Makalah Kebakaran Hutan Di Kalimantan TImur
Makalah Kebakaran Hutan Di Kalimantan TImur
BAB I
PENDAHULUAN
Kebakaran hutan dan lahan awalnya terjadi pada tahun 1870 yakni
hilangnya hutan – hutan primer karena cepatnya peningkatan populasi
penduduk yang disertai dengan aktivitas manusia seperti api untuk berburu
dan pembersihan lahan, akses jalan, serta perubahan hutan menjadi lahan
peternakan (Whitmore, 1975). Berdasarkan pengalaman sejarah, tingkat
kebakaran hutan di Indonesia yang cukup tinggi, terjadi di Kalimantan
Timur pada tahun 1972, Kemudian tahun 1982/1983 yang menghancurkan
3,2 juta hektar, hingga puncaknya pada tahun 1997/1998 (Wijaya, 2000).
1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Namun, data persis pertama kali terjadinya kebakaran hutan dan lahan
di Kalimantan Timur (Kaltim) tidak dapat diketahui dengan pasti. Sangat
dimungkinkan bahwa dibeberapa tempat pernah terjadi kebakaran hutan dan
lahan mengingat api sebagai teknologi pertama yang dikenal manusia dalam
perladangan merupakan bagian penting dari usaha pembukaan dan persiapan
lahan. Menurut mitologi pada beberapa kelompok suku tradisional di Kaltim
(antara lain Suku Kenyah dan Kayan) sangat mempercayai bahwa peristiwa
kebakaran hutan dan lahan di bumi Kaltim pernah terjadi pada masa lampau.
Mereka menyebutnya sebagai ‘zaman kejadian’ pada ribuan tahun yang lalu
dimana kebakaran yang terjadi sangat hebat dan api merayap hingga dibawah
5
permukaan bumi. Konon, akibat kebakaran hutan itulah hingga saat ini
banyak dijumpai ‘arang hitam’ yang berlimpah dibawah perut bumi Kaltim.
Secara kronologis, kejadian kebakaran hutan dan lahan yang seringkali
terjadi di Kalimantan Timur diawali oleh musim kemarau yang panjang.
Berdasarkan catatan sejarah musim kemarau panjang selama lebih dari 6
bulan pernah terjadi pada tahun 1778. Kemarau terpanjang yang lebih dari 9
bulan pernah terjadi pada tahun 1940-an. Namun demikain hingga sebelum
tahun 1970-an, meski terjadi kemarau panjang lebih dari 6 bulan tersebut
belum pernah terjadi kebakaran hutan dan lahan. Oleh karenanya sewaktu
peristiwa kebakaran hutan dan lahan yang hebat tahun 1982/1983 dinilai
sangat mengejutkan karena secara teoritis hutan hujan tropis lembab sulit
terbakar secara alami.
2.2. Sebab dan Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan di Kalimantan Timur
Pada dasarnya tidak semua areal hutan dan lahan mudah terbakar. Menurut
Oemijati (1986) mengutip dari Bahruni, kelas kebakaran di hutan hujan tropis
sangat rendah, yaitu kelas satu. Dengan demikian tipe hutan ini pada dasarnya
sulit sekali untuk terbakar.
Ada metode lain dengan menggunakan paku bumi, paku bumi ini
bekerja dengan cara ditancapkan di adanya tanah yang terdeteksi adanya
api. Karena paku bumi ini menggunakan air dicampur zat kimia, sehingga
pemadamannya lebih cepat.[5]
6. Pembangunan greenbelt.
10. Pengecekan titik api dan pemanfaatan data hotspot dari satelit untuk
disebarluaskan.
langkah pembinaan terkait tindakan apa saja yang harus dilakukan jika
kawasan hutan telah memasuki status Siaga I dan juga Siaga II.
2. Memindahkan segala macam sumber daya baik itu manusia, perlengkapan
serta dana pada semua tingkatan mulai dari jajaran Kementrian Kehutanan
hingga instansi lain bahkan juga pihak swasta.
6. Mobil, truk dan mesin harus memiliki sistem tempat pembuangan uap
ketika beroperasi didekat hutan.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M.J., M.R. Ibrahim, dan A.R. Abdul Rahim. 2002. The influence of
forest fire in Peninsular Malaysia: History, root causes, prevention, and
control.
Anonim, 1998. Laporan Kebakaran Hutan dan Lahan Propinsi Kalimantan Timur.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan Kantor Wilayah Propinsi
Kalimantan Timur, Samarinda
Pemda Kaltim, 2000. Kalimantan Timur dalam Angka 2000. Bappeda Kaltim dan
Kantor Statistik Kaltim, Samarinda.
Whitmore, T.C. 1975. Tropical Rain Forest Forest of The Far East. Clarendon
Press. Oxford.
Wijaya, A. 2002. Kajian Aspek Sosial Ekonomi Kebakaran Hutan dan Lahan Di
Kalimantan Timur. Yayasan Bioma, Samarinda.
Wirakusumah, S dan M.Y. Rasid, 1987. Cita dan Fenomena Hutan Tropika
Humida. Pradnya Paramita, Jakarta.
http://www.wri.org
http://geospasial.bnpb.go.id