oleh:
Kelompok 2
oleh:
Kelompok 2
Imelda Fitrah Dewi, S.Kep NIM 082311101033
Yuda Bintang Saputra, S.Kep NIM 112311101045
Risha Putri Mahardika, S.Kep NIM 122311101016
Ria Novitasari, S.Kep NIM 122311101022
Yulfa Intan Lukita, S.Kep NIM 122311101034
Riski Dafianto, S.Kep NIM 122311101052
Ditta Anggraini, S.Kep NIM 122311101062
Cindy Amalia Putri, S.Kep NIM 142311101156
2
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
BAB I. PENDAHULUAN
1. 1 Data Penyakit
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang
sering diderita oleh bayi dan anak (Depkes RI, 2007). Penyakit infeksi ini
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas, mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes RI,
2007). Program pemberantasan penyakit ISPA membagi penyakit ISPA
menjadi 2 golongan yaitu pneumonia dan bukan pneumonia. Penyakit batuk pilek
seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas atas lainnya
digolongkan sebagai bukan pneumonia (Depkes RI, 2007).
ISPA adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di
dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98%-nya
disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah. Tingkat mortalitas sangat
tinggi pada bayi, anak-anak, dan orang lanjut usia, terutama di negaranegara
dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. Begitu pula, ISPA
merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di fasilitas
pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2007).
Prevalensi kejadian ISPA di Indonesia adalah 25,0 persen (Riskesdas,
2013). ISPA menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-
kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6
episode ISPA setiap tahunnya.Antara 40%-60% dari kunjungan di puskesmas
adalah karena penyakit ISPA (Depkes, 2009).
Data dari Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, penyakit infeksi
saluran nafas merupakan satu dari dua penyakit infeksi yang masuk sebagai
penyebab kematian terbanyak di Yogyakarta. Laporan dari berbagai sarana
pelayanan kesehatan pemerintah menunjukkan bahwa pada tahun 2010
dilaporkan sebanyak 1.813, pada tahun 2011 dilaporkan terdapat 1.739 kasus
pneumonia pada balita yang ditangani, sedangkan pada tahun 2012 ditemukan
2.936 kasus Pneumonia Balita.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan pengumpulan
data kasus kejadian ISPA di Puskesmas Rambipuji pada bulan Maret 2017
kejadian ISPA menduduki kasus terbanyak dengan 381 kejadian. Berdasarkan data
primer didapatkan bahwa dalam pengelolaan sampah sebanyak 507 KK (100.0
%) dibakar, 400 KK (78,9%) ditimbun, dan 85 KK (8,9%). Hasil dari wawancara
masyarakat lebih banyak memilih untuk dibakar karena dianggap paling mudah
dan murah, tidak ada petugas khusus pengambil sampah pada kebanyakan dusun,
kebiasaan merokok didalam rumah sudah menjadi kebiasaan, dan masih terdapat
masyarakat yang menggunakan tungku untuk memasak.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan
penyakit ISPA, dimulai sejak tahun 1984 bersamaan dengan diawalinya
pengendalian ISPA di tingkat global oleh WHO (Kemenkes, 2012). Namun
sampai saat ini, upaya tersebut belum memperlihatkan hasil yang signifikan.
Kasus ISPA masih banyak ditemukan di tempat pelayanan kesehatan, baik di
tingkat Puskesmas maupun di tingkat Rumah sakit. Warga memiliki peranan
3
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
1. 2 Perumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan penyakit ISPA?
1.2.2 Apa penyebab penyakit ISPA?
1.2.3 Apa tanda dan gejala penyakit ISPA?
1.2.4 Bagaimana cara deteksi dini penyakit ISPA?
2. 1 Tujuan
2.1.1 Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan pelatihan selama 1x45 menit, masyarakat
mampu mengetahui tentang ISPA beserta cara mendeteksinya dan
bagaimana cara pengolahan sampah.
2. 2 Manfaat
2.2.1 Bagi Penulis
Mendapatkan pengetahuan, informasi, dan wawasan mengenai manfaat
pendidikan kesehatan terkait penyakit ISPA dan pengolahan sampah.
2.2.2 Bagi Masyarakat
Mendapatkan informasi kesehatan terkait penyakit ISPA dan pengolahan
sampah.
2.2.3 Bagi Praktik Keperawatan
Memberi informasi tambahan bagi praktik keperawatan untuk dapat
memberi promosi kesehatan terkait penyakit ISPA dan pengolahan sampah.
2.2.4 Bagi Pendidikan Keperawatan
Memberi pengetahuan dan wawasan penyakit ISPA dan pengolahan sampah.
2.2.5 Bagi Penelitian Keperawatan
Sebagai bahan informasi dan referensi untuk penulisan atau penelitian
berikutnya yang berhubungan dengan penyakit ISPA dan pengolahan
sampah.
4
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
3. 1 Dasar Pemikiran
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya
obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat
melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450 dalam Beben
2010).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai
alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes RI,
2011).
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ISPA
adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh
yang dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan,
tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru-paru, dan berlangsung tidak
lebih dari 14 hari.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan pengumpulan
data kasus kejadian ISPA di Puskesmas Rambipuji pada bulan Maret 2017
kejadian ISPA menduduki kasus terbanyak dengan 381 kejadian. Berdasarkan data
primer didapatkan bahwa dalam pengelolaan sampah sebanyak 507 KK (100.0
%) dibakar, 400 KK (78,9%) ditimbun, dan 85 KK (8,9%). Hasil dari wawancara
masyarakat lebih banyak memilih untuk dibakar karena dianggap paling mudah
dan murah, tidak ada petugas khusus pengambil sampah pada kebanyakan dusun,
kebiasaan merokok didalam rumah sudah menjadi kebiasaan, dan masih terdapat
masyarakat yang menggunakan tungku untuk memasak.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengendalikan
penyakit ISPA, dimulai sejak tahun 1984 bersamaan dengan diawalinya
pengendalian ISPA di tingkat global oleh WHO (Kemenkes, 2012). Namun
sampai saat ini, upaya tersebut belum memperlihatkan hasil yang signifikan.
Kasus ISPA masih banyak ditemukan di tempat pelayanan kesehatan, baik di
tingkat Puskesmas maupun di tingkat Rumah sakit. Warga memiliki peranan
penting dalam melakukan upaya pencegahan ISPA. Sehingga diperlukan adanya
pendidikan kesehatan tentang ISPA pada kader dan masyarakat.
5
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
pesehatan saja melainkan klien juga harus turut berperan aktif dalam upaya untuk
mencapai deraja kesehatan yang optimal(Effendi dan Makhfludi, 2009).
Pendidikan kesehatan yang diberikan pada masyarakat bertujuan sebagai
upaya pencegahan penyakit ISPA, terutama pada kader posyandu dapat
memberikan informasi kesehatan yang dilakukan sebagai upaya perpanjangan
tangan dari puskesmas ataupun pustu terkait dengan penyampaian informasi
kesehatan ISPA. Dengan diberikannya pendidikan kesehatan pada masyarakat,
diharapkan informasi yang diterima masyarakat dapat disebarkan kepada
masyarakat yang lain terkait informasi terkait ISPA dan diharapkan dapat
mengubah perilaku warga untuk mencegah kondisi kesakitan yaitu penyakit ISPA.
4. 2 Khalayak Sasaran
Target sasaran adalah seluruh masyarakat yang berada di wilayah Desa
Kaliwining Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.
6
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
6.1 Kesimpulan
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya
obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat
melakukan pernafasan. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi
akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung
sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura).
6.2 Saran
Saran dalam laporan ini ditujukan bagi sasaran, keluarga, masyarakat dan
tenaga kesehatan.
a. Bagi Sasaran
Diharapkan masyarakat Desa Kaliwining dapat terhindar dari ISPA dengan
mengurangi kebiasaan membakar sampah.
b. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah wawasan mengenai penyakit ISPA.
c. Bagi Tenaga Kesehatan
Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberi motivasi kepadamasyarakat
untuk menghindari kebiasaan membakar sampah agar terhindar dari ISPA.
7
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
8
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
DAFTAR PUSTAKA
Beben. 2010. Infeksi Saluran Nafas Akut pada Anak. Available at : http://askep-
benny.blogspot.com/2010/02/infeksi-saluran-pernafasan-akut-ispa.html.
Depkes RI, 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. http://www.depkes.go.id.
Depkes RI. 2007.Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Depkes RI
Dinkes Kota Yogyakarta, 2010. Status Gizi Balita dan Kecamatan Rawan Gizi
Kota Yogyakarta Tahun 2010. Yogyakarta: Dinas Kesehatan Kota
Yogyakarta.
Efendy, F dan Makhfludi. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Kemenkes RI, 2012. Buku Panduan Hari Kesehatan Nasional. Jakarta :
Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia 2010.
http://www.depkes.go.id.
Daftar Lampiran
Lampiran 1. Berita Acara
Lampiran 2. Daftar Hadir
Lampiran 3. Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
Lampiran 4. Materi
Lampiran 5. Media
Lampiran 6. Dokumentasi
9
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
10
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
11
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan selama 1x45 menit
menit, masyarakat mampu mengetahui tentang ISPA dan pengolahan
sampah.
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan selama 1x45 menit,
100% masyarakat mampu memahami terkait hal-hal berikut :
1) menjelaskan pengertian penyakit ISPA
2) menjelaskan penyebab penyakit ISPA
3) menjelaskan tanda dan gejala penyakit ISPA
4) menjelaskan bagaimana cara mendeteksi penyakit ISPA
5) menjelaskan cara pencegahan ISPA
6) mempraktikkan cara penanganan ISPA (mempraktikan etika batuk dan
batuk efektif, penggunakaan masker, rumah sehat, kompres hangat,
pengukuran suhu tubuh)
7) Mengetahui bagaimana cara pengolahan sampah.
2. Sasaran dan Target
Masyarakat Dusun Krajan Timur Desa Kaliwining Kecamatan Rambipuji
Kabupaten Jember.
3. Metode
a. Diskusi
b. Demonstrasi/ praktek
4. Setting Tempat
a. Posisi pemateri dilingkari oleh peserta
b. Media alat di pengang oleh pemateri dan peserta.
c. Domentasi berkeliling mengambil gambar dan video
: pemateri
: Peserta
5. Media
12
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Lampiran 4. Materi
13
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
1. Definisi
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan
(hidung, pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya
obstruksi jalan nafas dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat
melakukan pernafasan (Pincus Catzel & Ian Roberts; 1990; 450 dalam Beben
2010).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai
alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes RI,
2011).
Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ISPA
adalah suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh
yang dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan,
tenggorokan, batang tenggorokan sampai ke paru-paru, dan berlangsung tidak
lebih dari 14 hari.
2. Klasifikasi
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
a. Untuk golongan umur kurang 2 bulan, ISPA dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Pneumonia berat: klasifikasi pneumonia berat ditandai dengan adanya
napas cepat (fast brething), yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60
kali permenit atau lebih, atau adanya tarikan yang kuat pada dinding
dada bagian bawah kedalam (severe chest indrawing).
2) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan
kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat
b. Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun, ISPA dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding
dada bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat
diperiksa anak harus dalam keadaan tenang tidak menangis atau
meronta)
2) Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia
2 12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun
adalah 40 kali per menit atau lebih
3) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan
dinding dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
c. Klasifikasi infeksi saluran nafas berdasarkan tempat terjadinya:
1) Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Atas
Infeksi Saluran Nafas Akut (ISPA) bagian atas diantaranya adalah :
Nasofaringitis akut (selesma), Faringitis Akut (termasuk Tonsilitis dan
Faringotosilitis) dan rhinitis
2) Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Bawah
14
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
3. Penyebab
Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri,virus
dan riketsia dapat menyerang sendiri-sendiri maupun dengan berbarengan
(Depkes RI, 1998: 5 dalam Bahsein, 2000).
4. Faktor resiko
Menurut Depkes RI (2011), beberapa factor resiko terjadinya ISPA adalah
sebagai berikut:
a. Faktor lingkungan
1) Pencemaran udara dalam rumah
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak
dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru
sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada
rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam
rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan anak balita
bermain. Hal ini lebih dimungkinkan karena bayi dan anak balita lebih
lama berada di rumah bersama-sama ibunya sehingga dosis pencemaran
tentunya akan lebih tinggi.
2) Ventilasi rumah
Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau
dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis.
3) Kepadatan hunian rumah
Kepadatan hunian dalam rumah menurut keputusan menteri kesehatan
nomor 829/MENKES/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan
rumah, satu orang minimal menempati luas rumah 8m². Dengan kriteria
tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan
melancarkan aktivitas. Keadaan tempat tinggal yang padat dapat
meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah ada. Penelitian
menunjukkan ada hubungan bermakna antara kepadatan dan kematian
dari bronkopneumonia pada bayi, tetapi disebutkan bahwa polusi udara,
tingkat sosial, dan pendidikan memberi korelasi yang tinggi pada faktor
ini.
b. Faktor individu anak
1) Umur anak
Sejumlah studi yang besar menunjukkan bahwa insiden penyakit
pernapasan oleh veirus melonjak pada bayi dan usia dini anak-anak dan
tetap menurun terhadap usia. Insiden ISPA tertinggi pada umur 6 –12
bulan.
2) Berat badan lahir
Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan berat lahir
bayi di bawah 2500 gram. Berat badan lahir menentukan pertumbuhan
15
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
dan perkembangan fisik dan mental pada masa balita. Bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) mempunyai resiko kematian yang lebih
besar dibandingkan dengan berat badan lahir normal, terutama pada
bulan-bulan pertama kelahiran karena pembentukan zat anti kekebalan
kurang sempurna sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi,
terutama pneumonia dan sakit saluran pernapasan lainnya.
3) Gizi kurang atau gizi buruk
Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai faktor resiko yang penting
untuk terjadinya ISPA. Beberapa penelitian telah membuktikan tentang
adanya hubungan antara gizi buruk dan infeksi paru, sehingga anak-anak
yang bergizi buruk sering mendapat pneumonia. Disamping itu adanya
hubungan antara gizi buruk dan terjadinya campak dan infeksi virus
berat lainnya serta menurunnya daya tahan tubuh anak terhadap infeksi.
Balita dengan gizi yang kurang akan lebih mudah terserang ISPA
dibandingkan balita dengan gizi normal karena faktor daya tahan tubuh
yang kurang. Penyakit infeksi sendiri akan menyebabkan balita tidak
mempunyai nafsu makan dan mengakibatkan kekurangan gizi. Pada
keadaan gizi kurang, balita lebih mudah terserang “ISPA berat” bahkan
serangannya lebih lama.
4) Status Imunisasi
Bayi dan balita yang pernah terserang campak dan selamat akan
mendapat kekebalan alami terhadap pneumonia sebagai komplikasi
campak. Sebagian besar kematian ISPA berasal dari jenis ISPA yang
berkembang dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti
difteri, pertusis, campak, maka peningkatan cakupan imunisasi akan
berperan besar dalam upaya pemberantasan ISPA. Untuk mengurangi
faktor yang meningkatkan mortalitas ISPA, diupayakan imunisasi
lengkap. Bayi dan balita yang mempunyai status imunisasi lengkap bila
menderita ISPA dapat diharapkan perkenbangan penyakitnya tidak akan
menjadi lebih berat.
c. Faktor perilaku
1) praktek penanganan ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu
ataupun anggota keluarga lainnya.
2) Peran aktif keluarga/masyarakat dalam menangani ISPA
6. Perawatan dirumah
a. Mengatasi panas (demam)
16
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun demam diatasi dengan memberikan
parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus
segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari.
Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus
dan diminumkan. Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih,
celupkan pada air (tidak perlu air es).
b. Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk
nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan
tiga kali sehari.
c. Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi (gizi seimbang) sedikit-sedikit tetapi
berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Gizi
seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.
d. Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih banyak
dari biasanya (lebih dari 8 gelas per hari). Ini akan membantu mengencerkan
dahak, kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
e. Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan
rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung yang
berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari komplikasi yang
lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat yaitu yang
berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama perawatan dirumah
keadaan memburuk maka dianjurkan untuk membawa ke dokter atau petugas
kesehatan. Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan
diatas usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar
selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan antibiotik,
usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk
pemeriksaan ulang (anonim, 2001).
1. Definisi
Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber
hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis
Jenis sampah:
Sampah Rumah Tangga terdiri dari sampah organik dan anorganik.
a. Sampah organik dibagi dua yaitu :
1. Sampah Organik Hijau (sisa sayur mayur dari dapur)
Contohnya : tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit
terong,Dll
2. Sampah Organik Hewan yang dimakan seperti ikan, udang, ayam, daging,
telur dan sejenisnya.
17
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
18
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
4. Unsur hara dalam pupuk kompos ini bertahan lama jika dibanding dengan
pupuk buatan.
d. Pengolahan Sampah Rumah Tangga Dengan Cara Pengomposan
Bahan-bahan yang diperlukan:
1. keranjang plastic berventilasi (tempat pakaian kotor). Ukuran besar atau
sedang, lengkap dengan tutupnya.
2. kardus bekas seukuran keranjang plastic.
3. cetok.
4. gabah/ kulit beras dimasukkan ke dalam kantung dari kain vitrase (2
buah).
5. kompos jadi, dibeli di tempat penjualan bibit yang nantinya dicampur/
diaduk dengan sampah yang sudah dicacah (daun, sayuran, sisa buah).
6. kain tipis/ kain kasa warna hitam sebesar tutup keranjang.
Cara pembuatan :
1. siapkan keranjang plastic berventilasi ukuran (min 30 x 40 x 50 cm).
2. lapisi bagian dalam dengan karton bekas kardus.
3. letakkan bantal berventilasi berisi gabah di bagian dasar keranjang (bantal
1).
4. isi dengan kompos jadi + / – setinggi 25 cm.
5. letakkan bantal 2 berisi gabah di atas kompos jadi.
6. tutup dengan kain kasa hitam bersama dengan tutup keranjang.
Cara pengomposan :
1. sampah-sampah rumah tangga sisa makanan atau sisa dapur ditiriskan agar
bebas dari air/ cairan dan bila ada bekas sayuran yang masih panjang-
panjang dirajang terlebih dahulu.
2. setelah dikumpulkan sampah rumah tangga tadi dimasukkan ke dalam
keranjang yang telah disiapkan dicampurkan dalam kompos jadi, dalam
keranjang diaduk menggunakan cetok sampai rata. Kemudian letakkan
kembali bantal gabah II di atasnya dan tutup kembali keranjang.
3. sampah-sampah rumah tangga sisa makanan dapur/ sampah organic
dibuang setiap hari ke dalam keranjang.
4. setelah penuh dan cukup umur, kompos yang sudah matang dari keranjang
dikeluarkan untuk kemudian dijemur sampai kering kemudian diayak
menjadi
kompos
jadi.
Untuk
calon
kompos
yang
belum
matang
19
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiyanti, Y., Putriani, R., dan Damayanti, I.P., 2014. Panduan Lengkap
Keterampilan Dasar Kebidanan I. Edisi 1. Yogyakarta : Deepublish.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan :Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
___________Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran
Pernapasan Akut Pada Anak. 2001. Jakarta.
____________Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran
pernapasan akut. 2001. Jakarta.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Strategi Nasional
Pengendalian TB di Indonesia 2010 - 2014.
http://www.tbindonesia.or.id/pdf/2012/stranasran/stranastb.pdf. Diunduh3
Juli 2016
Kompas, 2009. Kompres, Alternatif Pereda Nyeri (http://www.kompas.com,
diakses 12 Februari 2012)
Mahmud, Mahir Hasan, 2007. Terapi Air. Jakarta: Qultum Media.
Potter, Patricia. A & Perry, Anne G. 2010. Foundamental of Nursing. Jakarta:
Salemba Medika
Rendie, J, et.al . Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa
Aksara. 2002. Jakarta.
Simkin, Penny & Ancheta, Ruth, 2005. Buku Saku Persalinan. Jakarta: EGC
Soemantri, I. 2010. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Uliyah, Musrifatul & Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Praktikum Klinik: Aplikasi
Dasar-Dasar Praktik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
20
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Lampiran 5. Media
21
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Lampiran 6. Dokumentasi
Gambar 1. Kegiatan Penuluhan ISPA pada Hari Kamis Tanggal 25 Mei 2017 di
Mushola Dusun Krajan Timur Desa Kaliwining Kecamatan Rambipuji
22
Laporan Pertanggungjawaban P2N Stase Keperawatan Komunitas– PSIK Universitas Jember 2017
Gambar 2. Kegiatan Penuluhan ISPA pada Hari Kamis Tanggal 25 Mei 2017 di
Mushola Dusun Krajan Timur Desa Kaliwining Kecamatan Rambipuji
Kabupaten Jember oleh Kelompok 2 Mahasiswa Program Profesi Ners
PSIK Universitas Jember
23