Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Myrtales
Suku : Sonneratiaceae
Genus : Sonneratia
Bakau jenis Sonneratia alba Sm. memiliki nama lokal seperti pedada,
perepat, pidada, bogem, beropak dan sopo. Pohon ini memiliki morfologi dengan
kulit kayu berwarna putih tua hingga cokelat dengan celah logitudinal dan halus.
Pohon ini tumbuh tersebar dalam zona tutupan bakau dan memiliki ketinggian
hingga 15 meter. Bagian akar pohon berbentuk kabel di bawah tanah dan muncul
Sedangkan daunnya berkulit dan memiliki kelenjar yang tidak berkembang pada
bagian pangkal ganggang daun. Gagang daun memiliki panjang hingga 6-15 mm.
Secara morfologi bentuk daun membundar sepeti telur terbalik dengan ukuran 5-
12,5 x 3-9 cm. Ciri lain dari pohon bakau (Sonneratia alba) bagian buahnya seperti
bola dengan ujung yang bertangkai dan bagian dasarnya terbungkus kelopak bunga
flavonoid, fenolik, tannin dan steroid (Paputungan et al., 2017). Selain itu daun
yaitu alkaloid, saponin, tanin, fenol, flavonoid, steroid dan terpenoid (Test, 2016).
sehingga dapat terpisah dari bahan-bahan yang tidak larut dengan menggunakan
suatu pelarut tertentu. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat
1. Cara Dingin
a. Maserasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi
perkolasi terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap
2. Cara Panas
a. Refluks
selama waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan
b. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru dan
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstrak kontinu
c. Infus
Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas air
bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 90○C selama
15 menit.
d. Digesti
Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90○C selama 30
menit.
diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Teknik kromatografi telah
antara lain adalah pelaksanaannya yang lebih sederhana, waktu pengerjaannya lebih
efisien, dan mempunyai kepekaan yang tinggi serta kemampuan memisahkan yang
diam (yaitu lapisan yang memisahkan terdiri dari butir-butir bahan pemisah, yang
ditempatkan pada penyangga berupa pellet gelas, logam, atau lapisan yang cocok),
atau mendeteksi senyawa yang tidak berwarna) (Djamal, 1998). KLT merupakan
salah satu teknik kromatografi yang banyak digunakan untuk analisis kualitatif
kuantitatif dan isolasi skala preperatif. Teknik KLT sangat bermanfaat untuk
analisis obat dan bahan lain dalam laboratorium karena hanya memerlukan
peralatan sederhana, waktu yang cukup singkat, dan jumlah yang diperiksa cukup
Fase diam adalah lapisan tipis penyerap yang seragam atau media terpilih
sesuai.Penyangga yang sering digunakan terbuat dari bahan gelas, plastik dan
aluminium, sedangkan penjerap yang paling sering digunakan antara lain silika gel,
Ukuran standar untuk lempeng KLT adalah 20 x 20 cm. Ukuran lainnya dari
dibuat dari slide mikroskop. Lapis tipis dapat mengandung indikator fluoresensi
yang ditambahkan untuk membantu penampakan bercak tak berwarna pada lapisan
berpendar jika disinari pada panjang gelombang yang tepat. Jika senyawa pada
mencapai indikator fluorosensi dan tidak ada cahaya yang dipancarkan. Hasilnya
b. Fase Gerak
Sifat dan komposisi kimia fase gerak ditentukan oleh jenis zat yang
gerak dapat berupa pelarut murni maupun campuran kompleks dari beberapa
dan pelarut polar) ataupun pelarut yang tidak mempunyai tersebut (lipofilik dan
pelarut non polar). Diantara perbedaan tersebut terdapat pelarut dengan polaritas
dalam pelarut yang sesuai, lalu totolkan berupa bercak pada lapisan tipis pada salah
satu ujung plat. Penotolan dilakukan dengan menggunakan pipa kapiler. Pelarut
biarkan pelarut naik sampai batas atas penotolan (Sastrohamidjojo, 1996; Stahl,
1985). Bercak yang telah didapat diberi tanda, gunanya adalah untuk mencari harga
Identifikasi dari senyawa terpisah pada lapis tipis diperoleh dari faktor retensi
(Rf), yaitu dengan membandingkan jarak tempuh senyawa terlarut dengan jarak
kasar yang cepat terhadap suatu ekstrak. Kondisi vakum adalah alternative untuk
mempercepat aliran fase gerak dari atas ke bawah. Metode isi sering digunakan
untuk fraksinasi awal suatu ekstrak non polar atau semipolar (Raymond et al.,
2006). Prinsip kerja dari kromatografi cair vakum (KCV) adalah adsorpsi atau
dipisahkan terdistribusi di antara fase diam dan fase gerak dalam perbandingan
Metode ini pertama kali dipublikasikan oleh Coll et al., pada tahun 1977
dengan menggunakan corong Bunchner kaca masir atau kolom pendek untuk
Kolom divakum sampai kering dan telah siap dipakai (Hostettmann et al., 1995).
VLC apparatus terdiri dari kolom pendek atau corong Buchner yang
panjang dapat digunakan untuk meningkatkan daya pisah. Fase diam yang
digunakan adalah silika gel 60 (230-400 mesh). Silika ini dimasukkan ke dalam
Umumnya tinggi fase diam haruslah tidak lebih dari 5 cm. Fase gerak yang
Media merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-
itu media dapat dipergunakan pula untuk isolasi, perbanyakan sel, sifat-sifat
(Anonima, 2017):
1. Media padat, merupakan media yang mengandung banyak agar atau zat
2. Media semi padat atau semi cair, merupakan media yang mengandung
agar kurang dari yang seharusnya kurang lebih 0,3% - 0,4% sehingga
: Pepton 10,0 g, Ekstrak daging 10,0 g, NaCl 5,0 g, dan Aquadest 1000
ml.
3. Media sintesis, yaitu media yang disusun dari senyawa kimia yang jenis
Berikut ini beberapa media yang sering digunakan secara umum dalam
Salmonella.
3. Nutrient Agar, merupakan medium umum untuk uji air dan produk
ekstrak daging, pepton, dan agar. NA merupakan salah satu media yang
umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji air biasa, uji
enumerasi ragi dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan.
karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang
2.6 Sterilisasi
yang terdapat pada suatu benda. Proses sterilisasi dapat dibedakan menjadi 3
bahan penyaringan yang memiliki pori cukup kecil untuk menahan mikroorganisme
dengan ukuran tertentu. Saringan akan tercemar, sedangkan cairan atau gas yang
peka terhadap panas seperti toksin kuman, ekstrak sel dan sebagainya.
Metode ini merupakan metode yang paling dapat dipercaya dan banyak
digunakan. Metode sterilisasi panas dengan penggunaan uap air disebut metode
sterilisasi lembap atau sterilisasi basah. Metode ini berfungsi untuk mematikan
organisme dengan cara mengoksidasi komponen sel atau mendenaturasi enzim.
Ada dua metode sterilisasi panas kering yaitu dengan insenirasi yaitu pembakaran
dengan menggunakan api bunsen, dengan temperatur 350oC dan dengan udara
panas oven yang lebih sederhana dan murah dengan temperatur 160-170oC.
dengan uap yaitu menggunakan autoklaf dengan pengatur tekanan dan klap. Prinsip
autoklaf adalah terjadinya koagulasi yang lebih cepat dalam keadaan basah
(dengan cara fumigasi atau pengasapan) atau radiasi. Sterilisasi kimia dapat
digunakan secara luas sebagai desinfektan dan septik. Golongan fenol diketahui
sporisidal.
2.7 Bakteri
Bakteri adalah sel prokariotik yang bersel tunggal dan tidak mengandung
dengan pembelahan biner sederhana yaitu proses aseksual. Beberapa dapat tumbuh
pada suhu 0oC, ada yang tumbuh dengan baik pada sumber air panas yang suhunya
menghancurkan bahan yang tertumpuk di atau dalam daratan dan lautan. Selain itu
beberapa bakteri juga dapat menimbulkan penyakit pada manusia, hewan dan
Berdasarkan morfologi sel bakteri, ada beberapa bentuk dasar bakteri yaitu
bulat (kokus), batang atau silinder (basil) dan spiral yaitu berbentuk batang
1. Kokus
Semua jenis kokus mempunyai bentuk bulat yang menyerupai biji buah.
Tapi ada kokus yang tidak bulat seluruhnya tetapi mempunyai bagian yang gepeng
2. Basil
Bentuk basil menyerupai batang kecil atau suatu silinder. Tiap jenis basil
mempunyai bentuk khas. Ada yang bentuknya pendek menyerupai kokus dan ada
yang bentuknya panjang dan halus. Ujung-ujung dari basil berbentuk persegi, bulat
dan lancip. Umumnya basil berbentuk lurus dan kaku, ada pula yang sedikit
bengkok.
3. Spiral
menyerupai pili atau pencabut gabus, ada spiral pendek, tidak sampai satu putaran
atau menyerupai koma, digolongkan dalam genus Vibrio. Spiral lain yang lebih
sebagai berikut:
1. Fase Lag
Fase lag merupakan fase dimana jumlah sel sangat sedikit karena sel belum
mengalami pembelahan sel dalam media yang baru. Fase lag dapat berlangsung
2. Fase Log
Fase log disebut fase eksponensial yaitu sel mulai membelah dan
memasuki masa pertumbuhan atau penambahan jumlah sel secara logaritmik. Pada
fase ini reproduksi seluler paling aktif dan menunjukkan waktu generasi yang
3. Fase Stationer
melambat, jumlah sel yang mati mengimbangi jumlah sel yang baru dan populasi
menjadi stabil. Kekurangan nutrisi, akumulasi produk sisa, dan perubahan pH yang
4. Fase Kematian
Fase kematian merupakan jumlah kematian sel lebih besar daripada jumlah
sel baru yang terbentuk. Fase ini berlanjut sampai populasi menyusut menjadi fraksi
berikut :
Kingdom : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Bangsa : Bacillales
Suku : Staphylococcaceae
Marga : Staphylococcus
tengah sekitar 1 μm yang pada pewarnaan bersifat Gram positif, jika dilihat
bergerak (non motil), tidak membentuk spora dan bersifat katalase positif. Bakteri
ini tahan panas sampai setinggi 50OC, kadar garam yang tinggi, dan tahan
kekeringan. Koloni Staphylococci berukuran besar dengan garis tengah 6-8 mm,
dan berwarna bening. S. aureus tersebar luas di alam dan adayang hidup sebagai
flora normal pada manusia yang terdapat di aksila, daerah inguinal dan perineal,
dan lubang hidung bagian anterior. Sekitar 25-30% manusia membawa S.aureus di
atau karena pengaruh toksin yang dihasilkannya. Infeksi dimulai dari tempat koloni
patogen pada tubuh, lalu ditularkan melalui tangan ke tempat bakteri yang dapat
memasuki tubuh, misalnya luka yang ada di kulit, tempat insisi pembedahan,
tempat masuk kateter vaskuler, atau tempat lain yang lemah pertahanannya
(Soedarto, 2015).
2015).
berikut :
Kingdom : Bacteria
Divisi : Firmicutes
Kelas : Bacilli
Bangsa : Bacillales
Suku : Staphylococcaceae
Marga : Staphylococcus
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah). S. epidermidis merupakan salah satu
berwarna abu-abu sampai putih pada isolasi pertama dan berdiameter 0,5-1,5 μm.
Bakteri ini secara alami hidup pada kulit dan membran mukosa manusia yang
seringkali berkaitan dengan alat-alat yang ditanam khususnya pada pasien yang
sangat muda, tua dan dengan fungsi imun yang terganggu (Brooks et al, 2012).
S. epidermidis terdapat sebagai flora normal pada kulit manusia dan pada
umumnya tidak menjadi masalah bagi orang normal yang sehat. Akan tetapi S.
atau zat racun. Bakteri ini juga memproduksi semacam lendir yang memudahkan
plastik atau kaca. Lendir ini pula yang membuat bakteri S. epidermidis lebih tahan
(abses) seperti jerawat, infeksi kulit, infeksi saluran kemih dan infeksi ginjal. Selain
yang sistem kekebalan yang rendah dan pada penderita yang menggunakan alat
berikut :
Kingdom : Bacteria
Divisi : Proteobacteria
Bangsa : Pseudomonadales
Suku : Pseudomonadadaceae
Marga : Pseudomonas
dapat ditemukan hidup bebas di tanah, air, flora kulit, dan lingkungan buatan
manusia di seluruh dunia. Bakteri ini sifat hidupnya aerobic atau anaerobic
maupun tumbuhan. P.aeruginosa dapat tumbuh pada suhu 42 OC, dan dapat hidup
pada minyak diesel. Karena itu bakteri ini disebut sebagai mikroorganisme
terjadi pembentukan koloni pada organ penting misalnya paru, saluran kemih dan
ginjal, akibatnya bisa membahayakan jiwa penderita. Karena bakteri ini mudah
misalnya kateter, sehingga terjadi infeksi silang di rumah sakit dan klinik kesehatan.
koloni yang berbau seperti anggur pada medium bakteriologi. Pada medium agar
Mac Conkey terbentuk koloni yang jernih dan menunjukkan reaksi oxidase positif.
Pada medium agar cetrimide yang dibiakkan pada suhu 42OC bakteri ini
2.8 Antibakteri
selektif, yaitu berbahaya bagi parasit tetapi tidak berbahaya bagi inangnya (Xia et
al., 2010). Antibakteri ada yang mempunyai spektrum luas, artinya antibakteri yang
efektif digunakan bagi banyak spesies bakteri, baik kokus, basil maupun spiril. Ada
juga yang mempunyai spectrum sempit, artinya hanya efektif digunakan pada
1. Bakterisidal, efek ini membunuh sel bakteri tetapi tidak menyebabkan sel
pada kultur mikrobia yang masih berada pada fase logaritmik, didapatkan
bahwa jumlah sel total tetap, namun jumlah sel hidup berkurang.
bahwa jumlah sel total maupun jumlah sel hidup masih tetap.
1. Metode Difusi
bakteri karena berdifusinya zat uji dari titik awal pemberian ke daerah difusi. Dalam
metode ini pencadang yang mengandung sampel uji, diletakkan pada permukaan
medium yang telah diinokulasi dengan bakteri uji. Setelah diinkubasi dalam
inkubator, apabila sampel uji memiliki sifat sebagai antibakteri akan terlihat daerah
bening disekitar pencadang. Pencadang yang biasa digunakan antara lain cakram
kertas dan logam yang ditempatkan pada permukaan medium serta cetak lubang
dalam medium.
diletakkan pada media agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan
berdifusi pada media agar. Area yang jernih menandakan adanya hambatan
b. E-test
dari konsentrasi terendah hingga tertinggi dan diletakkan pada permukaan media
agar yang telah ditanami mikroorganisme. Pengamatan dilihat pada area jernih yang
ditimbulkan. Metode ini digunakan untuk mengestimasi KHM (kadar hambat
c. Ditch-plate Technique
Sampel uji yang digunakan berupa agen antimikroba yang diletakkan pada
parit yang dibuat dengn memotong media agar dalam cawan Petri, pada bagian
tengah secara membujur dan mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan kearah
d. Cup-plate Technique
Metode ini serupa dengan metode disc diffusion, dimana dibuat sumur pada
media agar yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut
e. Gradient-plate Technique
Pada metode ini antimikroba dibuat dalam berbagai konsentrasi dari nol
hingga kadar maksimal. Langkah yang dapat dilakukan yaitu media agar dicairkan
dan larutan uji ditambahkan, campuran kemudian dituangkan ke dalam cawan Petri
dan diletakkan dalam posisi miring dan nutrisi kedua ditambahkan diatasnya. Lalu
plate diinkubasi supaya agen antimikroba dapat berdifusi ke dalam agar dan
permukaan media mengering. Mikroba uji kemudian digoreskan pada arah dari
2. Metode Dilusi
Pada metode dilusi, sampel uji dicampur dengan medium cair yang sesuai
spektrofotometer. Bila terjadi kekeruhan berarti sampel uji tidak dapat membunuh
atau menghambat pertumbuhan bakteri. Sampel uji yang efektif sebagai antibakteri
adalah sampel uji yang memberikan larutan bening pada medium yang telah
Metode ini dapat mengukur kadar hambat minimum (KHM) dan kadar bunuh
pengenceran agen antimikroba pada medium cair lalu tambahkan mikroba uji.
KHM dapat ditentukan pada larutan uji agen antimikroba pada kadar terkecil yang
terlihat jernih tanpa adanya pertumbuhan mikroba uji. Sedangkan KBM ditentukan
dengan larutan yang telah ditetapkan sebagai KHM, selanjutnya dikultur ulang pada
media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun agen antimikroba dan diinkubasi
selama 18-24 jam. Media cair yang tetap jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai
KBM.
b. Metode Bioautografi
kromatogram. Prosedur umumnya berdasarkan difusi dari sampel pada plat KLT
atau pada kromatogram kertas ke lapisan agar. Permasalahan yang disebabkan oleh
perbedaan daya difusi dari kromatogram ke lapisan agar dapat di atasi dengan