Anda di halaman 1dari 5

PATOFISIOLOGI

Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan
penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2009). Katarak menyebabkan penglihatan menjadi
berkabut/buram. Katarak merupakan keadaan patologik lensa dimana lensa menjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup
air terjun atau kabut merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga ketajaman
penglihatan berkurang (Corwin, 2000). Definisi lain katarak adalah suatu keadaan patologik
lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa.
Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada
berbagai usia tertentu (Iwan,2009)
2.3 Patofisiologi

Metabolisme Lensa Normal

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan kalium).
Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar kalium di bagian anterior
lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar natrium di bagian posterior lebih besar.
Ion K bergerak ke bagian posterior dan keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk
secara difusi dan bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui
pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-
ATPase Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur
HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga untuk
aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah enzim yang
merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi fructose oleh enzim sorbitol
dehidrogenase.

Lensa mengandung 65% air, 35% protein dan sisanya adalah mineral. Dengan bertambahnya
usia, ukuran dan densitasnya bertambah. Penambahan densitas ini akibat kompresi sentral
pada kompresi sentral yang menua. Serat lensa yang baru dihasilkan di korteks, serat yang tua
ditekan ke arah sentral. Kekeruhan dapat terjadi pada beberapa bagian lensa.

Kekeruhan sel selaput lensa yang terlalu lama menyebabkan kehilangan kejernihan secara
progresif, yang dapat menimbulkan nyeri hebat dan sering terjadi pada kedua mata.
Manifestasi Klinis

Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:

1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta


gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari

Gejala objektif biasanya meliputi:

1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina.
Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.

1. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan seakan-
akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
2. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih
,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.

Gejala umum gangguan katarak meliputi:

1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.


2. Gangguan penglihatan bisa berupa:

1. Peka terhadap sinar atau cahaya.


2. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
3. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
4. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

1) Kesulitan melihat pada malam hari

2) Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata

3) Penurunan ketajaman penglihatan ( bahkan pada siang hari )

1. Gejala lainya adalah :

1)Sering berganti kaca mata


2)Penglihatan sering pada salah satu mata.
Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata (
glukoma ) yang bisa menimbulkan rasa nyeri.
2.5 Penatalaksanaan katarak

Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan
menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat
meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.

Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa
mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu
dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi katarak dapat dipertimbangkan untuk
dilakukan jika katarak terjadi berbarengan dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis
yakni adalah peradangan pada uvea. Uvea (disebut juga saluran uvea) terdiri dari 3 struktur:

1. Iris : cincin berwarna yang melingkari pupil yang berwarna hitam


2. Badan silier : otot-otot yang membuat lensa menjadi lebih tebal sehingga mata bisa
fokus pada objek dekat dan lensa menjadi lebih tipis sehingga mata bisa fokus pada
objek jauh
3. Koroid : lapisan mata bagian dalam yang membentang dari ujung otot silier ke saraf
optikus di bagian belakang mata.

Sebagian atau seluruh uvea bisa mengalami peradangan. Peradangan yang terbatas pada iris
disebut iritis, jika terbatas pada koroid disebut koroiditis.

Juga operasi katarak akan dilakukan bila berbarengan dengan glaukoma, dan retinopati
diabetikum. Selain itu jika hasil yang didapat setelah operasi jauh lebih menguntungkan
dibandingkan dengan risiko operasi yang mungkin terjadi. Pembedahan lensa dengan katarak
dilakukan bila mengganggu kehidupan social atau atas indikasi medis lainnya.( Ilyas, Sidarta:
Ilmu Penyakit Mata, ed. 3)

Indikasi dilakukannya operasi katarak :

1. Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan
2. Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma
3. Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m
didapatkan hasil visus 3/60

Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:

1. ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)

yaitu dengan mengangkat semua lensa termasuk kapsulnya. Sampai akhir tahun 1960 hanya
itulah teknik operasi yg tersedia.

1. ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni


1. Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa
secara manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan
yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama.
2. Fekoemulsifikasi (Phaco Emulsification). Bentuk ECCE yang terbaru dimana
menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga
material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi
katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan
tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa
menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm. Lensa mata
yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti
dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara
permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan
waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.

Pascaoperasi pasien diberikan tetes mata steroid dan antibiotik jangka pendek. Kacamata baru
dapat diresepkan setelah beberapa minggu, ketika bekas insisi telah sembuh. Rehabilitasi
visual dan peresepan kacamata baru dapat dilakukan lebih cepat dengan metode
fakoemulsifikasi. Karena pasien tidak dapat berakomodasi maka pasien akan membutuhkan
kacamata untuk pekerjaan jarak dekat meski tidak dibutuhkan kacamata untuk jarak jauh.
Saat ini digunakan lensa intraokular multifokal. Lensa intraokular yang dapat berakomodasi
sedang dalam tahap pengembangan

Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya,
tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus
komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi. Kapsul/selaput dimana lensa
intra okular terpasang pada mata orang yang pernah menjalani operasi katarak dapat menjadi
keruh. Untuk itu perlu terapi laser untuk membuka kapsul yang keruh tersebut agar
penglihatan dapat kembali menjadi jelas.

Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Dalam inspeksi, bagian-bagian mata yang perlu di amati adalah dengan melihat lensa mata
melalui senter tangan (penlight), kaca pembesar, slit lamp, dan oftalmoskop sebaiknya
dengan pupil berdilatasi. Dengan penyinaran miring ( 45 derajat dari poros mata) dapat
dinilai kekeruhan lensa dengan mengamati lebar pinggir iris pada lensa yang keruh ( iris
shadow ). Bila letak bayangan jauh dan besar berarti kataraknya imatur, sedang bayangan
kecil dan dekat dengan pupil terjadi pada katarak matur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Khurna A.K. 2007. Community Ophthalmology in Comprehensive Ophthalmology,


fourth edition, chapter 20, new delhi, new age limited publisher : 443-446.
2. Marylin E. Doenges. 2008. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
3. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
4. Nico A. Lumenta. 2008. Manajemen Hidup Sehat. Jakarta: Elek Media Komputindo
5. Fadhlur Rahman. 2009. Laporan Kasus Katarak Matur Pada Penderita Diabetes
Mellitus.
6. Nova Faradilla. 2009. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas Kedokteran
University of Riau
7. Majalah Farmacia Edisi April 2008 , Halaman: 66 (Vol.7 No.9)
8. Sidarta, Ilyas. 2002. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto
9. Sidarta, Ilyas. Ihtisar ilmu Penyakit Mata. 2009. Jakarta: Balai Penerbitan FKUI
10. 10. Hartono. Oftalmoskopi dasar & Klinis. 2007. Yogyakarta: Pustaka Cendekia
Press
11. 11. Sidarta, Ilyas. Dasar-dasar Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-3.
2009. Jakarta: Balai Pustaka FKUI
12. 12. Benjamin J. Phil. 2010. Acute Endhoptalmitis after Cataract Surgery : 250
Consecutive Cases treated at the tertiary referral center in Netherland. American
Journal of ophthalmology. Volume 149 No.3

Pemeriksaan penunjang
1. USG untuk menyingkirkan adanya kelainan lain pada mata selain katarak

Anda mungkin juga menyukai