Anda di halaman 1dari 11

Nama : Nur Azizah

Tugas Interaksi Obat-


Kelas : Farmasi B
Farmasetika
NIM : 145070500111002

DAFTAR INKOMPATIBILITAS EKSIPIEN - ACTIVE


PHARMACEUTICAL INGREDIENTS
Eksipien APIs Penjelasan
Sakarida Laktosa Amlodipin Laktosa merupakan salah satu eksipien yang
paling sering digunakan pada formulasi tablet.
Secara umum dianggap inert dan tidak reaktif.
Akan tetapi, laktosa dapat menimbulkan rekasi
dengan obat obat yang mengandung gugus
amine dan menurunkan disakarida.
Amlodipine merupakan obat golongan calcium
channel blocker (CCB) dihydropyridine yang
mengandung gugas amine primer. Amlodipine
ditemukan tidak stabil terhadap campuran
berbagai komponen dengan laktosa, Mg stearate
dan air. Amlodipine besylate glycosyl
diidentifikasi sebagai alasan utama terjadinya
degradasi akibat reaksi Maillard antara
Amlodipine besylate gylcosyl yang mengandung
amine primer dengan laktosa.
Fluoxetin Terjadi reaksi millar saat fluoxetin dicampur
dengan laktosa (Baertschi, 1998)
Aminofilin Selama penyimpanan di suhu ruang dan
terpapar sinar matahari selama 30 hari,
campuran antara obat aminofilin dan
eksipien laktosa menyebabkan degradasi
aminofilin semakin meningkat dan
menyebabkan perubahan warna pada obat
dari putih menjadi kuning hingga coklat
(Bharate et al., 2010)
Roxifiban Campuran roxifiban acetate (DMP-754) dan
acetate (DMP- laktosa, akan menyebabkan laktosa
754) mempercepat hidrolisis ester dan golongan
amidine
Manitol Simetidin Simetidin merupakan terapi untuk PUD
golongan Histamine H2 Antagonis.
Campuran antara eksipien Manitol dengan
obat Simetidin dapat menurunkan
bioavaibilitas oral dari simetidin
dibandingkan laktosa (Rowe et al., 2009)
Omeprazol Mencampurkan mannitol dengan omeprazole
sodium dapat menurunkan titik leleh dan
memeprlama leleh yang dapat berkontribusi
pada interkasi dus struktur kristalin yang
berbeda. Omeprazol merupakan terapi untuk
PUD golongan PPI. Campuran antara obat
omeprazole dan eksipien manitol
menyebabkan penurunan titik leleh dan
memperluas melting peak dari omeprazole
dikarenakan interaksi dari 2 struktur
kristalin yang berbeda (Bharate et al., 2010)
Sodium Sodium cephapirin pada konsentrasi 2
cephapirin mg/ml dan 30 mg/ml inkompatibel dengan
larutan manitol 20% b/v.
Infus xylitol Manitol inkompatibel dengan infus xylitol
dan kemungkinan akan membentuk
kompleks dengan beberapa logam seperti
aluminium, tembaga, dan besi.
Aluminium, Manitol akan bereaksi dengan beberapa
tembaga dan logam seperti alumunium, tembaga dan besi
besi membentuk senyawa kompleks (Rowe,
2009)
Starch Iodin Terjadi perubahan warna ketika dicampur
dengan pati (Rowe, 2009)
Enalapril Pada campuran antara obat enalapril maleate
maleate dengan eksipien starch sebagai disintegran,
dapat menyebabkan peningkatan laju
degradasi enalapril maleate berdasarkan uji
stabilitas accelerated (Bharate et al., 2010)
Saproxetin Saproxetin maleat inkompatibilitas dengan
maleat starch dalam bentuk sediaan kapsul gelatin.
Dekstrosa Vitamin B- Terjadi dekomposisi saat dipanaskan dengan
Complex dekstrosa (Rowe, 2009)
Chlorpromazin Terjadi reaksi millard yaitu gugus amina
primer pada chlorpromazin terjadi reaksi
millard (perubahan warna menjadi coklat)
dengan glycosidic hidroxyl pada dekstrosa
sehingga membentuk imin yang merupakan
senyawa amidori (Horiuchi et.al., 1997)
Eritromisin Eritromisin gluseptat tidak stabil dalam
gluseptat larutan dekstrosa pada pH kurang dari 5,05
(Rowe, 2009)
Pefloxacin Meskipun tidak mengandung amine primer dan
sekunder pada pefloxacin tetapi studi
mengatakan bahwa dapat berinteraksi dengan
dextrose. Dikarakteristikkan dengan hilangnya
puncah dari titik leleh endotermik. Juga terjadi
perubahan entalpy sebesar 10%
Pefloxacin merupakan antibakteri, dimana
dalam bentuk aldehid dapat berinteraksi
dengan dekstrosa. Interaksi yang terjadi
menyebabkan Pefloxacin mengalami
degradasi dan terjadi perubahan warna
kecoklatan dari obat melalui reaksi Maillard
(Bharate et al., 2010 ; Rowe et al., 2009).
Sianokobalami Larutan dekstrosa inkompatibel dengan
n, kanamycin sejumlah obat seperti Sianokobalamin,
sulfat, kanamycin sulfate, novobiocin sodium, dan
novobiocin warfarin sodium
sodium,
warfarin
sodium
fenitoin Fenitoin dengan larutan dekstrosa 5% terjadi
presipitasi (pengendapan)

Stearat Mg Stearat Produk aspirin Mg stearate merupakan eksipien yang


(asam asetil berfungsi sebagai lubrikan. Namun Mg
salisilat) stearate dapat meningkatkan pH dalam suatu
formula obat dengan mempercepat proses
hidrolisis obat.
Penambahan Mg stearate dalam formula
dengan bahan aktif Aspirin (asam
asetilsalisilat) dapat menyebabkan aspirin
lebih cepat terdegradasi dalam campuran,
dimana laju degradasinya tergantung dari
konsentrasi Mg sterat dalam campuran
tersebut. Hal ini dikarenakan aspirin
merupakan obat yang sensitive terhadap
kelembapan dan degradasinya sering
berhubungan dengan adanya air dan/atau
kondisi pH basa (alkaline). Sehingga Mg
stearate dapat mengurangi kadar aspirin
ketika dikonsumsi pasien (Li & Wu, 2014).
β-lapachone Salah satu contohnya adalah interaksi
dengan obat antitumor, yaitu β-lapachone.
Mg stearat dan β-lapachone menunjukkan
adanya interaksi berdasarkan studi FTIR.
Dari studi tersebut, dapat dilihat bahwa mg
stearat dapat menurunkan degradasi β-
lapachone.
Asam Stearat Naproxen Inkompatibiitas dengan naproxen karena
mengandung agen pengoksida. Selain itu
juga dapat menyebabkan kecepatan
hidrolisis dari API apabila hidrolisis
bergantung dengan PH. Dan dapat bereaksi
dengan API apabila di dalam API
mengandung amine primer sehingga dapat
membentuk stearoyl derivat.
Doxylamine Jika di dalam formulasi obat terdapat Asam
succinate stearate dengan bahan aktif doxylamine
succinate, maka dapat terjadi interaksi.
Dimana terjadi pembentukan garam stearate
yang dapat menyebabkan degradasi dari
obat Doxylamine saat pencampuran, dimana
secara langsung akan mempengaruhi
disintegrasi dan disolusi obat dalam sediaan
solid (Bharate et al., 2010)
Polivinyl Pirolidon (PVP) Thimerosal Efikasi pengawet seperti thimerosal akan
menurun jika dicampur dengan Povidon
dengan membentuk senyawa kompleks
(Rowe, 2009)
Atenolol dan Atenolol dan PVP menunjukkan perubahan
Oxprenolol termograf DSC pada eksipien obat
campuran biner. Interaksi ini diediasi oleh
ikatan air bebas dan PVP. Efeknya akan
menimbulkan sedikit kondisi lembab, serta
modifikasi bentuk kristalin atenolol
Raloksifen Interaksi keduanya menyebabkan obat
hidroklorida mengalami rekasi Oksidasi. Pembentukan
Noxide
Turunan dari zat obat tersebut berdasarkan
karakterisasi spektroskopi dan perbandingan
kromatografi Oksida N-sintetis. Namun,
disolusi Raloxifene HCl tidak dapat dicapai
Tanpa menggunakan PVP. Selain itu, juga
menunjukkan bahwa pengotor fenolik dalam
tablet, Agen pengikat, seperti povidone dan
disintegrants Seperti crospovidone, bisa
menyebabkan Fotodegradasi obat melalui
reaksi radikal bebas.

Polisorbat 80 Chlorpromazin Interaksi dari polisorbat 80 dan


e chlorpromazine dapat menyebabkan
peningkatan pada permeabilitas membran
polisorbat 80, sehingga membentuk agregat
misel. Formulasi dengan bahan aktif
Chlorpromazine dan ditambahkan eksipien
salah satunya polysorbat 80, dapat
menyebabkan interaksi melalui
pembentukan kompleks. Dimana dapat
terjadi penurunan permeabilitas obat di
membrane sehingga dapat mempengaruhi
stabilitas hingga bioavaibilitas obat. Hal ini
dikarenakan Chlorpromazine merupakan
agen ionic surface-active agent, dimana jika
diikat oleh Polysorbat 80 yang merupakan
agen nonionic surface-active agent,
keduanya dapat berinteraksi (Hurwitz et al.,
1963 ; Chaudhari & Patil, 2012).
Fenol, tannin, Perubahan warna dan/atau presipitasi terjadi
tars dengan berbagai zat, terutama fenol, tannin,
tars, dan bahan tarlike
Selulosa Avicel Enalapril MCC / avicel pH 101 digunakan sebagai pengisi
(microcrystalin maleate inaktif pada tablet dan sebagai pengental serta

selulosa) stabilisator pada makanan olahan. Beberapa


penelitian menunjukkan bahwa enalapril maleat
mengalami degradasi akibat adanya MCC. MCC
berinteraksi dengan mengurangi panas dari obat
enalapril maleat. Pada laju pemanasan 10 ° C /
menit, termogram DSC untuk menunjukkan
Enalapril maleate memiliki dua lapisan
endotermik. Pertama karena mencair dan yang
kedua karena dekomposisi termal. Hal ini
menunjukkan bahwa dekomposisi berlangsung
sampai batas tertentu.
Penggunaan avicel dalam pembuatan tablet
dengan bahan aktif Enalapril maleate
sebagai antihipertensi, dapat menyebabkan
laju degradasi dari enalapril meningkat
sehingga menjadi kurang stabil dan mudah
terdekomposisi (Bharate et al., 2010).
Hidroksipropil Trichlormethia HPMC merupakan salah satu eksipien yang
selulosa zide sering digunakan pada sediaan solid
terutama tablet. Penggunaan HPMC dalam
sediaan tablet adalah sebagai binder baik
melalui proses kempa langsung maupun
granulasi basah (Rowe, 2009).
Trichlormethiazide merupakan salah satu
obat diuretic yang stabil pada kondisi
lembab. Namun ketika diformulasikan
dalam sediaan tablet, dapat menimbulkan
ketidakstabilan pada beberapa kondisi. Salah
satunya jika trichlormethiazide dicampurkan
dengan HPMC dalam 1 formula tablet, maka
dapat menyebabkan interaksi berupa
degradasi dari trichlormethiazide semakin
meningkat, sehingga sediaannya tersebut
menjadi kurang stabil dan kadarnya pun
akan menjadi berkurang (Bharate et al.,
2010).
Metil paraben Hidroksipropil Selulosa dalam larutan
dan propil menunjukkan beberapa inkompatibilitas
paraben dengan turunan fenol tersubstitusi, seperti
metil paraben dan propil paraben.
PEG Penisilin dan Aktivitas penisilin dan basitracin sebagai
basitrasin antibiotik akan berkurang jika dicampur
dengan PEG (Rowe, 2009)
Paraben Efikasi paraben sebagai juga akan terganggu
jika berikatan dengan PEG (Rowe, 2009)
Ibuprofen PEG secara luas digunakan sebagai lubrikan
dan kosolven untuk obat-obat yang sulit
larut air pada formulasi. Kemurnian (purity)
dari PEG berperan penting terjadinya
degradasi pada obat. Derajat kemurnian
yang tinggi dari manufaktur yang tersedia
akan menurunkan efek degradasi pada obat.
Ibuprofen menunjukkan inkompatibilitas
dengan PEG pada sediaan tablet yang
disimpan selama 3 minggu pada suhu 70O C
dan RH (Relative Humidity) 75% yang
menyebabkan terjadinya degradasi pada
produk ibuprofen. Salah satu produk
degradasi yang diketahui adalah toxin 4-
isobutylacetophenone
Sulfonamid Terjadi perubahan warna jika dicampur
dan dithranol dengan PEG (Rowe, 2009)
Sorbitol Sorbitol jika dicampur dengan PEG akan
terjadi pengendapan (Rowe, 2009)
SLS Surfaktan SLS berinteraksi dengan surfaktan kationik,
Kationik yang akan menyebabkan kehilangan
aktivitasnya, bahkan jika dalam konsentrasi
yang terlalu rendah akan menyebabkan
presipitasi.
Chlorpropamid SLS merupakan eksipien yang secara luas
e digunakan dalam formulasi sediaan solid
sebagai surfaktan atau wetting agent untuk
memperbaiki kelarutan pada obat-obat yang
kelarutannya rendah. Namun, jika pada
sediaan OAD untuk pasien DM, penggunaan
SLS sebagai eksipien dapat menyebabkan
interaksi. Hal ini dikarenakan
inkompatibilitas antara SLS dan
chlorpropamide menunjukkan bahwa
campuran antara keduanya menyebabkan
penurunan laju disolusi obat chlorpropamide
(Bharate et al., 2010)
Karbonat Sodium Asam Sodium karbonat akan terdekomposisi jika
karbonat kontak dengan asam (Rowe, 2009)
Adefovir Penambahan sodium karbonat, dapat
dipivoxil memengaruhi stabilitas adefovir dipivoxil
dalam padatan dengan meningkatkan reaksi
hidrolisis obat
Sodium Ciprofloxacin Sodium bikarbonat dapat menurunkan kadar
bikarbonat dan ciprofloxacin dan levofloxacin dengan
levofloxacin menghambat absorpsi GI
Eritromisin Eritromisin asitrat merupakan derivatif dari
asitrat eritromisin yang mampu melakukan
konversi menjadi anhydroeritromisin pada
kondisi asam lambung. Apabila
diformulasikan dengan sodium karbonat
dalam bentuk kapsul gelatin akan
meningkatkan ph dari lambung yang dapat
meningkatkan bioavailabilitas dari
eritromisin.

Referensi

Akers, Michael J. 2002. Excipient-drug Interactions in Pareteral Formulations. Journal of


Pharmaceutical Science, Vol. 91, NO. 11, November 2002.
Allen, L. V., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition, Rowe R. C., Sheskey,
P. J., Queen, M. E., (Editor), London, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Assosiation, 697-699.
Bharate S. S., et al. Interactions and Incompatibilities of Pharmaceutical Excipients With Active
Pharmaceutical Ingredients : a Comprehensive Review. 2010. Journal Excipients and
Food Chemical. Vol.1 (3) : 3-26.
Chaudhari S. P., and Patil P. S. Pharmaceutical Excipients : A review. 2012. International
Journal of Advances in Pharmacy, Biology, and Chemistry. Vol.1 (1) : 21-34.
Jackson, Kimberley. Young David and Pant Sonia. 2000. Drug-Excipient Interactions and Their
Effect on Absorption. PSTT Vol 3, No 10 October 2000
Li J., and Wu Y. Lubricants in Pharmaceutical Solid Dosage Forms. 2014. Lubricants. Vol.2 :
21-43.
Hurwitz A. R., et al. Binding of Organic Electrolytes by a Nonionic Surface-Active Agent. 1963.
Journal of Pharmaceutical Science. Vol. 52 (9) : 893-897.
Rowe R. C., et al. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Edition. Pharmaceutical
Press and American Pharmacists Association. USA.

Anda mungkin juga menyukai