Beberapa waktu yang lalu, kami diberikan tugas membuat makalah kebudayaan masa nifas.
sebenarnya, soalnya lumayan gampang (Ciaahh!! sok banget!!!) hahaha, tapi jawabannya
yang susah di cari! terutama bagi aku yang notabebenya bukan masyarakat asli tolaki. yeah,
untung saja beberapa teman asli dari tolaki yang memberi informasi tambahan mengenai
kebudayaan tolaki.
mungkin, bagi kamu yang sedang sibuk mencari tugas yang sama dengan aku. nih, aku kasih
makalah yang aku dan teman-teman kelompokku buat untuk kamu jadikan referensi. yeah,
boleh di copas sih. asal jangan di REUSE! hahah, cukup dijadikan REFERENSI. okkeee
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala kebesaran dan
nikmat hidayah yang telah diberikan-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah
Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) yang berjudul “Aspek Kebudayaan Ibu Nifas dalam Suku
Tolaki” ini dengan lancar.
Penyusunan Makalah ini dalam rangka memenuhi tugas. dan sebagai sarana untuk
menambah pengetahuan serta wawasan.
Penyusun juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah ini, pihak-pihak tersebut adalah:
1. Dosen mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar (ISBD) Ibu Sitti Aisa, AM.Keb, S.Pd, M.Pd
3. Orangtua tercinta.
4. Teman-teman kelompok 3 yang telah bekerjasama sehingga penyusunan Makalah ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih memiliki kelemahan dan kekurangan. Oleh
karena itu, Penyusun memohon maaf atas kekurangan tersebut. Penyusun juga senantiasa
membuka tangan untuk menerima kritik dan saran yang membangun agar kelak kami bisa
berkarya lebih baik lagi.
Harapan Penyusun, semoga karya kecil ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Semoga pula
makalah ini dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Peyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aspek sosial dan budaya sangat mempengaruhi pola kehidupan semua manusia.
Dalam era globalisasi dengan berbagai perubahan yang begitu ekstrem pada masa ini
menuntut semua manusia harus memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satu masalah yang
kini banyak merebak di kalangan masyarakat adalah kematian ataupun kesakitan pada ibu
dan anak yang sesungguhnya tidak terlepas dari faktor-faktor sosial budaya dan lingkungan di
dan kondisi sehat-sakit, kebiasaan dan ketidaktahuan, seringkali membawa dampak baik
positif maupun negatif terhadap kesehatan ibu dan anak. Pola makan, misalnya, pacta
dasarnya adalah merupakan salah satu selera manusia dimana peran kebudayaan cukup besar.
Hal ini terlihat bahwa setiap daerah mempunyai pola makan tertentu, termasuk pola makan
ibu nifas yang disertai dengan kepercayaan akan pantangan, tabu, dan anjuran terhadap
Tak terkecuali suku Tolaki yang berada di Provinsi Silawesi Tenggara. Masyarakat
suku Tolaki masih memegang beberapa kepercayaan, larangan hingga anjuran tertentu bagi
Tenggara, ternyata tidak mampu menghilangkan kepercayaan dan kebudayaan suku Tolaki
Kebudayaan tersebut tidak dapat dihilangkan, salah satu alasan yang kuat dikarenakan
pembuktian terhadap beberapa mitos hingga kepercayaan Ibu Nifas benar adanya. Namun di
sisi lain, terdapat beberapa kepercayaan/mitos yang sama sekali tidak membawa dampak
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Mengetahui aspek sosial budaya pada Ibu Nifas dalam suku Tolaki.
BAB II
PEMBAHASAN
periode intrapartum) menjadi kembali ke saluran reproduktif wanita pada masa sebelum
2. Masa nifas adalah masa sesudah persalinan, masa perubahan, pemulihan, penyembuhan dan
pengembalian alat-alat kandungan. Proses masa nifas berkisar antara 6 minggu atau 40 hari.
Secara umum, Masa nifas (Puerperium) atau Periode Post natal adalah masa pulih
kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama
1. Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
Dalam agama Islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
minggu.
3. Remute Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
a. Fisik
b. Psikologi
Distres waktu persalinan segera di stabilkan dengan sikap badan atau keluarga yang
3. Makan makanan yang tidak merangsang, baik secara termis, mekanis atau kimia untuk
4. Batasi makanan yang berbau keras (tidak terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak
5. Gunakan bahan makanan yang dapat merangsang produksi ASI, misalnya sayuran hijau.
Pada dasarnya, setiap suku memiliki beberapa kebudayaan terkait dengan Ibu hamil,
Alasan :
Karena terong dapat membuat tubuh si ibu dan bayi menjadi gatal.
Pembuktian :
Terong merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak mengandung Vitamin A dan C.
Terutama pada jenis Terong Belanda. Terong jenis ini mempunyai banyak manfaat dan
merupakan salah satu jenis antioksidan. Antioksidan ini dapat membantu daya tahan tubuh
menjadi lebih baik. Terong juga kaya akan vitamin A dan C untuk meningkatkan daya tahan
tubuh selain itu, bagi pertumbuhan tubuh terong sangat bagus karena mengandung fosfor dan
Oleh karena itu, tidak benar bila terong dapat menyebabkan gatal-gatal pada Ibu dan Bayi.
2. Ibu diwajibkan mandi air hangat/ mengkompres perut dengan botol yang diisi dengan air
panas.
Alasan :
Karena dengan mandi air hangat dapat mengobati luka dalam pasca melahirkan.
Pembuktian :
Hal ini dinilai cukup benar. Karena air hangat dapat memperlancar peredaran darah. Aliran
darah yang lancar sangat mempengaruhi sistem metabolisme dalam tubuh. Dalam darah
terkandung oksigen serta nutrisi yang diperlukan bagi sel-sel dalam tubuh, sehingga dalam
Alasan :
Karena makanan pedas bila dikonsumsi ibu dapat menyebabkan ASI menjadi pedas.
Pembuktian :
Sebenarnya, makanan pedas yang mengandung cabai memiliki kandungan kapsaisin bersifat
antikoagulan, yaitu menjaga darah tetap encer dan mencegah terbentuknya kerak lemak pada
pembuluh darah. Sehingga orang yg suka makan sambal dpt memperkecil kemungkinan
menderita penyumbatan darah (aterosklerosis), shg mencegah munculnya serangan stroke dan
jantung koroner, serta impotensi. Namun, bagi ibu nifas mengonsumsi sambal/cabai dapat
menyebabkan naiknya asam lambung sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman di perut. Bila
dikonsumsi berlebih dapat mengakibatkan infeksi pada lambung. Bayangkan saja, apabila ibu
yang pasca melahirkan masih memiliki luka didaerah perut(setelah operasi caesar) ataupun
rasa sakit pasca melahirkan, kemudian megonsumsi cabai/makanan pedas lainnya akan
menambah rasa sakit bagi ibu. Oleh karena itu, larangan ini memiliki dampak positive bagi
Ibu nifas.
Alasan :
Karena gurita dapat mengembalikan bentuk tubuh yang melar pasca melahirkan.
Pembuktian :
Pada dasarnya, dunia kedokteran tidak menganjurkan setiap pasien bersalin untuk memakai
stagen. Stagen tidak memeberikan efek positif dalam mengecilkan atau mengencangkan perut
karena sifatnya yang pasif. Kebudayaan ini hanya membawa dampak positive bagi ibu yang
mengalami masalah kurang percaya diri dengan bentuk tubuh yang melar pasca melahirkan.
Tetapi, bila dilihat dari sisi kesehatan, penggunaan gurita sama sekali tidak mempengaruhi
kondisi kesehatan ibu. Karena, gurita hanya akan menyamarkan perut ibu yang melar pada
saat menggunakan gurita, tetapi bila dilepas, bentuk tubuh ibu akan kembali terlihat
melar/kendur. Penggunaan gurita diperbolehkan karena gurita tidak membalut perut ibu
terlalu kencang seperti stagen. Namun perlu pula diperhatikan bagi ibu yang baru melakukan
operasi caesar. Jahitan yang masih baru atau basah jika langsung dipakaikan gurita, apalagi
stagen, malah akan bertambah parah. Jahitan bisa terbuka kembali, atau bahkan bernanah.
Alasan :
Pembuktian :
Pada ibu yang baru saja melahirkan atau berada pada masa nifas jelas hal ini sangat
mempunyai dampak yang positive bagi si ibu tersebut, karena jika ibu duduk atau tidur pada
posisi miring atau di tekuk dapat mempengaruhi posisi tulang ibu tersebut karena tulang ibu
pada masa nifas seperti bayi, yang apabila si ibu melakukan gerakan miring pada saat tidur
dan menekuk saat duduk akan berisiko, larangan ini baik untuk ibu karena pada ibu pada
masa nifas mudah terkena varises dan dampak negative akan larangan ini jelas tidak ada baik
Alasan :
Pembuktian :
Bara Api menghasilkan Uap panas. Dalam hal ini, kencing di atas bara api dapat dikatakan
terapi Uap. Terapi uap merupakan salah satu pilihan yang paling mudah dan sederhana untuk
mengeluarkan racun-racun yang menumpuk di dalam tubuh. Saat pori-pori terbuka dan jutaan
kelenjar keringat mulai mengeluarkan keringat, maka tubuh juga akan mengeluarkan sampah-
sampah sisa metabolisme. Terapi uap juga berfungsi memperlancar aliran darah. Hal ini
sekaligus akan memperlancar suplai nutrisi ke seluruh tubuh. Selama proses mandi uap,
aliran darah ke kulit meningkat dari 5-10% menjadi 50-70%. Peningkatan aliran darah ini
sekaligus membawa nutrisi penting ke kulit dan jaringan, menstimulasi aktivitas selular dan
pertumbuhan sel-sel. Namun perlu diingat, kencing di atas bara api tidak boleh di lakukan
pada ibu yang masih memiliki luka pasca melahirkan khususnya di daerah vagina. Karena
akan memungkinkan si ibu terkena percikkan bara api atau abu yang dapat menambah parah
a. Pengetahuan
· Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan yang hanya setengah justru lebih
berbahaya daripada tidak tahu sama sekali, kendati demikian ketidaktahuan bukan berarti
tidak berbahaya.
b. Pendidikan
memberikan pengaruh besar terhadap perilaku ibu nifas. Apabila ibu nifas diberikan
informasi tentang bahaya pantang makanan dengan jelas, benar dan komprehensif termasuk
akibatnya maka ibu nifas tidak akan mudah terpengaruh atau mencoba melakukan pantanng
makanan
c. Pengalaman
sesuatu hal. Adanya pengalaman melahirkan dan menjalani masa nifas maka ibu akan
mempunyai perilaku yang mengacu pada pengalaman yang telah dialami sebelumnya.
Misalnya ibu nifas yang dahulunya mengalami masalah baik pada dirinya dan bayinya karena
pantang makanan maka ibu nifas tidak akan melakukan pantang makanan kembali pada masa
nifas berikutnya.
d. Pekerjaan
· Pekerjaan merupakan suatu usaha dalam memporelh imbalan yaitu uang. Suami yang
bekerja akan mendukung ibu dalam memenuhi kebutuhan masa nifas yang mengandung
banyak zat gizi, sedangkan ibu yang bekerja menyebabkan ibu mempunyai kesempatan untuk
e. Ekonomi
· Status ekonomi merupakan simbol status sosial di masyarakat. Pendapatan yang tinggi
mendorong ibu nifas untuk melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kebutuhan
kesehatan
f. Budaya
· Menjalankan ritual yang menyatakan tentang hubungan, kekuatan, dan keyakinan. Derajat
keyakinan. Derajat keyakinan budaya khusus dan perilaku yang ada dalam kehidupan
keluarga dfikaitkan dengan lama waktu kieluarga tersebut ada di dalam syatu komunitas,
komposisi komunitas, dan jarak geografik, serta bersifat sementara dari keluarga besar dan
masih melekatnya budaya tarak dari nenek moyang. Dan sangat berpengaruh besar terhadap
prilaku ibu pada masa nifas. Adapun keadaan keluarga yang mempengaruhi perilaku
seseorang yaitu orang tua yang masih percaya dengan budaya tarak yang memang sudah
2. Faktor pendukung : yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak bersedianya
fasilitas – fasilitas atau sarana – sarana kesehatan. Misalnya Puskesmas, obat-obatan, alat-alat
kontrasepsi, jamban.
3. Faktor pendorong : yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas
lainnya yang merupakan kelompok retefensi dari perilaku masyarakat. (Paath, 2005).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan akan budaya ibu nifas yang telah dijelaskan dalam Makalah ini, maka
persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu :
6 – 8 minggu
· Nifas dibagi dalam 3 periode yaitu : Puerperium dini, Puerperium Intermedial, Remute
Puerperium.
· Kebutuhan Ibu dalam masa nifas, terdiri atas kebutuhan : Fisik, Psikologi, Social,
Kebutuhan Gizi.
· Kebudayaan tarak(larangan makan makanan tertentu) dapat ditemukan dalam suku Tolaki.
· Kewajiban mandi air hangat, duduk dengan kaki lurus, hingga menggunakan stagen,
merupakan beberapa kebudayaan yang masih ada ditengah masyarakat hingga kini.
· Beberapa kebudayaan Ibu Nifas di suku Tolaki yang bersifat negatif(membawa dampak
negative bagi ibu) adalah, larangan makan terong, hingga kewajiban mengenakan stagen.
· Adapun kebudayaan yang dinilai memiliki dampak positif bagi ibu nifas diantaranya :
duduk/tidur dengan kaki diluruskan, mandi air hangat, larangan mengkonsumsi makanan
B. Saran
Masih adanya kebudayaan Ibu nifas ditengah-tengah masyarakat Tolaki merupakan hal yang
wajar. Namun, bila kebudayaan tersebut membawa pengaruh negatif maka perlu dilakukan
· Tidak perlu dilakukan pelarangan mendadak terhadap kebudayaan yang dianggap negatif
tersebut, karena hal itu akan membuat masyarakat yang berpegang teguh pada kepercayaan
· Bidan atau para staf kesehatan harus lebih gencar melakukan penyuluhan akan
kebudayaan-kebudayaan yang dianggap tidak bermanfaat bagi Ibu hamil, melahirkan hingga
Ibu Nifas.
· Ibu Nifas pun harus lebih mencari informasi penting akan kebutuhan gizi hingga anjuran-
anjuran yang baik bagi dirinya selama masa Nifas. Ibu nifas diwajibkan tidak hanya
berpangku tangan menerima segala kebudayaan tanpa mencaritahu atau menyeleksi hal-hal
DAFTAR PUSTAKA