Anda di halaman 1dari 2

Patofisiologi ISPA

Patofisiologi ISPA adalah tejadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran napas. Infeksi oleh
bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme pertahanan pada
jalan napas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi batuk, refleksi epiglotis, pembersihan
mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya daya tahan tubuh penderita maka bakteri phatogen
dapat melewati mekanisme sistem pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di daerahdaerah saluran
pernapasan atas maupun bawah.(1)

Penatalaksanaan ISPA

1) Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan sebagainya.

2) Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak mungkin diberi
kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kotrimoksasol keadaan penderita menetap, dapat
dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

3) Bukan pneumonia : tanpa pemberian obat antibiotik. Penderita yang dirawat di rumah, untuk batuk
dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan
seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu
parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya
bercak nanah (eksudat) disertai pembesaran kelenjar getah bening di leher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama 10 hari.(2)

Diagnosis influenza

Menetapkan diagnosis pada saat terjadi wabah tidak akan banyak mengalami kesulitan. Di luar kejadian,
wabah diagnosis influenza kadang-kadang terhambat oleh diagnosis penyakit lain. Diagnosis pasti
penyakit influenza dapat diperoleh melalui isolasi virus maupun melalui pemeriksaan serologis. Untuk
mengisolasi virus diperlukan usap tenggorokan atau usap hidung dan harus diperoleh sedini mungkin.
Biasanya pada hari pertama sakit. Diagnosus serologis dapat diperoleh melalui uji fiksasi komplemen
atau inhibisi hemaglutinasi. Akan dapat ditunjukkan kenaikan titer sebanyak 4 kali antara serum
pertama dengan serum konvalesen atau satu titer tunggal yang tinggi. Pada saat ini anti influenza IgM
juga digunakan dibeberapa tempat. Diaganosis cepat lainnya dapat juga diperoleh dengan pemeriksaan
antibodu flouresen yang khusus tersedia untuk tipe virus influenza A.(3)

Diagnosis tonsillitis

Untuk diagnosis tonsillitis dapat ditegakkan dengan beberapa cara tergantung dari klasifikasi pada
penyakit ini. Untuk tonsillitis bacterial diagnosis dapat ditegakkan langsung dengan pemeriksaan
inspeksi langsung. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan leukosit, hematocrit, dan
protein reaktif C(CRP). Kultur bakteriologi menjadi diagnosis mikrobiologi pasti. Tonsillitis
difteri(membranosa) ditegakkan dengan terlihat pseudomembran berwarna kuning keabuan yang
menempel erat ke tonsil dan ketika diangkat menimbulkan perdarahan. Diagnosis pasti didapatkan dari
preparat kuman yang diambil dari apusan di bawah membrane semu.(4)

Mekanisme batuk(5)

Batuk adalah bagian dari mekanisme pertahanan tubuh di paru-paru. Batuk terjadi jika ujung serabut
saraf (reseptor batuk) di saluran napas teriritasi oleh mediator peradangan yang diproduksi sebagai
respons terhadap infeksi atau akibat adanya lendir. Sebagian besar reseptor batuk terletak di laring dan
trakhea. Semakin ke bawah, jumlah reseptor semakin berkurang. Di saluran napas kecil (bronkhiolus)
maupun alveoli tidak ada reseptor batuk.

Material dari saluran napas bawah dan alveoli dipindahkan oleh silia ke saluran napas besar yang
selanjutnya merangsang terjadinya batuk. Refleks batuk ini menyebabkan dikeluarkannya material
tersebut ke orofaring.

1. Hafsari D. Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Pekerja Pertambangan Batu Bara. Vol. 4.
Lampung: Majority; 2015.

2. Dyah R. EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK ISPA NON-PNEUMONIA. Surakarta; 2015.

3. Sudoyo A. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Interna publishing; 2014.

4. Tanto, C. kapita selekta kedokteran: edisi 4 jilid 1. jakarta: media aesculapius;2014.

5. Sujud P. InHealth Gazette: batuk pilek(common cold). Jakarta: InHealt Indonesia; 2014.

Anda mungkin juga menyukai