Data PLH
Data PLH
1. Nilai Komunikasi
a. Sumber informasi
Pengetahuan tentang budidaya tanaman lidah buaya ini didapat dari internet
pada tanggal 18 Mei 2005.
Pesan yang ingin disampaikan dalam leaflet ini adalah bagaimana cara
membudidayakan secara khusus tanaman lidah buaya pada lahan gambut.
Pembudidayaan tersebut meliputi proses-proses yang harus dilakukan oleh
pembudidaya mulai dari awal yaitu dari penyiapan lahan hingga proses terakhir
yaitu proses produksi sehingga didapat suatu hasil yang memuaskan. Disini juga
dibahas tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang timbul akibat
kesalahan dalam proses budidaya.
Sasaran yang dituju adalah para petani di seluruh Indonesia yang tertarik untuk
mengembangkan tanaman lidah buaya pada umumnya dan para petani pada
lahan gambut yang sering kesulitan dalam usahanya meggarap lahan pada
khususnya. Selain itu leaflet ini juga ditujukan kepada siapa saja yang ingin
menambah pengetahuannya tentang pertanian khususnya budidaya tanaman
lidah buaya.
2. Efektifitas
Kelebihan leaflet ini adalah dapat diaplikasikan kepada siapa saja yang ingin
membudidayakan tanaman lidah buaya pada lahan gambut karena semua yang
dibutuhkan telah dijelaskan dalam leaflet ini. Selain itu dengan adanya leaflet
ini para petani di daerah lahan gambut yang tidak bisa menggarap lahannya
karena kurangnya pengetahuan tentang lahn gambut dapat memulai usaha baru
yang lebih menjanjikan dari pada usaha yang dahulu.
b. Pembahasan masalah
Dalam pembahasan maasalah akan dijelaskan mengenai mengapa memilih
budidaya tanaman lidah buaya untuk dijadikan sebuah leaflet.
Pemilihan budidaya tanaman lidah buaya sebagai topik dalam leaflet adalah
karena belum banyak masyarakat yang tahu mengenai masalah budidaya
tanaman ini, kalaupun tahu mereka hanya sebatas pengetahuan ringan belaka.
Untuk itu dengan dibuatnya leaflet ini diharapakan para petani dapat
meningkatkan produksi pertaniannya.
Lidah buaya tumbuh Iiar di tempat berudara panas tapi sering juga ditanam di
pot dan pekarangan rumah sebagai tanaman hias. Daunnya meruncing
berbentuk taji. Tebalnya kira-kira 1 cm. Dalamnya bening. Daun ini getas dan
tepinya bergerigi. Panjangnya bisa sampai 30 cm. Yang biasa digunakan adalah
daun dan akarnya.
Sebagaimana diketahui bahwa gambut merupakan salah satu jenis tanah yang
bermasalah dalam penyediaan unsur hara bagi tanaman, karena sifatnya dari
mulai ekstrim masam sampai masam, maka dalam pemanfaatannya untuk
dijadikan lahan pertanian terlebih dalulu lahan gambut ini harus dikondisikan
sehingga sesuai dengan syarat tumbuh tanaman lidah buaya.
Tanaman lidah buaya tidak menghendaki lahan yang basah atau terdapat
genangan air yang cukup lama, sedangkan pada lahan gambut umumnya
mengandung air relatif banyak karena kemampuannya dalam mengikatkan air.
Teknik budidaya tanaman lidah buaya pada lahan gambut dapat dijelaskan,
sebagai berikut:
1. Penyiapan Lahan
Lahan gambut yang telah ditetapkan sebagai lokasi untuk budidaya tanaman
lidah buaya, terlebih dahulu harus dibuat parit keliling yang berfungsi untuk
membuang air tanah yang berlebihan (drainase).
Parit/saluran air dibuat disekeliling lahan dan pada arah memotong tengah areal
lahan dengan ukuran parit: lebar atas 50 cm, lebar bawah : 35 cm dan
kedalaman berkisar 50-60 cm (tergantung tebal lapisan gambut dan kondisi
genangan air tanahnya).
2. Pembersihan Lahan
Selanjutnya tebasan dibiarkan hingga kering, untuk batang kayu yang bisa
diangkut dan dikumpulkan menjadi satu ditempat pembakaran, untuk semak
belukar yang kering dikumpulkan dan dibakar ditempat, setelah lahan bersih
pekerjaan berikutnya adalah pembuatan bedengan/guludan.
3. Pembuatan Bedengan/Guludan
Bedengan untuk jarak tanam (a) dan (b) dibuat dengan ukuran lebar 75 cm dan
tinggi 20-30 cm, dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan atau tergantung
selera/keinginan, tapi ada juga yang membuat bedengan dengan panjang 25
meter.
Ukuran Bedengan
(Jarak antar tanaman = 1,00 m atau 1,25 m)
Apabila bedengan untuk tanaman lidah buaya dibuat belakangan maka lahan
yang sudah bersih langsung diberi tanda untuk pembuatan lubang tanam (ajir),
dengan demikian bedengan tanaman akan terbentuk setelah bibit tanaman lidah
buaya sudah ditanam sekaligus merupakan pembumbunan tanaman.
Sarana produksi yang harus dipersiapkan adalah bibit, pupuk (organik dan
anorganik), abu, kulit udang atau busukan ikan (bila mudah diperoleh) dan
fungisida.
Pada penyiapan bibit tanaman lidah buaya harus dipersiapkan dengan baik sejak
pengolahan lahan dimulai yaitu bibit tanaman lidah buaya, sudah berumur 3
atau 4 bulan dan telah didederkan selama minimal 1 bulan, bibit dapat diambil
dari anakan langsung yang telah mencapai ukuran sebesar ibu jari dengan tinggi
10 cm – 15 cm, selanjutnya dipisahkan dari induk tanaman dan ditanam pada
tempat pendederan yang telah disiapkan (jarak tanam pendederan 15 cm x 20
cm atau 15 cm x 15 cm), selama pendederan bibit tanaman diberikan perlakuan
pemupukan (pupuk kandang, abu dan pupuk urea).
5. Persiapan Tanaman
Lahan yang sudah dibuat bedengan selanjutnya diberikan ajir sebagai tanda
jarak tanam dan tempat penanaman bibit. Minimal 1 minggu (7 hari) sebelum
tanam, pada ajir/tanda tanam tadi dibuat lubang tanam dengan ukuran 20 cm x
20 cm x 20 cm. Setelah lubang tanam dipersiapkan, selanjutnya
masukkan/tempatkan campuran pupuk urea, TSP, KCL, abu, pupuk kandang
dan kulit udang ke dalam lubang tanam dan tutup lagi dengan tanah dan
letakkan lagi ajir tepat ditengah lubang, sebagai tanda untuk menanamkan bibit
lidah buaya.
Bibit yang akan ditanam, harus diseleksi bersamaan dengan saat pencabutan
bibit dari tempat pendederan. Bibit lidah buaya umumnya berukuran tinggi 20 –
30 cm dengan minimal 6 (enam) daun pelepah.
Anakan yang telah cukup besar, berusia sekitar 1-2 bulan, dipisahkan dari
tanaman induk (ditangkarkan). Anakan akan muncul dari tanaman induk pada
usia 5-6 bulan. Penjarangan anakan ini sangat penting dilakukan agar tanaman
lidah buaya dapat tumbuh besar.
Pembiakan dapat dilakukan melalui anakan (umum dilakukan), benih, maupun
setek batang. Pembibitan dari anakan dapat dilakukan di bedengan atau di
polibag. Pembibitan di bedengan dapat dilakukan dengan membuat bedengan
berukuran 1-1.5 m x 10 m atau menurut kebutuhan dengan jarak tanam 10 cm x
10 cm. Bedengan harus benar-benar remah agar pertumbuhan akar bibit tidak
terganggu. Bibit yang terganggu perkembangan akarnya akibat tanah yang keras
tidak akan tumbuh berkembang. Sebelum ditanami bibit, bedengan ditaburi
pupuk kandang sebanyak 20 – 40 kg (1-2 karung) per bedeng dan diaduk secara
merata. Penaburan kapur pertanian dianjurkan untuk mengurangi serangan
cendawan. Penambahan urea sebanyak 7,5 kg per bedeng bisa dilakukan untuk
merangsang pertumbuhan bibit.
7. Penanaman
Bibit yang sudah diseleksi (terpilih) harus benar-benar sehat, tidak terdapat luka
pada daun pelepah. Pencabutan bibit dapat dilakukan bersamaan dengan saat
hari tanam (tidak dimalamkan atau terlalu lama terkena sinar matahari
langsung/berjemur).
Daun-daun bagian bawah yang telah berwarna kekuningan dan daun yang
terserang penyakit perlu dibuang. Daun dijaga agar tidak sampai tertimbun
tanah yang akan menyebabkan busuk akibat serangan cendawan. Pengairan
perlu dilakukan ketika lahan terlihat kering (lama tidak turun hujan). Pengairan
yang telat akan menyebabkan tanaman layu dan daun berubah warna kuning
kemerahan yang memerlukan waktu agar pulih kembali.
Setelah 3-4 hari dari pemberian pupuk, bibit tanaman dicabut dan dipindah
tanamkan di lapangan yakni pada lubang yang sudah diberikan campuran
pupuk. Penanaman bibit dengan cara dibenamkan sedalam 4 cm – 6 cm dan
tanah disekitar bibit dipadatkan agar bibit tidak mudah tumbang. Penanaman
hendaknya dilakukan pada pagi hari (jam 07.00 – 10.00) atau sore (jam 16.00).
Penyakit pada tanaman lidah buaya umumnya sedikit dan tidak serius, namun
bila terdapat luka pada daun pelepah kemungkinan akan terserang penyakit
busuk yang disebabkan oleh fungi (cendawan) atau bila pada penggunaan pupuk
kandang dari kotoran ayam sering terlihat serangan penyakit busuk pangkal akar
yang disebabkan oleh Erwinia chrysanthemi.
Pada tanaman lidah buaya yang kekurangan unsur kalium sangat mudah
terserang penyakit spot daun (ujung pelepah menjadi kering atau terdapat
bercak-bercak hitam) yang disebabkan oleh fusarium solani atau alternaria
alternata.
Hama yang menyerang lidah buaya relatif sedikit. Terkadang ulat atau belalang
menyerang daun lidah buaya. Pada keadaan lembab sering juga ditemui hama
yang menyerang akar dan batang lidah buaya, terutama saat pembibitan.
Sedangkan penyakit yang menyerang terutama busuk basah akibat
cendawan/bakteri pada daun. Penyemprotan pestisida hanya dilakukan bila
serangan hama dan penyakit cukup mengganggu.
Pada tanaman lidah buaya yang dirawat secara intensif (pupuk berimbang)
jarang sekali bahkan tidak pernah terlihat gejala serangan penyakit. Namun
pada tanaman lidah buaya yang penyediaan unsur haranya tidak seimbang
terutama apabila kelebihan unsur nitrogen (N) akan terlihat pada daun pelepah
yang sekulen berlebihan mudah terserang penyakit yang disebabkan oleh fungi,
karena serat yang terdapat dalam daun pelepah tidak kuat.
Tanaman lidah buaya yang terserang penyakit cendawan baik di akar atau di
daun pelepahnya segera harus dimusnahkan dan tanaman yang belum terserang
di semprot dengan fungisida.
9. Pemupukan Tanaman
Tanaman lidah buaya sangat diharapkan pertumbuhan vegetatifnya yang subur
karena daun pelepahnya yang akan di panen. Untuk mendapatkan pertumbuhan
tanaman lidah buaya yang baik harus dilakukan penambahan unsur hara melalui
pemupukan. Pemupukan dilakukan dengan dosis berdasarkan umur tanaman
dan diberikan dengan kontinyu pada waktu yang telah ditentukan. Secara rinci
pelaksanaan pemupukan tanaman lidah buaya sebagai berikut :
a). Pupuk Dasar : diberikan 3-4 hari sebelum tanam terdiri dari :
Ketujuh jenis sarana produksi (pupuk) ini dicampur merata dan masukan ke
dalam lubang tanaman untuk selanjutnya ditutup lagi dengan tanah yang
diambil dari sekitar lubang.
b). Pupuk Susulan tahun 1 : pupuk ini mulai diberikan pada umur tanaman 1,5-2
bulan setelah tanam, terdiri dari :
Sedangkan untuk pupuk kandang, abu dan kulit udang diberikan setiap 24
minggu sekali (6 bulan sekali) dengan dosis :
Pada pemberian pupuk susulan tahun II, dosis pupuk anorganik ditingkatkan
lagi, begitu juga dengan tahun III dan Ke IV dan seterusnya pemupukan
dilakukan dengan cara dibenamkan ditengah-tengah antara tanaman dalam
bedengan.
10. Penyiangan (Pengendalian Gulma)
Panen daun pelepah lidah buaya umumnya baru dapat dilakukan memasuki
umur tanaman 10-12 bulan atau melihat perkembangan dan pertumbuhan
tanaman, apabila sudah sesuai ukuran permintaan pasar dapat dilakukan
pemanenan.
Lidah buaya yang tumbuh dengan subur ukuran pelepah pertama (bagian
bawah) berkisar 40-70 cm dengan tebal daging pelepah antara 2 – 3 cm dan
berat mencapai 0,60 kg sampai 1,40 kg.
Pada hamparan tanaman yang sama panen dapat dilakukan sebulan sekali
sebanyak 1-2 daun pelepah. Namun petani biasanya melakukan panen pada
hamparan yang sama tidak sekaligus (1 kali) mengingat tingkat pertumbuhan
tanaman yang berbeda, sehingga panen dapat dilakukan beberapa kali dalam
hamparan yang sama tetapi lain tanaman.
Untuk memenuhi permintaan pasar terhadap daun pelepah lidah buaya segar
dari luar Kota Pontianak baik itu untuk dikirim ke Jakarta atau ekspor,
umumnya lidah buaya yang sudah bersih dan memebuhi standart permintaan
sebelum dikemas terlebih dahulu satu persatu pelepah lidah buaya dibungkus
dengan kertas koran dan dikemas dalam peti kayu. Satu buah peti kayu berisi 40
– 50 daun pelepah lidah buaya segar.
Peremajaan pada tanaman lidah buaya dilakukan dengan cara memotong batang
untuk memperpendek jarak antara pelepah dengan pangkal akar (bukan
penggantian tanaman).
13. Produksi
Produksi lidah buaya berupa daun pelepah, pada satu pohon tanaman lidah
buaya dapat dipanen 1 sampai 2 pelepah setiap bulannya.
Untuk tanaman yang berumur 10-12 bulan berat pelepah mencapai 0,6 kg,
apabila populasi tanaman mencapai 8.000 (jarak tanaman 1,00 m x 1,25 m) dan
yang dapat dipanen diperkirakan mencapai 80 % dari populasi tanaman/ha,
masing-masing tanaman
Kemampuan daya menerangkan leaflet sudah cukup baik karena kalimat yang
digunakan adalah bahasa Indonesia yang merupakan bahasa yang sudah umum
dikalangan petani. Istilah-istilah yang dipergunakanpun tidak begitu banyak.
Istilah yang dipergunakan merupakan istilah umum bidang pertanian dan
dibelakang istilah tersebut telah dibubuhkan artinya dalah bahasa yang mudah
dipahami oleh petani. Dengan demikian leaflet ini dapat menjangkau seluruh
lapisan masyarakat Indonesia, khususnya petani.
Cara Budidaya Lidah Buaya
Untuk isi media tanam kamu harus menggunakan media tanam dengan kualitas
yang baik, agar lidah buaya bisa tumbuh secara maksimal. Kamu bisa
menggunakan media tanam yang terdiri dari campuran pasir, tanah dan pupuk
kandang. Campurlah ketiga bahan tersebut dengan perbandingan 2:1:1.
Anakan lidah buaya bisa dijadikan bibit dengan waktu pembibitan sekitar 3
sampai 5 bulan yang kemudian dipindah ke media tanam atau bisa juga
langsung ditanam pada media tanam. Cara menanam tanaman ini sama dengan
tanaman yang lain yakni dengan memasukan akar lidah buaya pada lubang
tanam. Jangan terlalu dalam karena bisa terjadi pembusukan atau terlalu
dangkal sehingga mudah roboh. Keadaan idealnya bisa menanam lidah buaya
dengan kedalaman 10 cm. Ketika menanam lidah buaya lakukan dengan hati-
hati agar tidak patah atau bibit terhimpit.
Pemupukan
Tujuan dari dilakukan pemupukan adalah untuk mencukupi kebutuhan asupan
kalium dan unsur-unsur nitrogen untuk pertumbuhan vegetatif tanaman dan
pembentukan zat hijau serta jaringan tanaman. Pemupukan tanaman ini
biasanya dilakukan saat tanaman berimur 3-4 bulan dan setelah selesai masa
panen. Kamu bisa menggunakan pupuk jenis urea, TSP dan KCL dengan dosis
1:1:1/2. Untuk banyaknya pupuk menyesuaikan besarnya pot/polybag.
Selain pupuk buatan juga perlu diberikan pupuk organik dalam bentuk pupuk
kandang untuk memperbaiki jaringan tanah. Disarankan untuk menggunakan
pupuk kandang dari kotoran sapi karena mengandung banyak unsur hara dan
juga nitrogen.
Pada proses ini kamu juga harus melakukan penyobekan pada tanaman yakni
memisahkan tanaman lidah buaya yang memiliki banyak anakan, selain untuk
memastikan tanaman lidah buaya mendapatkan asupan makanan yang cukup.
Selain itu anakan yang dipisahkan bisa dijadikan bibit untuk ditanam kembali di
lahan yang berbeda.