2.3.6 Klasifikasi
walaupun lesi sedah sembuh. Ada yang memakai batas waktu 3 bulan
sebagai nyeri kronik. Berikut ini adalah perbedaan nyeri akut dan nyeri
meningkat)
5 Istirahat Mengurangi nyeri Memperburuk nyeri
6 Pekerjaan Terkendali Dipertanyakan
7 Keluarga relasi Menolong, suportif Lelah, deteorasi
8 Finansial Terkendali Menurun, bisa berkurang
9 Mood Ansietas, takut Depresi, maarah, frustasi
10 Toleranssi Nyeri Terkendali Kurang terkendali
11 Respon dokter Merasa disalahkan,
follow up menjemukkan
12 Pengobatan Mencari penyebab dan Fokus pada fungsi dan
mengobatinya management
oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh
dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang
itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Nyeri berat
nyeri terkontrol tidak terkontrol
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri sedikit Nyeri
nyeri berat
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak Nyeri
nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat berat
3
terkontrol tidak
terkontrol
Keterangan :
0 : Tidak nyeri :
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik
4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
tapi masih respoon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,
tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas
association for the study of pain) awitan yang tiba – tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
lingkungan)
12. Indikasi nyeri yang dapat diamati
13. Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
14. Sikap tubuh melindungi
15. Dilatasi pupil
16. Melaporkan nyeri secara verbal
17. Fokus pada diri sendiri
1. Tingkat kecemasan
2. Nafsu makan
3. Kepuasan klien: Manajemen nyeri
4. Kepuasan klien: Kontrol gejala
5. Status kenyamanan
6. Status kenyamanan: fisik
7. Tingkat ketidaknyamanan
8. Pergerakan
9. Keperahan mual dan muntah
10. Nyeri: efek yang mengganggu
11. Tidur
12. Kontrol gejala
13. Keperahan gejala
14. Tanda-tanda vital
2.4.4 Outcome yang berkaitan dengan factor yang berhubungan
1. Pemulihan luka bakar
5
2. Fungsi gastrointestinal
3. Fungsi ginjal
4. Pengetahuan: manajemen penyakit akut
5. Pengetahuan: Manajemen penyakit peradangan usus
6. Pengetahuan: manajemen nyeri
7. Respon pengobatan
8. Status neurologi
9. Keparahan cedera fisik
10. Manajemen diri: penyakit akut
11. Tingkat stress
12. Pemulihan pembedahan: penyembuhan
13. Pemulihan pembedahan: segera setelah operasi
14. Integritas jaringan: kulit dan membrane mukosa
15. Perfusi jaringan
16. Perfusi jaringan: organ abdominal
17. Perfusi jaringan: kardiak
18. Perfusi jaringan: seluler
19. Perfusi jaringan: perifer
20. Penyembuhan lika: primer
21. Penyembuhan luka: sekunder
2.4.5 Intervensi keperawatan untuk menyelesaikan masalah
1. Akupressur
2. Pemberian analgesik
3. Pemberian analgesic: Intraspinal
4. Pemberian Anastesi
5. Pengurangan kecemasan
6. Manajemen nyeri
7. Bantu pasien untuk mengontrol pemberian analgesik
8. Manajemen lingkungan: kenyamanan
9. Manajemen sedasi
10. Pemberian obat (NANDA, 2012).
2.4.6 Faktor yang Berhubungan
1. Agens cedera biologis (mis., infeksi, iskemia, neoplasma)
2. Agens cedera fisik (mis., abses, amputasi, luka bakar, terpotong,
agens mustard)
menjadi aktivitas listrik yang biasa disebut potensial aksi. Dalam hal
aksi atau impuls listrik tersebut dari nosiseptor sampai pada kornu
tengah.
5. Persepsi adalah proses yang sangat kompleks yang sampai saat ini
inflamasi, yang akan terjadi jika terluka atau keseleo. Selain itu, nyeri
juga bisa terjadi akibat iskemik, seperti pada kram otot. Hal ini pun
bertambah berat.
2. Nyeri visceral, jika yang terkena adalah organ-organ viseral atau
organ dalam, meliputi rongga toraks (paru dan jantung), serta rongga
nyeri kalau diinsisi, digunting atau dibakar, organ somatik justru tidak.
b. Umur
Penyakit rematik yang sering diderita khuusnya oleh lansia sering
dijumpai dan ditemui pada umur atau usia diatas 45 tahun atau
penatalaksanaannya.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama: seseorang dengan penyakit rematik akan
sendi tertentu.
b. Riwayat penyakit sekarang: penderita rematik akan mengalami
Grace, 2016).
c.Tanda-tanda vital dan gizi
Tekanan darah pada orang yang mengalami rematik terkadang
(Hasyim, 2009).
4. Pemeriksaan fisik
a. Keluhan umum: keluhan umumnya yang biasa diderita oleh
2009).
b. Pemerikaan integumen: Vaskulitis sering terjadi pada
timbulnya lubang pada ujung jari atau luka kecil atau kulit
4 4
4 4
Keterangan:
0 : lumpuh
Teguh, 2013).
6. Tingkat kerusakan intelektual
Fungi intelektual pada lansia yang mengalami rematik tidak akan
nyeri pada area persendian yang sering muncul secara riba-tiba dengan
2013).
atau kontraktur.
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bagian tubuh
1. Nyeri akut/kronik berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis) ditandai dengan nyeri pada area persendian.
2.2 Tabel Rencana Asuhan Keperawatan
43
2
2.Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan dan kerusakan neuromuskuler, kehilangan integritas struktur tulang,
kekakuan sendi atau kontraktur.
3.Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bagian tubuh dan struktur tubuh, ditandai dengan pembungkukan pada
tulang belakang dan terdapat myosis otot pada area ekstermitas
44
3
4. kurangnya pengetahuan berhubungan dengan penyakitnya, ditandai dengan semakin seringnya nyeri terjadi dan klien tidak
mengatahui perilaku klien yang kurang tepat dalam menangani permasalahan penyakitnya.
45
4
46
1
2.5.4 Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.
Agar implementasi ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat
respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendekumentasikan pelaksanaan perawatan.imlepentasi
Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambunngan dengan melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
Evaluasi keperawatan adalah mengukir keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dalam pendokumentasiannya dilakukan melalui pendekatan SOAP.
S = Respon Subyektif klien terhadap tindakan
O = Respon Obyektif klien terhadap tindakan
A = Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan masalah
P = Perencanaan atau tindakan
I = Implementasi
E = Evaluasi
47
2
R= Reasses
48