Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam usaha untuk menyelenggarakan pendidikan dan kurikulum terutama di


Perguruan Tinggi ada beberapa hal pokok yang harus diperhatikan antara lain:
a) Pendidikan tidak pernah diselenggarakan dalam keadaan hampa, dalam arti
bahwa pengaruh lingkungan dimana usaha pendidikan diselenggarakan turut
menentukan segala sesuatu dalam pendidan tersebut.
b) Pendidikan berorientasi ke depan, karena pendidikan pada dasarnya adalah
proses dimana mahasiswa dipersiapkan untuk menghadapi kehidupan di
kemudian hari dalam peranan yang lebih bertanggung jawab.
c) Pendidikan tidak bias dipisahkan dari hasrat, arah perkembangan dan nilai
hidup masyarakat.
d) Pendidikan sebagai suatu proses yang sadar tujuan, menyangkut keadaan
awal dan akhir dapat juga dilihat sebagai suatu proses transisi.
Dengan demikian, maka keberhasilan dalam proses belajar mengajar diperlukan
adanya suatu ketetapan dan ketepatan dalam menentukan perangkat rencana dan
pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang akan digunakan
untuk mengajar sebagai pedoman dalam penyelenggaraan kegiatan belajar
mengajar. Hal ini dapat terlepas dari para dosen yang secara langsung ikut
menentukan keberhasilan proses belajar mengajar, terutama dalam penentuan
pembuatan silabus. Untuk itu diperlukan suatu pedoman yang benar dalam
penulisan penyusunan Satuan Acara Perkuliahan (SAP).
BAB II
PEMBAHASAN

1.1 Dasar Penyusunan SAP


Pengajaran akan berhasil apabila direncanakan terlebih dahulu dengan
cermat, teliti, dan sistematis dari semua faktor- faktor yang terkait, yaitu tujuan
belajar, siapa yang belajar, materi yang akan di bahas, bagaimana cara
penyajiannya dan media penunjang yang akan digunakan, sumber belajar serta
bagaimana cara mengevaluasinya. Oleh karena itu dalam pengajaran perlu disusun
suatu kurikulum. Kurikulum yang disusun bukan hanya sebagai dokumen yang
memuat tujuan dan Garis Besar Program Pengajaran (GBPP), tetapi harus
diterjemahkan secara relevan dalam bentuk proses belajar- mengajar, yang secara
operasional sangat dipengaruhi oleh kemampuan Dosen dalam menyusun suatu
Satuan Acara Perkuliahan (SAP).
Pemberian materi perkuliahan harus sesuai dengan Satuan Acara
Perkuliahan (SAP). Dosen harus memberitahukan SAP kepada mahasiswa.
Informasi SAP dapat diperoleh melalui situs di http://sap.gunadarma.ac.id. SAP
ini sangat penting diketahui oleh dosen dan mahasiswa agar tujuan perkuliahan
dapat tercapai. Berkaitan dengan pemberian mata kuliah dalam proses
pembelajaran, Gunadarma menunjuk Koordinator Mata Kuliah untuk
mengkoordinir dosen-dosen yang mengampu suatu mata kuliah agar pemberian
mata kuliah di setiap kelas paralel untuk suatu mata kuliah dapat sesuai dengan
SAP. Dari SAP yang sudah ada Sub Bagian Koordinator Mata Kuliah dan
Penasehat Akademik bersama Program Studi mengevaluasi SAP agar materi
kuliah yang diberikan dapat sesuai kebutuhan stakeholders. Untuk itu secara rutin
di awal semester unit-unit kerja ini mengadakan acara refreshing untuk
mengevaluasi SAP yang sudah ada
1.2 Fungsi Satuan Acara Perkuliahan (SAP)
Satuan Acara Perkuliahan berfungsi sebagai pedoman kerja dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan, yaitu :
a) Preventif
Mencegah Dosen dari melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan yang
telah ditentukan dalam kurikulum.
b) Korektif
Satuan Acara Perkuliahan berfungsi sebagai rambu-rambu yang harus
ditaati dan sebagai pedoman dalam melaksanakan pendidikan.
c) Konstruktif
Satuan Acara Perkuliahan memberikan arah secara rinci bagi pelaksanaan
dan
pengembangan pendidikan yang mengacu pada kurikulum.

1.3 Prinsip Penyusunan SAP


Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pembuatan Satuan Acara
Perkuliahan:
Relevansi :
* Relevan dengan lingkungan hidup peserta (mahasiswa).
* Relevan dengan perkembangan kehidupan masa sekarang dan masa yang
akan datang (kemajuan IPTEK).
* Relevan dengan tuntutan dunia kerja.
Efektifitas :
* Efektif mengajar bagi Dosen.
* Efektif belajar bagi mahasiswa.
Efisiensi :
*Efisien dalam pendidikan berarti efisien dalam : waktu, biaya,
penggunaan tenaga dan peralatan.
Kontinuitas :
*Satuan Acara Perkuliahan memiliki saling hubungan antara materi Pokok
Bahasan/Sub Pokok Bahasan, satu dengan yang lainnya.
Komprehensif :
*Semua kegiatan dan komponen dalam Satuan Acara Perkuliahan
merupakan satu kesatuan yang berinteraksi dan berinterfungsi secara
terpadu dan harmonis dalam rangka mencapai tujuan pengajaran yang
telah dirumuskan.
Flexibilitas :
*Satuan Acara Perkuliahan tidak boleh kaku, harus luwes, dapat bertindak
dan mempunyai keleluasaan bergerak yang disebabkan oleh situasi dan
kondisi yangmtiba-tiba berubah atau sangat diperlukan adanya suatu
perubahan.

1.4 TUJUAN PEMBELAJARAN :


1. Tujuan Umum
Setelah mempelajari modul ini, peserta trampil menyusun Satuan Acara
Pembelajaran materi diklat yang akan disampaikannya.
2. Tujuan Khusus
Setelah menyelesaikan modul ini, peserta mampu :
1. Menjelaskan pengertian SAP
2. Menjelaskan manfaat SAP
3. Menjelaskan tujuan SAP
4. Menjelaskan tentang langkah-langkah penyusunan SAP
5. Menyusun SAP

1.5 POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK BAHASAN


1.Pengertian, Manfaat Dan Tujuan SAP
a. Pengertian
b. Manfaat
c. Tujuan
2.Langkah-Langkah Penyusunan SAP
a Sistematika SAP
b Teknik penyusunan SAP
c Kegiatan Pembelajaran
3.Penyusunan SAP
URAIAN MATERI
BAB II
PEMBAHASAN

POKOK PEMBAHASAN
1. Pengertian SAP
SAP atau Satuan Acara Pembelajaran , ada pula yang menyebutnya dengan
Satpel atau Satuan Pelajaran atau Kurikulum Mikro. SAP merupakan
pedoman/panduan yang memberi arah kepada fasilitator dalam menyajikan
materi pembelajaran kepada para peserta, dalam kurun waktu tertentu dengan
metoda dan alat bantu yg sesuai guna mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditentukan.
Ada berbagai pengertian tentang SAP tersebut, antara lain :
a. SAP merupakan suatu uraian rinci tentang langkah-langkah proses transfer
suatu mata ajaran atau materi latihan untuk bidang kemampuan tertentu,
yang akan dipaparkan atau dilatihkan kepada peserta, dalam kegiatan
pembelajaran.
b. SAP merupakan rencana pelaksanaan proses pembelajaran mata diklat
yang dibuat oleh pelatih. Dengan tersedianya SAP, pelatih akan
memperoleh arah dalam memaparkan materi diklatnya.
c. SAP adalah proses merancang kegiatan pembelajaran dengan langkah-
langkah yang tertata, tepat dan logis guna mencapai tujuan pembelajaran.

2. Manfaat SAP
Manfaat penyusunan SAP dalam kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
oleh setiap fasilitator antara lain :
a. Menjadi instrumen pengendalian dan pembinaan terhadap fasilitator
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.
b. Fasilitator dan peserta dapat mengetahui proses pembelajaran yang akan
berlangsung dan metoda-metoda untuk mencapai tujuan materi tersebut.
3. Tujuan SAP
Sebagai pedoman dan arah bagi fasilitator dalam melaksanakan proses
kegiatan pembelajaran

POKOK BAHASAN 2 :
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN SAP
1. Sistematika SAP
Komponen-komponen suatu SAP adalah sebagai berikut :
a Mata Ajart (Materi) : diisi Pokok/ Sub Pokok Bahasan
b Tujuan Materi : diambil dari TPU dan TPK
C Sasaran latihnya : sebutkan kriteria/ siapa peserta
d Waktu : dalam menit atau JPL
e Tempat : Kelas/ Lab/ Tempat Lain
(mis: bangsal RS)
f Metoda : Cara pembelajaran yang
akan digunakan
g Alat bantu : alat/ instrument yang akan
digunakan
h Slide/transparant : Bahan yang
dipaparkan/ditayangkan
i Lembar Tugas : Petunjuk penugasan
j Kegiatan Pembukaan, Inti, penutup
Pembelajaran
k Rujukan Buku yang digunakan sebagai
referensi / kepustakaan
l Evalasi nilai evaluasi

2. Teknik penyusunan SAP


Berikut akan diuraikan tentang cara penulisan setiap komponen dalam SAP,
terutama pada komponen-komponen :
a. Tujuan Pembelajaran : umum maupun khusus
b. Metode pembelajaran.
c. Alat bantu pembelajaran.
d. Kegiatan Pembelajaran.
e. Instrument evaluasi formatif (setelah materi selesai).
Komponen-komponen yang lain seperti Pokok/Sub pokok bahasan, waktu
dan tempat bukan tidak penting akan tetapi cara penulisannya lebih bervariasi
tergantung tujuan dan kebutuhan peserta.

3. Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Menggambarkan kompetensi atau kemampuan/ kecakapan umum/
ketrampilan tertentu yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta setelah
menyelesaikan kegiatan pembelajaran satu mata diklat/materi.
Rumusan TPU yang baik harus memenuhi kriteria antara lain sbb:
 Merupakan kompetensi umum dari suatu kemampuan tertentu ( TPU
merupakan gabungan dari beberapa kompetensi khusus)
 Terdiri dari kata kerja operasional (= hasilnya dapat diukur dan
diamati) yang diikuti kata benda (obyek = keterangan dari perilaku
yang akan dicapai), sehingga rumusan TPU menjadi rasional.

b. Tujuan Pembelajaran Khusus


 Merupakan penjabaran lebih lanjut dari TPU yang harus dicapai atau
dikuasai oleh peserta setelah menyelesaikan suatu kegiatan
pembelajaran.

 Rumusan TPK memerlukan kriteria, bahwa kompetensi yang harus


dicapai harus berorientasi pada peserta dan dapat diukur. Mengingat
yang menjadi subyek aktif proses diklat adalah peserta.
 Rumusan TPK harus mengandung komponen A,B,C dan D, yang
berarti :^Audience (peserta) harus dapat mengerjakan atau
berpenampilan seperti yang dinyatakan dalam TPK, ^Behaviour
(perilaku) peserta setelah selesai kegiatan pembelajaran, ^Condition
(persyaratan) yang harus dipenuhi pada saat paserta menampilkan
perilaku setelah selesai kegiatan pembelajaran. ^Degree (tingkat
keberhasilan) peserta setelah selesai kegiatan pembelajaran.
Contoh TPK:
Peserta (Audience) dapat melaksanakan asuhan keperawatan
eklamsia (Behaviour) pada pasien eklamsia (Condition) sesuai
dengan standard pelayanan (Degree)

4. Metoda Pembelajaran
Metoda pembelajaran yang digunakan dalam suatu pelatihan sangat tergantung
dari tujuan kompetensi yang ingin dicapai. Walaupun hampir sama tujuannya,
tetapi dengan audience yang berbeda mungkin metoda yang dipilih tidak persis
sama. Dalam setiap kegiatan pelatihan mungkin akan bervariasi metodanya, selain
materi dan peserta juga sangat tergantung pada waktu, alat yang tersedia, lokasi
pembelajaran, fasilitator dsb-nya.

5. Alat Bantu Pembelajaran


Memilih alat bantu pembelajaran sangat tergantung pada tujuan diklat yang
akan dicapai. Pada dasarnya ada 2 macam alat bantu pembelajaran yaitu bersifat
Umum dan Khusus.
 Alat bantu pembelajaran Umum : seperti papan tulis/ white board beserta
kelengkapannya. Alat bantu pembelajaran seperti ini tidak perlu ditulis
dalam SAP.
 Alat bantu pembelajaran Khusus : seperti alat peraga tertentu, atau disebut
teaching/ training aids, merupakan alat yang mendukung peningkatan
pemahaman, kemampuan dan memperlancar kegiatan pembelajaran.
Sebaiknya ditulis secara spesifik misalnya : model jantung, phantom,
instrumen kesehatan seperti alat pengukur tensi, alat KB, dll.
 Pemilihan alat bantu pembelajaran, didasarkan atau sesuai tujuan dan
metoda pembelajaran yang akan dilaksanakan. Alat bantu pembelajaran
yang akan di gunakan dalam proses pembelajaran HARUS ditulis secara
jelas dan rinci, agar tidak menimbulkan kesulitan pada saat kegiatan
tengah berlangsung.

6. Kegiatan Pembelajaran
Penyusunan kegiatan pembelajaran harus berfokus kepada peserta yang
diposisikan sebagai subyek, diikuti dengan bentuk kegiatan yang harus
dilakukannya (behaviour). Setiap langkah kegiatan pembelajaran harus ditulis
secara berurutan (sequencing) mulai dari awal s/d akhir, juga disesuaikan dengan
Pokok dan Sub Pokok Bahasan yang tertera dalam GBPP.
BAB III
PENUTUP
Dengan adanya pedoman penyusunan SAP ini diharapkan dapat membantu bagi
pada Dosen dalam pembuatan Satuan Acara Perkuliahan (SAP), sehingga tujuan
dari lembaga pendidikan terutama untuk mencapai keberhasilan dalam proses
belajar mengajar dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bullard, Rebecca et al, The Occational Trainer’s Handbook: Educational


Tecknology Publication, New Yersey, 1992.

2. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Undang-Undang Nomor 2 Tahun


1989 Tentang Sistem pendidikan Nasional, Semarang, 1989.

3. Gagne, R. et al, Prinsciples Of Instructional Design (3rd Edition), Troy, Mo,:


Holt, Rinehart & Winston, 1988.

4. Hamalik, Oemar, Pengembangan Kurikulum (Sisten dan Prosedur), PT


Trigenda Karya, Bandung, 1990.

5. _____________, Pengembangan Kurikulum (Dasar-Dasar Dan


Perkembangannya), Mandar Maju, Bandung, 1990.

6. Rothwell, William J. and H.C. Kazanas, Mastering The Intructional Design


Process, Jossey Bass Publishers, San Francisco, 1992.

Anda mungkin juga menyukai