Anda di halaman 1dari 24

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran
bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
(Smeltzer, 2001). Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing.
Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan
laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat,
angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai
cacing yang terinfeksi hancur.

Peradangan usus buntu lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada wanita dan
terutama pada remaja. Pola hdup yang tidak sehat yaitu sering memakan makanan
yang cepat saji dan makanan rendah serat jadi pemicu peradangan pada apendiks. Jika
peradangan semakin parah bahkan terjadi perforasi maka diharuskan melakukan
apendiktomi segera.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep dasar penyakit apendiksitis?
2. Bagaimanakah konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien apendiksitis
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari pembuatan makalah ini yaitu untuk
meningkatkan kemampuan mahasiswa sehingga mampu memahami dan mengerti
tentang konsep dasar penyakit apendiksitis, serta mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada pasien apendiksitis .

1
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Landasan Teoritis Penyakit

1. Pengertian

Apendix adalah suatu kantong seperti tabung terkait dengan cecum di


bawah katup ileocecal . Pada umumnya terletak di daerah iliac , pada suatu area
yang disebut titik McBurney. Fungsi dari apendix tidak secara penuh dipahami,
walaupun secara teratur terisi dan kosong pada saat pencernaan makanan.Panjang
apendiks rata-rata 6 – 9 cm. Lebar 0,3 – 0,7 cm. Isi 0,1 cc, cairan bersifat basa
mengandung amilase dan musin. Posisi apendiks Laterosekal: di lateral kolon
asendens. Di daerah inguinal: membelok ke arah di dinding abdomen. Pelvis minor.

Apendisitis ialah penyakit tersering yang memerlukan pembedahan darurat.


Sekitar 1 dari 15 orang (7 %) mengalami apendisitis. Insidensi puncak adalah usia 12
tahun, penyakit ini jarang sebelum usia 2 tahun. Laki-laki mengalahkan perempuan.
Paada sepertiga kasus, ruptur apendiks sebelum operasi dan menyebabkan penyakit
serius ( Rudolph Abraham M., 2007 : 1219).

Apendiksitis , peradangan perpanjangan vermiform , adalah suatu penyebab


umum nyeri abdominal akut dan merupakan alasan yang paling umum untuk
pembedahan kegawatdaruratan abdominal.

Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks dilakukan


sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. (Smeltzer Suzanne, C., 2001).

2. Klasifikasi

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :

2
a. Apendisitis akut, dibagi atas:

a. Apendisitis akut fokalis (segmentalis) yaitu setelah sembuh akan


timbul striktur lokal.
b. Appendisitis purulenta difusi yaitu sudah bertumpuk nanah.

b. Apendisitis kronis, dibagi atas:

a. Apendisitis kronis fokalis (parsial), setelah sembuh akan timbul


striktur lokal.
b. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya
ditemukan pada usia tua.

Macam-macam apendiks menurut Inayah Iin (2004 : 196) adalah :

1) Apendisitis atipikal
a. Berhubung dengan posisi, usia atau keadaan lain seperti kehamilan.
2) Apendisitis retrosekal dan retroileal
a. Gejala : Radang, sakit tidak hebat, batuk, saat berjalan tidak terasa
sakit, nyeri epigastrium, sering buang air kecil akibat iritasi pada
ureter, sedikit terasa nyeri pada pinggang sebelah kanan.
3) Apendisitis pelvic
a. Gejala : Sakit yang hebat, nyeri epigastrium, sering buang air kecil dan
defekasi, disuria dan diare, tidak ada nyeri tekan, nyeri rektal atau
vagina.
4) Apendisitis obstruktif

3
a. Gejala : Sakit kejang hebat (kolik) akibat obstruksi uus halus dan
terjadi gangren yang akhirnya terjadi oklusi akut pembuluh
mesenterial.
5) Apendisitis bizar
a. Akibat malnutrisi usus.
6) Apendisitis para orang tua
a. Gejala : Keluhan samar-samar, terlambat berobat, demam ringan,
stadium lebih lanjut.
7) Apendisitis kehamilan
a. Gejala : Sakit tekan di bawah kanan di perut, trimester ke-3.

3. Etiologi

Sedangkan menurut Oswari E (2005 : 211) penyebab apendisitis belum


diketahui secara pasti. Kuman yang sering ditemukan dalam apendiks belum
diketahui secara pasti. Lumen yang sering ditemukan dalam apendiks ditemukan
dalam apendiks yang meradang adalah E. Coli dan streptococus.

Menurut Syamsyuhidayat, 2004 :

a) Fekalit/massa fekal padat karena konsumsi diet rendah serat.


b) Tumor apendiks.
c) Cacing ascaris.
d) Erosi mukosa apendiks karena parasit E. Histolytica.
e) Hiperplasia jaringan limfe.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa etiologi apendiksitis :

1. Ulserasi pada mukosa.


2. Obstruksi pada kolon oleh Fekalit (feses yang mengeras).
3. Pemberian barium.
4. Berbagai macam penyakit cacing.

4
5. Tumor.
6. Striktur karena Fibrosis pada dinding usus.
7. Virus dan bakteri

Etiologi dari apendiktomi sama dengan etiologi apendiksitis karena


apendiktomi merupakan proses lanjutan dari apendiksitis akut. Yaitu proses
pengangkatan apendiks yang disebakan oleh umbai cacing yang terinfeksi atau
peradangan pada apendiks itu sendiri.

4. Patofisiologi

Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau


tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari feces) atau benda asing. Proses
inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau
menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran
kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
(Smeltzer, Suzanne, C., 2001).

Penyebab utama appendiksitis adalah obstruksi penyumbatan yang dapat


disebabkan oleh hiperplasia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak
adanya fekolit dalam lumen appendik. Adanya benda asing seperti : cacing, striktur
karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunnya. Sebab lain misalnya :
keganasan ( Karsinoma Karsinoid ).

Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa


terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding
appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena
itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu
dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus. Bila sekresi mukus berlanjut, tekanan
akan terus meningkat menyebabkan peradangan yang timbul meluas dan mengenai
peritoneum setempat sehingga menimbulkan nyeri kanan bawah disebut apendisitis

5
supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding
apendiks yang diikuti dengan gangren yang disebut apendisitis gangrenosa. Bila
dinding yang telah rapuh pecah akan terjadi apendisitis perforasi. Bila semua proses
di atas berjalan lambat, omentum dan usus berdekatan akan bergerak ke arah
apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang dsebut infiltrat apendikularis.
Peradangan appendiks dapat menjadi abses atau menghilang.

Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut
dengan appendisitis gangrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah,
dinamakan appendisitis perforasi. Bila omentum usus yang berdekatan dapat
mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal,
keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses.

Pada anak-anak, omentum lebih pendek dan apendiks lebih panjang, dinding
apendiks lebih tipis. Keadaan tersebut ditambah dengan daya tahan tubuh yang
menjadi kurang memudahkan terjadinya perforasi. Pada orang tua perforasi mudah
terjadi karena ada gangguan pembuluh darah (Mansjoer, 2000).

Jika peradangan pada apendiks semakin parah bahkan terjadi perforasi maka
segera dilakukan apendiktomi yaitu pengangkatan apendiks yang meradang atau
terinfeksi tersebut.

6
PATHWAY

Hyperplasia Striktur Tumor Fecalith Peradangan Cacing


Folikel (feses keras)
Limfoid

Obstruksi Intralumen
Mual,Muntah

Tekanan intra lumen meningkat Aliran darah terganggu

Ketidakseimbangan
Distensi Jar. Usus Bendungan sekresi Iskemia
nutrisi
mucus

Nyeri Akut Aliran limfe Aktivitas


tersumbat bakteri

Nekrosis
Odema appendiks

Appendik
Perforasi

Perubahan status
kesehatan

Kurangnya S
pengetahuan

M
e
n
g
e
l
7
u
h
5. .Manifestasi Klinik

Menurut Rudolph Abraham M, (2007 : 122) adalah:

a) Rasa lelah dan anoreksia.


b) Rasa tidak nyaman pada epigastrium, diikuti oleh rasa tidak nyaman di
periumbilicus baik akibat nyeri peradangan atau kolik dan tidak bergantung
pada lokasi apendik.
c) Demam ringan disertai mual dan kadang muntah.
d) Nyeri pada kuadran kanan bawah sekitar 30 % pasien apendiks mungkin
terletak di lokasi lain.
e) Apendiks di panggul menyebabkan nyeri hipogastrium.
f) Nyeri hilang mendadak, mengisyaratkan perforasi karena tekanan intra
apendiks, demam tinggi, muntah, rasa haus, malaise, diare kadang-kadang.
g) Distensi abdomen, demam, muntah, iritabilitas, letargi.
h) Nyeri saat berjalan dan mungkin melengkungkan tubuhnya di pinggang.
i) Apendik yang meradang akan mengalami perforasi dalam 24 sampai 48 jam
(36 % pada 36 jam) setelah awitan gejala.

6. Komplikasi

a) Peritonitis.
b) Dehidrasi.
c) Obstruksi usus.
d) Abses appendiks.
e) Plebitis (tromboplebitis septik vena porta yang akan mengakibatkan
demam, panas tinggi dan ikterus).

7. Pencegahan

Pencegahan pada appendiksitis yaitu dengan menurunkan resiko obstuksi dan


peradangan pada lumen appendiks. Pola eliminasi klien harus dikaji,sebab obstruksi

8
oleh fekalit dapat terjadi karena tidak adekuatnya diet tinggi serat. Perawatan dan
pengobatan penyakit cacing juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat
terhadap gejala dan tanda appendiksitis menurunkan resiko terjadinya
gangren,perforasi dan peritonitis.

8. Penatalaksanaan

Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.


Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan. Analgesik dapat
diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Apendektomi (pembedahan untuk
mengangkat apendiks) dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko
perforasi.

Apendektomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan


insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi, yang merupakan metode terbaru
yang sangat efektif. Konsep Asuhan Keperawatan sebelum operasi dilakukan klien
perlu dipersiapkan secara fisik maupun psikis, disamping itu juga klien perlu
diberikan pengetahuan tentang peristiwa yang akan dialami setelah dioperasi dan
diberikan latihan-latihan fisik (pernafasan dalam, gerakan kaki dan duduk) untuk
digunakan dalam periode post operatif. Hal ini penting oleh karena banyak klien
merasa cemas atau khawatir bila akan dioperasi dan juga terhadap penerimaan
anastesi.

Penatalaksanaan keperawatan apendiksitis :

1. Sebelum operasi

a) Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi


b) Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
c) Rehidrasi
d) Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara
intravena.

9
e) Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil,
largaktil untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer
diberikan setelah rehidrasi tercapai.
f) Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.

2. Operasi

a) Apendiktomi.
b) Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka
abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
c) Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin
mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka
waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan
operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.

3. Pasca operasi

a) Observasi TTV.
b) Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah.
c) Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
d) Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan,
selama pasien dipuasakan.
e) Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa
dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.
f) Berikan minum mulai15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30
ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya
diberikan makanan lunak.
g) Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat
tidur selama 2x30 menit.
h) Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.

10
i) Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.

Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif ditandai
dengan :

a) Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
b) Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas
terdapat tanda-tanda peritonitis
c) Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat
pergeseran ke kiri.

Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan,


karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan
pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih
tiggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi.

Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda
ditandai dengan :

a) Umumnya klien berusia 5 tahun atau lebih.


b) Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh
tidak tinggi lagi.
c) Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan
hanya teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
d) Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.

Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik


dan istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan
perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari
satu minggu sejak serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam
perawatan terjadi abses dengan atau tanpa peritonitis umum.

11
Penatalaksanaan apendiktomi menurut Smetzer, Suzanne, C., 2010

1. Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan.


2. Antibiotik dan cairan IV diberikan sampai pembedahan dilakukan.
3. Analgesik dapat diberikan setelah diagnosa ditegakkan

B. Asuhan Keperawatan Teoritis

1. Pengkajian

1. Identitas Kilen
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, status, pendidikan, pekerjaan
2. Keluhan Utama
Menjelaskan tentang keluhan yang dirasakan klien saat pertama kali
berobat ke rumah sakit.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan Dahulu
Pasien pernah mengalami penyakit pada sistem pencernaan. Biasanya
berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang
b. Riwayat kesehatan Sekarang
Menjelaskan tentang penyakit yang diderita klien saat ini dan penyakit
dulu pernah diderita yang mana sampai saat ini masih dirasakan klien.
c. Riwayat kesehatan Keluarga
Adanya riwayat penyakit genetic yang berhubungan dengan penyakit
yang diderita sekarang.

12
Pemeriksaan Fisik

1. Keadaan umum

a) Klien tampak sakit ringan/sedang/berat.


b) Berat badan sebagai indicator untuk menentukan pemberian obat.
c) Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.
d) Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
e) Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal, diare
kadang-kadang.
f) Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak
ada bising usus.
g) Nyeri/kenyamanan. Nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang
meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney, meningkat karena
berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah
karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
h) Keamanan Demam, biasanya rendah.
i) Data psikologis Klien nampak gelisah.
j) Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Ada perasaan takut. Penampilan
yang tidak tenang.

Pemeriksaan fisik yang di fokuskan (Posisi klien berbaring)

Inspeksi :

a. Klien nampak kesakitan, penampilan (expresi) yang tidak ceria.

b. Pergerakan sangat hati-hati pada yang acut.

c. Bila berbaring kaki kanan sedikit ditekuk.

d. Klien merasa sakit kalau disuruh menekuk kaki kanan.

Palpasi :

13
a. Suhu badan hangat diukur berkisar 37 – 38 C

b. Pemeriksaan pada perut akan menunjukkan nyeri tekan pada perut kanan bawah.

c. Palpasi ringan abdomen dari sisi kiri ke kanan memungkinkan pemeriksa


vigiditas atau devans muskuler ringan.

d. Bila appendiks yang meradang terletak didalam pelpis maka nyeri tekan dapat
dideteksi dengan cara rektaltose.

Perkusi :

Bila diketuk pada kuadran kanan bawah klien akan menjerit, meringis karena
sakit yang hebat.

2. Diagnosa NANDA, NOC, NIC

Diagnosa yang muncul pada anak dengan kasus apendiksitis berdasarkan rumusan
diagnosa keperawatan menurut NANDA antara lain :

Pre Operasi

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.


2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual,muntah, anoreksia.
3. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan
ansietas atau informasi kurang.

3. Intervensi

NANDA NOC NIC


PRA OPERASI

14
Nyeri akut berhubungan dengan proses Nyeri Akut Manajemen nyeri
penyakit. Hasil yang diharapkan :  Lakukan pengkajian nyeri secara
 Status komprehensif termasuk lokasi,
DS: kenyamanan:fisik karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
 Klien mengeluh nyeri di bagian perut  Tingkat dan faktor presipitasi
ketidaknyamanan  Observasi reaksi nonverbal dari
DO:  Mengontrol rasa sakit ketidaknyamanan
 Posisi klien tampak menahan nyeri  Tinkat nyeri  Menggunaakan strategi komunikasi
 Eksperesi klien tampak menahan nyeri  Tingkat stress terapeutik untuk mengetahui mengalami
(meringis)  Tanda-tanda vital rasa sakit dan menyampaikan

 Tingkah laku klien berhati-hati, penerimaan respon pasien terhadap

menghindari pergerakan Tingkatan Nyeri nyeri.

 Klien tampak mengalami gangguan tidur  Menetukan dampak dari pengalaman


 Melaporkan nyeri
nyeri pada kualitas hidup.
(mata sayu, tampak capek, sulit atau  Persen respon tubuh
Pengaturan lingkungan : kenyamanan
gerakan kacau, menyeringai)  Frekuensi nyeri
 Tingkah laku klien ekspresif (gelisah,  Bantu pasien dan keluarga untuk
 Lamanya nyeri
merintih, menangis, waspada, iritabel, mencari dan menemukan dukungan
 Ekspresi nyeri lisan
nafas panjang/berkeluh kesah)  Kontrol lingkungan yang dapat
 Ekspresi wajah saat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
 Perubahan dalam nafsu makan dan minum nyeri
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
 Melindungi bagian
 Kurangi faktor presipitasi nyeri
tubuh yang nyeri
 Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
 Kegelisahan
menentukan intervensi
 Ketegangan otot
 Ajarkan tentang teknik non
 Perubahan frekuensi
farmakologi: napas dala, relaksasi,
pernafasan
distraksi, kompres hangat/ dingin
 Perubahan tekanan
 Berikan analgetik untuk mengurangi
darah nyeri: ……...
 Perubahan ukuran pupil  Tingkatkan istirahat
 Berkeringat

15
 Hilangnya nafsu makan  Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
Kontrol Nyeri berkurang dan antisipasi
 Recognize lamanya ketidaknyamanan dari prosedur
nyeri Monitor vital sign sebelum dan sesudah
 Gunakan ukuran pemberian analgesik pertama kali
pencegahan
 Penggunanaan
mengurangi nyeri
dengan non analgesic
 Penggunaan analgesic
yang tepat
 Gunakan TTV
memantau perawatan
 Laporkan tanda/gejala
nyeri pada tenaga
kesehatan professional
 Gunakan sumber
yang tersedia
 Menilai gejala dari
nyeri
 Gunakan catatan nyeri
 Laporkan bila nyeri
terkontrol
Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan Status Nutrisi : Pengontrolan Nutrisi
dengan mual, muntah, anoreksia  Intake nutrisi Aktivitas:
 Intake makanan dan  Menanyakan apakah pasien mempunyai
Data Subjektif :
cairan alergi

· Pasien mengatakan tidak nafsu  Energy  terhadap makanan

16
makan  Massa tubuh  Menetukan makanan pilihan pasien
 Berat tubuh  Menentukan jumlah kalori dan jenis zat
· Mual, muntah
 Ukuran biokimia makanan yang diperlukan untuk

· Diare atau konstipasi memenuhi nutrisi, ketika berkolaborasi


Status nutrisi : Intake dengan ahli makanan, jika diperlukan
· Malaise makanan dan cairan  Tunjukkan intake kalori yang tepat
sesuai tipe tubuh dan gaya hidup
Data Objektif :
 Intake makanan di  Anjurkan menambah intake zat besi

· Nafsu makan menurun mulut makanan, jika diperlukan


 Intake di saluran  Memastikan bahwa makanan meliputi
· Berat badan menurun makanan makanan tinggi serat untuk mencegah
 Intake cairan di mulut konstipasi
· Porsi makan tidak dihabiskan
 Intake cairan  Memberi pasien makanan dan
minuman tinggi protein, tinggi kalori,
Status Nutrisi : Intake dan bernutrisi yang siap dikonsumsi,
nutrisi jika diperlukan
 Intake kalori  Memberi pilihan makanan
 Intake protein  Membenarkan makanan dalam gaya
 Intake lemak hidup pasien, jika diperlukan
 Intake karbohidrat  Mengajarkan pasien bagaimana
 Intake vitamin membuat buku harian tentang makanan,

 Intake mineral jika diperlukan

 Intake zat besi  Membuat catatan yang berisi intake

 Intake kalsium nutrisi dan kalori


 Menimbang berat badan pasien pad
jarak waktu yang tepat
 Memberi informasi yang tepat tentang
kebutuhan nutrisi dan bagaimana
memenuhinya

17
 Ajarkan teknik pengolahan dan
pemeliharaan makanan yang aman
 Memantau kemampuan pasien untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
 Mengajarkan dan merencanakan
makan, jika diperlukan

Terapi Nutrisi
Aktivitas:
 Mengontrol penyerapan
makanan/cairan dan menghitung intake
kalori harian, jika diperlukan
 Memantau ketepatan urutan makanan
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
harian
 Menentukan jimlah kalori dan jenis zat
makanan yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi, ketika
berkolaborasi dengan ahli makanan,
jika diperlukan
 Menentukan makanan pilihan dengan
mempertimbangkan budaya dan agama
 Menetukan kebutuhan makanan saluran
nasogastric
 Memilih makanan gandum, minuman
kocok, dan es krim sebagai suplemen
nutrisi
 Memastikan bahwa makanan berupa
makanan yang tinggi serat untuk

18
mencegah konstipasi
 Memberi pasien makanan dan
minuman tinggi protein, tinggi kalori,
dan bernutrisi yang siap dikonsumsi,
jika diperlukan
 Mengatur pemasukan makanan, jika
diperlukan
 Mengontrol cairan pencernaan, jika
diperlukan
 Memastikan keadaan terapeutik
terhadap kemajuan makanan
 Memberi pemeliharaan yang
diperlukan dalam batas makanan yang
ditentukan
 Anjurkan membawa masakan rumah ke
tempat bekerja, jika diperlukan
 Mengontrol keadaan lingkungan untuk
membuat udara teras menyenangkan
dan relaks
 Memberi makanan yang punya daya
tarik, dengan cara yang menyenangkan,
memberi penambahan warna, tekstur,
dan variasi
 Mengajarkan pasien dan kelurga
tentang memilih makanan
 Memberi pasien dan keluarga contoh
tertulis makanan pilihan
Kurangnya pengetahuan tentang proses Pengetahuan : proses penyakit
penyakitnya berhubungan dengan ansietas  Kowlwdge : disease  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan

19
atau informasi kurang. process keluarga
 Kowledge : health  Jelaskan patofisiologi dari penyakit
DS: Klien mengaku tidak mengetahui
Behavior dan bagaimana hal ini berhubungan
tentang penyakitnya
Setelah dilakukan dengan anatomi dan fisiologi, dengan
DO: ketidakakuratan mengikuti instruksi,
tindakan keperawatan cara yang tepat.
perilaku tidak sesuai
selama …. pasien  Gambarkan tanda dan gejala yang
menunjukkan biasa muncul pada penyakit, dengan
pengetahuan tentang cara yang tepat
proses penyakit dengan  Gambarkan proses penyakit, dengan
kriteria hasil: cara yang tepat
 Pasien dan keluarga  Identifikasi kemungkinan penyebab,
menyatakan dengan cara yang tepat
pemahaman tentang  Sediakan informasi pada pasien
penyakit, kondisi, tentang kondisi, dengan cara yang
prognosis dan program tepat
pengobatan  Sediakan bagi keluarga informasi
 Pasien dan keluarga tentang kemajuan pasien dengan cara
mampu melaksanakan yang tepat
prosedur yang  Diskusikan pilihan terapi atau
dijelaskan secara benar penanganan
Pasien dan keluarga  Dukung pasien untuk mengeksplorasi
mampu menjelaskan atau mendapatkan second opinion
kembali apa yang dengan cara yang tepat atau
dijelaskan perawat/tim diindikasikan
kesehatan lainnya  Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat

1. Implementasi

20
Pelaksanaan tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan terhadap pasien yang
mengalami katarak disesuaikan dengan intervensi yang telah dirancang atau disusun sebelumnya.
2. Evaluasi
Dx 1

Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.

a. Status kenyamanan fisik dalam batas normal


b. Tingkat ketidaknyamanan dapat teratasi
c. Dapat mengontrol rasa sakit
d. Skala nyeri 0
e. Tingkat stress dapat teratasi
f. Tanda-tanda vital dalam batas normal

Dx 2
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
a. Intake nutrisi
b. Intake makanan dan cairan
c. Energy
d. Massa tubuh
e. Berat tubuh

Dx 3
Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya
a. Pasien dan keluarga paham tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program
pengobatan
b. Pasien dan keluarga mengerti prosedur yang dijelaskan secara benar
c. Pasien dan keluarga mengerti apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya

21
BAB III

PENUTUP

22
4.1 KESIMPULAN

Apendiksitis , peradangan perpanjangan vermiform , adalah suatu penyebab


umum nyeri abdominal akut dan merupakan alasan yang paling umum untuk
pembedahan kegawatdaruratan abdominal.

Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat apendiks dilakukan


sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi

Pencegahan pada appendiksitis yaitu dengan menurunkan resiko obstuksi dan


peradangan pada lumen appendiks. Pola eliminasi klien harus dikaji,sebab obstruksi
oleh fekalit dapat terjadi karena tidak adekuatnya diet tinggi serat. Perawatan dan
pengobatan penyakit cacing juga menimbulkan resiko. Pengenalan yang cepat
terhadap gejala dan tanda appendiksitis menurunkan resiko terjadinya
gangren,perforasi dan peritonitis.

4.2 Saran

Melalui makalah ini diharapkan nantinya, kita sebagai calon perawat dapat
mengkaji penyakit klien dan memberikan asuhan keperawatan yang tepat sesuai
dengan indikasi keluhan klien dan dapat mempraktekkan tindakan-tindakan
keperawatan yang sesuai dengan konsep yang telah teruji kebenarannya sehingga
kesalahan-kesalahan yang terjadi di lapangan dapat diminimalisir dan tim perawat
pun semakin diakui kelayakkannya sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

23
Schwartz, Seymour, (2000), Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC. Jakarta. 4.Smeltzer, Suzanne C, (2001), Buku Ajar Keperawatan
Medikal-Bedah, Volume 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Betz, Cecily L,
dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC
Johnson, Marion,dkk. Nursing Outcome Classification (NOC). St. Louis, Missouri:
Mosby Yearbook,Inc.
Mansjoer. A. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi 3. Jakarta : Media
Aesculapius.
Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta :
EGC.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawtan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta: EGC
____, 2007, apendisitis, terdapat pada:www. harnawatiarjwordpress.com diakses
tanggal 1 Juni 2008.

http//:www. suhan Keperawatan (ASKEP) Apendiktomi « leng – ku.htm

24

Anda mungkin juga menyukai