Anda di halaman 1dari 3

Hasil

Evaluasi Pengamatan Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok


1 2 3 4 5 6
Organoleptis Warna Putih agak Putih Putih Putih Putih Putih
bening kekuningan bening kekuningan
Bentuk Gel Gel Gel Gel Gel Gel

Bau Menthol Menthol Menthol Menthol Menthol Menthol


Tekstur Licin dan Lembut Licin dan Tidak Kental Kental
halus halus lengket
Homogenitas Homogen Homogen, Homogen Kurang Homogen Homogen
tdk terasa homogen
kasar di
kulit
pH pH universal 5 4-5 6 5 5 6
Berat Berat yang 5,89 g 5,81 g 3,45 g 12, 16 g 10,45 g 8,89 g
hilang

Pembahasan

Gel merupakan suatu sistem setengah padat yang terdiri dari suatu dispersi yang tersusun baik dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar atau saling diserapi cairan (Ansel, 2008).
Pada praktikum ini, praktikan menggunakan zat aktif Menthol untuk membuat sediaan gel, dimana
menthol berupa serbuk hablur heksagonal, tidak berwarna, biasanya berbentuk jarum, dan bau enak
seperti permen.

Formulasi sediaan semisolid gel sangat beragam pada bagian gelling agent, kelompok/ formula 1
menggunakan gelling agent carbopol, carbopol merupakan basis gel yang kuat, sehingga penggunaannya
hanya sekitar 0,5-2,0%. Karbomer berupa serbuk halus berwarna putih, bersifat asam dan higroskopis
yang menyebabkan pada temperatur belebih dapat mengakibatkan kekentalannya menurun sehingga
mengurangi stabilitas (Barel dkk., 2009). Kelompok/ formula 2 menggunakan gelling agent HPMC, basis
ini dapat menghasilkan gel yang netral, tidak berwarna dan tidak berasa, jernih, stabil pada pH 3-11.
Kelompok/formula 3 menggunakan gelling agent CMC-Na yang berbentuk serbuk granul putih, tidak
berbau dan bersifat higroskopis dan pada konsentrasi 3-6% dalam formula biasa digunakan sebagai basis
gel (Rowe, et, al., 2009). Kelompok/formula 4 menggunakan gelling agent Na Alginat yang tersedia
dalam bentuk bubuk tidak berbau dan tidak berasa, dan berwarna kuning pucat sampai kecoklatan. Na
Alginat memiliki viskositas maksimum pada pH 7 dan pH 4-10 menurun sekitar 10%. Kelompok/formula
5 menggunakan gelling agent Tragakan. Penggunaan tragakan untuk obat topikal digunakan sekitar 5%,
dan penggunaan tragakan kurang diminati karena viskositasnya dipengaruhi oleh pH dan film yang
ditinggalkan pada kulit cenderung membentuk flek dan mudah terdegradasi oleh mikroba. Dan pada
Kelompok/formula 6 menggunakan gelling agent Metil selulosa, penggunakan metil selulosa lebih luas
sebagai bahan pembentuk gel karena dapat menghasilkan gel yang netral terhadap alkali dan asam,
namun kejernihan metil selulosa tidak sejernih HPMC.
Pada praktikum ini, praktikan menggunakan gelling agent yaitu carbopol. Carbopol tersebut
didispersikan pada permukaan air dan didiamkan ± 10-15 menit dengan tujuan untuk membentuk
larutan koloid. Penambahan carobopol ditujukan untuk meningkatkan viskositas sediaan agar zat aktif
dapat bercampur dengan air.

Zat aktif pada sediaan ini yaitu menthol, menthol dilarutkan dalam alkohol 95% dikarenakan menthol
mempunyai kemampuan yang sangat mudah larut dalam etanol (95%) (HoPE 6th). Penambahan alkohol
95% berfungsi sebagai pelarut yang dapat melarutkan air dan propilen glikol pada sediaan ini, selain itu
alkohol juga dapat berfungsi sebagai pengawet antimikroba dimana konsentrasinya >10%, penggunaan
antimikroba pada sediaan ini sangat dibutuhkan dikarenakan kandungan air dalam sediaan dapat menjadi
salah satu tempat tumbuh mikroba, sehingga tingkat kerentanan akan pertumbuhan mikroba sangatlah
tinggi.

Na-EDTA pada sediaan ini di campurkan dengan air dikarenakan Na-EDTA mempunyai kemampuan yang
larut dalam air (1:11) dan propilen glikol juga dicampurkan pada tahapan ini, dikarenakan propilen glikol
juga mempunyai kemampuan yang dapat bercampur dengan air (HoPE, 6th). Penambahan Na-EDTA
bertujuan sebagai pengkhelat atau chelating agent agar bahan aktif maupun eksipien yang inkompatibel
dengan ion logam berat tidak bereaksi dengan ion logam berat. Selanjutnya penambahan propilen glikol
bertujuan sebagai humectant untuk meningkatkan hidrasi kulit, sehingga penetrasi zat akan lebih efektif
serta dapat mempertahankan konsistensi air dalam sediaan gel. Pada formula ini, penambahan suatu
basa sangat di butuhkan untuk menetralkan gelling agent yang bersifat asam, sehingga pada sediaan ini
diberi penambahan TEA sebagai penstabil karbopol (Rowe dkk., 2006).

Evaluasi pada sediaan gel ini dinilai dari organoleptis, homogenitas, pH dan berat sediaan yang hilang.
Dari segi organoleptis, rata-rata semua formula memiliki ciri-ciri organoleptis yang sama yaitu
mempunyai warna putih bening sampai kekuningan, bentuk gel, bau menthol, dan tekstur yang tiap
formulanya berbeda-beda, formula dengan gelling agent carbopol memiliki tekstur licin dan halus yang
sama dengan formula dengan gelling agent CMC-Na. Formula dengan gelling agent HPMC memiliki
tekstur lembut, formula dengan gelling agent Na Alginat memiliki tekstur tidak lengket sedangkan
formula dengan gelling agent Tragakan dan Metil selulosa memiliki tekstur kental. Perbedaan tekstur
disini disebabkan karena sifat dari gelling agent yang berbeda-beda sehingga hasil tekstur gel pun
berbeda-beda.

Evaluasi sediaan gel berikutnya yaitu homogenitas. Homogenitas ini dilihat dari hasil olesan gel ke kulit
tidak terlihatnya adanya butiran kasar. Pada praktikum ini semua formula mendapatkan hasil gel yang
homogen kecuali pada formula dengan gelling agent Na Alginat yang mendapatkan hasil kurang
homogen. Hal ini disebabkan karena ketika pembuatan gel ada beberapa bahan yang belum larut atau
belum melebur sempurna, sehingga masih terdapat butiran-butiran kasar pada sediaan gel.

Tahapan evaluasi selanjutnya yaitu pemeriksaan pH, dalam praktikum ini kisaran pH yaitu anatara 4-6,
formula yang memiliki pH 5 yaitu formula dengan gelling agent Carbopol, HPMC, Na Alginat, Tragakan
dan metil selulosa dan formula yang memiliki pH 6 yaitu formula dengan sediaan CMC-Na. Menurut
literatur, dalam sediaan topikal pH yang sesuai yaitu pH yang masuk ke dalam rentang pH normal
permukaan kulit yaitu 4,5-6,5 (Draelos &Lauren 2006), karena jika sediaan gel memiliki pH yang terlalu
asam maka akan menyebabkan iritasi kulit dan jika terlalu basa maka akan membuat kulit menjadi
kering. Dalam hal ini hasil pengamatan uji pH semua formula sesuai karena termasuk ke dalam range pH
normal kulit.
Sediaan gel yang baik ialah gel yang memliki viskositas baik dan daya lekat tinggi, memilki sifat
tiksotropi, mudah merata bila dioleskan, memiliki derajat kejernihan tinggi, tidak meninggalkan bekas
saat pemakaian, mudah tercucikan dengan air, daya lubrikasi tinggi, memberi rasa lembut dan sensasi
dingin saat digunakan. Dari hasil pengamatan praktikum ini, sediaan gel yang paling baik jika dilihat dari
evaluasi organolpetis, homogenistas dan pH yaitu formula dengan gelling agent carbopol yang paling
baik, namun jika dilihat dari berat yang hilang yang paling sedikit yaitu formula dengan gelling agent
CMC-Na yang paling baik.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan gel diantaranya yaitu, pengaruh konsentrasi gelling agent
yang berpengaruh dengan viskositas, pengaruh suhu yang dapat menyebabkan penurunan kekentalan,
pengaruh pH , pengaruh ion-ion logam, dan pengaruh komponen aktif lainnya.

Anda mungkin juga menyukai