Anda di halaman 1dari 5

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-5 1

Aplikasi TiO2 Sebagai Self Cleaning pada Cat


Tembok dengan Dispersant Polietilen Glikol (PEG)
Nining Kusmahetiningsih 1) , Dyah Sawitri 2)
Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: joe@ep.its.ac.id 2)
Abstrak— Telah diaplikasikan TiO2 anatase dan rutile terbuat dari bahan polimer akan mengalami pecah
dengan komposisi 1%, 1,5%, dan 2% sebagai self cleaning (cracking) karena efek dari sinar UV (Poulsen,2010)
pada cat tembok menggunakan polietilen glikol (PEG) 6000 sehingga untuk mengurangi hal tersebut diperlukan
sebagai dispersant. Struktur TiO2 yang digunakan yaitu komposisi massa dan fasa TiO2 yang sesuai.
anatase yang berfungsi sebagai self cleaning dan rutile yang
Dari penelitian yang dilakukan oleh (Slamet,2008)
berfungsi sebagai perlindungan terhadap sinar ultraviolet.
Pengujian self cleaning menggunakan 2 macam pengotor polietilen glikol (PEG) telah berhasil digunakan untuk
yaitu lumpur dan pewarna makanan. Untuk mengetahui mendistribusikan TiO2 pada aplikasi rekayasa plastik anti
distribusi TiO2 pada cat dilakukan pengujian menggunakan kabut dan swa bersih. Pada penelitian ini digunakan PEG
Atomic Force Microscopy (AFM). Untuk menghitung luas 6000 sebagai dispersant TiO2, dikarenakan bahan TiO2
area pengotor dan distribusi TiO2 digunakan software merupakan powder yang partikelnya cenderung lengket
pengolahan citra. Hasil pengolahan citra menunjukkan TiO2 satu sama lain atau mengalami penggumpalan secara
2% dengan perbandingan anatase : rutile 90:10 memiliki luas mikroskopis, oleh karena itu diperlukan dispersant untuk
area pengotor paling kecil yang berarti memiliki sifat self
memisahkan partikel-partikel TiO2 agar memiliki jarak
cleaning terbaik. Berdasarkan hasil pengujian AFM pada
komposisi tersebut menunjukkan distribusi TiO2 yang lebih
yang renggang apabila dicampurkan pada cat. Apabila
merata dibandingkan dengan sampel yang lain. dispersant telah melapisi partikel TiO2, maka dispersant
akan mencegah terjadinya penggumpalan TiO2.
Kata Kunci — anatase. PEG, rutile, self cleaning, TiO2 Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan bahan
TiO2 pada cat tembok sehingga dapat dihasilkan cat yang
I. PENDAHULUAN memiliki kemampuan self cleaning. Selanjutnya dilakukan

P ENGGUNAAN cat pada umumnya digunakan untuk perbandingan sifat self cleaning antara cat tembok yang
memberikan keindahan pada cat tembok berupa telah dicampur dengan TiO2 dengan cat tembok tanpa
warna dan kilap. Disamping sebagai penunjang campuran TiO2.
keindahan bangunan, cat juga berfungsi memberikan
perlindungan dari pengaruh cuaca luar ataupun II. METODE PENELITIAN
debu/kotoran.Tidak bisa dipungkiri untuk kondisi seperti A. Bahan
di Indonesia, faktor debu ataupun lumpur sangat dominan. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
Permukaan film (lapisan cat yang sudah mengering) akan antara lain : Nano TiO2 Degussa P25 struktur anatase dan
dengan mudah menjadi kotor dan kusam karena rutile, akuades, polietilen glikol dengan berat molekul
debu/kotoran yang menempel sehingga diperlukan cat yang 6000, cat paragon warna putih, dan papan asbes sebagai
memiliki kemampuan anti kotor agar debu/ kotoran tidak objek untuk pengecatan dengan ukuran 10 x 10 cm . Pada
menempel pada dinding. Untuk mengatasi masalah tabel 1 menunjukkan prosentase TiO2 yang digunakan pada
tersebut maka diperlukan cat yang memiliki kemampuan penelitian ini.
self cleaning. B. Alat
Salah satu teknologi yang sedang dikembangkan untuk Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri
aplikasi self cleaning pada cat adalah dengan dari peralatan untuk pembuatan sampel dan peralatan
memanfaatkan fotokatalisis bahan TiO2. Fotokatalisis untuk karakterisasi. Peralatan yang digunakan pembuatan
merupakan proses reaksi kimia yang dibantu oleh energi sampel adalah timbangan digital, gelas kimia, gelas ukur,
dari sinar ultraviolet. Efek fotokatalis TiO2 dapat magnetic stirrer, furnace, kuas, mixer. Peralatan
mendekomposisi senyawa organik menjadi CO2 dan H2O, karakterisasi yaitu X-ray Diffraction (XRD) Phillips
dimana pada penelitian ini efek fotokatalis TiO2 akan X’Pert MPD untuk mengetahui struktur TiO2, Fourier
digunakan untuk mendekomposisi pengotor yang Transform Infrared (FTIR) thermo scientific tipe nicolet
menempel pada permukaan cat. Penggunaan TiO2 pada cat iS10 untuk mengetahui jenis ikatan kimia yang ada dalam
dapat berfungsi sebagai self cleaning tetapi efeknya adalah suspensi TiO2/PEG 6000, Atomic Force Microscope
resin/binder dari cat akan mudah mengalami kerusakan (AFM) untuk mengetahui distribusi TiO2 pada lapisan cat
karena TiO2 merupakan fotokatalis yang menggunakan yang sudah mengering. Untuk membandingkan sifat self
sinar ultraviolet untuk prosesnya, sehingga resin yang
2

cleaning dan distribusi TiO2 digunakan software 54,34; dan 56,64 sehingga dapat dikatakan bahwa telah
pengolahan citra berhasil dilakukan pembentukan TiO2 yang memiliki fasa
rutile.
Tabel 1.
Prosentase TiO2
B. Pengujian Self Cleaning
Nomor
TiO2 (%) Anatase : Rutile Pengujian self cleaning dilakukan dengan
Sampel
menggunakan dua jenis pengotor yaitu lumpur dan
1 1 10 : 90
2 1 50 : 50 pewarna makanan. Sampel yang telah diberi pengotor
3 1 90 : 10 kemudian dijemur selama 40 jam dengan rentang
4 1.5 10 : 90 pengambilan foto setiap 10 jam.
5 1.5 50 : 50 Hasil pengujian self cleaning dengan pengotor lumpur
6 1.5 90 : 10
7 2 10 : 90 ditunjukkan pada gambar 3 sampai dengan gambar 7.
8 2 50 : 50
9 2 90 : 10
10 Cat biasa -

III. HASIL DAN DISKUSI

A. Karakterisasi XRD

Pada gambar 1 merupakan hasil XRD dari nano-TiO2


Gambar 3. Sampel awal sebelum dijemur.
Degussa P25. Hasil uji XRD pada Gambar 1 memiliki
puncak yang sesuai dengan data standar TiO2 fasa anatase
pada 2Θ = 25,26; 37.76; 47,94 ; 53,9 dan 62,64, sehingga
dapat diketahui bahwa nano-TiO2 Degussa P25 merupakan
fasa anatase.

Gambar 4. Sampel setelah penjemuran 10 jam.

Gambar. 1. Hasil uji XRD nano-TiO2 Degussa P25 anatase.

Gambar 5. Sampel setelah penjemuran 20 jam.

Gambar. 2. Hasil uji XRD nano-TiO2 Degussa P25 rutile.

Gambar 2 adalah hasil XRD nano-TiO2 Degussa Gambar 6. Sampel setelah penjemuran 30 jam.
P25 yang telah dikalsinasi dengan suhu 1000oC selama 2.
Dari gambar 2 memiliki puncak yang sesuai dengan data
standar TiO2 fasa rutile pada 2Θ = 27,46; 36,10; 44,06;
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 3

Gambar 7. Sampel setelah penjemuran 40 jam.


Gambar 12. Sampel setelah penjemuran 40 jam.
Dari gambar 3 sampai gambar 7 terlihat bahwa pada
sampel 1 semakin lama dilakukan penjemuran maka Pengujian self cleaning dengan pengotor pewarna pada
pengotor yang menempel pada sampel semakin berkurang, kondisi awal ditunjukkan oleh gambar 8, selanjutnya
hal ini juga terjadi untuk sampel yang lain. Gambar 7 setelah dilakukan penjemuran selama 10 jam (gambar 9)
merupakan kondisi ketika sampel telah dijemur selama 40 20 jam (gambar 11) dan 30 jam (gambar 11) terlihat
jam. Dari gambar tersebut terlihat bahwa sampel bahwa terjadi degradasi pengotor pewarna.
kesembilan lebih bersih dibandingkan dengan sampel yang Pada gambar 12 yaitu kondisi sampel setelah dilakukan
lain. penjemuran selama 40 jam memperlihatkan bahwa sampel
Hasil pengujian self cleaning dengan pengotor lumpur satu sampai sembilan lebih bersih dibandingkan dengan
ditunjukkan pada gambar 8 sampai dengan gambar 12. sampel ke sepuluh.
Tabel 2 menunjukkan fungsi pada trendline dan laju
degradasi awal degradasi pengotor lumpur. Fungsi
trendline dan laju degradasi awal pengotor pewarna
ditunjukkan pada tabel 3.
Tabel 2.
Hasil pengolahan citra pengujian self cleaning dengan pengotor lumpur
Laju
Nomor Anatase : Fungsi pada degradasi
TiO2 (%)
Sampel Rutile trendline awal pengotor
(cm2/menit)
Gambar 8. Sampel awal sebelum dijemur. -0.46x
1 1 10 : 90 93.07e 0.0152
2 1 50 : 50 115.86e-0.49x 0.0192
3 1 90 : 10 113.3e-0.56x 0.0188
4 1.5 10 : 90 93.49e-0.37x 0.0152
-0.5x
5 1.5 50 : 50 114.03e 0.0189
6 1.5 90 : 10 142.21e-0.6x 0.0237
7 2 10 : 90 92.92e-0.37x 0.0151
8 2 50 : 50 132.77e-0.57x 0.0221
9 2 90 : 10 212.18e-0.83x 0.0354
10 Cat biasa - 116.32e -0.48x 0.0192

Gambar 9. Sampel setelah penjemuran 10 jam. Tabel 3.


Hasil pengolahan citra pengujian self cleaning dengan pengotor pewarna
Laju
Nomor Anatase : Fungsi pada degradasi
TiO2 (%)
Sampel Rutile trendline awal pengotor
(cm2/menit)
1 1 10 : 90 78.29e-0.47x 0.0129
2 1 50 : 50 73.08e -0.55x 0.0121
3 1 90 : 10 71.69e-0.64x 0.0119
-0.39x
4 1.5 10 : 90 61.96e 0.0101
5 1.5 50 : 50 76.78e-0.43x 0.0126
6 1.5 90 : 10 104.58e-0.603x 0.0127
Gambar 10. Sampel setelah penjemuran 20 jam. 7 2 10 : 90 92.92e-0.75x 0.0174
8 2 50 : 50 55.03e-0.76x 0.0092
9 2 90 : 10 53.98e -0.95x 0.009
10 Cat biasa - 68.81e-0.29x 0.0108

Berdasarkan tabel 2 dan tabel 3, sampel TiO2 2 %


dengan perbandingan anatase : rutile 90:10 memiliki nilai
ekponen paling negatif.
Dari gambar 7 dan gambar 13 yaitu gambar setelah
sampel dijemur selama 40 jam diproses dengan
menggunakan software pengolahan citra untuk mengukur
Gambar 11. Sampel setelah penjemuran 30 jam.
4

luas sisa pengotor dan prosentase sisa pengotor dari


pengotor yang masih ada pada sampel.

(a) (b)
Gambar 15. Hasil pengujian AFM TiO2 a)1% dengan perbandingan
anatase : rutile 50:50, b) TiO2 2% dengan perbandingan
anatase : rutile 90:10

Tabel 4 berikut menunjukkan nilai luas partikel TiO2,


prosentase partikel TiO2, dan luas rata-rata partikel TiO2.
dari hasil pengolahan citra pada gambar pengujian
Gambar 13. Grafik nilai luas sisa pengotor dan prosentase sisa pengotor dispersi TiO2 dengan AFM :
lumpur pada pengujian self cleaning.
Tabel 4.
Hasil pengolahan citra pengujian self cleaning dengan pengotor pewarna
Luas sisa Average Prosentase
Nomor TiO2 Anatase :
pengotor Size sisa pengotor
Sampel (%) Rutile
(cm2) (cm2) (cm2)
1 1 10 : 90 15.445 0.065 19.9
2 2 50 : 50 11.656 0.037 14.3

D. Diskusi.
Pada pengujian self cleaning dengan pengotor
lumpur, dari gambar 7 dapat dilihat sampel yang paling
bersih adalah sampel ke sembilan yaitu sampel TiO2 2 %
dengan perbandingan anatase : rutile 90:10.
Berdasarkan hasil pengolahan citra dapat diperoleh
fungsi trendline dan nilai laju degradasi awal pengotor
lumpur seperti pada tabel 2. Dari gambar 4.15 terlihat
Gambar 14. Grafik nilai luas sisa pengotor dan prosentase sisa pengotor bahwa grafik seluruh sampel memiliki fungsi eksponensial
pewarna pada pengujian self cleaning. negatif (y = Ae-ax), semakin negatif nilai a maka semakin
cepat grafik menurun mendekati sumbu x. Pada saat awal
Gambar 13 dan 14 memperlihatkan bahwa sampel yang (0-10 jam) laju degradasi pengotor besar dan secara
memiliki nilai luas sisa pengotor dan prosentase sisa bertahap mengalami penurunan. Dari tabel 2, TiO2 2 %
pengotor paling kecil adalah sampel TiO2 2% dengan dengan perbandingan anatase : rutile 90:10 memiliki nilai a
anatase : rutile 90:10. paling negatif yaitu -0.83 dan laju degradasi awal
pengotor yang paling besar yaitu 0.0354 cm2/menit, hal ini
C. Pengujian Dispersi TiO2 pada cat dengan Atomic menunjukkan proses degradasi pengotor pada komposisi
Force Microscope (AFM) tersebut berlangsung lebih baik dan lebih cepat
Pengujian dispersi TiO2 dilakukan pada sampel TiO2 dibandingkan dengan sampel yang lain.
1% dengan perbandingan anatase : rutile 50:50 dan TiO2 Berdasarkan gambar 13 yaitu grafik nilai luas sisa
2% dengan perbandingan anatase : rutile 90:10. Untuk pengotor dan prosentase sisa pengotor dari sampel ke
mengetahui dispersi TiO2 digunakan pengolahan citra sembilan bernilai paling kecil, hal ini menunjukkan sifat
untuk mengukur nilai luas partikel TiO2, prosentase self cleaning-nya semakin baik. Dari gambar 13 dapat
partikel TiO2, dan luas rata-rata partikel TiO2. diketahui bahwa nilai luas sisa pengotor dan prosentase
Pada gambar 15 merupakan gambar hasil pengujian sisa pengotor semakin kecil seiring bertambahnya nilai
AFM untuk sampel TiO2 1% dengan perbandingan anatase struktur anatase yang digunakan untuk setiap prosentase
: rutile 50:50 dan TiO2 2% dengan perbandingan anatase : TiO2. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dijelaskan
rutile 90:10. Bagian gambar yang memiliki nilai intensitas bahwa semakin besar jumlah TiO2 dengan struktur anatase
yang lebih besar (terang) merupakan partikel-partikel yang digunakan maka efek fotokatalis akan menjadi
TiO2. semakin baik sehingga akan menghasilkan sifat self
cleaning yang semakin baik.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 5

Pengujian self cleaning dengan menggunakan IV. KESIMPULAN


pengotor pewarna makanan menunjukkan hasil yang sama Berdasarkan hasil pengambilan data dan analisa hasil
dengan pengujian self cleaning menggunakan pengotor yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan ini sebagai
lumpur yaitu sampel yang memiliki sifat self cleaning berikut :
terbaik adalah sampel TiO2 2 % dengan perbandingan 1. Dalam penelitian ini, TiO2 telah berhasil
anatase : rutile 90:10. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel diaplikasikan pada cat tembok untuk menghasilkan
3 yang menunjukkan jika sampel ke sembilan memiliki sifat self cleaning, yang ditunjukkan oleh hasil
nilai nilai luas sisa pengotor dan prosentase sisa pengotor pengolahan citra.
paling kecil. Dari grafik pada gambar 14 menunjukkan 2. Sampel yang memiliki kemampuan self cleaning
nilai luas sisa pengotor dan prosentase sisa pengotor terbaik adalah sampel TiO2 2% dengan perbandingan
semakin kecil seiring bertambahnya nilai struktur anatase anatase : rutile 90 :10 dengan persamaan laju
yang digunakan untuk setiap prosentase TiO2. degradasi yaitu 212.18e-0.83X untuk pengotor lumpur
Laju degradasi pengotor pewarna juga merupakan dan 53.98e-0.95X untuk pengotor pewarna
fungsi eksponensial negative, artinya laju degradasi 3. Cat tembok dengan campuran TiO2 memiliki sifat self
pengotor pada saat awal penjemuran besar dan secara cleaning yang lebih baik dibandingkan dengan cat
bertahap mengalami penurunan. Dari tabel 4.7, TiO2 2 % tembok tanpa campuran TiO2.
dengan perbandingan anatase : rutile 90:10 memiliki nilai a
paling negatif yaitu -0.95, sehingga pada komposisi DAFTAR PUSTAKA
tersebut memiliki kemampuan degradasi pengotor yang
lebih baik dibandingkan dengan sampel yang lain. [1] Aprilita, N.H, Kartini, I, Ratnaningtyas, S.H. 2008. Self-cleaning
Kaca Berbasis Lapis Tipis TiO2 dengan Perlakuan Asam dan Asam
Hasil pengujian dispersi TiO2 menggunakan Atomic
Palmitat sebagai Model Polutan, Indo. J. Chem., 2008, 8 (2), 200
Force Microscope (AFM) ditunjukkan gambar 15. Pada – 206.
gambar tersebut dapat diketahui bahwa bagian yang [2] Benedix, Roland., et al. 2000, Application of Titanium Dioxide
memiliki intensitas lebih tingi (berwarna putih) merupakan Photocatalysis to Create Self-Cleaning Building Materials,
TiO2 (Hasan, 2008), Oleh karena itu untuk mengetahui LACER No. 5, 2000.
[3] Burgess, K.D. Self Cleaning Titania-Polyurethane Composites.
nilai dispersi TiO2 maka dilakukan pengolahan citra untuk 2007. Faculty of Graduates Studies, The university of Western
mengetahui nilai luas partikel TiO2, prosentase partikel Ontario, London.
TiO2, dan luas rata-rata partikel TiO2. Pada bagian gambar [4] Charpentier, Paul A., et al. 2010. Self Cleaning Coating, PCT WO
hasil AFM yang intensitasnya lebih tinggi. Pengujian 2010/078649 A2.
[5] Diebold, U. 2003. The surface science of titanium dioxide. Surface
dispersi TiO2 dilakukan pada dua sampel yaitu TiO2 1% science report 48: 53-229.
dengan perbandingan anatase : rutile 50:50 dan TiO2 2% [6] Ferreira TA, Rasband W. 2010. Thesoftware pengolahan citra
dengan perbandingan anatase : rutile 90:10. Dari tabel 4 User Guide Version 1.43. Canada: McGill University.
dapat diketahui bahwa sampel TiO2 2% memiliki nilai [7] Hillebrandt, Poulsen. et al. 2010. Self Cleaning Coating
Composition. PCT WO 2010/269997 A1.
average size yang lebih kecil daripada TiO2 1%, hal [8] Macias, L, T. 2003. The Design and Evaluation of A Continuous
tersebut menunjukkan bahwa dispersi TiO2 pada sampel Photocatalytic Reactor Utilizing Titanium Dioxida in Thin Film of
TiO2 2% dengan perbandingan anatase:rutile 90:10 lebih Mesoporous Sililca. A Thesis for the
merata. Sampel TiO2 2% dengan perbandingan anatase : [9] Degree of Master of Science in Chemical Engineering in
Mississippi State University.
rutile 90:10 memiliki sifat self cleaning yang baik karena [10] M. M. Hasan, et al. 2008. Effects of Annealing Treatment on
dispersi TiO2 pada permukaan film cat lebih merata. Optical Properties of Anatase TiO2 Thin Films.International
Distribusi TiO2 pada permukaan film cat akan Journal of Chemical and Biological Engineering 1:2 2008.
mempengaruhi proses fotokatalis yang terjadi, semakin [11] M. Schiavello. 1997. Heterogeneous Photocatalysis. John Wiley &
Sons.
merata dispersi TiO2 maka proses fotokatalis akan menjadi [12] Palupi, Endang. 2006. Degradasi Methylene Blue dengan Metode
semakin baik. Fotokatalisi dan Fotoelektrokatalisis Menggunakan Film TiO 2.
Departemen Fisika, Institut Pertanian Bogor.
[13] PENG Bing, HUANG Yi,CHAI Li-yuan, et al. 2007. Influence of
polymer dispersants on dispersion stability of nano-TiO2 aqueous
suspension and its application in inner wall latex paint. J. Cent.
South Univ. Technol. (2007)04−0490−06.
[14] Slamet, C.H.D, Alwi, J. Viriya. 2008, Rekayasa plastik berlapis
nanokristal TiO2 untuk aplikasi anti kabut dan swa-bersih.
Departemen Teknik Kimia, Universitas Indonesia.
[15] Tristantini, et al. 2011. Modification of TiO2 Nanoparticle with
PEG and SiO2 For Anti-fogging and Self-cleaning Application.
IJET-IJENS Vol: 11 No: 02.

Anda mungkin juga menyukai