Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu manusia ?
2. Bagaimana hakikat manusia ?
3. Bagaimana proses kejadian manusia dalam Al Qur’an ?
4. Apa itu agama ?
5. Apa hajat manusia terhadap agama ?
6. Apa saja klasifikasi agama ?
7. Kenapa agama sebagai sumber kebenaran ?
8. Mengapa manusia sebagai khalifah di muka bumi ?
9. Apa hubungan manusia dengan agama ?
10. Apa tujuan beragama ?
11. Apa manfaat beragama ?
1.3 TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian manusia.
2. Mahasiswa mengetahui proses kejadian manusia dalam Al Qur’an.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian agama.
4. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi agama.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang hubungan manusia dengan
agama.
6. Mahasiswa dapat mengetahui agama sebagai sumber kebenaran.
7. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan beragama.
8. Mahasiswa dapat mengetahui manfaat beragama.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN MANUSIA
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta),
“mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang
berakal budi. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau
sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau
seorang individu. Sedangkan kata ‘manusia’ dalam al-Qur’an disebut
dengan an-Nas yang memiliki arti manusia.
3
economicus (manusia ekonomi) yang kadangkala disebut economic animal
(binatang ekonomi), dan sebagainya.
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia adalah perkaitan antara
badan dan ruh. Badan dan ruh merupakan substansi yang berdiri sendiri,
yang tidak tergantung adanya oleh yang lain. Islam secara tegas mengatakan
bahwa kedua substansi adalah substansi alam. Sedang alam adalah makhluk.
Maka keduanya juga makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt, sebagaimana
firman-Nya:
4
1. Al-Basyar
Kata al-basyar dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 36 kali dan
tersebar dalam 26 Surah. Secara etimologi, al-basyar berarti kulit
kepala, wajah atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut.
Menurut Quraish Shihab, kata basyar terambil dari akar kata yang
pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah.
Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit.
Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas dan berbeda
dengan kulit binatang. Di bagian lain dari al-Qur‟an disebutkan
bahwa kata basyar digunakan untuk menunjukkan proses kejadian
manusia sebagai basyar melalui tahap-tahap hingga mencapai
kedewasaan.
Berdasarkan konsep al-basyar, manusia tak jauh berbeda dengan
makhluk biologis lainnya. Dengan demikian kehidupan manusia
terikat kepada kaidah prinsip kehidupan biologis seperti
berkembangbiak, mengalami fase pertumbuhan dan perkembangan
dalam mencapai tingkat kematangan dan kedewasaan. Manusia
memerlukan makanan dan minuman untuk hidup, dan juga
memerlukan pasangan hidup untuk melanjutkan proses pelanjut
keturunannya. Sebagai makhluk biologis, manusia juga mengalami
proses akhir secara fisik, yaitu mati. Mati merupakan tahap akhir
dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia sebagai
makhluk biologis.
2. Al-Insān
Islam sebagai agama samawi paling belakangan muncul juga
menawarkan pandangan tentang manusia. Manusia dalam bahasa
Arab disebut al-nās atau al-insān. Kata al-insān dalam al-Qur‟an
disebut sebanyak 60 kali. Kata al-insān berasal dari kata al-uns yang
berarti jinak, harmonis, dan tampak. Dalam al-Qur‟an kata insān
sering juga dihadapkan dengan kata jin atau jān, yaitu makhluk yang
tidak tampak. Kata insān dalam al-Qur’an digunakan untuk
5
menunjuk manusia sebagai totalitas (jiwa dan raga). Potensi tersebut
antara lain berupa potensi untuk bertumbuh dan berkembang secara
fisik dan secara mental spiritual.
Perkembangan tersebut antara lain, meliputi kemampuan untuk
berbicara. Menguasai ilmu pengetahuan melalui proses tertentu,
dengan mengajarkan manusia dengan kalam (baca tulis), dan segala
apa yang tidak diketahui. Kemampuan untuk mengenal Tuhan atas
dasar perjanjian awal di dalam ruh, dalam bentuk kesaksian. Potensi
untuk mengembangkan diri ini (yang positif) memberi peluang bagi
manusia untuk mengembangkan kualitas sumber daya insaninya.
Integritas ini akan tergambar pada nilai iman dan bentuk
amaliyahnya. Dengan kemampuan ini, manusia akan mampu
mengemban amanah Allah di muka bumi secara utuh. Namun
demikian, manusia sering lalai bahkan melupakan nilai insaniyah
yang dimilikinya dengan berbuat kerusakan di bumi.
3. Al-Nās
Kata al-nās dinyatakan dalam al-Qur‟an sebanyak 240 kali dan
tersebar dalam 53 Surah. Kata al-nās menunjukkan pada eksistensi
manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan tanpa melihat
status keimanan atau kekafirannya. Dilihat dari kandungan
maknanya, kata ini lebih bersifat umum dibandingkan dengan kata
al-insān.
Dalam al-Qur’an, kosa kata al-nās umumnya dihubungkan dengan
fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Manusia diciptakan sebagai
makhluk bermasyarakat, yang berawal dari pasangan laki-laki dan
wanita, kemudian berkembang menjadi suku dan bangsa, untuk
saling mengenal. Kata al-nās juga dijelaskan oleh Allah untuk
menunjuk kepada manusia bahwa ada sebagian yang beriman dan
ada juga yang munafik. Adapun secara umum, penggunaan kata al-
nās memiliki arti peringatan dari Allah kepada semua manusia untuk
selalu menjaga perbuatannya karena semua itu pasti ada
6
konsekuensinya, seperti jangan terlampau hemat memakai harta
bendanya atau pelit, jangan sombong, bangga karena telah berbuat
baik dan jangan menjadikan setan sebagai temannya karena setan
merupakan seburuk-buruk teman, jangan takut kepada manusia
tetapi takutlah kepada-Nya. Kemampuan untuk memerankan diri
dalam kehidupan sosial, sehingga dapat mendatangkan manfaat,
merupakan usaha yang sangat dianjurkan. Dengan demikian konsep
al-nās, mengacu kepada peran dan tanggung jawab manusia sebagai
makhluk sosial dalam statusnya sebagai makhluk ciptaan Allah Swt.
4. Banī Ādam
Dalam al-Qur‟an, kata banī ādam dijumpai sebanyak 7 kali dan
tersebar dalam 3 Surat. Secara etimologi kata banī ādam
menunjukkan arti pada keturunan Nabi Adam. Namun yang jelas,
menurut Al-Qur’an pada hakikatnya manusia berasal dari nenek
moyang yang sama, yakni Adam dan Siti Hawa. Berdasarkan asal
usul yang sama ini, berarti manusia masih memiliki hubungan darah,
serta pertalian kekerabatan. Dari ras manapun dia berasal. Atas
kesamaan ini sudah semestinya manusia mampu menempatkan
dirinya dalam komunitas persaudaraan umat sejagat. Persaudaraan
antar sesama manusia dengan merujuk kepada kesamaan asal usul
dan keturunan.
Dalam konteks ayat-ayat yang mengandung konsep banī ādam,
manusia diingatkan Allah agar tidak tergoda setan, menyuruh
manusia memakai pakaian yang bagus ketika beribadah dan
mencegah dari makan minum secara berlebih-lebihan, bertakwa dan
mengadakan perbaikan, kesaksian manusia terhadap Tuhannya, dan
terakhir peringatan agar manusia menyadari bahwa setan itu
merupakan musuh yang nyata. Dengan demikian bahwa pemaknaan
kata banī ādam lebih ditekankan pada aspek amaliyah manusia
sekaligus pemberi arah ke mana dan dalam bentuk apa aktifitas itu
dilakukan. Di sini terlihat demikian demokratisnya Allah terhadap
7
manusia. Hukum sebab-akibat tersebut memungkinkan Allah Swt
untuk meminta pertanggungjawaban pada manusia terhadap semua
perbuatan yang dilakukannya.
8
Adapun firman Allah SWT sebagai berikut :
1. QS al-Nisa ayat 1
3. QS Al-Hijr ayat 29
9
4. QS Al-Mu’min ayat 67
10
Bila diilustrasikan secara singkat, proses perkembangan jasmani
manusia dalam rahim, hingga lahirnya manusia menurut QS. Al Muminun
ayat 12-14, al-Hajj ayat 5 dan al-Mu’min, ayat 67, adalah sebagai berikut:
(1) Benih (ovarium, female nucleus) yang berasal dari sari pati tanah. (2).
Sperma (spermatozoon)yang berasal dari sari pati tanah. (3). Benih
(ovarium) dan spermatozoon dalam rahim, mengalami pembuahan. (4).
Menjadi segumpal darah (‘alaqah). (5). Menjadi segumpal daging
(mudhghah). (6). Menjadi tulang belulang . (7). Menjadi tulang belulang
yang dibungkus dengan daging dan ruh ditiupkan. (8). Menjadi makhluk
hidup (bayi). (9). Menanti saat kelahiran.
11
2. Al-Hajj ayat 5
12
3. QS Al-Mu’min ayat 67
13
2.4 PENGERTIAN AGAMA
Secara etimologis, kata agama biasanya diterjemahkan dengan kata
al-din (bahasa Arab atau religion (bahasa Inggris). Selanjutnya din al-Islam
diterjemahkan dengan kata The Religion of Islam atau Agama Islam.
Kata al-din berarti agama terdapat dalam beberapa ayat Al-Qur’an,
di antaranya :
14
2. Q.S Al-Hajj (22): 78 :
15
cara-cara pengabdian kepada Tuhan yang terkumpul dalam kitab suci yang
harus dibaca. Pendapat lain mengatakan religere berarti mengikat. Dalam
agama memang terdapat aturan-aturan yang mengikat.
Walaupun antara Ad-diin dan religion, sama-sama berarti agama,
namun mempunyai perbedaan. Perbedaan tersebut sebagai berikut :
Faktor Pembeda Ad-diin al-Islami Religion
Asal-usul penamaan Langsung dari Allah dan Oleh manusia yang
tidak di kaitkan dengan di kaitkan dengan
Nabi Muhammad SAW pendirinya
Sumber kata Dari kitab suci Al- Bukan dari kitab
Qur’an suci
Subtansi(luang-lingkup) Suatu totalitas yang Suatu sektor atau
komprehensif segmen saja
Kata Ad-diin dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau
hukum. Dalam bahasa Arab, kata ini mengandung arti, menguasai,
menundukan, patuh, utang, balasan dan kebiasaan.
Agama juga mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan
dipatuhi manusia. Ikatan ini mempunyai pengaruh yang besar sekali
terhadap kehidupan manusia sehari-hari. Ikatan itu berasal dari satu
kekuatan yang lebih tinggi dari manusia. Satu kekuatan gaib yang tak dapat
ditangkap dengan panca indra.
Oleh karena itu, agama diberi definisi sebagai berikut :
1. Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan
kekuatan gaib yang harus di patuhi.
2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai
manusia.
3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang
mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di
luar diri manusia dan mempengaruhi perbuatan-perbuatan
manusia.
16
4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan
cara hidup tertentu.
5. Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal
dari suatu kekuatan gaib.
6. Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang
diyakini bersumber dari kekuatan gaib.
7. Ajaran-ajaran yang di wahyukan Allah kepada manusia
melalui seorang Rasul.
17
Kedua tata hubungan ini merupakan komponen yang berjalan dan berjalin
dalam sistem ajaran Islam.
18
Menurut konsep Al-Qur’an, manusia hajat terhadap agama, karena
memang agama itu adalah fitrah manusia, hal ini dijelaskan dalam QS. Ar-
Ruum (30):30 :
19
2.6 KLASIFIKASI AGAMA
Di tinjau dari sumbernya, agama yang dikenal manusia terdiri atas
dua jenis agama, yakni sebagai berikut :
1. Agama wahyu, yaitu agama yang diterima oleh manusia dari
Allah melalui malaikat Jibril yang disebarkan oleh Rasul-
Nya kepada manusia. Agama wahyu disebut juga sebagai
agama samawi atau agama langit. Agama Islam termasuk
agama wahyu, agama samawi atau agama langit.
2. Agama budaya, yaitu agama yang bersumber dari ajaran
seorang manusia yang di pandang mempunyai pengetahuan
yang mendalam tentang kehidupan. Agama budaya disebut
juga agama ardhi atau agama bumi. Contoh agama budaya
adalah agama Budha yang merupakan ajaran Budha
Gautama.
20
Sedangkan ciri-ciri agama budaya, yaitu sebagai berikut :
21
2.7 AGAMA SEBAGAI SUMBER KEBENARAN
Sudah dijelaskan dalam uraian di atas bahwa agama Islam adalah
satu-satunya agama wahyu yang masih terpelihara kemurnian tauhidnya dan
kemurnian kitab sucinya. Oleh karena itu, kebenaran agama Islam adalah
mutlak dan abadi. Kebenaran hakiki hanyalah berasal dari Allah SWT
(wahyu) , bahwa yang berasal dari Allah adalah kebenaran yang pasti. Hal
ini dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Qur’an di antaranya sebagai berikut
:
1. QS. Ali Imran (3): 60:
ا لْ ُم ْم ت َ ِر ي َن ِم َن ت َك ُْن ف َ َل َر ب ِ كَ ِم ْن ا لْ َح ق
(Apa yang telah Kami ceritakan itu), itulah yang benar, yang
datang dari Tuhanmu, karena itu janganlah kamu termasuk
orang-orang yang ragu-ragu.
2. QS. Al-Israa’ (17): 105 :
22
beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir".
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim
itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika
mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum
dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan
muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat
istirahat yang paling jelek.
23
Surah Yunus (10): 73 :
24
Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu
tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka
belaka.
b. Khulafa terulang sebanyak tiga kali pada surah-surah, yakni
:
Surah Al-A’raf (7): 69 :
25
bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang
lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya).
26
meninggalkan agama terjadilah kekacauan dikarenakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan yang mengabaikan aspek agama, sebagai
contoh pengembangan teknologi senjata yang berakibat terjadinya perang
dunia I, II dan perang-perang lainnya, oleh karenanya banyak para ilmuwan
yang sebelumnya meninggalkan agama, kembali ke agama sebagai
pegangan hidup yang sesungguhnya, serta paham yang begitu
mengagungkan aspek rasio dan materi pun mengalami kebuntuan karena
ada hal-hal yang tidak dapat diselesaikan oleh rasio semata. Berdasarkan
kondisi tersebut maka keberadaan agama bagi manusia terutama bagi yang
memiliki ilmu (apapun disiplin ilmunya) menjadikan ilmu yang dimiliki
memiliki makna dan manfaat.
27
a. Agama mendidik manusia supaya mempunyai pendirian
yang kokoh dan sikap yang positif.
b. Agama mendidik manusia supaya memiliki ketentraman
jiwa. Orang beragama akan dapat merasakan manfaat
agamanya, lebih-lebih ketika dia ditimpa kesusahan dan
kesulitan.
c. Agama mendidik manusia supaya berani menegakkan
kebenaran dan takut untuk melakukan kesalahan. Jika
kebenaran sudah tegak, akan mendapatkan kebahagiaan
dunia dan akhirat.
d. Agama adalah alat untuk membebaskan manusia dari
perbudakan terhadap materi. Agama mendidik manusia
supaya tidak ditundukkan oleh materi yang bersifat duniawi.
Akan tetapi, manusia hanyalah disuruh tunduk kepada Tuhan
yang Maha Esa. (Moh. Rifai:1984).
28
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Secara bahasa manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta),
“mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk yang
berakal budi. Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau
sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau
seorang individu. Sedangkan kata ‘manusia’ dalam al-Qur’an disebut
dengan an-Nas yang memiliki arti manusia.
Islam berpandangan bahwa hakikat manusia adalah perkaitan antara
badan dan ruh. Badan dan ruh merupakan substansi yang berdiri sendiri,
yang tidak tergantung adanya oleh yang lain. Islam secara tegas mengatakan
bahwa kedua substansi adalah substansi alam.
Proses perkembangan jasmani manusia dalam rahim, hingga
lahirnya manusia menurut QS. Al Muminun ayat 12-14, al-Hajj ayat 5 dan
al-Mu’min, ayat 67, adalah sebagai berikut: (1) Benih (ovarium, female
nucleus) yang berasal dari sari pati tanah. (2). Sperma (spermatozoon)yang
berasal dari sari pati tanah. (3). Benih (ovarium) dan spermatozoon dalam
rahim, mengalami pembuahan. (4). Menjadi segumpal darah (‘alaqah). (5).
Menjadi segumpal daging (mudhghah). (6). Menjadi tulang belulang . (7).
Menjadi tulang belulang yang dibungkus dengan daging dan ruh ditiupkan.
(8). Menjadi makhluk hidup (bayi). (9). Menanti saat kelahiran.
Secara etimologis, kata agama biasanya diterjemahkan dengan kata
al-din (bahasa Arab atau religion (bahasa Inggris). Selanjutnya din al-Islam
diterjemahkan dengan kata The Religion of Islam atau Agama Islam.
Kata Agama berasal dari bahasa Sanskrit. Satu pendapat mengatakan bahwa
Agama berasal dari asal kata A= tidak, dan Gam= Pergi dan kacau. Jadi
agama tidak pergi, tidak kacau, tetap di tempat, diwarisi turun temurun,
karena agama memang mempunyai sifat demikian.
29
Hajat manusia terhadap agama bersifat kodrati, sebab dengan
adanya agama inilah manusia menjadi makhluk yang berbeda dengan
makhluk lainnya, misalnya dengan binatang. Dilihat dari beberapa ciri,
manusia tidak berbeda dengan binatang, baik nalurinya untuk makan dan
minum, berkembang biak ataupun mempertahankan hidupnya.
Di tinjau dari sumbernya, agama yang dikenal manusia terdiri atas
dua jenis agama, yakni Agama wahyu dan Agama budaya.
Kebenaran agama Islam adalah mutlak dan abadi. Kebenaran hakiki
hanyalah berasal dari Allah SWT (wahyu) , bahwa yang berasal dari Allah
adalah kebenaran yang pasti.
Manusia diberi kewenangan oleh Allah SWT, untuk menggunakan
akal pikirannya dalam kehidupan sebagai khalifah fi al-ardli, sebagai
penguasa (khalifah) di bumi. Kata khalifah dalam bentuk tunggal terulang
dua kali dalam Al-Qur’an yaitu dalam surah Al-Baqarah ayat 30 dan Shad
ayat 25.
Semua agama monoteisme mempunyai tujuan akhir sama, yaitu
selamat, bahagia, dan sejahtera, hidupnya di dunia dan di akhirat (sa’adatun
fiddunya wal akhirah).
Manfaat beragama yaitu, agama mendidik manusia supaya
mempunyai pendirian yang kokoh dan sikap yang positif, agama mendidik
manusia supaya memiliki ketentraman jiwa karena orang beragama akan
dapat merasakan manfaat agamanya, lebih-lebih ketika dia ditimpa
kesusahan dan kesulitan, agama mendidik manusia supaya berani
menegakkan kebenaran dan takut untuk melakukan kesalahan. Jika
kebenaran sudah tegak, akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Dan agama adalah alat untuk membebaskan manusia dari perbudakan
terhadap materi. Agama mendidik manusia supaya tidak ditundukkan oleh
materi yang bersifat duniawi. Akan tetapi, manusia hanyalah disuruh tunduk
kepada Tuhan yang Maha Esa.
30
3.2 SARAN
Sebagai mahasiswa, penerus generasi bangsa dan negara di masa yang akan
datang. Sudah seharusnya kita mempelajari pengetahuan dan menguasainya
diimbangi dengan nilai-nilai agama yang ada, untuk menciptakan sebuah
kesempurnaan bahwa pengetahuan dengan diimbangi ketakwaan akan jauh
lebih bermanfaat ketimbang mengandalkan pengetahuan semata.
31
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Mardani. 2017. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi.
Depok : Kencana
Wahyuddin, Achmad, M.Ilyas. 2008. Pendidikan Agama Islam. Jakarta :
Grasindo
Fanhas, Elfan. 2018. Pendidikan Agama Islam. Tasikmalaya : Edu Publisher
Syahidin. 2003. Pendidikan Agama Islam. Jakarta : Proyek Dikti
32