Anda di halaman 1dari 12

Laboratorium Mineralogi Petrologi 128

Program Studi Teknik Lingkungan


Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Batuan Metamorf
Metamorfosa adalah proses rekristalisasi di dalam kerak bumi (3-20 km) yang
keseluruhan atau sebagian besar terjadi dalam keadaan padat, tanpa melalui fase cair,
sehingga terbentuk struktur dan mineralogi baru akibat pengaruh temperatur dan
tekanan yang tinggi.
Menurut H.G.F. Winkler, 1967, metamorfisme adalah proses-proses yang
mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau respon terhadap
kondisi fisika dan kimia di dalam kerak bumi.
Batuan metamorf batuan yang berasal dari batuan induk, bisa batuan beku, batuan
sedimen, maupun batuan metamorf sendiri yang mengalami metamorfosa.
1.2 Tipe – Tipe Metamorfosa
Tipe-tipe metamorfosa dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu :
 Tipe Metamorfosa lokal
Disebut lokal karena penyebarannya terbatas sekali (beberapa meter sampai
beberapa puluh meter). Tipe metamorfosa lokal meliputi :
1. Metamorfosa Kontak / Thermal
Metamorfosa ini disebakan oleh adanya kenaikan temperatur pada batuan
tertentu.
2. Metamorfosa Dislokasi/ Kataklastik/ Dinamo
Batuan metamorf ini dijumpai pada daerah yang mengalami dislokasi, misal
pada daerah sesar besar. Proses ini terjadi pada lokasi dimana batuan ini
mengalami proses penggerusan secara mekanik yang disebabkan oleh faktor
penekanan baik tegak maupun mendatar.
 Tipe Metamorfosa Regional
1. Metamorfosa Regional
Metamorfosa ini terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan faktor yang
berpengaruh adalah temperatur dan tekanan yang sangat tinggi.
2. Metamorfosa Beban/ Burial
Batuan metamorfosa ini terbentuk oleh proses pembebanan oleh suatu massa
sedimentasi yang sangat tebal pada suatu cekungan yang sangat luas atau dikenal
dengan sebutan cekungan geosinklin.
Nama : Faiz Abimanyu
NIM : 114150009
Plug :3
Laboratorium Mineralogi Petrologi 129
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016

1.3 Struktur Batuan Metamorf


Struktur batuan metamorf dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Struktur Foliasi
Yaitu struktur yang ditunjukkan oleh adanya penjajaran mineral-mineral
penyusun batuan metamorf. Struktur ini meilputi :
a. Struktur Slatycleavage
Pemilahan dari sedimen yang berubaah ke metamorf, merupakan derajat
dari lempung.
b. Struktur Filitik
Struktur ini hampir mirip dengan struktur slatycleavage hanya mineral dan
kesejajarannya sudah mulai agak kasar.
c. Struktur Skisstosa
Adalah struktur dimana mineral pipih (biotit, muscovit, feldspar) lebih
dominan dibanding mineral butiran
d. Struktur Gneissa
Struktur dimana jumlah mineral-mineral yang granular relatif lebih banyak
dari mineral-mineral pipih, mempunyai sifat banded dan mewakili
metamorfosa regional derajat tinggi.
2. Struktur Non Foliasi
Adalah struktur yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral
penyusun batuan metamirf. Yang termasuk struktur ini adalah :
a. Struktur Hornfelsik
Struktur adanya butiran-butiran seragam, terbentuk pada bagian dalam
daerah kontak sekitar tubuh batuan beku
b. Struktur Milonitik
Struktur yang berkembang karena adanya penghancuran batuan asal yang
mengalami metamorfosa dinamo.
c. Struktur Kataklastik
Struktur ini hampir sama dengan struktur milonit hanya butirannya yang
lebih kasar
d. Struktur Pilonitik
Struktur ini menyerupai milonit tetapi butirannya relatif lebih kasar dan
strukturnya mendekati tipe filitik.
Nama : Faiz Abimanyu
NIM : 114150009
Plug :3
Laboratorium Mineralogi Petrologi 130
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016

e. Struktur Flaser
Seperti struktur kataklastik dimana struktur batuan asal yang terbentuk
lensa tertanam pada masa dasar milonit
f. Struktur Augen
Seperti struktur flaser, hanya lensa-lensanya terdiri dari butir-butir feldspar
dalam massa dasar yang lebih halus
g. Struktur Granulose
Struktur ini hampir sama dengan hornfelsik, hanya butirannya mempunyai
ukuran yang tidak sama besar.
h. Struktur Liniasi
Struktur yang diperlihatkan oleh adanya kumpulan mineral yang
berbentuk seperti jarum.
1.4 Tekstur Batuan Metamorf
Tekstur batuan metamorf dibagi menjadi beberapa golongan, antara lain :
1. Tekstur Kristaloblastik
Tekstur yang terjadi pada saat tumbuhnya mineral dalam suasana padat dan
bukan mengkristal saat suasana cair.
a. Lepidoblastik
Tekstur batuan metamorf yang didominasi oleh mineral-mineral pipih dan
memperlihatkan orientasi sejajar, seperti mineral-mineral biotit, muskovit, dan
sebagainya.
b. Granoblastik
Tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineral-mineral yang
membentuk butiran yang seragam, seperti kuarsa, kalsit, garnet, dan lain-lain.
c. Nematoblastik
Tekstur pada batuan metamorf yang terdiri dari mineral-mineral
berbentuk prismatik dan menjarum, yang memperlihatkan orientasi sejajar,
seperti mineral amphibole, silimanit, piroksen, dan lain-lain.
d. Porfiroblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana suatu kristal besar (fenokris)
tertanam dalam massa dasar yang relatif halus. Identik dengan porfiritik pada
batuan beku.

Nama : Faiz Abimanyu


NIM : 114150009
Plug :3
Laboratorium Mineralogi Petrologi 131
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016

e. Idioblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral
penyusunnya euhedral.
f. Xenoblastik
Tekstur pada batuan metamorf dimana bentuk mineral-mineral
penyusunnya anhedral
2. Tekstur Palimpsest
Merupakan tekstur sisa dari batuan asal yang dijumpai pada batuan metamorf.
Tekstur palimpsest meliputi :
a. Blastoporfiritik
b. Blastopsefit
c. Blastopsamit
d. Blastopellite
1.5 Komposisi Batuan Metamorf
Pada hakekatnya komposisi batuan metamorf dapat dibagi dalam 2 golongan
yaitu:
1. Mineral Stress
Mineral stress adalah suatu mineral yang stabil dalam kondisi tekanan, dimana
mineral ini dapat berbentuk pipih, tabular, atau prismatik, sehingga mineral
tersebut akan tumbuh tegak lurus terhadap arah gaya. Contoh mineral stress:
Mika, Zeolit, Tremolit – Aktinolit, Glaukofan, Hornblend, Serpentin, Silimanit,
Kyanit, Claurit, Epidot, Staurolit, Antopilit.
2. Mineral Anti Stress
Mineral anti stress adalah suatu mineral yang berbentuk bukan dalam kondisi
tekanan, dimana biasanya berbentuk equidimensional. Contoh mineral anti stress:
Kuarsa, Kalsit, Feldspar, Koordierit, Garnet.
Selain mineral stress dan anti stress ada juga mineral yang khas dijumpai pada batuan
metamorf antara lain :
1. Mineral khas metamorfosa regional : Silimanit, Andalusit, Talk, Kyanit,
Strauolit.
2. Mineral khas metamorfosa termal : Garnet, Korundum, Grafit
3. Mineral khas efek larutan kimia : Epidot, Klorit, Wolastonit

Nama : Faiz Abimanyu


NIM : 114150009
Plug :3
Laboratorium Mineralogi Petrologi 132
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016

1.6 Serpentinit
Serpentinit memiliki warna dari hijau gelap, abu – abu kehijauan, hingga hitam.
Serpentinit terbentuk dari metamorfosa peridotit, piroksenit, dan lherzolit, terkadang
juga amfibolit dan gabro di lingkungan yang kaya air. Selama proses transformasi.
Derajat metamorfosanya rendah, yaitu facies sekis hijau, glauchophane schist dan
facies zeolit (Mottana, 1978).

Gambar 9.1 Serpentinit


(Koleksi Pribadi)
1.7 Marmer
Marmer memiliki warna dari putih, putih kecokelatan bahkan putih dengan
goresan hijau, abu – abu, cokelat dan merah (Mottana, 1978). Marmer adalah hasil
proses metamorfose kontak / regional dari jenis batugamping. Oleh sebab itu jenis
marmer sangat bergantung dari jenis batuan asal. Warna asli marmer adalah putih,
tetapi terdapat warna pengotor yang justru membuat marmer menjadi menarik.
Mineral pengotor antara lain grafit memberi warna hitam – cokelat. Marmer terbentuk
sebagai akibat metamorfose regional maupun metamorfose kontak. Pada metamorfose
kontak tingkat metamorfosenya bertahap makin rendah apabila menjauhi intrusi
batuan beku. Oleh karenanya masih sering terlihat struktur asli dari batugampingnya.
Kenampakan demikian yang menunjukkan batugamping sudah berubah menjadi meta
sedimen. Gradasi metamorfose yang demikian tidak akan didapatkan pada marmer
yang terjadi sebagai akibat proses metamorfose regional (Sukandarrumidi, 1998).

Nama : Faiz Abimanyu


NIM : 114150009
Plug :3
Laboratorium Mineralogi Petrologi 133
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016

Gambar 9.2 Marmer


(Koleksi Pribadi)
1.8 Kuarsa
Kuarsit memiliki warna yang sangat putih karena mengandung banyak kuarsa
(Mottana, 1978). Kuarsit adalah batuan metamorf berjenis metamofosa regional yang
kaya akan kandungan kuarsa yang terbentuk oleh timbunan, pemanasan, dan
penekanan dari batupasir. Kuarsit terbentuk pada suhu tinggi dan tekanan rendah
hingga tinggi. Kuarsit juga dapat terbentuk oleh presipitasi dari semen ruang-ruang
pori. Batuan tersebut mengandung butiran-butiran kuarsa yang membundar. Kuarsit
sangat keras dan rapuh, dan menunjukkan pecahan konkoidal (Bonewitz, 2008).

Gambar 9.3 Kuarsit


(Koleksi Pribadi)

Nama : Faiz Abimanyu


NIM : 114150009
Plug :3
Laboratorium Mineralogi Petrologi 134
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Serpentinit
Batuan pertama yang diamati memiliki panjang 4 cm, lebar 4,5 cm dan tinggi 5
cm. Memiliki warna abu – abu kehijauan dengan jenis metamorf regional. Memiliki
struktur non-foliasi liniasi, dan tekstur kristaloblastik nematoblastik. Komposisi
mineral, terdapat mineral stress berupa serpentin, dan mineral anti stress berupa olivin.
Batuan ini tidak bereaksi ketika ditetesi HCl. Dari deskripsi diatas dapat disimpulkan
bahwa batuan ini adalah serpentinit.
Serpentinit tergolong dalam batuan metamorfosa regional dengan derajat
metamorfik rendah dan terbentuk pada suhu 500oC dan tekanan 5 Kb. Proses
pembentukannya terjadi pada lingkungan yang kaya akan air (Mottana, 1988).
Serpentinit terbentuk dari kelompok mineral serpentin, salah satunya adalah dari
krisotil, yaitu mineral dengan variasi seperti jarum (Bonewitz, 2008).
Batuan ini memiliki warna abu – abu kehijauan cocok seperti yang di teori.
Batuan ini memiliki struktur liniasi karena batuan ini nampak memiliki mineral yang
memiliki bentuk seperti. Batuan ini memiliki tekstur kristaloblastik nematoblastik
karena mineral – mineral penyusun pada batuan ini berbentuk prismatik menjarum
yang memperlihatkan orientasi yang sejajar. Batuan ini memiliki komposisi mineral
stress berupa serpentin dan antistress berupa olivin. Batuan ini tidak mengandung
unsur mineral karbonat didalamnya karena setelah ditetesi HCl tidak menimbulkan
reaksi.
Keterkaitan petrogenesa dengan deskripsi laboratorium, batuan ini memiliki
warna abu – abu kehijauan karena proses pembentukannya mengandung adanya
mineral-mineral Fe dan Mg, lalu untuk warna hijau, diakibatkan karena adanya
mineral serpentin yang juga menyebabkan serpentinit lengket ketika dipegang.
Serpentinit termasuk jenis batuan metamorf regional karena terbentuk di zona
subduksi atau daerah dengan intrusi dari sedikit batuan ultramafik. Hal ini sama seperti
yang dijelaskan pada hasil pengamatan di laboratorium. Memiliki struktur non foliasi
berupa liniasi karena pengaruh suhu 500°C dan tekanan yang tinggi yaitu 5 kilobar.
Tekstur yang terdapat pada batuan ini kristaloblastik nematoblastik karena dipengaruhi
tekanan yang tinggi dan dekat dengan lantai samudera, atau membentuk rangkaian dari
opilit. Terdapat mineral stress berupa serpentin karena adanya pengaruh air yang
Nama : Faiz Abimanyu
NIM : 114150009
Plug :3
Laboratorium Mineralogi Petrologi 135
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016

memfilterasi batuan dan mengubah mineral kaya besi seperti olivin dan piroksen yang
mengalami serpentinisasi. Jika ditetesi HCl 0,1 N tidak mengeluarkan buih karena,
tidak mengandung unsur karbonat.
Kegunaan serpentenit yaitu sebagai batu permata, bahan untuk perhiasan, dan
abrasif (ampelas). Serpentin juga dapat menjadi asbes yang terbentuk dari batuan
serpentinit yang mengalami metamorfosa. Asbes serpentin sendiri adalah asbes yang
dapat di pintal. Bahaya yang dapat ditimbulkan dari serpentinit adalah bentukan
mineralnya yang menjarum, kecil, dan ringan sehingga dapat mudah terbang ke udara,
apabila mineral itu masuk kedalam hidung secara tidak sengaja maka dapat melukai
tenggorokan dan paru – paru. Persebaran serpentinit di Indonesia yaitu di daerah
Aceh, Karangsambung, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, NTT,
Maluku, Irian Jaya Barat dan Papua (Sukandarrumidi, 2009).
2.2 Marmer
Batuan kedua yang diamati memiliki panjang 6,5 cm, lebar 6,5 cm dan tinggi 6
cm. Memiliki warna putih kecokelatan dengan jenis metamorf regional dinamo
thermal. Memiliki struktur non-foliasi granulose, dan tekstur kristaloblastik
granoblastik. Komposisi mineral, terdapat mineral stress berupa mika, dan mineral anti
stress berupa kalsit. Batuan ini berbuih ketika ditetesi HCl. Dari deskripsi diatas dapat
disimpulkan bahwa batuan ini adalah marmer.
Disebut pula sebagai marble, batu pualam, hasil proses metamorfosa kontak atau
regional dari jenis batugamping. Oleh sebab itu, jenis dari marmer sangat tergantung
dari jenis batuan asal. Warna asli marmer adalah putih, tetapi terdapat warna pengotor
antara lain grafit memberi warna hitam-coklat, pirit, limenit, memberi warna coklat-
kemerahan. Terkadang didapatkan juga dalam jumlah sedikit mineral lain yaitu
dolomit, kuarsa, mika, klorit, plagioklas, dan lain – lain. Disamping itu, tingkat
metamorfose dari derajat rendah hingga tinggi berawal dari zeolite facies hingga
granulite facies dan ini tampak pada sayatan petrografi (Sukandarrumidi, 1998).
Marmer merupakan batuan metamorf berukuran butir yang berasal dari batugamping
atau dolomit. Marmer terbentuk di bawah suhu tinggi yakni 900 oC dan tekanan 10
kilobar, dan mengandung massa agregat yang saling mengunci satu sama lain dari
butiran kalsit atau dolomit. Marmer terbentuk dalam dua cara, yaitu sebagai hasil dari
penguburan batugamping pada lapisan yang lebih tua di kerak bumi dengan panas dan
Nama : Faiz Abimanyu
NIM : 114150009
Plug :3
Laboratorium Mineralogi Petrologi 136
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016

tekanan tertentu dari lapisan tebal sedimen diatasnya. Sedangkan yang kedua, marmer
berasal dari metamorfosa kontak dekat dengan intrusi batuan beku (Bonewitz, 2008).
Batuan ini memiliki warna putih kecokelatan cocok dengan di teori. Batuan ini
memiliki jenis metamorfosa regional dinamo thermal ditandai dengan strukturnya
yang berupa struktur foliasi. Batuan ini memiliki struktur non foliasi granulos karena
batuan ini memiliki struktur yang hampir sama dengan hornfelsik hanya saja ukuran
butirnya memiliki ukuran yang tidak sama besar. Batuan ini memiliki tekstur
kristaloblastik granoblastik karena batuan ini terdiri dari mineral – mineral yang
membentuk butiran yang seragam. Batuan ini memiliki kandungan mineral karbonat
karena ketika ditetesi HCl batuan ini berbuih.
Batuan ini memiliki warna putih karena warna putih tersebut merupakan mineral
kalsit. Mineral kalsit sendiri terbentuk dari bahan – bahan organik. Warna
kecokelatan yang terlihat pada batuan merupakan efek bakar saat pembentukan batuan
yang akhirnya membentuk mineral baru yaitu grafit. Grafit sendiri terbentuk ketika
karbon terkena oleh panas dan tekanan yang tinggi diantara kerak bumi dan mantel
atas. Marmer terbentuk pada suhu 900oC dan pada tekanan 10 Kb. Jenis batuan
tergolong ke dalam batuan metamorf regional dinamo termal yang berdasarkan
petrogenesanya batuan terbentuk di tekanan dan suhu yang cukup tinggi yang
menandakan bahwa batuan ini terbentuk di dalam bumi. Apabila batuan ini terbentuk
secara kontak maka batuan ini hanya terbentuk dengan suhu saja yang tinggi
sedangkan tekanan tidak. Struktur batuan yang tergolong granulose berasal dari
rekristalisasi kalsit dari batugamping yang terjadi secara tidak sempurna dan
membentuk butiran-butiran yang tidak sama besar. Tekstur yag dimiliki marmer
adalah kristaloblastik-granoblastik, dikarenakan semua mineral penyusunnya tersusun
atas mineral antistress sehingga saat batuan mendapat tekanan dan suhu yang tinggi,
mineral penyusunnya tidak mengalami pemipihan yang sejajar dengan arah gaya
tekanan. Batuan ini terbentuk dari batuan asal berupa batugamping dikarenakan
kandungan karbonat yang terdapat pada batuan yang di tes melalui tetesan HCl.
Marmer digunakan sebagai bahan bangunan. Dapat dimanfaatkan sebagai ornamen
dinding. Selain itu digunakan juga sebagai lantai, patung, dan kerajinan tangan
lainnya. Di Indonesia, marmer dapat ditemukan di daerah Sumatera, Jawa Tengah,
Jawa Timur, Sulawesi, dan Irian Jaya (Sukandarrumidi, 1998).

Nama : Faiz Abimanyu


NIM : 114150009
Plug :3
Laboratorium Mineralogi Petrologi 137
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016

2.3 Kuarsit
Batuan ketiga yang diamati memiliki panjang 8 cm, lebar 5,5 cm dan tinggi 5,6
cm. Memiliki warna putih dengan jenis metamorf regional. Memiliki struktur non-
foliasi granulose, dan tekstur kristaloblastik granoblastik. Komposisi mineral, terdapat
mineral stress berupa mika, dan mineral anti stress berupa kuarsa. Batuan ini tidak
bereaksi ketika ditetesi HCl. Dari deskripsi diatas dapat disimpulkan bahwa batuan
ini adalah kuarsit.
Kuarsit adalah batuan metamorf berjenis metamofosa regional yang kaya akan
kandungan kuarsa yang terbentuk oleh timbunan, pemanasan, dan penekanan dari
batupasir. Kuarsit terbentuk pada suhu tinggi dan tekanan rendah hingga tinggi.
Kuarsit juga dapat terbentuk oleh presipitasi dari semen ruang-ruang pori. Batuan
tersebut mengandung butiran-butiran kuarsa yang membundar. Kuarsit sangat keras
dan rapuh, dan menunjukkan pecahan konkoidal (Bonewitz, 2008). Kuarsit adalah
batuan metamorf yang sangat keras yang terbentuk dari batupasir kuarsa. Kuarsit
terbentuk pada metamorfisme derajat sedang hingga tinggi, dimana butiran kuarsa
pada batupasir bergabung. Rekristalisasinya berjalan sempurna sehingga kuarsit akan
memisah melalui butiran-butiran kuarsa. Kuarsit terbentuk pada suhu 800oC dan pada
tekanan antara 5 sampai 10 Kb (Mottana, 1988).
Batuan ini memiliki warna putih cocok dengan di teori. Batuan ini memiliki
jenis metamorfosa regional ditandai dengan strukturnya yang berupa struktur foliasi.
Batuan ini memiliki struktur non foliasi granulos karena batuan ini memiliki struktur
yang hampir sama dengan hornfelsik hanya saja ukuran butirnya memiliki ukuran yang
tidak sama besar. Batuan ini memiliki tekstur kristaloblastik granoblastik karena
batuan ini terdiri dari mineral – mineral yang membentuk butiran yang seragam.
Batuan ini tidak memiliki kandungan mineral karbonat karena ketika ditetesi HCl tidak
bereaksi sama sekali.
Batuan ini memiliki warna putih dikarenakan oleh kandungan minearlnya yang
didominasi kuarsa yang bewarna putih. Batuan ini terbentuk dari batupasir yang
memiliki banyak kandungan mineral kuarsa. Keterkaitan petrogenesa dengan
deskripsi laboratorium, batuan ini termasuk jenis batuan metamorf regional yang
terbentuk pada bagian kulit bumi pada bagian lempeng benua dan mendapat tekanan
dan temperatur yang tinggi, serta terbentuk karena tumbukan dua buah lempeng
tektonik khususnya antara kerak samudera dan kerak benua. Hal ini sama seperti yang
Nama : Faiz Abimanyu
NIM : 114150009
Plug :3
Laboratorium Mineralogi Petrologi 138
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016

dijelaskan pada hasil pengamatan di laboratorium yang memiliki struktur non foliasi
berupa granulos karena, terbentuk pada suhu dan tekanan yang tinggi yang
menyebabkan memiliki banyak mineral anti stress berupa kuarsa. Kuarsa merupakan
mineral yang resisten dan mineral yang dapat mempertahankan bentuk. Tekstur pada
batuan ini kristaloblastik granoblastik karena terbentuk pada tekanan 5 – 10 Kilobar
dan temperatur yang tinggi kisaran 800°C. Kuarsit jika ditetesi HCl 0,1 N tidak
mengeluarkan buih karena mineral yang terdapat yaitu serpentin tidak mengandung
unsur karbonat.
Pengolahan kuarsit sangat ditentukan oleh rencana pemanfaatannya. Dalam
keadaan belum diolah kuarsit dirnanfaatkan sebagai agregat bahan bangunan. Sesudah
diolah dengan persyaratan tertentu kuarsit dapat dimanfaatkan seperti mineral kuarsa
antara lain untuk pembuatan bata refraktori, bahan abrasif, industri gelas, keramik,
agregat lantai dan dinding. Di Indonesia, kuarsit banyak tersebar di daerah Sumatera
Utara, Daerah Istimewa Aceh, Riau, Jambi, Maluku, dan Jawa Tengah
(Sukandarrumidi, 1998).

Nama : Faiz Abimanyu


NIM : 114150009
Plug :3
Laboratorium Mineralogi Petrologi 139
Program Studi Teknik Lingkungan
Fakultas Teknologi Mineral
UPN “Veteran” Yogyakarta 2015/2016

BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan di laboratorium mineralogi petrologi, maka dapat
praktikan simpulkan sebagai berikut :
3.1 Marmer
Jenis batuan metamorf kontak, warna putih abu-abu, struktur non-foliasi
(granolous), tekstur kristaloblastik (granoblastik), komposisi mineral anti stress kalsit
dan tidak memiliki mineral stress. Jika ditetesi HCl 0,1 N dapat mengeluarkan buih.
Nama batuan marmer.
3.2 Kuarsit
Jenis batuan metamorf regional, warna putih kecoklatan, struktur non-foliasi
(hornfelsik), tekstur kristaloblastik (granoblastik), komposisi mineral anti stress
kuarsa dan tidak memiliki mineral stress. Jika diteteso HCl 0,1 N tidak mengeluarkan
buih. Nama batuan kuarsit.
3.3 Serpentinit
Jenis batuan metamorf regional, warna hijau kehitaman, struktur non-foliasi
(liniasi), tekstur kristaloblastik (nematoblastik), komposisi mineral stress serpentin
dan tidak memiliki mineral anti stress. Jika ditetesi HCl 0,1N tidak mengeluarkan
buih. Nama batuan serpentinit.

Nama : Faiz Abimanyu


NIM : 114150009
Plug :3

Anda mungkin juga menyukai