Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM BLUES

Disusun oleh:

Rahayu oktapiana
017013316

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mataram


Tahun Ajaran 2018/2019
A. PENGERTIAN
Post partum blues merupakan sebagai bentuk gejala ringan atau depresi
sementara dengan durasi 3-7 hari pasca melahirkan. Gale & Harlow, (2003). Post
partum blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak nyaman
(kesedihan atau kemurungan)/gangguan suasana hati setelah persalinan, yang
berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau pun dengan dirinya sendiri.
Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi perubahan hormon yang
melibatkan endorphin, progesteron, dan estrogen dalam tubuh Ibu, yang dapat
mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional Ibu.
Dewasa ini, post-partum blues (PPB) atau sering juga disebut maternity blues atau
baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan afek ringan yang sering
tampak dalam minggu pertama setelah persalinan atau pada saat fase taking in,
cenderung akan memburuk pada hari ketiga sampai kelima dan berlangsung dalam
rentang waktu 14 hari atau dua minggu pasca persalinan. Post-partum blues ini
dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering
tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana
seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan
dan dapat membuat perasaan-perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya,
dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang
lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih
buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan
perkembangan anak, karena stres dan sikap ibu yang tidak tulus terus-menerus bisa
membuat bayi tumbuh menjadi anak yang mudah menangis, cenderung rewel,
pencemas, pemurung dan mudah sakit.
B. ETIOLOGI
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum
diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya
postpartum blues, antara lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen,
progesteron, prolaktin dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan
sangat berpengaruh pada gangguan emosional pascapartum karena estrogen
memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak
yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan serotonin yang berperan dalam
perubahan mood dan kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan,
kehamilan yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial
ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga
dan teman). Apakah suami menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami,
keluarga, dan teman memberi dukungan moril (misalnya dengan membantu
pekerjaan rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu mengadu/berkeluh-
kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya atau timbul permasalahan,
misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri maupun
persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orang tua dan mertua, problem
dengan si sulung.
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.

C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang
ibu. Gejala tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari setelah melahirkan.
Beberapa perubahan sikap tersebut diantaranya Ibu sering tiba-tiba menangis karena
merasa tidak bahagia, penakut, tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering
berganti mood, mudah tersinggung (iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas
berlebihan, tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati,
tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan, merasa tidak
mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan , insomnia yang
berlebihan. Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya
akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika
masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut postpartum
depression.
D. PATOFISIOLOGIS
Sejarah kehamilan adalah factor utama yang bisa menimbulkan terjadinya
baby blues ini atau biasa dikenal dengan post partum blues. Riwayat seperti
kehamilan yang tidak di inginkan, adanya problem dengan orang tua atau mertua,
kurangnya biaya untuk persalinan, kurangnya perhatin yang diberikan pada si ibu dan
factor ari etiologi serta factor psikolog lainnya merupakan penyebab utama.
Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada gangguan
emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi
nonadrenalin dan serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian
depresi. Karena proses ini pula seorang ibu setelah melahirkan mengalami perubahan
pada tingkat emosional. Biasanya ibu akan mengalami kenaikan dalam resons
psikologisnya, sensitive dan lebih membutuhkan perhatian, kasih sayang dari orang di
sekitarnya yang di anggap penting baginya. Keabnormalitasan pada post partum blues
ini mengakibatkan rasa tidak nyaman, kecemasan yang mendalam pada diri ibu, tek
jarang terkadang seorang ibu menangis tanpa sebab yang pasti. Khawatir pada
bayinya dengan kekhawatiran yang berlebihan
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat
disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria
gejala yang ada. Kekurangan hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang
mengalami kelelahan luar biasa (fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami
post partum blues mempunyai jumlah kadar tyroid yang sangat rendah.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan
pelayanan pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan
beberapa kuesioner dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale
(EPDS) merupakan kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur
intensitas perubahan perasaan depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-
pertanyaannya berhubungan dengan labilitas perasaan, kecemasan, perasaan bersalah
serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-partum blues . Kuesioner ini
terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan memiliki 4 (empat)
pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai dengan
gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu.
F. PENATALAKSANAAN
Penanganan gangguan mental pasca-salin pada prinsipnya tidak berbeda
dengan penanganan gangguan mental pada momen-momen lainya. Dukungan yang
memadai dari para petugas obstetri, yaitu: dokter dan bidan/perawat sangat
diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai/adekuat
tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin
timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.
Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang dengan
menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur, berolahraga ringan, ikhlas
dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi,
membicarakan rasa cemas dan mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung
dengan kelompok ibu-ibu baru. Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-
partum blues dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis,
konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual
tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku,
emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan
lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.
G. KOMPLIKASI
Masalah kesehatan jiwa dapat mengakibatkan komplikasi selama periode kehamilan,
kelahiran bayi dan priode pasca partum, yaitu komplikasi emosional. Tidak ada satu
faktorpun dicurigai bertanggung jawab sebagai pencetus penyakit mental pasca
partum
 Gangguan mood
 Depresi pasca partum
 Psikosis pasca partum
H. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak ( 2004 ) dapat
dilakukan pada pasien dalam beradaptasi menjadi orang tua baru. Pengkajiannya
meliputi ;
1) Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain-lain.
2) Dampak pengalaman melahirkan
Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana
tertentu tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran
pervagina dan beberapa intervensi medis. Apabila pengalaman mereka dalam
persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan (misalnya ; induksi, anestesi
epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena tidak bisa
mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua
tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi
mereka untuk menjadi orang tua.
3) Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu.
Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat
mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri
dan citra tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya.
4) Interaksi Orang tua – Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi
orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi
perilaku adaptif dan perilaku maladatif.
5) Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua
terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan
mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua
menunjukkan perilaku yang adaptif ketika mereka merasakan suka cita karena
kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang diselesaikan untuk dan bersama
anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya melalui ekspresi
emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya, dan
ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan
bayi. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan
kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik
dengan anak mereka. Bayi – bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar.
6) Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah
melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap
perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan
pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain. Perawat dapat
membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu
ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar
dari rumah sakit.
I. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues menurut Marilynn
E.Doenges ( 2001 ) Adalah :
1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis edema /
pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
2. Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan
pengaruh komplikasi fisik dan emosional.
3. Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis
(sangat gembira, ansietas, kegirangan), nyeri / ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
J. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut / ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema
/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
Tujuan : Mengidentifikasi kebutuhan dan mengunakan intervensi untuk
mengatasi ketidaknyamanan.
Intervensi Keperawatan :
a. Tentukan adanya, lokasi dan sifat ketidaknyamanan.
b. Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi.
c. Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama
setelah melahirkan.
d. Berikan kompres panas lembab (misalnya : rendam duduk / bak mandi).
e. Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas perbaikan
episiotomy.
f. Kolaborasi dalam pemberian obat analgesic 30-60 menit sebelum
menyusui.
2. Resiko terhadap perubahan peran menjadi orang tua berhubungan dengan
pengaruh komplikasi fisik dan emosional.
Tujuan : Mengungkapkan masalah dan pertanyaan tentang menjadi orang tua,
mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realistis, dan secara aktif mulai
melakukan tugas perawatan bayi baru lahir dengan tepat.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji kekuatan, kelemahan, usia , status perkawianan, ketersediaan
sumber pendukung dan latar belakang budaya.
b. Perhatikan respon klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran
menjadi orang tua.
c. Evaluasi sifat dari menjadi orang tua secara emosi dan fisik yang
pernah dialami klien/pengalaman selama kanak-kanak.
d. Tinjau ulang catatan intrapartum terhadap lamanya persalionan, adanya
komplikasi dan peran pasangan pada persalinan.
e. Evaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi
prenatal, intranatal dan pascapartal.
f. Evaluasi kondisi bayi ; komunikasikan dengan staf perawatan sesuai
dengan indikasi.
g. Pantau dan dokiumentasikan interaksi klien/pasangan dengan bayi.
h. Anjurkan pasangan untuk mengunjungi dan mengendong bayi dan
berpartisipasi terhadap aktifitas perawatan bayi sesuai izin.
i. Kolaborasi dalam merujuk untuk konseling bila keluarga beresiko
tinggi terhadap masalah menjadi orang tua atau bila ikatan positif
diantara klien/pasanngan dan bayi tidak terjadi.
3. Resiko perubahan emosional yang tidak stabil pada ibu berhubungan dengan
ketidakefektifan koping individu
Tujuan : Mengungkapkan ansietas dan respon emosional, mengidentifikasi
kekuatan individu dan kemampuan koping pribadi, mencari sumber-sumber
yang tepat sesuai kebutuhan.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji respon emosional klien selama prenatal dan periode inpartum dan
persepsi klien tentang penampilannya selama persalinan.
b. Anjurkan diskusi oleh klien / pasangan tentang persepsi pengalaman
kelahiran.
c. Kaji terhadap gejala depresi yang fana (perasaan sedih pascapartum),
pada hari ke-2 sampai ke-3 pasca partum (misalnya, ansietas,
menangis, kesedihan, konsentrasi yang buruk, dan depresi ringan atau
berat).
d. Evaluasi kemampuan koping masa lalu klien, latar belakang budaya,
system pendukung, dan rencana untuk bantuan domestic pada saat
pulang.
e. Berikan dukungan emosional dan bimbingan antisipasi untuk
membantu klien mempelajari peran baru dan strategi untuk koping
terhadap bayi baru lahir.
f. Anjurkan pengungkapan raa bersalah, kegagalan pribadi, atau keragu-
raguan tentang kemampuan menjadi orang tua.
g. Kolaborasi dalam merujuk klien/pasangan pada kelompok
pendukungan menjadi orang tua, pelayanan social, kelompok
komunitas, atau pelayanan perawat berkunjung.
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan respon hormonal dan psikologis
(sangat gembira, ansietas dan kegirangan), nyeri/ketidaknyamanan, proses
persalinan dan kelahiran melelahkan.
Tujuan : Menidentifikasi penilaian untuk mengakomodasi perubahan yang
diperlukan dengan kebutuhan terhadap anggota keluarga baru, melaporkan
peningkatan rasa sejaterah dan istirahat.
Intervensi Keperawatan :
a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istirahat.
b. Kaji faktor-faktor, bila ada yang mempengaruhi istirahat.
c. Berikan informasi tentang kebutuhan untuk tidur/istirahat setelah
kembali ke rumah.
d. Berikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada
suplai ASI.
e. Kaji lingkungan rumah, dan bantuan di rumah.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran


Morhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosby Mc Closkey
Dochterman, Joanne. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC). America :
Mosby
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C.Geissler ( 2000 ), Rencana Asuhan
Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Bobak, Lowdermilk, Jensen. ( 2004 ). Buku Ajar : Keperawatan maternitas edisi - 4. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai