekekalan bentuk agregat terhadap larutan natrium
SNI 3407:2008 Maks.12 %
dan magnesium sulfat
Abrasi dengan mesin Campuran AC bergradasi
SNI 2417:2008 Maks. 30%
Los Angeles kasar
Semua jenis campuran
Maks. 40%
aspal bergradasi lainnya
Kelekatan agregat terhadap aspal SNI 03-2439-1991 Min. 95 %
Angularitas (kedalaman dari permukaan <10 cm) DoT’s
95/90 1
Pennsylvania
Angularitas (kedalaman dari permukaan ≥ 10 cm) Test Method, 80/75 1
PTM No.621
Partikel Pipih dan Lonjong ASTM D4791
Maks. 10 %
Perbandingan 1 :5
Material lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142-1996
Maks. 1 %
Tabel 6.3.2.(2a) Ketentuan Agregat Halus
Pengujian Standar Nilai
Nilai Setara Pasir SNI 03-4428-1997 Min 50% untuk SS, HRS dan AC
bergradasi Halus
Min 70% untuk AC bergradasi
kasar
Material Lolos Ayakan No. 200 SNI 03-4428-1997 Maks. 8%
Kadar Lempung SNI 3423 : 2008 Maks 1%
Angularitas (kedalaman dari
Min. 45
permukaan < 10 cm) AASHTO TP-33 atau
Angularitas (kedalaman dari ASTM C1252-93
Min. 40
permukaan  10 cm)

Tabel 6.3.2.3 Amplop Gradasi Agregat Gabungan Untuk Campuran Aspal

% Berat Yang Lolos terhadap Total Agregat dalam Campuran

Ukuran Ayakan LATASTON (HRS)

(mm) GRADASI SENJANG GRADASI SENJANG

WC BASE WC BASE

37,5

25

19 100 100 100 100

12,5 90 - 100 90 - 100 87 - 100 90 - 100

9,5 75 - 85 65 - 90 55 - 88 55 - 70

4,75

2,36 50 – 723 35 - 553 50 – 62 32 - 44

1,18

0,600 35 - 60 15 - 35 20 – 45 15 - 35

0,300 15 – 35 5 - 35

0,150

0,075 6 - 10 2-9 6 – 10 4-8


Aspal
Aspal yang digunakan adalah sesuai dengan tabel 6.3.2 (5) bahan pengikat ini dicampur dengan agregat sehingga
menghasilkan campuran beraspal sebagaimana mestinya sesuai dengan yang diisyaratkan dalam tabel 6.3.3.(1a), 6.3.3 (1b),
6.3.3 (1c) dan 6.3.3 (1d) dari Spesifikasi sesuai yang relevan

Campuran aspal harus memenuhi salah satu ketentuan dalam tabel 6.3.3 (1a) sampai dengan tabel 6.3.3 (1d).

Kadar Aspal.
Kadar aspal harus sesuai dengan Rumusan Campuran Kerja.
Toleransi Komposisi Campuran.
Kombinasi aggregat yang lolos :
Saringan >= 2.36 mm : +/- 5,0 %
Antara 2,36 mm dan 0.075 mm : +- 3,0 %
No. 100 : +/- 2,0 %
No. 200 : +/- 1.5 %
Kadar aspal terhadap berat total campuran : +/- 0,3 %

Toleransi Temperatur.
Bahan yang keluar dari AMP : +/- 5oC
Bahan yang dikirim ke tempat penghamparan : +/- 10oC
Viskositas dan temperatur aspal untuk pencampuran dan pemadatan seperti dalam dalam spesifikasi tabel 6.3.5.1
Tabel 6.3.3.(1b) Ketentuan Sifat-sifat Campuran Lataston

Lataston

Lapis Aus Lapis Pondasi

Sifat-sifat Campuran Senjang Semi Semi


Senjang
Senjang Senjang

Kadar aspal efektif (%) Min 5,9 5,9 5,5 5,5

Penyerapan aspal (%) Maks. 1,7

Jumlah tumbukan per bidang 75

Min. 4,0
Rongga dalam campuran (%) (2)
Maks. 6,0

Rongga dalam Agregat (VMA) (%) Min. 18 17

Rongga terisi aspal (%) Min. 68


Stabilitas Marshall (kg) Min. 800

Pelelehan (mm) Min 3

Marshall Quotient (kg/mm) Min. 250

Stabilitas Marshall Sisa (%) setelah


perendaman selama 24 jam, 60 ºC (3) Min. 90

Rongga dalam campuran (%) pada


Min. 3
Kepadatan membal (refusal) (4)

Tabel 6.3.3.(2) Toleransi Komposisi Campuran :

Agregat Gabungan Toleransi Komposisi Campuran


Sama atau lebih besar dari 2,36 mm ± 5 % berat total agregat
Lolos ayakan 2,36 mm sampai No.50 ± 3 % berat total agregat
Lolos ayakan No.100 dan tertahan No.200 ± 2 % berat total agregat
Lolos ayakan No.200 ± 1 % berat total agregat

Kadar aspal Toleransi


Kadar aspal ± 0,3 % berat total campuran

Temperatur Campuran Toleransi

Bahan meninggalkan AMP dan dikirim ke tempat - 10 ºC dari temperatur campuran


penghamparan beraspal di truk saat keluar dari
AMP

Tabel 6.3.5.1 Ketentuan Viskositas & Temperatur Aspal untuk Pencampuran & Pemadatan

Viskositas Aspal
No. Prosedur Pelaksanaan Rentang Temperatur
(PA.S) Aspal Tipe I (C)
1 Pencampuran benda uji Marshall 0,2 155 1
2 Pemadatan benda uji Marshall 0,4 145 1
3 Pencampuran, rentang temperatur 0,2 - 0,5 145 – 155
sasaran
4 Menuangkan campuran aspal dari alat  0,5 135 – 150
pencampur ke dalam truk
Viskositas Aspal
No. Prosedur Pelaksanaan Rentang Temperatur
(PA.S) Aspal Tipe I (C)
5 Pemasokan ke Alat Penghampar 0,5 - 1,0 130 – 150
6 Pemadatan Awal (roda baja) 1-2 125 – 145
7 Pemadatan Antara (roda karet) 2 - 20 100 – 125
8 Pemadatan Akhir (roda baja) < 20 > 95

Pelaksanaan
Kadar aspal, agregat dan lain –lain sesuai dengan rumusan campuran kerja (JMF)
Pencampuaran HRS dilakukan di AMP
Jarak rata AMP – lokasi sekitar 15 Km
Penggisian agregat daalm cold bin menggunakan whell loader
HRS diangkut ke lokasi pekerjaan menggunakan dump truk
HRS dihampar diatas lapis pondasi agregat kelas A yang telah dilapisi oleh lapis resap pengikat
Penghampaan HRS menggunkan Asphalt Finisher
Penggilasan awal menggunakan Tandem Roller 6-8 ton minimum 2 lintasan dengan < kec 4 km/jam
Penggilasan antara menggunakan Prematic Tire Roller dengan kec < kec 10 km/jam
Penggilas akhir menggunakanTandem Roller
Pemadatan/penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan berurutan menuju ke arah sumbu jalan, Pemadatan
daerah superelevasi dilakukan dimuali dari tempat yang terendah dan bergerak kearah yang lebih tinggi.
Lebar overlapping pemadatan 15 cm

Pengendalian lalu lintas


Kontraktor harus memelihara lapis resap pengikat atau lapis perekat sesuai spesifikasi.
Lalu lintas tidak diizinkan lewat sampai bahan aspal telah meresap serta tidak akan terkelupas akibat dilewati roda
kendaraan (> 4 jam setelah penyemprotan)
Kontraktor harus selalui mengendalikan lalu lintas
Pemasangan rambu pengaman tetap dilaksanakan pada daerah yang sedang dikerjakan

 ADITIF ANTI PENGELUPASAN


Tangki penyimpanan aditif dengan kapasitas minimal dapat menyimpan bahan aditif untuk satu hari produksi
campuran beraspal dan harus dilengkapi dengan dozing pump sehingga dapat memasok langsung aditif ke pugmil
dengan kuantitas dan tekanan tertentu.

 BAHAN PENGISI (FILLER) TAMBAHAN


Bahan pengisi terdiri dari debu batu kapur, semen potrland, abu terbang atau bahan non plastis lain yang disetujui
Direksi pekerjaan harus kering dan bebas dari gumpalan sesuai SNI M-03-1968-1990 harus mengandung bahan yang
lolos anyakan No 200 (0.075 mm) tidak kurang 75 % terhadap berat

 BETON
Yang dimaksud dengan beton adalah campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang setara, agregat
halus, agregat kasar, dan air dengan atau tanpa bahan tambahan membentuk massa padat.
SEMEN
Menggunakan semen Portland type I, II, III, dan IV sesuai dengan SNI 15-2094-2004 tentang semen portland

AIR
Sesuai dengan SNI 03-6817-2002 tentang metode pengujian mutu air untuk beton
Bersih bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam, asambasah, gula atau organic

AGREGAT
Gradasi Agregat sesuai dengan table 7.1.2 (2) ketentuan gradasi agregat
Ukuran agregat kasar maximum ¾ jarak bersih minimumantara jarak tulangan atau baja dengan acuan atau celah –
celah lainnya dimana beton harus di cor
Agregat harus bersih, keras, kuat yang diperoleh dari pemecah batu
Agregat harus bersih dari bahan organic sesuai dengan pengujian SNI 03-2816-1992
Mutu Agregat sesuai dengan table 0 (1) tentang ketentuan Mutu Agregat
BAHAN TAMBAHAN
Bahan tambahan yang berupa bahan kimia tidak lebih 5 % berat semen sesuai dengan SNI03-2495-1991
Bahan mineral seperti abu terbang, pozzolan, mikro silika

RANCANGAN CAMPURAN
Rancangan campuran menggunakan berat
Untuk mutu beton beton fc’ > 20 Mpa atau K250 seluruh komponen bahan beton harus di takar menurut berat
Agregat dalam kondisi jenuh kering permukaan
Pengecoran menggunakan campuran kerja (JMF)

 BAJA TULANGAN
Pekerjaan ini harus mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan Spesifikasi dan Gambar, atau
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan

Alat yang digunakan


Gunting besi : untuk memotong besi tulangan
Pembengkok : untuk membengkokan besi

Bahan
Baja tulangan berupa baja polos atau ulir dengan mutu sesuai tabel 7.3.2 (1)
Tabel 7.3.2 (1) Tegangan Leleh karakteristik Baja Tulangan
Tegangan Leleh Karakteristik atau
Mutu Sebutan Tegangan Karakteristik yang memberikan
regangan tetap 0,2 (kg/cm2)
U24 Baja Lunak 2.400
U32 Baja Sedang 3.200
U39 Baja Keras 3.900
U48 Baja Keras 4.800

Kawat pengikat untuk mengikat tulangan harus kawat baja lunak/binrad yang memenuhi SNI 07 -6401 -2000

Pelaksanaan
Tulangan harus bersih
Tulangan dibengkokan sesuai dengan gambar atau atas petunjuk Direksi Pekerjaan
Pembengkkan dilakukan secara dingin sesuai dengan SNI 03-6816-2002 untuk tulangan > 2 cm pembengkokan
dilakukan dengan mesin
Tulangan dianyam sesuai dengan gambar rencana/gambar kerja dan diikat dengan kawat binrad
Pengikatan dilakukan dengan kuat sehingga tidak bergeser pada saat pengecoran
Simpul kawat pengikat membelakangi permukaan beton sehingga tidak terekspos
Dudukan / tumpuan tulangan digunakan beton mutu beton > fc’ 20 Mpa
Tebal selimut beton seperti table dibawah ini :

Ukuran Batang Tulangan Tebal Selimut Beton


yang akan diselimuti (mm) Minimum (cm)
Batang 16 mm dan lebih kecil 3,5
Batang 19 mm dan 22 mm 5,0
Batang 25 mm dan lebih besar 6,0

Baja tulangan yang terekspos harus dibersihkan dan disiram dengan air semen
Panjang penyampungan 40 x Diameter tulangan dan diberikan kait pada kedua ujungnya

C. URUTAN PEKERJAAN

MOBILISASI
Mobilisasi merupakan kegiatan awal yang harus dilakukan oleh penyedia jasa untuk melakukan kegiatan – kegiatan
berikutnya antara lain :
Penyiapan areal lokasi tanah untuk bangunan pendukung yang diperlukan
Peralatan; dengan jenis, jumlah dan jadwal pengiriman ke lokasi kegiatan perlu diketahui Direksi Teknis.
Fasilitas kontraktor, meliputi fasilitas base camp, kantor, barak, bengkel serta gudang penyimpanan material.
Fasilitas laboratorium, meliputi fasilitas ruangan laboratorium, peralatan laboratorium, dan perlengkapan pendukung
lainnya.
Mobilisasi dimana pengiriman alat-alat ke lapangan untuk dipergunakan dalam melaksanakan pekerjaan.
Mobilisasi tenaga kerja dan material.
Papan nama proyek, memuat informasi kegiatan yang akan dilaksanakan secara singkat dan jelas
Mobilisasi harus selesai dalam waktu 60 hari setelah tanggal mulai kerja, kecuali penyediaan Fasilitas dan Pelayanan
Pengendalian Mutu harus selesai dalam waktu 45 hari.

Pemasangan jembatan sementara untuk mengalihkan lalu lintas


Pengendalian lalu lintas dengan menempatkan beberapa orang untuk mengatur, mengarahakan kendaraan / lalu
lintas disisi depan dan belakang jembatan

MANAJEMEN PENGELOLAAN ARUS LALU LINTAS


 Koordinasi dengan instansi terkait maupun masyarakat setempat, terkait ada tidaknya sarana lain pada sisi kiri
kanan rencana pembangunan jembatan.
 Upayakan penempatan material tidak mengganggu lalu lintas pada lokasi pekerjaan yang akan ditangani.
 Pembuatan rambu-rambu lalu lintas dalam memberi tanda bahwa tengah adanya kegiatan proyek.
 Lampu Penerangan pada malam hari untuk memastikan area kegiatan ini nampak dari kejauhan.
 Tempatkan tenaga pengatur lalu lintas secara khusus untuk mengawasi jalannya arus lalu lintas secara lancar dan
tidak mengganggu pengguna jalan.
 Pada Saat setelah selesai kerja, tempatkan peralatan konstruksi diluar area pekerjaan dan tidak mengganggu lalu
lintas pada lokasi pekerjaan yang akan ditangani.
 Hindari penempatan peralatan terlampau dekat dengan jalur lalu lintas, sehingga tidak mengganggu aktifitas
pengguna jalan.
PENGECORAN TIANG PANCANG
Setelah jembatan darurat terpasang dengan kuat dan lalu lintas sudah dialihkan kegiatan selanjutnya adalah
Persiapan pengecoran tiang pancang.

Persiapan Pengecoran Tiang Pancang


Jika tanah tidak rata dan tidak kuat untuk memikul beban tiang pancang maka perlu dilakukan perkuatan tanah
terlebih dahulu kemudian
Dihampar pasir sesuai keperluan dan
Dipadatkan dengan penyiraman
Pengecoran lantai kerja dengan pengecoran beton mutu rendah.
Bersamaan dengan persiapan lantai kerja, tulangan – tulangan yang diperlukan mulai dilakukan pemeotongan,
pembengkokan sesuai dengan gambar rencana atau gambar kerja dan persiapan mal – mal atau bekesting untuk
tiang pancang.
Setelah lantai kerja berumur 7 hari selanjutnya disiapkan untuk pengecoran tiang pancang

Pengecoran Tiang Pancang


Campuran beton yang digunakan berdasarkan job mix formula (JMF)
Pengecoran Tiang Pancang dilakukan dengan mesin concrete mixer setelah semua besi – besi terpasang / teranyam
dan telah dilakukan pemeriksaan atau disetujui oleh direksi pekerjaan
Sebelum dilakukan pengecoran besi tulangan disiram dengan air semen.
Dalam proses mixer perlu memperhatikan kekentalan adukan dengan cara menentukan slump yang disyaratkan,
sehingga mutu beton yang dihasilkan sesuai dengan rencana
Setiap kali pengecoran harus diperhatikan juga selimut beton sesuai spesifikasi.
Pemadatan pengecoran dilakukan dengan concrete vibrator
Pengecoran dilakukan sekalian dalam satu baris sejajar yang dibatasi dengan masing masing mal / bekesting
21 (dua puluh satu) hari hari baru mal / bekesting tersebut dibuka
Pengecoran dialkukan sedekat mungkin dengan rencana titik pemancangan.
Pengecoran berikutnya dilakukan seperti diatas sampai kebutuhan tiang pancang terpenuhi
Pengambilan satu kubus untuk dilakukan pengetesan dilaboratorium maksimal 60 m3 beton

KETENTUAN-KETENTUAN PENGECORAN :
 Kontraktor harus memberitahukan Direksi pekerjaan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum memulai
pengecoran beton atau meneruskan pengecoran beton. Pemberitahuan harus meliputi; lokasi, kondisi pekerjaan,
mutu beton, serta waktu ( hari/tanggal/jam ) pengecoran beton.
 Segera sebelum pengecoran dimulai, mal/bekisting harus dibasahi dengan air , atau diolesi minyak disisi dalamnya
dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
 Pengecoran beton harus dilanjutkan tanpa berhenti sampai dengan sambungan konstruksi ( Construction Joint )
yang telah disetujui sebelumnya atau sampai pekerjaan selesai.
 Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan halus dari campuran beton.
 Bilamana beton dicor kedalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan penulangan yang rapat, maka
beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horizontal dengan tebal tidak melampaui 15 cm.
 Campuran beton tidak boleh jatuh bebas kedalam cetakan dengan ketinggian melebihi 150 cm.

KETENTUAN SAMBUNGAN KONSTRUKSI ( CONSTRUCTION JOINT ) :


 Sambungan konstruksi tidak boleh ditempatkan pada pertemuan elemen-elemen konstruksi, kecuali disyaratkan
demikian.
 Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua sambungan konstruksi harus tegak lurus
terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
 Bilamana sambungan vertikal diperlukan , baja tulangan harus menerus melewati sambungan sedemikian rupa
sehingga membuat struktur tetap monolit.
 Kontraktor harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan sebagaimana yang diperlukan untuk membuat
sambungan konstruksi tambahan bilamana pekerjaan terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau
terhentinya pasokan campuran beton.
 Atas persetujuan direksi pekerjaan, bahan tambahan ( additive ) dapat digunakan untuk pelekatan pada
sambungan konstruksi, cara pengerjaannya harus sesuai dengan petunjuk pabrik pembuatnya.

GALIAN STRUKTUR
Bersamaan dengan persiapan pengecoran tiang pancang dan pengecoran tiang pancang dilakukan pembongkaran
beton jembatan lama setelah selesai dan bersih semuanya maka dilanjutkan dengan penggalian untuk lokasi
pemancanagan tiang pancang dan abutmen dan meratakan sampai elevasi yang telah ditentukan dalam gambar atau
atas persetujuan direksi pekerjaan.
.
Penggalian dapat dilakukan secara mekanis menggunakan alat berupa excavator kemudian merapikannya secara
manual. Dinding tanah hasil galian harus dibuat kemiringan sedemikan rupa sehingga tidak terjadi kelongsoran dan
menimbun atau area tempat pengecoran tiang pancang dan abutment yang akan dibuat. Hasil galian tanah harus
dibuang keluar area abutment dengan cara mengangkut dengan dump truck.

PEMANCANGAN
Setelah beton tiang pancang selesai di cor dan telah berumur minimal 28 hari baru dilakukan Pemancangan
menggukan crane dan hammer sampai kedalam yang telah ditentukan.
Pengangkatan tiang pancang menggunakan sistem 1/3 bentang atau pada ujung tiang pancang
Pemacangan dilakukan sampai titik elevasi yang ditentukan dan memenuhi kalendring yang disyaratkan.
Tiap satu titik pemancangan dilakukan kalendring. Kalendring yang disyaratkan untuk tiang pancang beton 1 – 5 cm /
10 kali pukulan.
Demikian seterusnya sampai seluruh titik tiang pancang terlaksana.

LANTAI KERJA.
Setelah pemancangan selesai seluruhnya untuk 1 (satu) abutmen untuk selanjutnya dilakukan pembobokan sampai
elevasi yang ditentukan sampai besi – besi yang terdapat dalam tiang pancang kelihatan/keluar dan dimekarkan untuk
steak untuk menanmbah daya ikat antara tiang pancang dan abutmen sesuai dengan panjang penyaluran ( 40 x
Diameter) . Tiang pancang tertanam kedalam abutmen sedalam 30 cm. setelah semua kegiatan diatas selesai dan
dirapikan maka selanjutnya adalah pengecoran lantai kerja setebal 10 cm. Campuran beton lantai kerja berdasarkan
campuran sebagai mana yang ditunjukkan dalam job mix formula (JMF)

ABUTMENT
Setelah lantai kerja dilaksanakan dan telah mampu menahan beban pekerja dan lain – lain. Proses selanjutnya
setelah pekerjaan perakitan penulangan abutment sesuai dengan gambar rencana selesai dilaksanakan dan telah
diperksa dan disetujui oleh direksi pekerjaan dan bekisting telah sempurna terpasang termasuk penyangga-
penyangga perkuatan telah diperiksa dan disetujui oleh direksi pekerjaan kemudian dapat mempersiapkan pekerjaan
pengecoran abutment menggunakan beton K-250. Komposisi campuran beton K-250 sebagaimana ditunjukkan dalam
job mix formula, diproduksi secara mekanis menggunakan concrete mixer dengan kapasitas yang sesuai dan
dipadatkan dengan concrete vibrator.
Jika jarak abutment (yang akan di cor) dengan mixer cukup tinggi maka dibuatkan talang untuk tempat jatuhnya
campuran beton.
Dalam proses mixer perlu memperhatikan kekentalan adukan dengan cara menentukan slump yang disyaratkan,
sehingga mutu beton yang dihasilkan sesuai dengan rencana
Dalam proses pembuatan abutment yang tidak kala pentingnya yang perlu diperhatian adalah membuat wing wall
dimana tulangan wing wall dan pengecoran harus menyatu dengan abutment dan tertanam dalam tanah dasar.

PERLETAKAN ELASTOMERIK JENIS 2 ( 400 x 130 x 25 )


Perletakan Elastomerik dilaksanakan sebelum pekerjaan Pelat Berongga / Hollow Slab diletakan, mengingat berat
Pelat Berongga / Hollow Slab yang cukup besar. Teknis pelaksanaan dilakukan setelah pemasangan mortar dudukan
selesai dibuat, kemudian bearing / perletakan ditempatkan pada posisi yang tepat dan presisi, selanjutnya baru
mempersiapkan Pelat Berongga / Hollow Slab. Jadi intinya bearing/perletakan telah terpasang lebih dulu sebelum
bagian konstruksi Pelat Berongga / Hollow Slab dilaksanakan. Hal-hal yang penting diperhatikan pada pemasangan
perletakan elastomeric.

7.a Sifat Sejajar


Toleransi sifat sejajar untuk sumbu penulangan pelat terhadap dasar perletakan sebagai titik duga harus 1%
diameter , untuk pelat bulat dalam bidang datar, atau 1% dari sisi yang lebih pendek untuk pelat empat persegi
panjang dalam bidang datar.

7.b Ukuran
Toleransi ukuran terhadap dimensi bidang datar pelat untuk perletakan elastomer dengan penulangan pelat
harus +3mm dan -1mm. Toleransi ukuran terhadap ketebalan lapisan penutup bagian atas dan bawah untuk
membungkus perletakan elastomer harus antara +20% dan - 0% dari ketebalan nominal, atau 1 mm, dipilih
yang lebih kecil. Toleransi ukuran terhadap masing-masing ketebalan lapisan dalam perletakan elastomer harus
+ 20% dari nilai nominalnya , atau 3 mm, dipilih yang lebih kecil. Toleransi ukuran terhadap ketebalan lapisan
penutup sisi yang membungkus perletakan elastomer harus + 3 mm dan – 0 mm.

TIMBUNAN PILIHAN
Sebelum pekerjaan timbunan dilaksanakan terlebih dahulu disiapkan tanah dasar. Pekerjaan timbunan biasa
diperuntukkan untuk penimbunan oprit – oprit jembatan dan dinding penahan pasangan batu. Material tanah timbunan
pilihan diambil dari sumber quarry yang baik.
Syarat Timbunan pilihan seperti diatas.
Setelah seluruh kegiatan abutmen dan wing wall selesai dalam masa minimal 7 hari maka dilakukan penimbunan
oprit jembatan dengan timbunan pilihan. Timbunan pilhan untuk oprit diberi jarak 1 (satu) meter dari dinding abutmen
maupu wing wall sampai batas umur beton mencapai 100 % yaitu minimal 28 hari..
Pada penimbunan oprit jembatan maupun pasangan batu dipadatkan perlayer maksimal 30 cm sedemikian rupa
sampai benar-benar padat sehingga tidak mempengaruhi konstruksi jembatan maupun pasangan batu .

Ketentuan kepadatan untuk timbunan tanah


 Lapisan tanah yang lebih dalam dari 30 cm dibawah elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 95 % dari
kepadatan kering maximum.
 Lapisan tanah pada kedalaman 30 cm atau kurang dari elevasi tanah dasar harus dipadatkan sampai 100 % dari
kepadatan kering maximum.
 Pengujian kepadatan harus dilakukan pada setiap lapis timbunan yang dipadatkan.

PEMASANGAN PELAT BERONGGA / HOLLOW SLAB


Pemasangan Pelat Berongga / Hollow Slab dilakukan setelah tempat dudukan perletakan elastomerik siap dan
abutmen telah mengeras secara sempurna dengan umur minimal 28 hari.
Pelat Berongga / Hollow Slab diangkut dari Pontianak ke lokasi pekerjaan menggunakan Trailer.
Pengangkatan Pelat Berongga / Hollow Slab menggunakan crane dengan sistim pengangkatan pada 2 sisi yaitu sisi 1
(satu) pada posisi ¼ bentang dan sisi ke 2 (dua) pada posisi ¼ bentang.
Jika Pelat Berongga / Hollow Slab tidak memungkin langsung diletakan pada perletakan yang sesuai dengan gambar
rencana maka untuk memudahkannya dipasang perancah maksimal sejajar dengan perletakan.
Sedangkan untuk memasang pada kedudukan posisi perletakan yang sesuai dengan gambar atau atas persetujuan
direksi pekerjaan, menggunakan alat bantu, dongkrak dan lain – lain.
Demikian seterusnya sampai seluruh jembatan terpasang Pelat Berongga / Hollow Slab

EXPANSION JOINT TYPE BAJA BERSUDUT


Pemasangan expansion joint dilakukan pada bagian-bagian ujung lantai atau pada daerah tumbukan beban yang
beralih dari perkerasan jalan ke bagian konstruksi jembatan pada lantai. Bila diperlukan expansion joint juga dapat
dipasang pada bibir kerb jembatan. Pemasangan expansion joint dilakukan sebelum pengecoran beton. Pada bagian
pertemuan dengan beton expansion joint diberi kaki-kaki sebagai pengikat antara expansion joint dengan beton dan
didapatkan hubungan yang kuat dan sempurna.

KERB DAN TIANG SANDARAN


Setelah Hollow Slab terpasang secara sempurna, pekerjaan selanjutnya adalah pengecoran beton kerb/trotoar.
Penulangan kerb/trotoar bersamaan dengan penulangan tiang sandaran, setelah semua selesai termasuk bekesting
dipasang sempurna dan telah diperiksa dan disetujui oleh direksi pekerjaan dilanjutkan dengan
Pengecoran kerb/trotoar sesuai dengan gambar rencana atau petunjuk direksi pekerjaan.
Pengecoran tiang sandaran dilaksanakan setelah selesai pengecoran kerb/trotoar selesai secara keseluruhan dan
minimal telah berumur 21 hari
Campuran beton kerb/trotoar dan tiang sandaran disesuai dengan job mix formula (JMF).

SANDARAN ( RAILING )
Sandaran ( Railing ) dapat dilaksanakan tersendiri. Pada bagian tepi lantai jembatan dibawah kerb dipasang pipa-pipa
drain untuk mengalirkan air pada lantai jembatan. Pagar atau sandaran terbuat dari batang pipa galvanis diameter 3”
dipasang sejumlah 2 baris dimana pada ujung-ujungnya dibuat socket L sebagai penutup.

PASANGAN BATU
Pemasangan pasangan batu dapat bersamaan dengan kerb, tiang sandaran.
Pemasangan pasangan batu dilakukan penggalian sampai kedalaman elevasi yang ditentukan untuk meletakan
pondasi pasangan batu.
Pekerjaan pasangan batu sebagai tembok penahan dilaksanakan pada oprit-oprit jembatan maupun pada tempat-
tempat lain yang memerlukan perkuatan termasuk pelebaran badan jalan. Pada tempat-tempat tertentu dengan
kondisi yang cukup dalam ; dapat dipasang dengan cara trap, sehingga didapatkan tembok penahan yang cukup kuat
dan kokoh. Dimensi tembok penahan disesuaikan dengan ketinggian tembok agar didapatkan kekokohan yang cukup
dalam menahan beban lateral dan cukup kuat terhadap guling. Komposisi campuran mortar sebagai bahan perekat
adalah dengan perbandingan 1 pc : 3 ps. Pada bagian atas tembok dibuat ban atau difinishing dengan plasteran agar
didapat bentuk yang rapi.

Ketentuan Lubang Sulingan dan Delatasi.


 Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan sulingan. Lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak 2
m dari sumbu satu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter 50 mm.
 Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka delatasi harus dibentuk untuk panjang
struktur tidak lebih dari 20 m. Delatasi harus 30 mm lebarnya dan harus diteruskan sampai seluruh tinggi dinding.
 Timbunan dibelakang delatasi haruslah dari bahan drainase porous berbutir kasar dengan gradasi menerus yang
dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak hanyut jika melewatinyan

PONDASI CERUCUK PENGADAAN DAN PEMASANGAN


Cerucuk dipasangan untuk perkuatan tanah dasar pada pondasi pasangan batu.
Ukuran cerucuk 10 -12 panjang 4.00 m
Pemasangan sesuai dengan gambar rencana

PELAT INJAK
Pelat injak digunakan sebagai media peralihan / perubahan antara perkerasan elstis dengan perkerasan kaku atau
antara aspal dengan beton lantai.
Pelat injak terbuat dari beton bertulang.
Pelat injak di cor setelah oprit jembatan benar – benar stabil yang dibuktikan dengan tes kepadatan dan elevasinya
telah sesuai dengan gambar rencana serta telah diperiksi dan disetujui oleh direksi pekerjaan
Pelat injak di cor setelah besi terpasang / teranyam sesuai dengan gambar rencana dan telah diperiksa dan disetujui
oleh direksi pekerjaan
Sistim pengerjaanya sama dengan pekerjaan beton yang lain.
PENYIAPAN BADAN JALAN
Pekerjaan penyiapan badan jalan dilakukan sebelum dilanjutkan dengan pekerjaan lapis pondasi agregat. Penyiapan
badan jalan menggunakan motor grader dan dipadatkan dengan vibrator roller sampai didapatkan kepadatan yang
sesuai spesifikasi teknis yang disyaratkan.

LAPIS PONDASI AGRGAT KELAS B


Lapis pondasi dihampar setelah pelat injak mengeras secara sempurna.
Lapis pondasi agregat kelas B diperuntukkan pada badan jalan sepanjang oprit-oprit jembatan, yang pelaksanaannya
dilakukan setelah pekerjaan jembatan selesai dilaksanakan. Lapis pondasi agregat klas B dihampar diatas permukaan
badan jalan yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian dipadatkan sampai didapatkan kepadatan optimum.
Proses penghamparan, pemadatan, bahan dan mutu sesuai dengan yang diatas.

LAPIS PONDASI AGRGAT KELAS A


Setelah lapis pondasi kelas B selesai, memenuhi syarat mutu dan sudah diperiksa serta disetujui oleh direksi pekrjaan
selanjutnya melakukan pekerjaan lapis pondasi agregat kelas A
Lapis pondasi agregat kelas A diperuntukkan pada badan jalan sepanjang oprit-oprit jembatan, yang pelaksanaannya
dilakukan setelah pekerjaan jembatan selesai dilaksanakan. Lapis pondasi agregat klas A dihampar diatas permukaan
Lapis pondasi agregat kelas B yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian dipadatkan sampai didapatkan
kepadatan optimum. Proses penghamparan, pemadatan, bahan dan mutu sesuai dengan yang diatas.

LATASTON LAPIS PONDASI (HRS BASE)


Setelah lapis pondasi kelas A selesai, memenuhi syarat mutu dan sudah diperiksa serta disetujui oleh direksi pekrjaan
selanjutnya melakukan pekerjaan HRS Base. Proses penghamparan, pemadatan, bahan dan mutu sesuai dengan
yang diatas.

LATASTON LAPIS AUS (HRS WC)


Setelah HRS Base selesai, memenuhi syarat mutu dan sudah diperiksa serta disetujui oleh direksi pekrjaan
selanjutnya melakukan pekerjaan HRS WC. Proses penghamparan, pemadatan, bahan dan mutu sesuai dengan yang
diatas.

PATOK PENGARAH
Patok-patok pengarah pada area sebelum dan sesudah jembatan diperlukan untuk pengamanan terhadap pengguna
lalu lintas, termasuk pada tempat-tempat tertentu yang dianggap rawan terhadap pengguna jalan. Ketinggian patok
serta jarak antar patok sangat penting untuk diperhatikan, sehingga fungsi dan tujuannya dapat tercapai. Patok
ditanam sampai kedalaman yang cukup sehingga didapat posisi patok yang kuat dan kokoh. Setelah patok-patok
tertanam dengan rapi, kuat dan kokoh, kemudian dilakukan pengecatan dengan warna hitam dan putih dari jenis cat
kilat.

RAMBU JALAN TUNGGAL DENGAN PERMUKAAN PEMANTUL ENGINEERING GRADE


Pemasangan rambu-rambu lalu lintas dengan jumlah yang cukup akan membantu pengguna jalan dalam hal
keselamatan. Tanda pemandu ini cukup membantu dalam mengurangi kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Yang
terpenting dalam teknis pemasangan dan penempatan yang sesuai dan tepat, sehingga keberadaan rambu-rambu
yang ada benar-benar dapat memandu pengguna jalan. Ketepatan dimaksud; dapat berupa ketinggian rambu maupun
sudut hadap terhadap as jalan.

MARKA JALAN THERMOPLASTIC


Pembuatan marka jalan ; baik untuk center line maupun garis tepi , dimaksudkan untuk membagi badan jalan agar
dapat memandu pengguna jalan dalam menggunakannya. Pembagian yang tepat dan penetapan garis sesuai aturan
petunjuknya menjadi penting untuk diperhatikan. Garis putus-putus dan garis marka menerus memiliki arti berbeda.
Sehingga penetapan penempatan garis marka begitu penting agar tidak keliru dalam pelaksanaannya, karena dapat
berakibat fatal.

Anda mungkin juga menyukai